BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mereka mengubah dirinya sendiri (QS. Ar Ra du/13: 11).

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah lembaga formal tempat siswa menimba ilmu dalam

BAB I PENDAHULUAN. formal sebagai tempat untuk mendapatkan pendidikan diharapkan dapat. memberikan bimbingan yang dibutuhkan oleh peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Akhirnya memang akan menjadi fenomena yang jelas-jelas mencoreng

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal sekarang sudah merupakan bagian yang integral dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku bolos sebenarnya bukan merupakan hal yang baru lagi bagi

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

2. Faktor pendidikan dan sekolah

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

BIMBINGAN. Cecep Kustandi KONSELING

BAB V PEMBAHASAN. hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa perilaku adalah segala sesuatu yang

UPAYA GURU PEMBIMBING UNTUK MENCEGAH PERILAKU SISWA MENYIMPANG

I. PENDAHULUAN. ialah menyediakan lowongan untuk menyalurkan dan memperdalam. bakat dan minat yang di miliki seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan dasar yang penting bagi kemajuan di negara kita karena

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian, kreativitas dan produktivitas. Namun, pendidikan di sekolah sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia terbentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensial-potensial seperti

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA. Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja lainnya yang menyebabkan terhambatnya kreatifitas siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. berlakunya kurikulum 1975 yang menyatakan bawa bimbingan dan penyuluhan

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang, sehingga setiap siswa memerlukan orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB II LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DIMTs NEGERI 1 CILEGON

BAB I PENDAHULUAN. apa yang bagus, dan juga terhadap perkembangan belajarnya disekolah. Hal ini. yang sangat besar dalam perkembangan kepribadiannya.

Wawasan Bimbingan Konseling di Sekolah. Meliputi : pengertian, tujuan, landasan & urgensi BK, fungsi, sifat, ruang lingkup, prinsipprinsip,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengaruh penting dalam kehidupan manusia. Misalnya lokasi, iklim,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kita ketahui bahwa keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan

BAB I PENDAHULUAN. persiapan untuk kehidupan yang baik dikemudian hari, oleh karena itu banyak orang tua

BAB I PENDAHULUAN. tingkat tinggi, sedang, maupun rendah. Masalah (problem) didefinisikan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undangundang. Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3:

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang diarahkan pada peningkatan intelektual dan emosional anak

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah.

KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING. By: Asroful Kadafi

BAB 1 PENDAHULUAN. diantaranya para siswa harus melalui psikotes.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah-sekolah dengan dicantumkannya bimbingan dan konseling pada

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas masalah-masalah berujung pada konflik-konflik dan rintangan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Manusia seutuhnya mampu menciptakan dan mampu memperoleh. kesenangan dan kebahagiaan bagi dirinya sendiri dan lingkungannya berkat

PENGARUH PERAN GURU DALAM MEMBIMBING SISWA PADA MATA PELAJARAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN SISTEM REFRIGERASI DENGAN HASIL BELAJAR SISWA

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah wadah untuk mencari ilmu pengetahuan bagi siswa. Selain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. seseorang itu salah satunya adalah motivasi ( Sardiman, 2011:75).

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak-anak. Kata remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

Jurnal Konseling dan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perilaku sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. sering diartikan juga sebagai sekolah agama bagi pelajar muslim (Sumadi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rupa sehingga menjadi tingkah laku yang diinginkan (Gunarsa, 1987). Di sini

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk

MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN. Oleh M. Andi Setiawan, M.

MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU KELAS SEBAGAI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING (BK) DI SLB MARDI MULYO KRETEK

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengertian bimbingan pertama kali dikemukakan dalam Years Book of

BAB III PENYAJIAN DATA PELAKSANAAN KONSELING KELOMPOK DALAM MEMBENTUK JIWA KEPEMIMPINAN SISWA KELAS X1 DI SMAN 12 PEKANBARU

MANAJEMEN PENANGANAN MASALAH SISWA (STUDI DI MTS MUHAMMADIYAH 3 AL-FURQAN BANJARMASIN) Husnul Madihah*

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan tempat didikan bagi anak anak. Lebih dalam tentang

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis tentang Gejala Gejala Depresi Yang Di Tampakkan Seorang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini, banyak sekali persoalan yang dihadapi para remaja antara

BAB I PENDAHULUAN. baik pada fisik jasmaniah, maupun mental.perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Konseling memiliki peranan yang sangat menentukan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta

BAB I PENDAHULUAN. yang matang akan menciptakan generasi-generasi yang cerdas baik cerdas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. dalam banyak hal remaja sekarang dihadapkan pada lingkungan yang tidak. karena remaja adalah masa depan bangsa.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Perkembangan psikologis pada masa remaja sering diwarnai dengan bebagai macam konflik, baik itu konflik yang bersifat internal maupun eksternal. Terdapat beberapa remaja yang belum siap menghadapi berbagai problem baik itu dari lingkungan pendidikan maupun sosial di sekolah sehingga mempengaruhi perilaku yang secara tidak langsung berpengaruh pada proses belajar. Seorang siswa dikategorikan bermasalah, apabila ia menunjukkan gejala-gejala penyimpangan seperti suka menyendiri, sering terlambat masuk kelas, tidak sopan terhadap gurunya atau suka menarik perhatian orang lain seperti membuat onar. Dalam sebuah penyelidikan bersekala besar yang dilakukan oleh Thomas Achenbach dan Craig Edelbrock (1981), ditemukan bahwa remaja-remaja yang berasal dari latar belakang sosial-ekonomi rendah memiliki kecenderungan lebih besar untuk mengalami masalah dibandingkan remajaremaja yang berasal dari latar belakang sosial-ekonomi menengah. Sebagian masalah yang dialami oleh para remaja yang berasal dari latar belakang sosial-ekonomi rendah merupakan perilaku eksternalisasi yang tidak terkendali. Sebagai contoh, menganggu kebersamaan orang lain dan berkelahi. Sekolah menjadi salah satu lingkungan yang sangat penting, karena sekolah adalah tempat siswa menimba ilmu pengetahuan dan budaya, dan sekolah juga sebagai wadah untuk pengembangan karakter dan kepribadian anak. Bimbingan dan konseling di indonesia semakin dikembangkan terutama di sekolah lanjutan karena di jenjang tersebut terdiri dari

kaum remaja yang masih rawan dalam perkembanganya, mudah terpengaruh, dan merupakan usia potensial dimana aspek kepribadianya berkembang. Dengan kondisi remaja yang sangat labil mereka dapat berbuat apa saja yang mereka inginkan dan tidak memperdulikan orang lain. Masalah-masalah yang dilakukan oleh siswa di sekolah seperti membolos sekolah merupakan bagian dari penemuan identitas dirinya. Secara psikologis kondisi mental remaja sangat labil, sehingga tingkah lakunya masih dipengaruhi kuat oleh sisi emosionalnya. Menyadari hal tersebut guru bimbingan dan konseling harus memberikan pengarahan kepada siswanya untuk mengikuti kegiatan belajar di sekolah dengan baik. Dari hasil riset jurnal bimbingan konseling oleh Heri Bagus Agung Wicaksono (2002), guru bimbingan dan konseling juga wajib memantau perkembangan siswa dan wajib untuk membimbing dan membantu siswa dalam menyelesaikan masalah yang terdapat dalam diri anak didiknya. Konseling dirasakan sangat perlu di lembaga-lembaga pendidikan, karena konseling bukan hanya bantuan berupa nasihat melainkan bantuan yang diberikan kepada individu secara terus menerus dalam menghadapi persoalan-persoalan yang timbul dalam hidupnya. Pemberihan nasihat hanya merupakan sebagian kecil dari upaya-upaya konseling. Pelayanan konseling menyangkut seluruh kepentingan klien dalam rangka pengembangan pribadi klien secara optimal. Disamping memerlukan pemberian nasihat, pada umumnya klien memerlukan layanan lain. Seperti pemberian informasi, bimbingan belajar, bimbingan individual, bimbingan kelompok, layanan kepada orang tua siswa dan masyarakat dan lain sebagainya. 1 Guru BK atau konselor juga harus melakukan upaya-upaya tindak lanjut serta mensinkronkan upaya satu dengan upaya lainya sehingga keseluruhan upaya itu menjadi satu rangkaian yang terpadu dan berkesinambungan. 2 1 Latipun, Psikologi Konseling (Malang, UPT Universitas Muhammadiyah Malang, 2011) 2 Prayitno Dan Amti Erman, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1994) hal.123

