BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB VII PENUTUP. Kesimpulan komponen masukan yaitu: tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan.

BAB VI SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berlandaskan pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan rehabilitasi dengan mendekatkan pelayanan pada masyarakat. Rumah sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang menganut prinsip negara

secara jelas sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik

VI. PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan hak bagi setiap orang. Untuk mewujudkannya pemerintah bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan. Salah satu misi tersebut adalah memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat hidup masyarakat, sehingga semua negara berupaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan tantangan yaitu peningkatan persaingan dalam berbagai upaya. Salah

Dr. Hj. Y. Rini Kristiani, M. Kes. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. Disampaikan pada. Kebumen, 19 September 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan rumah sakit baik milik pemerintah maupun swasta serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN) yaitu suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. orang, tetapi seluruh masyarakat. Angka kesakitan (morbiditas) pada masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. orang per orang, tetapi juga oleh keluarga, kelompok dan bahkan masyarakat. Dalam

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem jaminan social nasional bagi upaya kesehatan perorangan.

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BIDANG BINA PENGEMBANGAN SUMBER DAYA KESEHATAN

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik maupun mental. Keadaan kesehatan seseorang akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan lanjutan dari Restitutie Regeling tahun Pada tahun 1985

PERAN DAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM RUJUK BALIK PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TIDAR KOTA MAGELANG

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. termasuk ke Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat. SJSN. mencakup beberapa jaminan seperti kesehatan, kematian, pensiun,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hasil Diskusi Peluang dan Tantangan Daerah Menyongsong Kebijakan Pelaksanaan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional. 7-8 Desember 2012 Yogyakarta

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. harus menerapkan sistem jemput bola, dan bukan hanya menunggu bola. Dalam

Prosedur Pendaftaran Peserta JKN

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa mengabaikan mutu pelayanan perorangan (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya sehari-hari. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 menyatakan

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 6.

I. PENDAHULUAN. mencapai kesejahteraan. Akan tetapi, masih banyak masyarakat dunia khususnya

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia

BPJS Kesehatan, Supply, dan Demand Terhadap Layanan Kesehatan. Oleh: Novijan Janis. Kepala Subbidang Analisis Risiko Ekonomi, Keuangan, dan Sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA KAPITASI DAN NON KAPITASI

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BAB I PENDAHULUAN. padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Tabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit

KONSEP PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PELAYANAN KESEHATAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. yang profit maupun yang non profit, mempunyai tujuan yang ingin dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis bab III pasal 5 yang

- 1 - PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

: Sekretaris Daerah Kota Medan

JAMINAN KESEHATAN SUMATERA BARAT SAKATO BERINTEGRASI KE JAMINAN KESEHATAN MELALUI BPJS KESEHATAN

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu kebijakan pemerintah bidang kesehatan yang terintegrasi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang dimaksudkan agar seluruh penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak. Jaminan kesehatan yang dimaksud berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Penyelenggaraan SJSN di Indonesia mulai berlaku sejak satu Januari 2014, diawali dengan program jaminan kesehatan. PT. Askes dan PT Jamsostek yang ditunjuk sebagai lembaga penyelenggara Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS) kemudian beralih bentuk dalam upaya menjalankan fungsi BPJS. Pada awal pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 1 Januari 2014, setidaknya ada 121,6 juta peserta yang terdiri dari peserta asuransi kesehatan sosial PT Askes (pegawai negeri sipil/pns dan pensiunan beserta keluarga, anggota dan pensiunan TNI/Polri dan keluarga), peserta jaminan kesehatan dari PT Jamsostek, perserta yang berasal dari semua BUMN, serta penduduk miskin yang tercakup dalam Jaminan 1

2 Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang kemudian menjadi Penerima Bantuan Iuran (PBI). Adanya SSJN melalui program JKN bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya dengan program jaminan kesehatan yang meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, diharapkan adanya suatu perubahan budaya pada masyarakat dari pemanfaatan pelayanan tradisional seperti dukun, beralih pada pemanfaatan pelayanan medik. Terutama dengan dikeluarkannya kebijakan-kebijakan serta program-progam yang mendukung terselenggaranya SJSN untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, sehingga masyarakat mudah mengakses layanan kesehatan khususnya layanan rujukan di Rumah Sakit (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Program JKN merupakan jenis kebijakan baru bidang kesehatan, meskipun secara umum jenis program seperti JKN sudah terlebih dahulu diimplementasikan pada tahun-tahun sebelumnya seperti program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin (JKMM), Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), dan program Jaminan Kesehatan Daerah. Menyikapi perubahan jenis kebijakan tersebut, maka pada tahap implementasi tentunya banyak mendapatkan tantangan dan permasalahan, baik permasalahan secara konsep berupa kesiapan regulasi juga permasalahan secara teknis pelaksanaan (Yulianingsih, 2013). Implementasi kebijakan JKN pada prinsipnya adalah berkaitan dengan implementasi kebijakan publik. Beberapa faktor yang mempengaruhi implementasi

