FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG BURUK PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AIR DINGIN KOTA PADANG TAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUI GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA SOJOMERTO KECAMATAN GEMUH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN ORANGTUA SERTA POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KOTA DAN KABUPATEN TANGERANG, BANTEN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 Universitas Indonesia

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

BAB 1 PENDAHULUAN. Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

PERAN IBU TERHADAP PEMBERIAN GIZI PADA ANAK USIA 1 5 TAHUN DI DESA SUMURGENENG WILAYAH KERJA PUSKESMAS JENU KABUPATEN TUBAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU BALITA DALAM PEMBERIAN MAKANAN BERGIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA. Kata Kunci: Peran, ibu balita, gizi, status gizi.

GAMBARAN FACTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF

Jurnal Respati, Kesehatan, Vol. 2, No. 1, April 2012: 1 5 1

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober Sri Sudarsih 1, Pipit Bayu Wijayanti 2 *)

Mahasiswa Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang 2

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 1-5 TAHUN DI DESA PEKUNCEN BANYUMAS TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

FAKTOR RISIKO KEJADIAN GIZI KURANG ANAK BADUTA (12-24 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG PASIR KECAMATAN PADANG BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional (RPJMN, ) di bidang kesehatan yang mencakup programprogram

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali

BAB I PENDAHULUAN. medis maupun pelayanan kesehatan saja (Supariasa dkk, 2012). Menurut

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN BALEDONO, KECAMATAN PURWOREJO, KABUPATEN PURWOREJO

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi pada anak pra sekolah akan menimbulkan. perbaikan status gizi (Santoso dan Lies, 2004: 88).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah gizi, yaitu kurang energi protein (KEP). Adanya gizi

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan prevalensi balita gizi pendek menjadi 32% (Kemenkes RI, 2010).

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Almatsier (2002), zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan antara asupan makanan dan penggunaan zat gizi. Bila tubuh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari-hari. Makanan atau zat gizi merupakan salah satu penentu kualitas kinerja

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan. Gizi menjadi penting bagi anak sekolah karena selain dapat

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN MODAYAG BARAT Rolavensi Djola*

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

HUBUNGAN SIKAP IBU BALITA TENTANG GIZI TERHADAP STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAN HERAN KECAMATAN RENGAT BARAT TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

Upaya Kader Posyandu Dalam Peningkatan Status Gizi Balita di Kelurahan Margasuka Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Developments Program), Indonesia menempati urutan ke 111

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada

HUBUNGAN USIA PENYAPIHAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DUKUH PUNDONG SRIHARDONO BANTUL YOGYAKARTA TAHUN INTISARI

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Gizi Pada Balita

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian negara berkembang di dunia termasuk Indonesia menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya. Manusia

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN UPAYA IBU DALAM PEMENUHAN ASUPAN GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DUKUH PUNDONG SRIHARDONO BANTUL YOGYAKARTA TAHUN INTISARI

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

HUBUNGAN PENGETAHUAN ANAK TENTANG MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI SDN 001 TERATAK KECAMATAN RUMBIO JAYA TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI KEC. RATU SAMBAN KOTA BENGKULU. Zulkarnain

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita di Kelurahan Jayaraksa Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

BAB I PENDAHULUAN. Berita merebaknya temuan gizi buruk sangat mengejutkan di Indonesia yang

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Gizi Universitas Gadjah Mada

PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DIPUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. fisik. Pertumbuhan anak pada usia balita sangat pesat sehingga memerlukan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI ANAK BATITA MALNUTRISI DI POSYANDU DESA SEMBUNGAN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PEKERJAAN IBU BALITA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU PRIMA SEJAHTERA DESA PANDEAN KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL

Transkripsi:

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG BURUK PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AIR DINGIN KOTA PADANG TAHUN 203 Zulfita, Putri Nelly Syofiah* ABSTRAK gizi atau gizi buruk merupakan penyebab kematian 3,5 juta anak di bawah usia lima tahun (balita) di dunia. WHO 2002 memperkirakan bahwa 54% penyebab kematian balita didasari oleh keadaan gizi buruk. Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 200 terdapat 7,90% anak balita mengalami gizi kurang dan sangat kurang, sedangkan target yang ditetapkan oleh pemerintah sesuai dengan kesepakatan sasaran pembangunan millennium (Millenium Developmen Goal s) MDG s adalah 5,50%. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi kejadian gizi kurang/ buruk pada anak balita di wilayah kerja puskesmas Air Dingin Kota Padang tahun 203. Jenis penelitian ini adalah kasus kontrol dengan sampel anak balita di wilayah kerja puskesmas Air Dingin Kota Padang yang berjumlah 70 orang, sampel masing masing: 35 kasus dan 35 kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, pengukuran berat badan dan tinggi badan. Teknik pengolahan data dimulai dari editing, coding, entri dan tabulasi. Analisa data dilakukan dengan uji statistik univariat dan bivariat Hasil penelitian di dapatkan 24 orang (40%) dengan pola asuh kurang baik, 23 orang (38,3%) dengan status gizi kurang, 25 orang (4,6%) pernah mengalami penyakit infeksi, 24 orang (40%) pemanfaatan fasilitas pelayanan kurang baik. Hasil analisa bivariat didapatkan nilai p < 0,05. Kejadian gizi kurang/buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin dipengaruhi oleh variabel pola asuh ibu, status ekonomi, pemanfaatan fasilitas dan penyakit infeksi. Sesuai dengan hasil penelitian disarankan untuk mengiatkan penyuluhan kepada ibu balita tentang gizi yang sehat, meningkatkan kunjungan posyandu Key Word: /Buruk, Anak Balita Alamat Korespondensi: Zulfita,S.SiT.,M.Biomed Putri Nelly Syofiah,S.SiT Dosen Prodi D III Kebidanan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang Jl. Jamal Jamil Pondok Kopi Siteba Padang

PENDAHULUAN gizi atau gizi buruk dinyatakan sebagai penyebab kematian 3,5 juta anak di bawah usia lima tahun (balita) di dunia.hasil penelitian yang di publikasikan jurnal kesehatan Inggris The Lanchet 2003 ini mengungkapkan, kebanyakan kasus fatal tersebut tidak langsung menimpa keluarga miskin yang tidak mampu dan umumnya menimpa anak pada usia dua tahun pertama.who 2002 memperkirakan bahwa 54% penyebab kematian bayi balita di dasari oleh keadaan gizi buruk.resiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 3 kali lebih besar dibandingkan anak normal.(www.gizi. 2007) Hasil sensus WHO menunjukan bahwa 49% dari 0,4 juta kematian balita di Negara berkembang berkaitan dengan gizi buruk. Tercatat sekitar 50% balita Asia,30% balita Afrika,20% di Amerika Latin menderita gizi buruk (Depkes RI,2007). Data tahun 2005 sejak Januari sampai November 2005 terdapat 7,85 balita yang menderita gizi buruk di Indonesia. Dari jumlah itu 232 di antaranya meninggal dunia,pada tahun 2006 jumlahnya naik menjadi 74.436 dengan demikian mengalami kenaikan sebanyak.26% balita (Depkes,RI, 2007). Risiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 3 kali lebih besar dibandingkan anak yang normal. WHO memperkirakan bahwa 54% penyebab kematian bayi dan balita didasari oleh keadaan gizi anak yang jelek (http://www.koalisi.org/dokumen). Berdasarkan data Departemen Kesehatan (2007), pada tahun 2003 terdapat sekitar 27,5% (5 juta balita kurang gizi), 3,5 juta anak (9,2%) dalam tingkat gizi kurang, dan,5 juta anak gizi buruk (8,3%). Jumlah gizi buruk pada balita di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Dari tahun 2005 jumlah kasus gizi buruk pada balita sebanyak 8.349 orang atau 8,8% dan pada tahun 2007 balita yang mengalami kasus gizi buruk meningkat menjadi 700.000. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 200 terdapat 7,90% anak balita mengalami gizi kurang dan sangat kurang, Target yang harus dicapai pada tahun 205 sesuai dengan kesepakatan Sasaran Pembangunan Millenium ( Millenium Development Goal S) MDG s yang ditetapkan WHO secara nasional adalah 5.50% prevalensi gizi kurang. Sedangkan Pada tahun 20 diperkirakan terdapat juta anak dengan gizi buruk. (Riskesdas, 200). Cukup besarnya kasus balita dengan gizi kurang dan gizi buruk ini, sehingga membuat pemerintah melakukan berbagai program penanggulangan untuk mengatasi gizi buruk. Pemerintah juga membentuk Tim Asuhan yang terdiri dari dokter, perawat, bidan, ahli gizi, serta di bantu oleh tenaga kesehatan yang lain. Diharapkan dapat memberikan penanganan yang cepat dan tepat pada kasus gizi kurang baik di tingkat Puskesmas maupun di tingkat Rumah Sakit, untuk membantu pemulihan kasus gizi kurang dan buruk pada anak balita (Depkes RI,200). Kejadian gizi kurang tidak terjadi secara akut tapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur melakukan penimbangan secara bulanan. Karena itu, maraknya laporan gizi kurang tersebut dihubungkan dengan tidak optimalnya kegiatan pemantauan di posyandu (Depkes RI, 2005). Penyebab gizi kurang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling terkait, antara lain makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita

sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. pola pengasuhan anak kurang memadai, pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. (Supariasa, 200:8). Berdasarkan model penyebab kurang gizi yang di kembangkan Unicef 998 gizi salah (malnutrition) disebabkan oleh banyak faktor yang terkait baik secara langsung di pengaruhui oleh penyakit infeksi dan tidak cukupnya asupan gizi secara kuantitas maupun kualitas. Sedangkan secara tidak langsung dipengaruhui oleh jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan, pola asuh anak yang kurang memadai, kurang baiknya kondisi sanitasi lingkungan serta rendahnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga (Azwar.2004). Menurut Nency dan Arifin (2008) bahwa beberapa penelitian menjelaskan dampak jangka pendek dari kasus gizi kurang adalah anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara serta gangguan perkembangan yang lain, sedangkan dampak jangka panjang dari kasus gizi kurang adalah penurunan skor IQ, penurunan perkembangan kognitif, gangguan pemusatan perhatian, serta gangguan. penurunan rasa percaya diri. Oleh karena itu kasus gizi kurang apabila tidak dikelola dengan baik akan mengancam jiwa dan pada jangka panjang akan mengancam hilangnya generasi penerus bangsa (http://io.ppi-jepang.com). Berdasarkan data Kota Padang, kasus gizi kurang pada tahun 202 dilihat berdasarkan berat badan menurut umur dari 2 puskesmas tercatat jumlah balita 8.709 dengan status gizi kurang. Sebanyak 9,6% berada di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin. Angka ini masih jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan angka Nasional yaitu 7.90%. (Dinkes,Kota Padang, 202). Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian /Buruk Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Kota Padang tahun 203 METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian yang digunakan adalah case control. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin Kota Padang tahun 203 waktu penelitian selama tiga bulan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin Kota Padang tahun 203 dengan sampel balita yang mengalami gizi kurang/buruk berjumlah 30 orang. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian sebagai berikut: Tabel Karakteristik responden Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Padang Tahun 203 Karakteristik Responden Umur Responden - 0 36 Bulan - 37 60 Bulan Buruk/ f % f % 2 9 48. 8 52. 9 22 8 5. 2 47. Jenis Kelamin - Laki laki 2 60 4 40 - Perempuan 9 36 6 64

