STRUKTUR HISTOLOGIS ORGAN HEPAR DAN REN MENCIT (Mus musculus L) JANTAN SETELAH PERLAKUAN DENGAN EKSTRAK KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L)

dokumen-dokumen yang mirip
POTENSI EKSTRAK DAUN DAN TANGKAI DAUN PEGAGAN (Centella asiatica) PADA PENURUNAN MOTILITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus muscullus)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan pewarna saat ini memang sudah tidak bisa dipisahkan dari

EFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR* Intisari

EFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR. Intisari

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian yang khusus dari masyarakat dilingkungan sekitar. dapat dimanfaatkan salah satunya limbah ampas tahu.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

Key words : sukun, mencit dan fertilitas.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 2001) dan menurut infomasi tahun 2007 laju pertumbuhan penduduk sudah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Rata-rata penurunan jumlah glomerulus ginjal pada mencit jantan (Mus

Abstrak. Pendahuluan. 10 Prosiding Simposium Nasional Peluang dan Tantangan Obat Tradisional dalam Pelayanan Kesehatan Formal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Jumlah Sel-sel Spermatogenik. Hasil penelitian pemberian ekstrak buah pare (Momordica charantia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan

1 Universitas Kristen Maranatha

GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL TIKUS BETINA (Rattus rattus) YANG DIINJEKSI VITAMIN C DOSIS TINGGI DALAM JANGKA WAKTU LAMA

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menguji antioksidan dari rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.)

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only

BAB I PENDAHULUAN. budaya di dalam masyarakat Indonesia. Sebab, obat-obatan tradisional lebih

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh : Wiwik Yulia Tristiningrum M BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah salah satu masalah kesehatan utama dalam hidup, dan

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya

STUDI HISTOPATOLOGI HATI TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) yang diberi EKSTRAK ETANOL DAUN KEDONDONG (Spondias dulcis G.Forst) SECARA ORAL ABSTRAK

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Tanaman sambiloto telah lama terkenal digunakan sebagai obat, menurut Widyawati (2007) sambil oto dapat memberikan efek hepatoprotektif, efek

MATERI DAN METODE PENELITIAN

UJI KUALITAS SPERMATOZOID MENCIT PUTIH JANTAN DENGAN EKSTRAK BUAH PARE (Momordica charantia L.)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMA PEMULIHAN VIABILITAS SPERMATOZOA MENCIT JANTAN (Mus musculus L.) SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Rataan bobot badan ayam (gram) yang diberikan ekstrak tanaman obat dari minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-4

BAB I PENDAHULUAN. untuk menelitinya lebih jauh adalah Coriolus versicolor.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk mencapai tata kehidupan yang selaras dan seimbang dengan

Yuni Haryati Sisilia, Novi Febrianti, Risanti Dhaniaputri

BAB III METODE PENELITIAN. Anatomi, Ilmu Jiwa, dan Ilmu Farmakologi. dengan desain penelitian Post Test Only Control Group Design dimana

BAB I PENDAHULUAN. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia cukup tinggi (Sugiri, 2009), yakni

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

hepatotoksisitas bila digunakan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama atau tidak sesuai aturan, misalnya asetosal dan paracetamol

BAB IV METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental murni dengan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan metode

III. METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung pada bulan Juni sampai Juli 2015.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012).

BAB III METODOLOGI. untuk Microsoft Windows.

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BAWANG TIWAI TERHADAP HISPATOLOGI GINJAL MENCIT ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. Kesehatan atau kondisi prima adalah modal yang penting dalam menjalani

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Kajian Ekstrak Daun Kedondong (Spondias dulcis G.Forst.) Diberikan Secara Oral Pada Tikus Putih Ditinjau Dari Histopatologi Ginjal

BAB III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Population Data Sheet (2014), Indonesia merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan percobaan post-test only control group design. Pengambilan hewan

BAB I PENDAHULUAN. Warna merupakan salah satu sifat yang penting dari makanan, di samping juga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Besar Veteriner Wates sebagai tempat pembuatan preparat awetan testis.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi

BAB I PENDAHULUAN. penanganan serius, bukan hanya itu tetapi begitu juga dengan infertilitas. dan rumit (Hermawanto & Hadiwijaya, 2007)

III. METODE PENELITIAN. test-only control group design. Menggunakan 20 ekor tikus putih yang

BAB III METODE PENELITIAN. motilitas spermatozoa terhadap hewan coba dilaksanakan di rumah hewan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test. Randomized Control Group Design.