3 kebijakan publik antara lain (1) komunikasi, yaitu berkaitan dengan proses penyampaian informasi, kejelasan informasi dan konsistensi informasi, (2) sumber daya, yaitu berkaitan dengan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia, fasilitas dan wewenang, (3) disposisi, yaitu sikap pelaksana kebijakan, dan (4) struktur birokrasi yaitu berkaitan dengan hirarki, kewenangan serta standar operasional prosedur (Nugroho, 2006). Keseluruhan faktor tersebut dapat memengaruhi pelaksanaan kebijakan JKN. Fenomena permasalahan dalam implementasi kebijakan JKN tersebut terjadi diseluruh Indonesia. Hal ini diakui kementerian kesehatan RI, bahwa sampai pertengahan Februari 2014, masih banyak kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program JKN seperti kesiapan regulasi pendukung, kesiapan penyedia pelayanan, sosialisasi, dan proses registrasi kepesertaan (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Menurut Mulyadi (2014), secara aktual, implementasi program JKN masih belum optimal hal ini ditunjukkan masih kurang kesiapan kementerian kesehatan untuk secara aktif menggandeng Pemerintah Daerah (Pemda) mensosialisasikan program tersebut. Selain lembaga pelaksana, sosialisasi kepada tenaga kesehatan juga masih belum memadai, baik dalam hal pelayanan maupun insentif yang diterima dari pelayanan yang diberikan. Peserta JKN banyak yang belum mengetahui prosedur kepesertaan, tidak mengetahui tempat pendaftaran kepesertaan, dan kesulitan mengisi formulir BPJS, belum mengetahui keuntungan apa yang diperoleh dengan mengikuti program atau perihal iuran premi yang harus dikeluarkan sebagai peserta JKN. Selain itu, masih

4 belum terinformasikan dengan baik mengenai tata cara penggunaan kartu BPJS saat peserta berobat difasilitas kesehatan. Masyarakat yang sebelumnya memiliki akses layanan kesehatan Jamkesmas kebingungan sebab rumah sakit yang sebelumnya melayani mereka meminta kartu BPJS Kesehatan (Mulyadi, 2014). Keseluruhan permasalahan tersebut juga masih menjadi masalah di Provinsi Sumatera Utara. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara hanya dapat membiayai sekitar 3,6 juta jiwa untuk menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sepanjang tahun 2014, dengan alokasi anggaran sebesar Rp.70 Milyar dan premi yang harus dibayarkan masyarakat untuk rawatan kelas III rumah sakit sebesar Rp.19.225 per jiwa, dengan persentase penduduk miskin sebesar 10,41% (BPS Sumatera Utara, 2013). Hal ini menunjukkan kemampuan program JKN mengakomodir peserta dari masyarakat miskin hanya 25% dari total masyarakat miskin yang ada. Berdasarkan aspek sarana dan fasilitas kesehatan di Provinsi Sumatera Utara (2013) memiliki 201 unit rumah sakit, dan 670 unit puskesmas. Jumlah dokter sebanyak 76.523 orang (rasio 0,5 per 100.000 penduduk), dan jumlah bidan/perawat sebanyak 361.772 orang (2,7 per 100.000 penduduk) (BPS Sumatera Utara, 2013). Sejumlah fasilitas penyedia pelayanan kesehatan untuk program JKN tersebut belum semuanya siap melayani baik dari aspek fasilitas medisnya, maupun kuantitas tenaga medis dan tenaga keperawatan, serta aspek manajemen pelayanan seperti SOP. Hal ini sesuai dengan hasil review rumah sakit yang terakreditasi di Provinsi Sumatera Utara dimana dari 103 rumah sakit swasta hanya 40% yang terkareditasi lima pelayanan.

