I. PENDAHULUAN. sehat harus diupayakan oleh setiap orang, tidak akan optimal jika dilaksanakan. di tempat-tempat umum atau di tempat bermain anak.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1999 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR

- 1 - WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

Pengertian Rokok dan Bahaya Merokok bagi Kesehatan Manusia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 81 TAHUN 1999 (81/1999) TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1999 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

[PP NO.19/2003 (PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN)] December 22, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif)

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERDANG BEDAGAI,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1999 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu,

WALIKOTA BANDA ACEH PROVINSI ACEH QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN BERSAMA MENTERI KESEHATAN DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 188/MENKES/PB/I/2011 NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

- 1 - BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ASAP ROKOK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGENDALIAN DAMPAK ROKOK TERHADAP KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

PERATURAN DIREKTUR POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANGKA BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1999 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA

PRAKTIK CERDAS PEMANFAATAN PAJAK ROKOK DIPROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERTEMBAKAUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

Dedy Gunawan, 2014 Efektifitas Perda Nomor 11 Tahun 2005 Bagi Perokok Untuk Menjadi Warga Negara Yang Baik

BUPATI TABANAN BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BUPATI KLUNGKUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur bahwa iklan rokok hanya dapat dilakukan dengan persyaratan tertentu yang ditetapkan.

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN UKDW. faktor eksternal maupun faktor internal. Beberapa alasan yang diberikan sebagai

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BAB I PENDAHULUAN. perokok mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya (Sari, 2006).

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN DILARANG MEROKOK

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 15 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dihembuskan kembali sehingga mengeluarkan asap putih keabu-abuan. Perilaku merokok

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

PENYULUHAN KESEHATAN BAHAYA DAMPAK ROKOK BAGI KESEHATAN ANAK-ANAK TANJUNG DALAM KECAMATAN LEMBAH MASURAI KABUPATEN MERANGIN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anita Indriana, 2014 Wacana Polemik Pemberitaan Rokok dalam Harian Umum Kompas

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Mengkonsumsi rokok dan produk tembakau lainnya menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu produk yang cukup unik (terutama cara

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

SALINAN BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan jumlah perokok di negara berkembang termasuk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2030

PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009

TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan

PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menganggap merokok sebuah perilaku yang bisa membuat. ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok.

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup sehat dan hidup di lingkungan yang sehat merupakan idaman semua orang. Namun kita sadari tidak mudah mewujudkan keadaan tersebut. Upaya untuk hidup sehat harus diupayakan oleh setiap orang, tidak akan optimal jika dilaksanakan sebagian kecil dari masyarakat. Masalah yang bukan hanya menjadi masalah kesehatan diri sendiri tetapi juga mengganggu kesehatan orang lain adalah kebiasaan merokok, apalagi merokok yang dilakukan di sembarang tempat seperti di tempat-tempat umum atau di tempat bermain anak. Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. 1 Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya.rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusanbungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung,walaupun pada kenyataannya 1 www.wikipedia.com pada tanggal 5 Oktober 2013pukul 17.00

2 itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok Pasal 1 Angka 3, Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap, dan/atau dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan. 2 Asap rokok bukan hanya berdampak bagi perokok saja,tetapi juga berdampak kepada perokok pasif, perokok pasif merupakan seorang penghirup asap rokok dari orang yang sedang merokok. Akibatnya lebih berbahaya dibandingkan perokok aktif. Bahkan bahaya yang harus ditanggung perokok pasif tiga kali lipat dari bahaya perokok aktif. Setyo Budiantoro dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia mengatakan, sebanyak 25 persen zat berbahaya yang terkandung dalam rokok masuk ke tubuh perokok, sedangkan 75 persennya beredar di udara bebas yang berisiko masuk ke tubuh orang di sekelilingnya 3. Konsentrasi zat berbahaya di dalam tubuh perokok pasif lebih besar karena racun yang terhisap melalui asap rokok perokok aktif tidak terfilter. Sedangkan racun rokok dalam tubuh perokok aktif terfilter melalui ujung rokok yang dihisap.namun konsentrasi racun perokok aktif bisa meningkat jika perokok aktif kembali menghirup asap rokok yang ia hembuskan. Racun rokok terbesar dihasilkan oleh asap yang mengepul dari ujung rokok yang sedang dihisap serta asap yang dihasilkan berasal dari pembakaran tembakau yang tidak sempurna. Merokok juga berakibat buruk terhadap kesehatan reproduksi dan janin dalam 2 ibid 3 ibid

