BADAN PUSAT STATISTIK No.43/08/Th. XI, 14 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II- Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II- mencapai 2,4 persen dibanding triwulan I- (q-to-q) dan apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2007 mengalami pertumbuhan 6,4 persen (y-on-y). Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia semester I- dibandingkan dengan semester I-2007 sebesar 6,4 persen. Besaran PDB atas dasar harga berlaku pada triwulan II- mencapai Rp1.230,9 triliun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan yang sama adalah Rp518,2 triliun. Tiga sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi (q-to-q) adalah sektor pertanian 5,1 persen; sektor pengangkutan dan komunikasi 4,1 persen; dan sektor listrik, gas dan air bersih 3,6 persen. Sementara untuk pertumbuhan (y-on-y) sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 19,6 persen; sektor listrik, gas dan air bersih 11,2 persen; dan sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan 8,7 persen. Struktur PDB triwulan II- masih didominasi oleh sektor industri pengolahan; sektor pertanian; dan sektor perdagangan, hotel dan restoran masing-masing memberikan kontribusi sebesar 27,3 persen, 14,7 persen dan 14,3 persen. Pengeluaran konsumsi rumah tangga pada triwulan II- dibandingkan dengan triwulan I- (qto-q) meningkat sebesar 1,1 persen. Sementara pengeluaran konsumsi pemerintah meningkat 21,2 persen, pembentukan modal tetap bruto 2,4 persen, ekspor barang dan jasa 5,2 persen, serta impor barang dan jasa 5,4 persen. Dibandingkan dengan triwulan II-2007 (y-on-y), pengeluaran konsumsi rumah tangga meningkat 5,3 persen, pengeluaran konsumsi pemerintah 2,2 persen, pembentukan modal tetap bruto 12,8 persen, ekspor barang dan jasa 16,1 persen, serta impor barang dan jasa 16,7 persen. Struktur perekonomian Indonesia secara spasial masih didominasi oleh Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap PDB Nasional sebesar 57,5 persen kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 24,2 persen, Pulau Kalimantan 9,9 persen dan Pulau Sulawesi 4,1 persen serta sisanya sebesar 4,3 persen. 1. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II- Kinerja perekonomian Indonesia yang digambarkan oleh perkembangan PDB atas dasar harga konstan 2000, pada triwulan II- meningkat sebesar 2,4 persen bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q-to-q). Peningkatan ini terjadi pada semua sektor ekonomi. Berita Resmi Statistik No.43/08/Th. XI, 14 Agustus 1
Sektor pertanian pada triwulan II- tumbuh 5,1 persen, setelah pada triwulan I- meningkat cukup tajam sebesar 18,1 persen. Pertumbuhan triwulan II didorong oleh subsektor tanaman perkebunan yang bersifat musiman yaitu tumbuh sebesar 62,0 persen, kemudian kehutanan dan perikanan tumbuh masing-masing sebesar 20,0 persen dan 6,3 persen. Pada triwulan II, untuk subsektor tanaman bahan makanan terjadi perlambatan sebesar minus 5,0 persen dan subsektor peternakan dan hasil-hasilnya minus 3,9 persen. Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan II ini meningkat sebesar 0,6 persen dimana semua subsektor mengalami peningkatan. Subsektor minyak dan gas bumi mengalami pertumbuhan sebesar 0,1 persen, subsektor pertambangan bukan migas sebesar 0,7 persen dan subsektor penggalian sebesar 2,3 persen. Sektor industri pengolahan tumbuh 1,3 persen, bersumber dari kenaikan subsektor industri pengolahan bukan migas yaitu sebesar 1,5 persen, sedangkan subsektor industri pengolahan migas justru mengalami perlambatan sebesar minus 0,9 persen. Selanjutnya sektor listrik, gas dan air bersih meningkat 3,6 persen, sektor konstruksi 2,4 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 2,7 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi 4,1 persen, dan sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan 1,6 persen, serta sektor jasa-jasa 2,5 persen. PDB Indonesia pada triwulan II- bila dibandingkan dengan triwulan II-2007 mencerminkan perubahan tanpa dipengaruhi faktor musim (y-on-y). Secara total PDB Indonesia meningkat sebesar 6,4 persen. Sektor pertanian meningkat 4,6 persen, sektor industri pengolahan 4,1 persen, sektor listrik, gas dan air bersih 11,2 persen, sektor konstruksi 8,0 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 7,9 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi 19,6 persen, sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan 8,7 persen, serta sektor jasa-jasa 6,5 persen. Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian mengalami perlambatan sebesar minus 0,9 persen. Lapangan Usaha Tabel 1 Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha Triw I Triw IV 2007 Triw II Triw I Triw I Triw I 2007 Triw II Triw II 2007 Semester I Semester I 2007 Sumber Pertumbuhan y on y (6) (7) 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan 18,1 5,1 6,1 4,6 5,3 0,7 Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian -0,7 0,6-1,9-0,9-1,4-0,1 3. Industri Pengolahan -0,2 1,3 4,2 4,1 4,1 1,1 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,6 3,6 12,6 11,2 11,9 0,1 5. Konstruksi -1,9 2,4 7,9 8,0 8,0 0,5 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran -0,2 2,7 7,1 7,9 7,5 1,3 7. Pengangkutan dan Komunikasi 1,1 4,1 20,3 19,6 20,0 1,4 8. Keuangan, Real Estat dan Jasa 1,8 1,6 8,2 8,7 8,5 0,8 Perusahaan 9. Jasa-jasa 0,3 2,5 5,6 6,5 6,0 0,6 PDB 2,2 2,4 6,3 6,4 6,4 6,4 PDB Tanpa Migas 2,4 2,6 6,8 6,9 6,8-2 Berita Resmi Statistik No.43/08/Th. XI, 14 Agustus
Sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan sumbangan terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II- (y-on-y) dengan kontribusi sebesar 1,4 persen disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran 1,3 persen, sektor industri pengolahan 1,1 persen, sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan 0,8 persen, sektor pertanian 0,7 persen dan sektor jasa-jasa 0,6 persen. Selanjutnya PDB Indonesia semester I- dibandingkan dengan semester I-2007 menunjukkan kenaikan sebesar 6,4 persen dan terjadi di semua sektor kecuali sektor pertambangan dan penggalian. Pertumbuhan ini didorong oleh pertumbuhan sektor pertanian sebesar 5,3 persen, sektor industri pengolahan 4,1 persen, sektor listrik, gas dan air bersih 11,9 persen, sektor konstruksi 8,0 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 7,5 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi 20,0 persen, sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan 8,5 persen serta sektor jasa-jasa 6,0 persen. 2. Besaran PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 Triwulan I dan II- Pada triwulan I- PDB atas dasar harga berlaku mencapai Rp1.122,1 triliun, kemudian pada triwulan II- mencapai Rp1.230,9 triliun. Sedangkan, atas dasar harga konstan 2000, PDB triwulan I- mencapai Rp505,9 triliun dan triwulan II- adalah Rp518,2 triliun. Lapangan Usaha Tabel 2 PDB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 (triliun rupiah) Harga Berlaku Harga Konstan 2000 Triw I/ Triw II/ Triw I/ Triw II/ 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 164,7 180,6 69,8 73,3 2. Pertambangan dan Penggalian 125,6 142,1 42,3 42,6 3. Industri Pengolahan 304,1 335,9 136,7 138,4 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 9,5 10,1 3,6 3,7 5. Konstruksi 87,5 97,8 31,5 32,2 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 163,2 175,8 87,2 89,6 7. Pengangkutan dan Komunikasi 73,3 73,6 39,5 41,1 8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 85,1 89,1 48,4 49,2 9. Jasa-jasa 109,1 125,9 46,9 48,1 PDB 1 122,1 1 230,9 505,9 518,2 PDB Tanpa Migas 1 001,0 1 090,9 470,4 482,8 Tabel 2 menunjukkan bahwa atas dasar harga berlaku, tiga sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah bruto terbesar pada triwulan II- adalah sektor industri pengolahan sebesar Rp335,9 triliun atau 27,3 persen terhadap total PDB, sektor pertanian sebesar Rp180,6 triliun (14,7 persen), dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp175,8 triliun (14,3 persen). Urutan terbesar berikutnya yaitu: sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp142,1 triliun (11,5 persen), sektor jasa-jasa sebesar Rp125,9 triliun (10,2 persen), sektor konstruksi Rp97,8 triliun (8,0 persen), sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan sebesar Rp89,1 triliun (7,2 persen), sektor pengangkutan dan Berita Resmi Statistik No.43/08/Th. XI, 14 Agustus 3