BAB 1 PENDAHULUAN. ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA. Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan

Pengetahuan tentang overweight dan obesitas, baik yang menyangkut penyebab, maupun akibatnya perlu diketahui orang banyak khususnya bagi remaja, guna

BAB III METODE PENELITIAN. terkontrol. Menggunakan 25 ekor tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis makan yang kita konsumsi, boraks sering digunakan dalam campuran

BAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh dipasaran.

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengandung purin juga bisa menghasilkan asam urat. Oleh karena itulah

BAB I PENDAHULUAN. (Wasser, 2002). Polisakarida mempunyai kemampuan untuk meningkatkan sistem

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode acak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba setelah pemberian polisakarida krestin (PSK) dari jamur Coriolus versicolor

I. PENDAHULUAN. serbaguna bagi kehidupan mahluk hidup (Yani, 2010). Air sungai saat ini banyak

BAB I PENDAHULUAN. berat badan, dan sindrom restoran Cina, pada sebagian orang. 2, 3

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan

PENGARUH PEMBERIAN INFUS TAPAK DARA (Vinca sp) PERORAL TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIK DAN BERAT HEPAR MENCIT BETINA (Mus musculus)

BAB III METODE PENELITIAN. dengan Rancangan Acak Terkontrol (RAT). Pemeliharaan dan pemberian ekstrak cabe jawa dan zinc (Zn) pada tikus

Transkripsi:

BIOSCIENTIAE Volume 1, Nomor 1, Januari 2004 Halaman 23-30 STRUKTUR HISTOLOGIS ORGAN HEPAR DAN REN MENCIT (Mus musculus L) JANTAN SETELAH PERLAKUAN DENGAN EKSTRAK KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L) Rusmiati Program Studi Biologi Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat Jl. A. Yani Km 35,8 Banjarbaru, Kalimantan Selatan Asri Lestari Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Lambung Mangkurat ABSTRAK Kayu secang sudah digunakan oleh masyarakat untuk mengobati berbagai macam penyakit dan sebagai antifertilitas pada pria. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek samping kayu secang pada organ hati dan ginjal mencit jantan. 15 ekor mencit jantan umur 2,5 bulan dikelompokkan: kontrol, plasebo, ekstrak ethanol, fraksi kloroform, dan fraksi air, masingmasing dengan dosis 50 mg/25 gr BB. Masing-masing ekstrak diberikan secara oral/ml setiap hari selama 10 hari. Sediaan histologis dibuat dengan metode parafin dan pewarnaan HE. Data dikumpulkan secara kualitatif membandingkan antara kelompok perlakuan dengan kontrol dan plasebo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada organ hati ekstrak kayu secang menyebabkan megalositosis pada inti sel dan degenerasi sel (ekstrak ethanol), focal degenerasi (fraksi kloroform), infiltrasi sel radang limfosit pada vena sentralis dan focal degenerasi sel hepar (fraksi air). Pada ginjal menyebabkan dilatasi sebagian tubuli (ekstrak ethanol), squamous metaflasia (fraksi kloroform) dan ukuran epithel yang membesar (fraksi air), semua disertai dengan tetes-tetes protein dalam lumen tubulus. Secara umum kayu secang belum berefek buruk baik pada struktur histologis hepar maupun ren. Kata kunci : kayu secang, struktur histologis, hepar, ren 2004 Program Studi Biologi FMIPA Unlam 23