Sekolah menyediakan fasilitas bagi siswa agar dengan mudah berkonsultasi dengan guru BK dalam menyampaikan permasalahan yang ada dalam dirinya. Keberadaan konselor bagi pendidikan di sekolah terasa sekali manfaatnya. Hal ini salah satunya di dorong oleh beragam problem, permasalahan, dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa saat belajar, yang itu tidak dapat atau kurang sesuai jika diselesaikan dengan kegiatan pengajaran dan pelatihan, namun melalui konseling. Layanan konseling merupakan pemberian bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupanya dengan wawancara dan dengan cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. 3 konseling disini bukan menunjukkan salah satu aspek layanan apa yang terbaik melainkan sebuah keterampilan dasar yang dimiliki oleh konselor dalam memberikan konseling perseorangan, kelompok, pemberian informasi pendidikan, maupun kematangan dalam penyusunan program bimbingan konseling di sekolah. Kaitanya dengan mengatasi masalah siswa di sekolah, guru BK harus sudah siap menyediakan layanan yang tepat untuk siswa yang bermasalah. Hal ini sangat penting agar proses belajar siswa tidak terganggu, agar siswa tidak mengalami kesulitan belajar, dan bisa bersosialisasi dengan baik di sekolah mengingat jenjang sekolah yang diemban mereka adalah sekolah menengah ke atas. Kenakalan siswa merupakan suatu bentuk perilaku siswa yang meyimpang dari aturan sekolah. Kenakalan siswa banyak macamnya, salah satunya ialah membolos. Membolos disebut kenakalan remaja karena membolos sudah merupakan perilaku yang mencerminkan telah melanggar aturan sekolah. Kata bolos sangat populer dikalangan siswa pelajar. Perilaku membolos sebenarnya bukan merupakan hal yang baru lagi bagi banyak pelajar. Setidaknya bagi mereka yang pernah mengenyam pendidikan. Hal ini disebabkan karena perilaku membolos itu sendiri telah ada sejak dulu. Tindakan membolos dikedepankan 33 Ibid

sebagai sebuah jawaban atas kejenuhan yang sering dialami siswa terhadap kurikulum sekolah. Buntutnya memang akan menjadi fenomena yang jelas-jelas mencoreng lembaga persekolahan itu sendiri. Tidak hanya di kota-kota besar saja siswa yang terlihat sering membolos, bahkan sekolah yang letaknya di daerah-daerah pun perilaku membolos sudah menjadi kegemaran. Dilihat dari kasus di sekolah SMKN 2 Malang, 31% siswa kelas X dan XI membolos pada jam efektif sekolah. Jumlah siswa yang membolos pada jam efektif sekolah telah direkap oleh pihak tatib sekolah. Hasilnya dari bulan Juli sampai November jumlah siswa yang membolos semakin lama semakin meningkat dari 42% menjadi 52%. Terlepas dari jumlah tersebut harus menjadi perhatian bagi intuisi yang bernama sekolah, karena apabila tidak disikapi dengan baik, kemungkinan yang kecil akan jumlah siswa yang membolos akan terus meningkat. Perilaku membolos dikontrol yaitu melalui layanan konseling individual. Karena pada masa remaja saat ini perilaku bermasalah rentan sekali karena faktor lingkungan dan teman sebaya. 80% peserta didik yang tidak mau membicarakan masalah pribadi atau urusan pribadi mereka dalam diskusi kelas dengan guru. Oleh karena itu, konseling individu dalam sekolahsekolah, tidak terlepas dari psikoterapi, didasarkan pada asumsi bahwa konselng itu akan lebih suka berbicara sendirian dengan seorang konselor. Sulit sekali mengetahui faktor-faktor mengapa peserta didik tersebut bermasalah. Pelayanan konseling individual di SMKN 2 Malang ini bagus karena setiap proses konseling konselor memberikan tahap awal berupa proses membangun hubungan baik dengan klien,kemudian tahap pertengahan yaitu penjelajahan masalah klien dan tahap akhir konseling yang ditandai dengan perubahanperubahan positif yang dilakukan klien. Tujuan dari konseling individual ini untuk membantu individu agar mencapai perkembangan secara optimal, terpecahkanya masalah yang dihadapi siswa (klien), mampu memahami dan menerima dirinya sendiri dan lingkunganya.

