ANALISA PENGAKUAN PENDAPATAN PADA PT TUNAS BARU SULAWESI DI MAKASSAR

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK ENDANG ANALISIS PENERAPAN INTERPRETASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN N0. 21 (Pengganti PSAK No.44) PADA PT. CIPTA KAWALAN RAJA

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. lagi bahwa akuntansi disebut sebagai bahasa dari keputusan-keputusan. Hal ini

EVALUASI PENGAKUAN PENDAPATAN KONTRAK KONSTRUKSI BERDASARKAN METODE PERSENTASE PENYELESAIAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Koperasi

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

ANALISIS PENGAKUAN PENDAPATAN PADA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI. I B R A H I M STIE-YPUP Makassar

BAB II BAHAN RUJUKAN

03 Pernyataan ini berlaku bagi setiap laporan keuangan perusahaan yang melakukan aktivitas pengembangan real estat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Suci Anggreani Program Studi Akuntansi STIE Widya Dharma Pontianak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian asuransi menurut UU RI No.2 Tahun 1992, seperti yang dikutip

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENGAKUAN PENDAPATAN DAN BIAYA PADACV PURIYASA CONTRACO SEKAYU

ANALISIS PIUTANG TAK TERTAGIH DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN (STUDI KASUS PADA PR. ALFI PUTRA TRENGGALEK)

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Tinjauan Umum Laporan Keuangan. keputusan. Pengertian laporan keuangan menurut PSAK (2007: 1-2):

PENGARUH PENGAKUAN PENDAPATAN DAN BEBAN PERUSAHAAN TERHADAP LAPORAN LABA RUGI

PENDAPATAN. Prepared by Ridwan Iskandar Sudayat, SE.

BAB I PENDAHULUAN. Piutang merupakan elemen neraca yang membentuk informasi semantik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan yang timbul dari penjualan barang dan jasa. Pendapatan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut IAI (2004 dan 2009) pendapatan (revenue) adalah :

PENGAKUAN PENDAPATAN JASA PT. INFIMEDIA SOLUSI PRATAMA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

DISCLOSURE PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN MENURUT PSAK No. 23 PADA CV. MUNAWIR FURNITURE. Oleh : Uswatun hasanah B

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dibahas pada bab sebelumnya maka

BAB II LANDASAN TEORI

PENYAJIAN LAPORAN ARUS KAS MENURUT PSAK 2 GUNA MENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI PADA PT PAN BROTHERS TBK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2) laporan keuangan

SEWA GUNA USAHA. Statement of Financial Accounting Standards No. 13 mengelompokkan sewa guna usaha menjadi :

KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MENGGUNAKAN ARUS KAS DAN KESESUAIAN LAPORAN ARUS KAS BERDASARKAN PSAK NO 2 PADA PT PETROSINDO KALBAR

BAB II LANDASAN TEORI. Tujuan dari standar ini adalah untuk menggambarkan perlakuan akuntansi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu lembaga yang mempunyai unsur kegiatan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS

PENDAPATAN : PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. revenue. Istilah pendapatan digunakan untuk menyatakan penghasilan (revenue)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

ANALISIS PERPUTARAN PIUTANG USAHA TERHADAP HUTANG USAHA PADA PT. BINTANG AGROKIMIA UTAMA MEDAN

ENTITAS ANAK TERHADAP KEWAJARAN PENYAJIAN LAPORAN LABA RUGI BERDASARKAN PSAK NO. 23 PERIODE:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperoleh dengan mengadakan analisis atau interprestasi terhadap data

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian Pendapatan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi

PENJUALAN ANGSURAN. Masalah dalam penjualan angsuran dibedakan menjadi dua sebagai berikut: 1. Masalah non akuntansi 2.