3 kandungan, termasuk infertilitas (kemandulan), keguguran, kematian janin, bayi lahir berberat badan rendah, dan sindrom kematian mendadak bayi. Keempat resiko kesehatan ini tidak hanya akan membahayakan bagi perokok yang menghisapnya namun juga resiko ini diturunkan pula kepada Perokok pasif. Nikotin, salah satu racun dalam rokok, menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Mengurangi kadar oksigen dalam jantung, meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung, serta merusak dinding pembuluh darah jantung. Banyak sumber penelitian menunjukkan, berhenti merokok berkaitan dengan minimalisasi risiko serangan jantung. Nikotin dalam asap rokok membuat jantung harus bekerja ekstra. Karbon dioksida di dalam asap rokok juga akan mengambil alih sebagian porsi oksigen dalam darah, dan mengakibatkan tekanan darah naik, karena jantung harus memompa lebih keras untuk mendapatkan suplai oksigen yang cukup ke seluruh tubuh. Dua pertiga penduduk Indonesia terpapar asap rokok secara pasif. Sasaran penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) diatur dalam SK Kementerian Dalam Negeri, untuk tujuan melindungi terutama perokok yang pasif ini.saat ini sementara sudah 28 provinsi di mana terdapat 103 kabupaten/kota di dalam cakupannya yang memiliki perda/pergub/perwali/surat edaran tentang kebijakan KTR. Daerah lain juga terus didorong untuk menerapkan kebijakan tersebut. 4 Penyakit tidak menular yang utama seperti jantung, kanker, stroke, diabetes melitus, dan penyakit pernapasan kronis menempati porsi teratas sebagai 4 ibid

4 penyebab kematian global di bawah usia 70 tahun. Di Indonesia, prevalensi kematian akibat rokok berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2007 sebesar 59,5 persen. Sementara asap rokok terdiri dari asap utama yang dihisap perokok aktif dan asap sampingan yang keluar dari ujung rokok yang menyala dan bertebaran di udara. Sebagian masyarakat sendiri tidak menyadari sepenuhnya bahwa asap rokok berbahaya, sehingga banyak diantara mereka yang tidak memperjuangkan hak hidupnya untuk menghirup udara yang bersih. Sementara, hak tiap warga untuk memperoleh udara bersih merupakan hak konstitusional dalam artian hak tersebut ditempatkan dalam peraturan yang tertinggi di Indonesia. Hal ini tertuang dalam Pasal 28 H ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945 disebutkan bahwa : Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pemenuhan hak tersebut merupakan keharusan, sehingga pemerintah seharusnya memaksimalkan pemenuhan atas hak tersebut. Badan Kesehatan Dunia, World Health Organization (WHO), memprediksi penyakit yang berkaitan dengan rokok akan menjadi masalah kesehatan di dunia. Dari tiap 10 orang dewasa yang meninggal, 1 orang diantaranya meninggal karena disebabkan asap rokok. WHO juga menetapkan pada tanggal 31 Mei sebagai hari bebas asap rokok yang juga diterapkan di Unversitas lampung sebagai hari bebas rokok. Dari data terakhir WHO di tahun 2004 ditemui sudah mencapai 5 juta kasus kematian setiap tahunnya serta terjadi 70% terjadi di negara berkembang, termasuk di dalamnya di Asia dan Indonesia. Indonesia termasuk negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia, nomor 3 setelah china dan India. Pada tahun 2007, Indonesia menduduki peringkat ke-5 konsumen rokok terbesar

5 setelah cina, amerika serikat, rusia dan jepang. Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007 menyebutkan bahwa penduduk berumur diatas 10 tahun yang merokok sebesar 29,2 % dan meningkat sebesar 34,7 % pada tahun 2010 untuk kelompok umur di atas 15 tahun. 5 Sedangkan kita tahu bahwa anak yang terpapar asap rokok dapat mengalami peningkatan terkena bronkitis, pneumonia, infeksi telinga tengah, asma dan keterlambatan pertumbuhan paru-paru.kerusakan kesehatan secara dini ini dapat menyebabkan kesehatan yang buruk pada masa dewasa. pada orang dewasa bukan perokok pun terus-menerus terpapar juga akan mengalami peningkatan resiko terkena lebih dari 25 penyakit yang disebabkan karena asap rokok seperti emfisema, kanker paru, bronkitis kronis, penyakit jantung koroner, peningkatan kolesterol darah, impotensi, keguguran, bayi lahir mati dan penyakit lainnya. 6 Oleh karena itu pemerintah membuat peraturan tentang larangan merokok di kawasan tanpa rokok. Kawasan Tanpa Rokok, yang selanjutnya disingkat KTR, adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk tembakau. Pemerintah Indonesia telah menyusun beberapa peraturan terkait upaya pengendalian udara akibat asap rokok serta pengembangan kawasan tanpa rokok,seperti Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan yang didalamnya mengatur kawasan tanpa rokok. Keputusan bersama Menteri Kesehatan dan Menteri dalam negeri Nomor 188/Menkes/PB/1/2011 Tentang Pedoman pelaksanaan kawasan tanpa rokok. Kawasan yang mencakup KTR 5 http://pedulikesehatan.hostei.com/index.php?p=1_10 pada 5 oktober pukul 14.30 6 ibid