Dalam penelitian tentang konseling individual oleh Suci Wuri Handayani tahun 2009 dengan judul upaya guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi siswa bermasalah kelas VIII B di MTsN Wonokromo Bantul dijelaskan bahwa permasalahan siswa yang muncul tersebut disebabkan oleh kurangnya kesadaran diri siswa akan pentingnya pendidikan untuk masa depan dan kurangnya perhatian orang tua terhadap masa depan dan pendidikan anak. Upaya yang dilakukan guru bimbingan dan konseling yakni melakukan pendekatan secara personal kepada siswa yang bermasalah dan mengajak siswa untuk membicarakan atau mencari solusi masalah yang sedang dihadapi siswa. Kelemahan dari penelitian ini adalah upaya yang dilakukan guru bimbingan dan konseling untuk mengentaskan masalah siswa masih belum menghasilkan kesadaran diri siswa akan pentingnya masuk sekolah untuk masa depan dan semangat dalam belajarnya yang disebabkan oleh lingkungan yang tidak mendukung dan niat pada anak itu sendiri. Dalam penelitian lain oleh Masturi tahun 2010 dengan judul penerapan model konseling individual untuk menangani tingkah laku membolos, hasil dari penelitian ini adalah bantuan yang tepat diberikan kepada siswa yang mengalami kasus membolos sekolah adalah melalui layanan konseling individual yang merupakan bentuk layanan konseling yang diberikan terus menerus dan mengutamakan perubahan tingkah laku, sehingga siswa menajadi pribadi yang lebih baik lagi. Kelemahan dari penelitian ini adalah masih ada siswa yang membolos sekolah disebabkan lingkungan yang tidak mendukung baik itu dari keluarga maupun dari dalam diri sendiri. SMKN 2 Malang merupakan lembaga pendidikan yang dipandang baik oleh masyarakat. Selain fasilitasnya yang memadahi juga tenaga guru yang profesional, dan memiliki layanan konseling terbaik se-jawa timur menurut Bapak Yahya Hasyim selaku wakil kepala sekolah di SMKN 2 Malang beliau menegaskan bahwa pada tahun 2010-2013 layanan konseling individual di SMKN 2 MALANG mendapat penghargaan berupa piagam dan diberikan wewenang penuh untuk membuat materi program layanan konseling se-jawa

timur oleh departemen pendidikan.dengan jumlah guru sebanyak 8 dan terdapat pula layanan bimbingan untuk anak berkebutuhan khusus. Sebagian siswa SMKN 2 Malang adalah anak rumahan yang berada pada kelas ekonomi menengah kebawah dengan keadaan orang tua yang mempunyai pekerjaan seadanya. Misalnya, tukang sol sepatu, tukang las sepeda dan lain-lain. SMKN 2 Malang konseling individual diberikan kepada siswa yang mempunyai masalah seperti masalah kesehatan, penyesuaian terhadap sekolah, pribadi, kebiasaan belajar dan lain-lain. Konseling individual menjadi jalan keluar sebagai bentuk pertolongan dan interaksi mendalam untuk menjawab permasalahan dalam kasus membolos siswa seperti dijelaskan pada penelitian oleh suci wuri handayani (2009) dan masturi (2010), oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Penerapan Konseling Individual dalam Membantu Mengatasi Perilaku Membolos Siswa, studi kasus di SMKN 2 Malang. Disini peneliti akan mengamati proses konseling yang diberikan konselor dalam proses konseling individual, karena konselor di sini sebagai guru pembimbing yang bertugas untuk mengarahkan dan memberikan petunjuk kepada siswa, serta membantu segala permasalahan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan peserta didik yang lebih baik. B. Fokus Penelitian 1. Bagaimanakah perilaku membolos siswa SMKN 2 Malang? 2. Bagaimanakah penerapan konseling Individual dalam membantu mengatasi perilaku membolos siswa di SMKN 2 Malang? 3. Bagaimana perubahan perilaku siswa yang membolos sekolah setelah menerima konseling individual? C. Tujuan

1. Untuk mengetahui penyebab siswa membolos sekolah 2. Untuk mengetahui penerapan konseling individual dalam membantu mengatasi perilaku membolos siswa di SMKN 2 Malang 3. Untuk mengetahui perubahan perilaku siswa yang membolos sekolah setelah menerima konseling individual. D. Manfaat Penelitian 1. Untuk memberikan pemahaman bagi guru, orang tua, dan mahasiswa psikologi akan pentingnya layanan konseling individual dan mengatasi masalah-masalah siswa termasuk perilaku membolos yang dilakukan oleh siswa di sekolah 2. Bagi siswa yang melakukan perilaku membolos. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku membolos, sehingga siswa yang bersangkutan dapat mengatasi perilaku membolosnya. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan referensi dalam menyusun program untuk mengatasi masalah perilaku membolos pada siswa.