AKTIVITAS AKUNTANSI REAL ESTAT MENURUT PSAK NO. 44 DAN ISAK NO. 21 PADA PT. BANGUN PAPAN SELARAS

PELAPORAN ARUS KAS PADA PT. KEDUNGMADU TROPICAL WOOD DI SAMARINDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN LAPORAN ARUS KAS YANG SESUAI DENGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (Studi Kasus Pada PT. Kent Transindo Indonesia Cabang Kediri)

ANALISIS TINGKAT KUANTITAS ANGSURAN DAN PENINGKATAN UNIT PENJUALAN KENDARAAN BERMOTOR PADA DEALER RESMI MOTOR PT NIAGA UTAMA SEJAHTERA

BAB VII PENDAPATAN : PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

BAB 4 PEMBAHASAN. Pada bab ini, pertama penulis akan membahas penerapan persentase

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. capaian dan biaya mempresentasi upaya. Konsep upaya dan hasil

Materi: 7, 8 & 10 PROSES/SIKLUS AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA

Analisis Pengakuan Pendapatan Jasa Konstruksi Pada CV. Samudera Konstruksi Palembang Berdasarkan PSAK No. 34

BAB II URAIAN TEORITIS. Menurut Warren (2005 : 63) pendapatan (revenue) adalah peningkatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MEMPREDIKSI ARUS KAS MASA DEPAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil dari proses akuntansi

Juniarti Program Studi Akuntansi STIE Widya Dharma Pontianak

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN LABA-RUGI. Income Statement

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI KOMPUTER PROGRAM DIII BISNIS & KEWIRAUSAHAAN UNIVERSITAS GUNADARMA

2.1.2 Pengertian Laporan Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2) Standar Akuntansi Keuangan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dengan adanya perkembangan ekonomi yang sangat pesat, maka peranan

BAB II DASAR TEORI. produk/jasa yang dihasilkannya. Untuk menyampaikan produk yang ada ke tangan

MAKALAH TEORI AKUNTANSI PENDAPATAN

PENGAKUAN AKUNTANSI TERHADAP PENDAPATAN PADA PT WIDYACIPTA FORTUNA

Analisis Perlakuan Akuntansi Pendapatan Jasa Dalam Rangka Penyajian Laporan Keuangan Pada CV Citra Nusa Bakti Palembang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penggolongan dan peringkasan daripada peristiwa dan kejadian-kejadian yang setidaktidaknya

ANALISIS LAPORAN ARUS KAS PADA PT. PLN (PERSERO) AREA MAKASSAR SHELLA KRIEKHOFF POLITEKNIK NEGERI AMBON

TRANSLATED. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 28 (revisi 1996) AKUNTANSI ASURANSI KERUGIAN PENDAHULUAN

PENJUALAN ANGSURAN (INSTALLMENT SALES)

Pernyataan ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan melalui:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28

MAKALAH SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN PENJUALAN ANGSURAN DOSEN : KASWANDI Z S.E, MM

KESESUAIAN PENGAKUAN PEMBELIAN KREDIT ALAT BERAT X PT MALIKINDO PERKASA DENGAN PSAK 55 ABSTRAK

BAB II BAHAN RUJUKAN

ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 23 TAHUN 2010 TENTANG PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PENDAPATAN PADA PT DHEZIGN ONLINE SOLUTION

ANALISIS METODE PENGAKUAN PENDAPATAN PADA PT. CAHAYA SURYA PERSADA DI MAKASSAR

Pertemuan 9: Laporan Laba Rugi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki laju

Pengakuan Pendapatan

JUMLAH AKTIVA

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 PENDAPATAN

Abstract. kinerja perusahaan guna pengambilan keputusan yang tepat oleh pihak internal

BAB II LANDASAN TEORI. Kontrak Jangka Panjang (Konstruksi) penjualan terjadi (proses pengiriman) karena saat itu resiko penjualan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN. revisi (1994) dengan PSAK 34 sesudah revisi (2010). Kedua, pembahasan dilanjutkan

ANALISIS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP)

proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut Soemarsono

BAB II LANDASAN TEORITIS. yang penting karena pendapatan adalah objek atas aktivitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB XV AKUNTANSI WESEL TAGIH

Transkripsi:

ANALISA PENGAKUAN PENDAPATAN PADA PT TUNAS BARU SULAWESI DI MAKASSAR RUSDIAH HASANUDDIN STIE YPUP Makassar ABSTRAK Studi ini bertujuan untuk mengetahui metode pengakuan pendapatan yang ditetapkan oleh PT. Tunas Baru sulawesi sebagai perusahaan pengembang real estate,, apakah telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 44. Metode Analisa yang digunakan adalah,analisa deskriptif. Komparatif,yaitu suatu analisa yang menguraikan serta membandingkan Pengakuan Pendapatan yang diterapkan oleh PT. Tunas Baru Sulawesi dengan metode Pengakuan Pendapatan yang sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi No 44, Hasilnya PT. Tunas Baru Sulawesi menggunakan Accrual penuh, sedangkan Pernyataan Standar Akuntansi No. 44 Menganjurkan untuk mengakui Pendapatan atas penjualan cicilan yang melebihi 12 bulan berdasarkan nilai sekarang dengan mengakui pendapatan bunga sebesar 2%. Kata kunci : Metode Pengakuan Pendapatan, PSAK no. 44. PENDAHULUAN Pembangunan nasional mempunyai tujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera baik secara spiritual maupun materiil. Untuk itu pemerintah berusaha meningkatkan, mengembangkan dan mendorong seluruh sumber daya yang dimiliki agar dapat mewujudkan tujuan perkembangan tersebut. Banyak sumber daya yang telah kita manfaatkan untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan tersebut, salah satunya ialah industri real estat. Sistem pembayaran atas transaksi penjualan dalam suatu perusahaan pengembang real estat umumnya dilakukan dengan dua cara, yaitu secara tunai dan kredit (cicilan) yang mana sistem pembayaran atas transaksi penjualan tersebut dilunasi dalam jangka waktu yang lama. Hal ini dapat menimbulkan permasalahan dalam pengakuan pendapatan dan dapat menyebabkan kemungkinan munculnya kredit macet yang sangat tinggi serta peningkatan terhadap jumlah pajak yang hraus dibayar oleh perusahaan pengembang real estate. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mencoba membahas masalah di atas yang berjudul Analisis Pengakuan Pendapatan Pada PT. Tunas Baru Sulawesi (TBS), Makassar. Rumusan Masalah Apakah penerapan metode pengakuan pendapatan yang digunakan oleh PT. Tunas Baru Sulawesi (PT.TBS) Telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 44. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui metode pengakuan pendapatan yang ditetapkan oleh PT. TBS sebagai perusahaan pengembang real estat, apakah telah sesuai dengan PSAK no. 44. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka hipotesis yang dapat dikemukakan adalah Diduga bahwa metode pengakuan pendapatan yang diterapkan oleh perusahaan belum sesuai dengan PSAK no. 44. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada PT. Tunas Baru Sulawesi, yang terletak di JL. Dahlia No. 34 Makassar. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan penulis adalah Analisis Deskriptif Komparatif, yaitu suatu analisis yang menguraikan serta membandingkan pengakuan pendapatan yang diterapkan pada PT. Tunas Baru Sulawesi, dengan metode pengakuan pendapatan yang sesuai dengan PSAK no. 44. Pendapatan TINJAUAN PUSTAKA Committee on terminology, APB statement dan FASB statement, mendefinisikan pendapatan sebagai berikut (Harahap, 2007: 239): a). Committee on terminology mendefinisikan revenue sebagai hasil dari penjualan barang dan jasa yang dibebankan kepada pelanggan atau mereka yang menerima jasa. Definisi ini menggunakan pendekatan revenue expense. b). APB mendefinisikan sebagai kenaikan gross di dalam asset dan penurunan gross dalam kewajiban yang dinilai berdasarkan prinsip akuntansi yang berasal dari kegiatan mencari laba. Definisi ini seolah-olah merupakan pendekatan revenue expense, tetapi kalimat sesuai dengan prinsip akuntansi, jelas ini menunjukkan pendekatan asset liability. Dalam literatur akuntansi terdapat tiga konsep yang membahas sifat-sifat dasar dan definisi pendapatan berdasarkan proses aliran (flow process). Adapun konsep-konsep tersebut meliputi : 1). Konsep produk (product concept). 2). Konsep aliran keluar (out flow concept). 3). Konsep aliran masuk (inflow concept). Konsep produk (product concept) yang dikembangkan oleh Paton dan Littleton, beranggapan bahwa penciptaan barang atau jasa adalah produk (hasil) dari sebuah perusahaan. Konsep ini tidak banyak digunakan karena definisi pendapatan menurut konsep ini tidak menjelaskan pengukuran (jumlah) dan saat pengakuan dari pendapatan. Disamping menjelaskan pengertian pendapatan, FASB juga menetapkan tiga karakteristik dari pendapatan yang rinciannya adalah sebagai berikut: 1). Pendapatan (revenue) merupakan puncak (culmination) dan suatu proses usaha (earning process). 2). Pendapatan (revenue) adalah arus masuk atau diharapkan akan masuk sebagai akibat dari operasi utama perusahaan. Suatu penghasilan akan diakui sebagai penghasilan pada periode kapan kegiatan utama yang perlu untuk menciptakan dan menjual barang dan jasa itu telah selesai (Weygandt, dkk. 2008:54). Dalam hal waktu yang dimaksud disini ada empat alternatif, yaitu : 1). Selama produksi; 2). Pada saat produksi selesai; 3). Pada saat penjualan; 4). Pada saat penagihan kas; Ke empat alternatif ini sama-sama dipakai dalam pengakuan pendapatan. Pengakuan pendapatan selama proses produksi berlangsung diterapkan pada proyek pembangunan jangka panjang. Pada saat selesainya produksi dapat diterapkan pada kegiatan pertanian atau pertambangan, pada saat penjualan dipakai untuk barang perdagangan, pada saat penagihan diterapkan pada metode penjualan angsuran. Berdasarkan pendekatan di atas, pengakuan pendapatan (revenue) dapat diikhtisarkan pada tabel 1, sebagai berikut :