BIOSCIENTIAE: Vol. 1, No. 1, 2004: 23-30 PENDAHULUAN Di Indonesia pengobatan tradisional sudah berlangsung sejak dahulu, dan obat tradisional telah digunakan meluas secara turun temurun. Umumnya obat tradisional digunakan untuk pencegahan, pengobatan, dan menambah daya tahan (Ma arifin, 1981). Dalam sistem kesehatan nasional, obat tradisional digunakan di samping obat modern dan sarana kesehatan lain (Anonim, 1982) Tanaman masih merupakan sumber utama dalam pencarian obat baru. Oleh sebab itu pemanfaatan bahan tanaman masih merupakan prioritas untuk diteliti mengingat bahan obat-obatan dari tanaman mempunyai keuntungan tersendiri yaitu toksisitasnya rendah, mudah diperoleh, murah harganya dan kurang menimbulkan efek samping (Nurhuda, dkk., 1995) Salah satu tanaman yang banyak terdapat di Indonesia adalah secang (Caesalpinia sappan L). Tanaman ini digunakan masyarakat untuk mengobati diare, rematik, cuci darah, analgetik, anti piretik, penyakit kulit, desinfektan dan tonikum (Chairul, dkk. 1995). Secang juga berkhasiat antifertilitas, baik pada pria (Shih, 1990) maupun mencit jantan (Astuti, 1995; Rusmiati, 1997). Diduga tanaman ini berpotensi sebagai bahan kontrasepsi pria. Mengingat hasil positifnya, sebelum melangkah lebih jauh perlu dilakukan penelitian mengenai toksisitas kayu secang, untuk melindungi masyarakat dari efek yang mungkin merugikan. Efek toksik obat-obatan sering terlihat dalam jaringan terutama hepar dan ren, yang pada pemeriksaan histologis tampak berupa degenerasi bersama-sama dengan pembentukan vakuola besar, penimbunan lemak dan nekrosis. Di Indonesia penelitian mengenai toksisitas kayu secang yang terkait dengan bidang histopatologi belum banyak dilakukan, oleh karena itu penelitian ini dilakukan. Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana gambaran struktur histologis hepar dan ren mencit jantan setelah diberi ekstrak kayu secang. Tujuannya adalah untuk mengetahui struktur histologis hepar dan ren mencit jantan setelah diberi ekstrak kayu secang. 24

Rusmiati & Lestari Kayu secang dan struktur hepar dan ren BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di laboratorium PMIPA FKIP UNLAM selama 4 bulan (Oktober 1998 Januari 1999) dengan tahapan sebagai berikut. Pembuatan ekstrak dan fraksi kayu secang Simplisia kayu secang kering dibuat serbuk dan dimaserasi dengan etanol 90% selama 1 jam, diendapkan 24 jam, disaring, diuapkan sampai diperoleh ekstrak kering. Sebagian ekstrak diambil dan sebagian diekstrak lagi dengan kloroform dan air, disaring, diuapkan hingga diperoleh fraksi kloroform dan fraksi air kering. Rancangan Percobaan Penelitian ini menerapkan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari : kontrol (tidak diperlakukan) plasebo (diberi air dan PVP 1%), ekstrak etanol 50mg/25 gr BB, fraksi kloroform 50 mg/25 gr BB dan fraksi air 50mg/gr BB. Cara Perlakuan Masing-masing ekstrak diberikan pada hewan uji per oral dengan disposible syringe sehari sekali, setiap mencit diberi 1 ml. Setelah 10 hari, pemberian ekstrak dihentikan dan pada hari itu juga diadakan pengamatan. Tiga mencit jantan dari tiap kelompok dinarkosis dengan kloroform, dibedah, diambil hepar dan ren sebelah kanan untuk dibuat sediaan mikroanatomi. Pembuatan sediaan mikroanatomi dengan metode parafin dan pewarnaan Hematoksilin Eosin (MC Manus dan Mowry, 1960). 25