Dari hasil penelitian di dapatkan karaktekristik umur responden terbanyak berada pada usia 0 36 bulan responden dan jenis kelamin laki laki. Tabel 2 Distribusi Pola Asuh ibu Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Padang Tahun 203 Pola Ibu Asuh. Kura ng/buru 2. Buruk/ F % f % 7 70,8 7 29, 3 36 23 2 64 Hasil penelitian didapatkan dari 24 balita yang mempunyai pola asuh kurang baik, terdapat 7 (70,7%) balita mengalami gizi kurang/buruk dan 7 (29,2%) dengan status gizi baik. Sedangkan dari 36 balita dengan pola asuh ibu yang baik, terdapat 3 (36%) mengalami gizi kurang dan 23 (64%) dengan gizi baik. Hasil uji statistik yang diperoleh nilai p < 0,05. Nilai OR 4,297 (95% CI:,43 3,08) artinya balita yang mengalami gizi kurang/buruk berisiko 4,297 kali mengalami gizi kurang/buruk dibandingkan dengan balita yang mempunyai gizi baik apabila pola asuh ibu tidak baik. Hal ini, ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Padang Tahun 203 dalam praktek pemberian makan pada anak balita belum lengkap gizi 4 Sehat 5 Sempurna, tidak memberikan makanan bervariasi kepada anak balita. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ariga (2006) menemukan bahwa ada kecenderungan dengan semakin baiknya pola asuh ibu dalam pemberian makan, maka status gizi anak juga semakin baik. Tabel 3 Distribusi Status Ekonomi ibu Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Padang Tahun 203 Status Ibu Ekonomi Buruk/ f % f %. Rendah 8 78 5 22 2. Tinggi 2 32 25 68 Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 23 balita yang mempunyai status ekonomi rendah, terdapat 8 (78%) balita mengalami gizi kurang/buruk dan 5 (22%) dengan status gizi baik. Sedangkan dari 37 balita dengan status ekonomi yang tinggi, terdapat 2 (32%) dengan status gizi kurang dan 25 orang (68%) dengan gizi baik. Dari hasil uji statistik yang diperoleh nilai p < 0,05. Nilai OR 7,500 (95% CI : 2,244-25.062). artinya balita yang mengalami gizi kurang/buruk berisiko 7,500 kali mengalami gizi kurang/buruk dibandingkan dengan balita yang mempunyai gizi baik apabila status ekonomi nya rendah. Tabel 4 Distribusi Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Padang Tahun 203 Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan. 2. Buruk/ f % f % 7 3 Jumlah 3 0 70, 8 36, 7 2 3 50 3 0 29, 2 63, 9 50

Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 24 ibu balita yang memanfaatkan fasilitas kesehatan yang kurang baik, terdapat 7 (70,8%) balita mengalami gizi kurang/buruk dan 7 (29,2%) dengan status gizi baik. Sedangkan dari 36 ibu balita yang memanfaatkan fasilitas kesehatan yang baik, terdapat 3 (36,%) dengan status gizi kurang dan 23 orang (63,9%) dengan gizi baik. Dari hasil uji statistik yang diperoleh nilai p < 0,05. Nilai OR 4,297 (95% CI :,43 3,068) artinya balita yang mengalami gizi kurang/buruk berisiko 4,297 kali mengalami gizi kurang/buruk dibandingkan dengan balita yang mempunyai gizi baik apabila pemanfaatan fasilitas kesehatannya rendah. Berdasarkan tabel 4 terdapat 7 orang (70,8%) yang pemanfaatan fasilitas kesehatan kurang baik dan dengan status gizi kurang/buruk. Partisipasi masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan perasalahan-permasalahan masyarakat Tabel 5 Distribusi Penyakit Infeksi Yang Pernah Diderita Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Padang Tahun 203 Penyakit Infeksi Yang Pernah Diderita. Pernah 2. Tidak Pernah Buruk/ F % f % 8 2 72,0 34,3 7 23 28,0 65,7 Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 25 balita yang pernah menderita penyakit infeksi, terdapat 8 (72,0%) balita mengalami gizi kurang/buruk dan 7 (28,0%) dengan status gizi baik. Sedangkan dari 35 balita yang pernah menderita penyakit infeksi, terdapat 2 (34,3%) dengan status gizi kurang dan 25 orang (65,7%) dengan gizi baik. Dari hasil uji statistik yang diperoleh nilai p < 0,05. Nilai OR 4,929 (95% CI :,62 5,07), artinya balita yang mengalami gizi kurang/buruk berisiko 4,929 kali mengalami gizi kurang/buruk dibandingkan dengan balita yang mempunyai gizi baik apabila menderita penyakit infeksi. Hasil penelitian terdapat 8 orang balita pernah menderita penyakit infeksi dengan status gizi kurang. Infeksi berat dapat memperburuk keadaan gizi melalui gangguan masukan makanannya dan meningkatnya kehilangan zat-zat gizi esensial tubuh, sebaliknya malnutrisi walaupun ringan berpengaruh negatif terhadap daya tahan tubuh terhadap infeksi (Pudjaji 2003). Sebesar 55.6% anak balita dalam tiga bulan terakhir menderita diare. Hal ini dapat dimungkinkan karena higiene makanan dan sanitasi di sekitar tempat tinggal yang kurang. Dari observasi keseluruhan anak balita yang masih menggunakan botol susu mengalami diare. Hasil penelitian ini mendukung hasil studi lainnya bahwa penggunaan botol merupakan salah satu faktor penyebab dari kejadian diare pada anakbalita. Pada saat penelitian, peneliti juga menemukan satu orang balita yang menderita TBC. Balita tersebut sedang dalam pengobatan TBC. Kondisi tempat tinggal cukup memprihatinkan, lingkungan sekitarnya kurang bersih. Balita tersebut juga berasal dari keluarga yang kurang mampu. Menurut ibu balita, petugas kesehatan sudah sering memberikan penyuluhan dan bantuan kepada mereka, tapi karena jumlah anak yang banyak sampai saat ini mereka masih hidup seadanya.