Tabel 1. Kriteria Pengakuan Pendapatan No Pengakuan Pendapatan Kriteria Contoh 1 Selama produksi 2 Saat produksi selesai 3 Saat penjualan 4 Saat penerimaan tagihan penjualan Tersedia harga pada kontrak atau pada setiap tahap produksi Harga pasar tidak dapat dipastikan atau stabil, perkiraan biaya pemasaran tidak materiil Penagihan diestimasikan secara baik Adanya ketidakpastian yang tinggi dalam penagihan piutang Sumber : Hendriksen,2000:176). Teori Accounting. Kontrak Jangka panjang Produk pertanian, pekerjaan jasa, dan lain-lain Barang dagangan pada umumnya Penjualan dengan cicilan atau angsuran Definisi Beban FASB (SFAC 6, paragraph 80) mendefinisikan biaya (beban) sebagai arus keluar atau penggunaan harta lainnya atau peningkatan hutang atau kombinasi keduanya dalam suatu periode, karena penyerahan atau produksi barang-barang, jasa-jasa, atau aktivitas-aktivitas lainnya yang merupakan operasi utama perusahaan. Berdasarkan definisinya, FASB menetapkan karakteristik dari beban sebagai berikut : Beban merupakan pengorbanan dari suatu proses usaha (earnings process). Beban adalah arus keluar atau diharapkan akan keluar sebagai akibat dari operasi utama perusahaan. Arus keluar tersebut disajikan secara bruto, dalam arti tidak dikurangkan (offset) secara langsung dengan pendapatannya. Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan, paragraph 70(b) mendefinisikan beban sebagai berikut: Pengukuran Beban Banyak pembahasan controversial tentang pengukuran beban. Pada dasarnya pengukuran beban melibatkan besaran jumlah yang harus dicatat sebagai beban. Pengukuran beban yang paling umum, adalah : 1) Harga perolehan historis (cost). 2) Nilai sekarang (current price). Oleh karena banyak beban yang terikat dalam waktu yang relatif singkat, selisih antara harga pokok historis dan nilai sekarang dianggap tidak material. Pengakuan beban