BIOSCIENTIAE: Vol. 1, No. 1, 2004: 23-30 Analisis Data Data yang dikumpulkan bersifat kualitatif yaitu gambaran histologis hepar berupa degenerasi sel, pembentukan vakuola, penimbunan lemak dan nekrosis. Pada ren dilihat perubahan glomerulus dan tubulus. Data diperoleh dengan membandingkan kelompok perlakuan dengan kontrol dan plasebo. HASIL Gambaran Histologis hepar mencit Pada kelompok kontrol dan plasebo, tidak ditemukan kelainan potologis. Struktur sel dan parenkin normal, hepatosit tersusun dalam lobulus hati, berbentuk poligonal, inti dengan batas jelas dan terletak setralis. Vena sentralis di tengah, sinosoid tersebar difus (Gambar 1A). Pemberian ekstrak kayu secang menyebabkan megalositosis pada inti sel dan degenerasi sel (Gambar 1B). Perlakuan dengan fraksi kloroform mengakibatkan degenerasi sel (Gambar 1C), sedangkan perlakuan dengan fraksi air menyebabkan infiltrasi sel radang limposit pada vena sentralis disertai degenerasi sel (Gambar 1D). Gambaran Histologis Ren Mencit Kelompok kontrol dan plasebo menunjukkan gambaran normal secara umum, tanpa kelainan patologis ren (Gambar 2A). Pada kelompok ekstrak kayu secang (Gambar 2B) terlihat adanya sebagian tubuli yang tidak jelas batasnya dan adanya tetes protein (Gambar 2C). Perlakuan dengan fraksi kloroform menyebabkan squamous metaflasia pada sebagian epitil tubuli dan tetes protein terlihat jelas. Pada perlakuan fraksi air (Gambar 2D) terlihat epitel tubuli sedikit membesar. Testes protein lebih banyak dari perlakuan sebelumnya. 26

Rusmiati & Lestari Kayu secang dan struktur hepar dan ren PEMBAHASAN Adanya zat yang bersifat toksik pada hepar ditandai dengan adanya degenerasi sel yang meliputi degenerasi bengkak keruh, degenerasi perlemakan pembentukkan vakuola dan nekrosis (kematian sel). Pada ren ditandai dengan adanya perubahan pada glomerulus dan tubulus-tubulusnya serta oedema. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kayu secang belum berefek buruk terhadap hepar dan ren. Walapun adanya perubahan dari perlakuan kontrol sudah merupakan petunjuk adanya gangguan metabolisme dalam sel. Tetapi gangguan ini tidak begitu parah. Gangguan metabolisme sel biasanya didahului oleh berkurangnya oksigen karena pengaruh masuknya senyawa toksik dalam ekstrak kayu secang kedalam tubuh. Ini sesuai dengan pendapat Winekler et al. (1971) bahwa oksigen sangat penting bagi berbagai reaksi seluler sehingga terganggunya suplai oksigen berakibat reaksi seluler tidak berjalan sebagaimana mestinya. Infiltrasi sel radang limfosit pada vena sentralis disebabkan rusaknya sel endotel yang sangat peka terhadap zat racun. Menurut Ressang (1984) peradangan pada hepar dimulai pada vena sentralis sebagai tempat penampungan darah yang berasal dari arteri hepatica dan vena porta. Akibat pembendungan ini sirkulasi darah terganggu dan dapat mengakibatkan sel hepar mengalami degenerasi hingga nekrosis karena kekurangan natrium dan oksigen. Banyaknya tetes protein pada tubulus ginjal akibat adanya zat toksik dari kayu secang yang mengganggu proses filtrasi, sehingga bahan tersebut tertinggal di lumen tubulus. Dari penelitian ditemukan bahwa meskipun individu sel hepatosit dan sel tubuli ada yang mengalami degenerasi, tetapi secara umum sel-sel tersebut boleh dikatakan baik, karena tidak ada kerusakan yang lebih parah seperti pembentukkan vakuola, penimbunan lemak dan nekrosis. Ini mungkin disebabkan waktu penelitian yang hanya 10 hari atau memang tidak berefek. Oleh sebab itu perlu penelitian lebih lanjut. 27