komunikasi sebesar Rp73,6 triliun (6,0 persen), dan terakhir paling kecil sektor listrik, gas, dan air bersih sebesar Rp10,1 triliun (0,8 persen). Perhitungan atas dasar harga konstan 2000 urutan tiga terbesarnya adalah sektor industri pengolahan Rp138,4 triliun, sektor perdagangan, hotel dan restoran Rp89,6 triliun dan sektor pertanian Rp73,3 triliun. Sedangkan urutan enam sektor lainnya yaitu sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan Rp49,2 triliun, sektor jasa-jasa Rp48,1 triliun, sektor pertambangan dan penggalian Rp42,6 triliun, sektor pengangkutan dan komunikasi Rp41,1 triliun, sektor konstruksi Rp32,2 triliun, dan sektor listrik, gas dan air bersih Rp3,7 triliun. 3. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan I dan II Tahun 2007- Seperti telah disebutkan sebelumnya, lebih dari separuh PDB atas dasar harga berlaku pada triwulan II- berasal dari tiga sektor terbesar yaitu sektor industri pengolahan, sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Masing-masing sektor ini memberikan kontribusi 27,3 persen, 14,7 persen dan 14,3 persen terhadap PDB. Peranan sektor industri pada triwulan II- mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 27,1 persen demikian pula bila dibandingkan dengan triwulan II-2007 yang sebesar 27,0 persen. Tabel 3 Struktur PDB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan I Dan II Tahun 2007- Lapangan Usaha 2007 Triw I Triw II Triw I Triw II 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 13,6 14,1 14,7 14,7 2. Pertambangan dan Penggalian 11,2 11,0 11,2 11,5 3. Industri Pengolahan 27,1 27,0 27,1 27,3 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,9 0,9 0,9 0,8 5. Konstruksi 7,6 7,6 7,8 8,0 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 14,9 14,9 14,5 14,3 7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,6 6,6 6,5 6,0 8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 7,9 7,7 7,6 7,2 9. Jasa-jasa 10,2 10,2 9,7 10,2 PDB 100,0 100,0 100,0 100,0 PDB Tanpa Migas 89,8 89,8 89,2 88,6 4. PDB Menurut Penggunaan Triwulan II- PDB menurut penggunaan terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto dan ekspor-impor. Pengeluaran konsumsi rumah tangga secara riil (atas dasar harga konstan 2000) meningkat sebesar 1,1 persen pada triwulan II- (Rp293,9 triliun) dibandingkan dengan triwulan I- (Rp290,8 triliun). Peningkatan pengeluaran konsumsi rumah tangga tersebut terutama terjadi pada komoditas bukan makanan sebesar 1,7 persen. Bila dibandingkan terhadap triwulan II-2007 (y-on-y), konsumsi rumah tangga 4 Berita Resmi Statistik No.43/08/Th. XI, 14 Agustus
mengalami peningkatan sebesar 5,3 persen dan secara kumulatif (semester I- terhadap semester I- 2007) meningkat 5,5 persen. Pengeluaran konsumsi rumah tangga atas dasar harga berlaku sebesar Rp703,7 triliun pada triwulan I- menjadi Rp742,9 triliun pada triwulan II- dengan kontribusi sebesar 60,3 persen. Pengeluaran konsumsi pemerintah atas dasar harga berlaku sebesar Rp76,7 triliun pada triwulan I- meningkat menjadi Rp105,3 triliun pada triwulan II-. Sementara pengeluaran konsumsi pemerintah atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan II- naik sebesar 21,2 persen dibanding triwulan sebelumnya (q-to-q). Secara y-on-y, konsumsi pemerintah meningkat sebesar 2,2 persen. Demikian pula bila pertumbuhannya ditinjau dari segi kumulatif (c-to-c) mengalami peningkatan sebesar 3,3 persen. Jenis Penggunaan Tabel 4 Laju Pertumbuhan PDB Menurut Penggunaan Triw I Triw II Triw I Triw II Semester I Sumber Pertumbuhan Triw IV Triw I Triw I Triw II Semester I y on y 2007 2007 2007 2007 (6) (7) 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga -0,3 1,1 5,7 5,3 5,5 3,0 2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah -29,7 21,2 4,7 2,2 3,3 0,2 3. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 1,2 2,4 15,4 12,8 14,1 2,8 4. Ekspor Barang dan Jasa 6,1 5,2 15,5 16,1 15,8 7,7 5. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 3,5 5,4 17,8 16,7 17,2 PDB 2,2 2,4 6,3 6,4 6,4 6,4 Pada triwulan II-, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atas dasar harga berlaku sebesar Rp320,0 triliun naik dibanding triwulan I- yang sebesar Rp288,2 triliun. PMTB atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan II- juga mengalami peningkatan sebesar 2,4 persen bila dibandingkan dengan triwulan I-. Peningkatan PMTB atas dasar harga konstan 2000 tersebut terutama terjadi pada alat angkut dalam negeri dan alat angkut luar negeri. PMTB pada triwulan II- dibanding triwulan yang sama pada tahun 2007 (y-on-y) meningkat sebesar 12,8 persen. Demikian pula secara kumulatif (semester I) menunjukkan peningkatan sebesar 14,1 persen. Nilai ekspor atas dasar harga berlaku naik dari Rp346,6 triliun pada triwulan I- menjadi Rp378,1 triliun pada triwulan II-. Peningkatan ekspor