Dalam akuntansi, pengakuan beban dilakukan dengan menerapkan prinsip penandingan (matching principle). Prinsip penandingan mengatakan bahwa beban harus diakui dalam periode yang sama dengan pengakuan pendapatannya (Hery, 2009:142). Metode ini juga digunakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia seperti dapat dilihat dari kutipan berikut ini ( SAK, Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, paragraf 95) : Berdasarkan perbedaan tersebut di atas, Fischer dkk (2005:26) berpendapat bahwa Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam mengakui pendapatan real estat, yaitu metode akrual penuh, metode persentase penyelesaian, metode angsuran, metode deposit dan metode recovery. Pendapatan atas Penjualan dan Biaya Pengembangan Proyek Real Estat Berdasarkan PSAK no. 44 Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk transaksi-transaksi yang secara khusus, berkaitan dengan aktivitas pengembangan real estat (real estate development activities). Hak-hak umum atau hal-hal yang tidak diatur dalam pernyataan ini, harus diperlakukan dengan mengacu pada prinsip yang berlaku umum. PSAK no. 44 merupakan suatu pedoman bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang properti, walupun aktivitas pengembangan real estat tersebut bukan aktivitas utama perusahaan. Unit real estat mencakup (1) unit properti perumahan dan atau komersial dan atau industri beserta kapling tanahnya, dan (2) kapling tanah tanpa bangunan. Pengakuan pendapatan atas transaksi penjualan unit real estat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 44, mendefinisikan pendapatan sebagai: Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomik yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode akuntansi apabila arus masuk tersebut meningkatkan jumlah ekuitas selain peningkatan yang berasal dari kontribusi penanaman modal. a. Pendapatan penjualan bangunan rumah, ruko, bangunan sejenis lainnya beserta kapling tanahnya. b. Pendapatan penjualam bangunan rumah, ruko, beserta bangunan sejenis lainnya beserta kapling tanahnya diakui dengan metode akrual penuh (full accrual method) apabila seluruh kriteria berikut terpenuhi : 1) Proses penjualan telah selesai. 2) Harga jual akan tertagih. Pengakuan pendapatan dengan metode akrual penuh dilakukan atas seluruh nilai jual dengan cara sebagai berikut : (a) Piutang bersih didiskontokan ke nilai sekarang dengan menggunakan tingkat bunga yang sesuai, yang tidak boleh lebih dari tingkat bunga yang diperjanjikan dalam pengikatan atau perjanjian jual beli. Diskonto tidak dilakukan apabila umur sisa tagihan kurang dari 12 bulan. (b) Dibuat penyisihan untuk piutang yang diperkirakan tidak akan tertagih. Tagihan penjual bersifat subordinasi terhadap pinjaman lain yang akan diperoleh pembeli dimasa mendatang bila penjual mengizinkan pembeli untuk menggunakan aktiva real estat yang dijualnya tersebut sebagai hipotik pertama dan tagihannya subordinasi terhadap hak penagih hipotik tersebut. Pendapatan penjualan kapling tanah tanpa bangunan, diakui dengan menggunakan metode akrual penuh (full acrcrual method) pada saat pengikatan jual beli apabila seluruh kriteria berikut ini terpenuhi: 1) Jumlah pembayaran oleh pembeli telah mencapai 20 % dari harga jual yang telah disepakati dan jumlah tersebut tidak dapat diminta kembali. 2) Harga jual akan tertagih. 3) Tagihan penjual tidak subordinasi terhadap pinjaman lain yang diperoleh pembeli di masa Untuk pengakuan pendapatan penjualan kapling tanah tanpa bangunan, kewajiban penjual

untuk membangun fasilitas yang dijanjikan atau kewajiban penjual dianggap telah terpenuhi apabila fasilitas-fasilitas pokok (seperti jalan penghubung dan saluran drainase / pembuangan) telah selesai dibangun. Apabila kriteria pengakuan pendapatan penjualan kapling tanpa bangunan dengan metode akrual penuh (full accrual method) tidak terpenuhi, maka penjualan kapling tanah tanpa bangunan diakui dengan metode deposit (deposit method). Pengakuan Biaya (Beban) Pengembangan Proyek Real Estat Biaya yang berhubungan langsung dengan aktivitas pengembangan real estat dan biaya proyek tidak alngsung yang berhubugan dengan beberapa proyek real estat dialokasi ke proyek pengembangan real estat. Biaya yang tidak jelas hubungannya dengan suatu proyek real estat, seperti biaya umum dan administrasi, diakui sebagai beban pada saat terjadinya. Berikut ini adalah biaya aktivitas pengembangan real estat yang dikapitalisasi ke proyek pengembangan real estat: (a) Biaya praperolehan tanah (preacquisition cost). (b) Biaya perolehan tanah. (c) Biaya yang secara langsung berhubungan dengan proyek. (d) praperolehan tanah yang dikapitalisasi adalah biaya yang berhubungan dengan aktivitas perolehan tanah. Biaya praperolehan tanah mencakup, tetapi tidak terbatas pada komponen biaya sebagai berikut : a) Biaya pengurusan izin pemerintah. b) Biaya konsultasi hukum. c) Biaya studi kelayakan. Pada saat tanah berhasil diperoleh, biaya praperolehan tanah dipindahkan ke biaya proyek pengembangan real estat. Apabila besar kemungkinan (probable) tanah tidak akan berhasil diperoleh, biaya praperolehan tanah langsung diakui sebagai beban pada laporan laba rugi. ANALISIS PEMBAHASAN Sesuai dengan uraian diatas, terlihat bahwa perusahaan mengakui pendapatan dan profit seluruhnya pada saat terjadinya penjualan. Hal tersebut sangat beresiko mengingat perusahaan pada kenyataannya belum menerima secara penuh uang yang diakui sebagai pendapatan tersebut. Selain itu piutang yang dimiliki perusahaan belum seutuhnya tertagih namun perusahaan telah mengakui adanya pendapatan dan profit. 1. Pengunaan metode instalment sales a) Pada saat penjualan Dengan metode installment sales yang mengakui laba kotor pada saat penagihan: Pencatatan transaksi penjualan tanggal 07-07-2009 secara cicilan (kredit) kepada H. Makkalawang sebesar Rp.290.000.000,- sebagai berikut: Piutang KPR Penjualan T.60 Aroepala Rp.290.000.000,- (Pencatatan penjualan oleh perusahaan) Rp.290.000.000,- Piutang KPR Penjualan T.60 Aroepala Rp.290.000.000,- Rp.290.000.000,-