BIOSCIENTIAE: Vol. 1, No. 1, 2004: 23-30 KESIMPULAN 1. Terhadap hepar mencit jantan, ekstrak kayu secang mengakibatkan megalositosis pada inti sel dan degenerasi sel (ekstrak etanol), degenerasi sel (fraksi kloroform), infiltrasi sel radang limfosit pada vena sentralis dan focal degenerasi sel hepas (fraksi air). 2. Terhadap ren mencit jantan, ekstrak kayu secang mengakibatkan dilatasi (tubulus yang tidak jelas batas batasnya), (ekstrak etanol) squamous metaflasia pada sebagian epitel (fraksi kloroform), ukuran epitel yang agak membesar (fraksi air). Semua gambaran histologis ren disertai tetes protein dalam lumen tubuli. 3. Secara umum ekstrak kayu secang belum berefek buruk baik pada struktur histologis hepar maupun ren mencit. UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi Ditjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional yang mendanai penelitian ini, dengan Surat Perjanjian pelaksanaan penelitian Dosen Muda nomor : 068/JOB.21/PL/R-1998 Tahun Anggaran 1998-1999 DAFTAR PUSTAKA Astuti, Zulkarnani YB, Sundari S. 1995. Penelitian Ekstrak Kayu Secang Terhadap Motilitas Spermatozoa dan Laju Fertilisasi Mus musculus L. Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia IX, Yogyakarta. Anonim. 1982. Sistem Kesehatan Nasional. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Chairul, Silviani R, Agusta A, dan Handoko S. 1995. Uji Antifiretik Ekstrak Kayu Secang pada Tikus Putih Jantan. Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia IX, Yogyakarta. Ma rifin H. 1981. Peranan Farmakologi Dalam Pengembangan Obat Tradisional Simposium Penelitian Tumbuhan Obat V, Yogyakarta. Mc Manus JFA dan Mowry RW. 1960. Staining Methods Histologic and Biochemical. Medical Division of Harfer and Brother New York. 28

Rusmiati & Lestari Kayu secang dan struktur hepar dan ren Nurhuda, Soeradi O, Suhana M, dan Sodikin M. 1995. Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Pare Terhadap Jumlah dan Motilitas Spermatozoa Tikus Jantan. Jurnal Kedokteran YARSI, Vol 3 dan 2. Ressang AA. 1984. Patologi Khusus Veteriner. NV Percetakan Bali, Bali. Rusmiati. 1997. Pengaruh Ekstrak Kayu Secang terhadap Struktur Mikroanatomi Tubulus Seminiferus Testis dan Kualitas Spermatozoa Mencit. Tesis Magister. Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta. (Tidak dipublikasikan). Shih, IM. 1990. Antimotility Effects of Chinese Herbal Medicines on Human Sperm. Journal of Medical Associates. Winkler, Anstall JMM, dan Dinacler FM. 1971. Pathology. An Introduction. The CV Mosby & Co, London. A. Kontrol B. Ekstrak etanol C. Fraksi kloroform D. Fraksi air Gambar 1. Struktur histologis hepar mencit Penampang melintang; tebal irisan 6 u; pewarnaan HE; pembesaran 400x. 1. Vena sentralis; 2. Sinusoid; 3. Hepatosit; 4. Inti; 5. Megalositosis; 6. Sel Kuffer; 7. Degenerasi sel; 8. Infiltrasi sel radang limfosit 29

BIOSCIENTIAE: Vol. 1, No. 1, 2004: 23-30 A. Kontrol B. Ekstrak etanol C. Fraksi kloroform D. Fraksi air Gambar 2. Struktur histologis ren mencit. Penampang melintang; tebal irisan 6 u; pewarnaan HE; pembesaran 400x 1. Glomerulus; 2. Lumen tubulus; 3. Dilatasi sebagian tubuli; 4. Tetes-tetes protein; 5. Squamous metaflasia; 6. Epithelium tubuli yang membesar; 7. Degenerasi sel; 8. Infiltrasi sel radang limfosit 30