Disamping itu terdapat juga 7 orang (28,0%) balita pernah mengalami penyakit infeksi dengan status gizi baik. Hal ini dapat terjadi karena balita ini hanya menderita penyakit ISPA dan diare ringan. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan ibu Balita, setelah sembuh dari sakit sakit nafsu makan anaknya kembali baik sehingga berat badan anaknya tidak turun. Hasil penelitian juga di dapatkan 2 orang (34,3%) balita tidak pernah mengalami penyakit infeksi namun mengalami gizi kurang/buruk. Dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa ibu balita anaknya mengalami gizi kurang/buruk ini karena ketidakmampuannya membeli makanan yang bergizi. Menurut mereka, untuk membelikan susu, protein hewani mereka tidak bias. Disamping itu anak anak mereka juga kurang mendapatkan perhatian, karena kesibukan mereka mencari nafkah. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat dikemukakan kesimpulan, sebagai berikut : a. Terdapat hubungan pola asuh ibu dengan status gizi pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Padang Tahun 203. b. Terdapat hubungan status ekonomi ibu dengan status gizi pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Padang Tahun 203. c. Terdapat hubungan pemanfaatan fasilitas kesehatan dengan status gizi pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Padang Tahun 203. d. Terdapat hubungan penyakit infeksi dengan status gizi pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Padang Tahun 203. disarankan kepada pihak Puskesmas Air Dingin Padang dan Ibu untuk : a. Menggiatkan pentingnya gizi balita melalui posyandu. Agar balita dengan status gizi kurang dapat ditangani lebih intensif agar tidak jatuh ke dalam keadaan yang lebih buruk. b. Mengaktifkan kembali dasawisma DAFTAR PUSTAKA Almatsier. 2006. Prinsip Dasar Ilmu. Jakarta. PT Grafindo Pustaka Utama Aritonang, Irianto. 2006. Busung Lapar. Yogyakarta: Media Pressindo Bahar, Z., 2002. PD dan Karakteristik Individu yang Memberikannya. Jakarta: Rineka Cipta Budi, TP. 2006. Mengasuh dan Perkembangan Balita. Yogyakarta: Oriza Djaeni, Ahmad. 2000. Ilmu Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid I. Jakarta: Bhatara Karya Akbar. Hardywinoto. 2002. Anak Unggul Berotak Prima. Jakarta: Gramedia Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.Jakarta: Salemba Medika Kristianto, Jusuf. 2007. Studi Asuhan Keperawatan Prosedur Pemasangan Infus di RC MMC Jakarta. Jakarta: Tugas Metlit Program Studi S3 IKM Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Rahayu S, 200. Psikologi Perkembangan.Yogyakarta: Gadjah Mada UniversityPress Soekirman. 2000. Ilmu dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Ditjen Dikti Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional Soetjiningsih.2004. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan. Bogor: Bumi Aksara Suharsih.200. Hubungan Pola Asuh Ibu dan Penyakit Infeksi dengan Anak Balita Energi Protein di Kabupaten Demak Propinsi Jawa Tengah.Tesis. Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta. Sulistijani.200. Ilmu dan Aplikasinya. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Supariasa, I Dewa Nyoman.200.Penilaian Status. Jakarta: EGC Wahyuning, Wiwit dkk.2003.mengkomunikasikan Moral Kepada Anak. Jakarta: Elex Media Komputindo Zeitlin.2000. Balita di Negara-Negara Berkembang. Peran Pola Asuh Anak, Pemanfaatan Hasil Studi Penyimpanan Positif Untuk Program. Prosiding Widyakarya Nasional Pangan Dan VII. Kerjasama LIPI Bappenas, UNICEF. Jakarta: Deptan, BPS. DepKes RI. 2004. Analisis Situasi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta 20.Standar Antropometri Penilaian Status Anak.Jakarta: Direktorat Bina. DKK Padang, 20.Profil Kesehatan Tahun 20 edisi 202.