(Pencatatan penjualan berdasarkan metode installment sales) Dalam pencatatan transaksi penjualan tersebut tidak terdapat perbedaan antara pencatatan yang dilakukan oleh perusahaan dengan pencatatan dengan menggunakan metode installment sales. b) Pembebanan harga pokok penjualan Dengan metode installment sales yang mengakui laba kotor pada saat penagihan, maka pencatatan pembebanan harga pokok penjualan yang dilakukan sebagai berikut : HPP T.60 Aroepala Hutang konstruksi T.60 Aroepala Rp.163.150.000,- Rp.163.150.000,- (Pencatatan pembebanan HPP oleh perusahaan) HPP T.60 Aroepala Persediaan rumah siap dijual Rp.163.150.000,- Rp.163.150.000,- (Pencatatan pembebanan HPP berdasarkan metode installment sales) Antara penjurnalan yang dilakukan oleh perusahaan atas pembebanan harga pokok penjualan terlihat perbedaan. PT. TBS pada saat pembebanan HPP pada sisi kredit menggunakan akun Hutang konstruksi T.46 Aroepala, bukan akun Persediaan rumah siap dijual. Hal ini disebabkan oleh strategi perusahaan yang mempengaruhi kebijakan akuntansi yang diterapkan. c) Penerimaan pembayaran uang muka dan pembayaran cicilan Pencatatan penerimaan pembayaran uang muka dari H. Makkalawang sejak penerimaan tanda jadi hingga pelunasan, sebagai berikut: Kas Uang Muka T.60 Aroepala Rp.43.000.000,- Rp.43.000.000,- (Pencatatan penerimaan uang muka tanggal 07-07-2009 oleh perusahaan) Kas Uang Muka T.60 Aroepala Rp.44.000.000,- Rp.44.000.000,- (Pencatatan penerimaan uang muka tanggal 28-07-2009 oleh perusahaan) Kas Piutang KPR Rp.43.000.000,- Rp.43.000.000,-