5 Hasil Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) tahun 2011, Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki permasalahan dalam implementasi kebijakan JKN. Berdasarkan sarana kesehatan rujukan terdapat 1 (satu) rumah sakit milik pemerintah dan 4 (empat) rumah sakit swasta. Berdasarkan aspek sumber daya manusia kesehatan, diketahui rasio dokter terhadap penduduk sebesar 18 per 100.000 penduduk, rasio dokter spesialis sebesar 5 per 100.000 penduduk, dan rasio bidan sebesar 49 per 100.000 penduduk (Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai, 2014). Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa dari aspek sarana kesehatan dan sumber daya manusia kesehatan di Kabupaten Serdang Bedagai sudah memadai dalam implementasi program JKN. Berdasarkan hasil wawancara singkat dengan Kepala Bidang Jaminan dan Sarana Kesehatan Dinas Kesehatan pada tanggal 22 Februari 2014 menjelaskan bahwa permasalahan yang dihadapi dalam implementasi JKN dari aspek manajemen kesehatan adalah masih ada sarana kesehatan yang belum memiliki SOP pelayanan. Selain itu berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan Jamkesmas masih ditemui peserta Jamkesmas yang belum sesuai by name (sesuai nama) dengan by address (sesuai alamat), dan program JKN belum optimal disosialisasikan kepada masyarakat. Salah satu provider program JKN di Kabupaten Serdang Bedagai adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Sulaiman. RSUD Sultan Sulaiman ini merupakan rumah sakit milik pemerintah yang selama ini memberikan pelayanan kesehatan bagi peserta jamkesmas, jamkesda, askes dan jamsostek, dan sekarang namanya menjadi peserta JKN. Berdasarkan sumber daya manusia kesehatan,

6 diketahui bahwa jumlah tenaga medis dan non medis sudah melebihi standar SDM rumah sakit Kelas C. Distribusi SDM Kesehatan di RSUD Sultan Sulaiman dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Jumlah SDM Kesehatan di RSUD Sultan Sulaiman Tahun 2014 Jenis Ketenagaan Status PNS Non PNS Jumlah Tenaga Medis Dokter Spesialis a) Spesialis Anak 5 0 5 b) Spesialis Obgyn 2 0 2 c) Spesialis Penyakit Dalam 2 0 2 d) Spesialis Anastesi 1 0 1 e) Spesialis Kulit&Kelamin 1 0 1 f) Spesialis THT-KL 2 0 2 g) Spesialis Mata 1 0 1 h) Spesialis Forensik 0 1 1 i) Spesialis Paru 0 1 1 j) Spesialis Bedah 0 1 1 Dokter Umum 29 2 31 Dokter Gigi 3 0 3 Tenaga Keperawatan Perawat 58 110 168 Tenaga Kebidanan Bidan 28 14 42 Nakes Lain Magister Kesehatan 1 0 1 SKM 8 0 8 Sarjana Psikologi 3 0 3 Tenaga Farmasi 12 4 16 Ahli Gizi 4 0 4 Sanitarian 2 0 2 Analis Kesehatan 5 0 5 Penata Radiologi 3 0 3 Perawat Gigi (SPRG) 2 1 3 Penata Anastesi 1 1 2 Perekam Medik 2 0 2 Non Medis Lain 12 83 95 Jumlah 187 218 405 Sumber: RSUD Sultan Sulaiman, 2013

7 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas data kepegawaian RSUD Sultan Sulaiman tahun 2014, jumlah dokter spesialis, dokter umum dan bidan untuk rumah sakit Kelas C sudah memenuhi syarat dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi peserta JKN. Standar SDM Kesehatan untuk rumah sakit kelas C hanya perlu 4 spesialis dasar, yaitu spesialis kandungan, spesialis anak, spesialis penyakit dalam, spesialis bedah dan pelayanan medik dasar minimal 2 orang, namun rasio tenaga keperawatan belum memadai, karena rasionya 1:1, artinya 1 perawat 1 tempat tidur, sedangkan standarnya 2:3. Akan tetapi jika dilihat dari trend kunjungan pasien ke RSUD Sultan Sulaiman ketersediaan SDM tersebut sudah sangat memadai untuk memberikan pelayanan kesehatan. Berdasarkan aspek kunjungan pasien ke RSUD Sultan Sulaiman, proporsi kunjungan terbanyak adalah pasien rawat jalan umum, yaitu 34,9% dan pasien askes yaitu 34,3%, sedangkan kunjungan pasien rawat inap didominasi oleh pasien Jamkesda, yaitu sebesar 29,3%. Kunjungan pasien rawat inap di atas apabila dirataratakan per hari, maka diperoleh sebanyak 5-6 kunjungan pasien per hari atau ratarata jumlah kunjungan pasien rawat inap sebanyak 150 orang per bulan. Pencapaian BOR (Bed Occupancy Rate) RSUD Sultan Sulaiman selama 2 tahun terakhir, yaitu tahun 2013, sebesar 32,5% dan pada tahun 2014, sebesar 40%. Pencapaian BOR yang belum optimal merupakan salah satu indikator pencapaian kinerja rumah sakit yang belum optimal, karena standar yang harus dicapai 60-80 % (Profil RSUD Sultan Sulaiman, 2014)