tersebut terjadi baik pada komoditas barang maupun jasa. Nilai ekspor pada triwulan II- berdasarkan harga konstan 2000 meningkat sebesar 5,2 persen dibanding triwulan I-, yaitu dari Rp258,1 triliun menjadi Rp271,5 triliun. Apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2007, nilai ekspor atas dasar harga konstan 2000 triwulan II- naik sebesar 16,1 persen. Pertumbuhan ekspor secara kumulatif sebesar 15,8 persen. Kontribusi ekspor pada triwulan II- mencapai 30,7 persen. Nilai impor Indonesia atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan dari Rp308,4 triliun pada triwulan I- menjadi Rp370,8 triliun pada triwulan II-. Peningkatan impor tersebut terjadi pada impor barang dan jasa. Sementara itu nilai impor Indonesia atas dasar harga konstan 2000 Berita Resmi Statistik No.43/08/Th. XI, 14 Agustus 5
mengalami peningkatan sebesar 5,4 persen, dari Rp206,0 triliun pada triwulan I- menjadi Rp217,2 triliun pada triwulan II-. Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2007, nilai impor atas dasar harga konstan 2000 triwulan II- naik sebesar 16,7 persen. Sementara secara kumulatif impor semester I- dibandingkan semester I-2007 meningkat sebesar 17,2 persen. Tabel 5 PDB Menurut Penggunaan Triwulan I dan Triwulan II- (triliun rupiah) Jenis Penggunaan Harga Berlaku Harga Konstan 2000 Triw I Triw II Triw I Triw II 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 703,7 742,9 290,8 293,9 2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 76,7 105,3 32,5 39,4 3. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 288,2 320,0 118,0 120,9 4. a. Perubahan Inventori -1,6 6,5-0,7 3,3 b. Diskrepansi Statistik 16,9 48,9 13,2 6,4 5. Ekspor Barang dan Jasa 346,6 378,1 258,1 271,5 6. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 308,4 370,8 206,0 217,2 PDB 1 122,1 1 230,9 505,9 518,2 Tabel 6 Distribusi Komponen-Komponen PDB Penggunaan Triwulan I dan Triwulan II- Jenis Penggunaan Harga Berlaku Harga Konstan 2000 Triw I Triw II Triw I Triw II 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 62,7 60,3 57,5 56,7 2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 6,8 8,6 6,4 7,6 3. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 25,7 26,0 23,3 23,3 4. a. Perubahan Inventori -0,1 0,5-0,1 0,6 b. Diskrepansi Statistik 1,5 4,0 2,6 1,3 5. Ekspor Barang dan Jasa 30,9 30,7 51,0 52,4 6. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 27,5 30,1 40,7 41,9 PDB 100,0 100,0 100,0 100,0 Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II- (y-on-y) sebagian besar bersumber dari komponen ekspor barang dan jasa yaitu sebesar 7,7 persen. Sumbangan terbesar kedua (3,0 persen) bersumber dari komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga yang merupakan komponen terbesar PDB. Pembentukan modal tetap bruto dan konsumsi pemerintah memberikan kontribusi yang paling kecil terhadap total pertumbuhan PDB dengan kontribusi masing-masing sebesar 2,8 persen dan 0,2 persen. 6 Berita Resmi Statistik No.43/08/Th. XI, 14 Agustus
5. Profil Spasial Perekonomian Indonesia Triwulan II- Struktur perekonomian Indonesia secara spasial masih didominasi oleh Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap PDB Nasional sebesar 57,5 persen. Kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 24,2 persen, Pulau Kalimantan 9,9 persen dan Pulau Sulawesi 4,1 persen serta sisanya sebesar 4,3 persen. Tiga penyumbang terbesar dari sisi kontribusi terhadap total perekonomian berdasarkan provinsi adalah DKI Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat. Ketiga provinsi tersebut memberikan kontribusi sebesar 44,8 persen. Di Pulau Jawa provinsi-provinsi yang memberikan sumbangan terbesar terhadap pulau tersebut berturut-turut adalah: DKI Jakarta (27,7 persen), Jawa Timur (25,4 persen), Jawa Barat (24,8 persen), Jawa Tengah (15,6 persen), Banten (5,0 persen) dan DI Yogyakarta (1,5 persen). Selain Pulau Jawa, Pulau Sumatera merupakan penyumbang terbesar kedua. Tiga provinsi penyumbang terbesar terhadap pulau di Pulau Sumatera adalah Riau (29,8 persen), Sumatera Utara (20,8 persen) dan Sumatera Selatan (13,6 persen). Provinsi penyumbang terbesar di Pulau Kalimantan adalah Kalimantan Timur sebesar 68,9 persen terhadap pulau tersebut, sedangkan provinsi penyumbang terbesar di Pulau Sulawesi adalah Sulawesi Selatan sebesar 50,1 persen terhadap pulaunya. Berita Resmi Statistik No.43/08/Th. XI, 14 Agustus 7