(Pencatatan penerimaan uang muka tanggal 07-07-2009 bedasarkan metode installment sales) Kas Piutang KPR Rp.44.000.000,- Rp.44.000.000,- (Pencatatan penerimaan uang muka tanggal 28-07-2009 berdasarkan metode installment sales) Dari pencatatan-pencatatan diatas, dapat dilihat bahwa perusahaan mencatat kas masuk sebagai hutang. Sedangkan berdasarkan metode installment sales, kas masuk harus dicatat sebagai piutang. Hal ini terjadi disebabkan perusahaan menerapkan kebijakan uang muka 30%, sehingga uang masuk diasumsikan sebagai hutang yang mana apabila sewaktu-waktu pelanggan membatalkan pembelian rumah, maka berdasarkan ketentuan yang telah disepakati pelanggan masih mungkin untuk mendapatkan uangnya kembali yang telah dibayarkan ke perusahaan. Saldo penerimaan atas pembayaran uang muka sampai pada transaksi ini adalah: Tanggal pembayaran : 07-07-2009 Rp.43.000.000,- 28-07-2009 Rp.44.000.000,- (+) Jumlah Pembayaran Rp 87.000.000,- Jumlah penerimaan uang muka telah mencapai 30% dari harga jual rumah, yaitu Rp.290.000.000,- X 30% = Rp.87.000.000,-, oleh sebab itu perusahaan melakukan jurnal penyesuaian untuk mengalihkan hutang penerimaan uang muka menjadi penerimaan piutang KPR, sebagai berikut : Uang Muka T.60 Aroepala Rp. 87.000.000,- Piutang KPR Rp. 87.000.000,- (Pencatatan penyesuaian uang muka ke piutang KPR oleh perusahaan) Setelah penyesuaian uang muka ke piutang KPR, antara pencatatan yang dilakukan oleh perusahaan dan pencatatan angsuran berdasarkan metode installment sales, tidak terdapat perbedaan. Saldo piutang KPR yang terdapat dalam buku besar setelah perusahaan menerima pembayaran uang muka dari pembeli sebesar 30% adalah sebesar Rp.203.000.000,- dari pembayaran cicilan pertama dan kedua, seperti yang terlihat pada tabel 3. d) Pada saat tutup buku Untuk mengetahui seberapa besar laba kotor yang direalisasi, dilakukan perhitungan sebagai berikut :

Tabel 2 Penerimaan Kas 2009 2009 Penjualan Rp 290.000.000,00 Harga Pokok Penjualan Rp 163.150.000,00 Laba kotor Rp 126.850.000,00 Penerimaan kas selama tahun 2009 07/07/2009 Rp 43.000.000,00 28/07/2009 Rp 44.000.000,00 31/08/2009 Rp 14.500.000,00 30/09/2009 Rp 14.500.000,00 31/10/2009 Rp 14.500.000,00 30/11/2009 Rp 14.500.000,00 31/12/2009 Rp 14.500.000,00 + Jumlah Rp 159.500.000,00 berikut : Sumber : Data diolah. Dari data tabel penerimaan kas diatas dapat diketahui tingkat realisasi laba kotor sebagai Laba kotor % Laba yang direalisasi = x Penjualan 100% = Rp Rp 126.850.000,00 290.000.000,00 x 100% berikut : % Laba yang direalisasi = 44% Laba kotor yang direalisasi dan ditangguhkan untuk tahun 2009 dapat dihitung sebagai Tingkat laba kotor tahun berjalan 44% Kas yang tertagih dari penjualan tahun berjalan Rp 159.500.000,00 Laba kotor yang direalisasi Rp 70.180.000,00 (44% x Rp. 159.500.000,-) Laba kotor yang ditangguhkan Rp 56.670.000,00 (Rp. 126.850.000,- - Rp. 70.180.000,-) Berdasarkan perhitungan-perhitungan tersebut, maka pada saat penutupan buku, pencatatan yang dilakukan berdasarkan metode installment sales sebagai berikut : Penjualan T.60 Aroepala Rp.290.000.000,-