8 Kondisi ini menunjukkan bahwa minat masyarakat untuk memanfaatkan RSUD Sultan Sulaiman masih sangat rendah. Berdasarkan laporan Tim Survei Pelayanan Publik Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai (2013), menunjukkan tingkat kepuasan pengguna pelayanan rumah sakit masih sangat rendah, yaitu hanya 42,9%, dan persentase terendah mayoritas adalah kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan oleh dokter spesialis, dan tenaga perawat. Selain itu dilihat dari aspek manajemen di RSUD Sultan Sulaiman, masih ditemui permasalahan rendahnya pelayanan sesuai dengan SOP disetiap unit pelayanan, seperti pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan. Hal ini diindikasikan dari minimnya laporan perkembangan asuhan keperawatan pasien, rendahnya pemahaman perawat terhadap SOP yang telah disusun tim akreditasi rumah sakit, dan masih banyaknya keluhan pasien terhadap ketersediaan obat dan bahan habis pakai di rumah sakit. Berdasarkan aspek organisasi pelaksana program pelayanan kesehatan berbasis masyarakat miskin seperti program jamkesmas juga masih ditemui permasalahan seperti tidak jelasnya hirarki dan kewenangan masing-masing penanggung jawab dalam tim penyelenggaraan program Jamkesmas. Selain itu sejak bergulirnya program JKN tanggal 01 Januari 2014, masih banyak ditemui persoalan manajemen seperti ketidakjelasan pola tarif pelayanan, kepesertaan yang tidak akurat, sistim registrasi kepesertaan yang masih belum maksimal, belum tersusunnya regulasi struktur organisasi penyelenggaraan program JKN di RSUD Sultan Sulaiman dan belum ada regulasi yang mengatur distribusi jasa pelayanan program JKN.

9 Kondisi tersebut masih menjadi fenomena utama dalam pemberian pelayanan kesehatan bagi pasien pengguna kartu jamkesmas, jamkesda maupun askes di beberapa rumah sakit lain di Indonesia. Penelitian Adenatera dkk. (2012) juga mendeskripsikan pada kebijakan program jamkesmas dan jamkesda masih banyak menuai permasalahan berkaitan dengan pemuktahiran data peserta Jamkesmas dan Jamkesda, adanya ketidakmampuan daerah dalam menutupi biaya jaminan kesehatan kecuali ada dukungan anggaran dari pemerintah pusat. Berdasarkan hasil survei awal pada Bulan Januari 2014, diketahui dari aspek fasilitas rumah sakit sudah sangat memadai, dimana unit-unit penunjang medis juga sudah berfungsi optimal seperti radiologi, laboratorium dan unit pelayanan darah. Namun hasil wawancara singkat dengan Kepala Bidang Pelayanan Medis mengemukakan bahwa pelayanan kesehatan bagi peserta JKN masih belum dilayani dengan baik, hal ini dilihat dari masih banyaknya pasien yang menggunakan kartu Jamkesmas, masih terbatasnya sosialisasi program JKN bagi pemberi pelayanan di rumah sakit, serta masih lemahnya koordinasi dengan BPJS dalam proses pengklaiman. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang analisis kesiapan Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Sulaiman dalam implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional di Kabupaten Serdang Bedagai.

10 1.2. Permasalahan Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana analisis kesiapan Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Sulaiman dalam implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional di Kabupaten Serdang Bedagai. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kesiapan Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Sulaiman dalam implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional di Kabupaten Serdang Bedagai. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Kepada Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai, dapat menjadi masukan data dan informasi tentang kondisi objektif RSUD Sultan Sulaiman dalam pelaksanaan program JKN di Kabupaten Serdang Bedagai. 2. Kepada Manajemen RSUD Sultan Sulaiman, dapat menjadi masukan untuk peningkatan pelayanan kesehatan melalui peningkatan kuantitas dan kualitas Sumber Daya Manusia Kesehatan, serta peningkatan fasilitas pendukung pelayanan kesehatan sebagai penyedia pelayanan kesehatan program JKN 3. Menjadi rujukan untuk penelitian selanjutnya.