HPP T.60 Aroepala Rp.163.150.000,- Laba kotor yang ditangguhkan Rp.126.850.000,- (Untuk menutup penjualan dan HPP) Laba kotor yang ditangguhkan Laba kotor yang direalisasi Rp.70.150.000,- Rp.70.150.000,- (Untuk menutup laba kotor yang ditangguhkan pada laba kotor yang direalisasi) Laba kotor yang direalisasi Ikhtisar laba rugi Rp.70.150.000,- Rp.70.150.000,- (Untuk menutup laba kotor yang direalisasi pada ikhtisar laba rugi) Berdasarkan pencatatan oleh perusahaan saat penutupan buku pada halaman 47, dapat diketahui bahwa perusahaan mengakui pendapatan atas penjualan kavling 1E.01 sebesar Rp.126.850.000,-. Sedangkan berdasarkan metode installment sales yang mengakui pendapatan berdasarkan kas yang diterima, maka pendapatan yang diterima oleh perusahaan selama tahun 2009 atas penjualan kavling 1E.01 hanyalah sebesar Rp. 70.150.000,-. Berarti pengakuan pendapatan yang dilakukan perusahaan lebih besar daripada kas yang diterima, yakni Rp.56.670.000,- yang akan diterima pada tahun 2010.. cash Tabel 5. Rincian Pembayaran Present Value Bunga Cicilan Piutang Saldo 2% Rp 175.539.900 1 Rp 14.500.000 Rp 3.510.798 Rp 10.989.202 Rp 164.550.698 2 Rp 14.500.000 Rp 3.291.014 Rp 11.208.986 Rp 153.341.712 3 Rp 14.500.000 Rp 3.066.834 Rp 11.433.166 Rp 141.908.546 4 Rp 14.500.000 Rp 2.838.171 Rp 11.661.829 Rp 130.246.717 5 Rp 14.500.000 Rp 2.604.934 Rp 11.895.066 Rp 118.351.651 6 Rp 14.500.000 Rp 2.367.033 Rp 12.132.967 Rp 106.218.684 7 Rp 14.500.000 Rp 2.124.374 Rp 12.375.626 Rp 93.843.058 8 Rp 14.500.000 Rp 1.876.861 Rp 12.623.139 Rp 81.219.919 9 Rp 14.500.001 Rp 1.624.398 Rp 12.875.603 Rp 68.344.317 10 Rp 14.500.002 Rp 1.366.886 Rp 13.133.116 Rp 55.211.201 11 Rp 14.500.003 Rp 1.104.224 Rp 13.395.779 Rp 41.815.422 12 Rp 14.500.004 Rp 836.308 Rp 13.663.696 Rp 28.151.727 13 Rp 14.500.005 Rp 563.035 Rp 13.936.970 Rp 14.214.756 14 Rp 14.500.006 Rp 284.295 Rp 14.215.711 Rp -

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka dapat diperoleh realisasi dari laba kotor yang diterima oleh perusahaan pada akhir tahun adalah sebagai berikut : Laba kotor ditangguhkan = Rp.260.000.000,- ( - ) Rp.126.850.000,- = Rp.133.150.000,- % Laba kotor = Laba kotor ditangguhkan : piutang x 100% = ( Rp.133.150.000,- : Rp.290.000.000,-)x 100% = 45% Laba kotor yang direalisasi = 45% x Rp.159.500.000,- = Rp.71.775.000,- Dengan metode pengakuan pendapatan yang digunakan perusahaan, terlihat bahwa pengakuan laba oleh perusahaan untuk penjualan yang telah mencapai 30% diakui terlalu besar, yaitu Rp. 126.850.000,-. Padahal dalam kenyataannya kas yang diterima perusahaan belum sesuai dengan laba kotor yang diakui oleh perusahaan. KESIMPULAN 1. Dalam mengakui pendapatannya, perusahaan menggunakan metode akrual penuh. 2. Pengakuan pendapatan diakui oleh perusahaan selama produksi berlangsung, yakni setelah tersedia harga kontrak yang disepakati antara perusahaan dan pembeli. DAFTAR PUSTAKA Ahmad Riah dan Belkouni. 2006. Teori Akuntansi. Buku Satu; Edisi Lima. Salemba Empat. Jakarta. Arifin, S. 1999. Pokok-Pokok Akuntansi Lanjutan. Edisi Revisi. Liberty. Yogyakarta. Fischer, Taylor, Lee. 2005. Advance Accounting (Akuntansi Keuangan Lanjutan). Erlangga. Jakarta. Harahap, Sofyan. S. 2007. Teori Akuntansi, edisi revisi, Penerbit : PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hendriksen, Eldon. S dan F. Van Breda. 2000. Teori Accounting. Interaksara. Batam. Hery, SE. Msi. 2009. Teori Akuntansi. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Horngren, Charles T. Walter T. Bamber, Linda Smith. 2006. Akuntansi. edisi enam. jilid satu. PT.Indeks kelompok Gramedia. Jakarta Ikatan Akuntansi Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta. Kieso, Donald E. Weygand, Jerry J. Warfield, Terry D. 2007. Akuntansi Intermediate. edisi dua belas. Erlangga. Jakarta. Santoso, Imam. 2009. Akuntansi Keuangan Menengah. Buku dua. Refika Aditama. Bandung. Skousen, K. Fred, Stice, Earl K. Stice, James D. 2009. Akuntansi Keuangan. edisi enam belas. Salemba Empat. Jakarta. Weygandt, Jery J., Donald E. Kieso, Paul D. Kimmel. 2008. Pengantar Akuntansi. Buku dua. Edisi 7. Salemba Empat. Jakarta.