6 menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan terdapat dalam Pasal 115 yaitu : Kawasan tanpa rokok antara lain : a. Fasilitas pelayanan kesehatan b. Tempat proses belajar mengajar c. Tempat anak bermain d. Tempat ibadah e. Angkutan umum f. Tempat kerja g. Tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan Dalam pengendalian konsumsi rokok,banyak daerah yang telah melakukan inisiatif pengembangan kawasan tanpa rokok sebagai salah satu upaya efektif dalam pengendakian konsumsi rokok dan melindungi perokok pasif dari bahaya asap rokok,seperti DKI Jakarta,Bali,Bandung dan lainya. 7 Merokok ditempat yang termasuk dalam Kawasan Tanpa Rokok (KTR) merupakan sebuah tindak pidana ringan, yaitu tindak pidana yang bersifat ringan atau tidak berbahaya,sehingga tidak perlu dijatuhi sanksi pidana penjara,tapi hanya dijatuhi sanksi pidana denda.terdapat dalam KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) Bab II Pasal 10, Pidana terdiri atas : a. Pidana pokok : 1. pidana mati 2. pidana penjara 3. pidana kurungan 4. pidana denda 5. pidana tutupan b. Pidana Tambahan : 7 http://www.hukumonline.com/klinik/detail/sanksi-pidana-bagi-pelanggar-kawasan-dilarangmerokok pada tanggal 29 September 2013 pukul 17.00

7 1. Pencabutan hak-hak tertentu 2. Perampasan barang-barang tertentu 3. Pengumuman putusan hakim Sanksi pidana yang dapat dijatuhkan bagi pelanggar kawasan tanpa rokok terdapat dalam Pasal 199 ayat 2 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan yaitu : Setiap orang yang dengan sengaja melanggar kawasan tanpa rokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115 dipidana denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Sanksi pidana yang dijatuhkan pada pelanggarang kawasan tanpa rokok yaitu hanya pidana denda saja,yaitu tindakan masyarakat yang berupa penghukuman.ketika seseorang dirugikan oleh yang lain maka ia boleh menuntut penggantian kerugian atas kerugiannya.penjatuhan pidana denda sebagai alternatif dari pidana perampasa kemerdekaan jangka pendek yang merupakan jenis pidana pokok yang paling jarang dijatuhkan oleh hakim,khususnya dalam praktek peradilan di Indonesia. 8 Berdasarkan latar belakang diatas dapat kita lihat bahwa banyaknya akibat yang ditimbulkan dari asap rokok yang dihirup oleh perokok pasif sehingga perlu adanya larangan merokok di kawasan tanpa rokok. Terdapat suatu persoalan yang perlu mendapat jawaban yaitu bagaimana efektifitas penerapan pidana denda terhadap pelanggaran kawasan tanpa rokok di DKI Jakarta, dikarenakan di Kota Bandar Lampung belum terdapat Peraturan Daerah yang mengatur tentang Kawasan Tanpa Rokok, sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini di DKI Jakarta yang mana sudah diatur didalam Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Kemudian dilanjutkan dengan dibuatnya Peraturan 8 Niniek Suparni,Eksistensi Pidana Denda dalam Sistem Pidana dan Pemidanaan,Jakarta:Sinar Grafika,2007,hlm 50

8 Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok dan kemudian dilanjutkan dengan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 75 Tahun 2005 Tentang Kawasan Dilarang Merokok serta Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 2 Tahun 2005 Tentang Pencemaran Udara. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Efektifitas Penerapan Sanksi Pidana Denda terhadap Pelanggaran Kawasan Tanpa Rokok di DKI Jakarta. B.Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan Permasalahan merupakan suatu pernyataan yang menunjukan adanya jarak antara harapan dengan kenyataan, antara rencana dengan pelaksanaan. Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan di atas, untuk memudahkan pembahasan maka yang diajukan menjadi permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimanakah efektifitas penerapan sanksi pidana denda terhadap pelanggaran kawasan tanpa rokok di DKI Jakarta? b. Apa sajakah faktor-faktor penghambat penerapan sanksi pidana terhadap pelanggaran kawasan tanpa rokok di DKI Jakarta? 2. Ruang Lingkup Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka ruang lingkup penelitian ini meliputi ilmu hukum pidana dalam penerapan sanksi pidana denda terhadap

9 pelanggaran kawasan tanpa rokok sebagaimana diatur didalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan serta peraturan perundang-undangan lainya C. Tujuan Dan Kegunaan 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis efektifitas penerapan sanksi pidana denda terhadap pelanggaran kawasan tanpa rokok b. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis penegakan hukum pidana terkait penerapan sanksi terhadap pelanggaran kawasan tanpa rokok 2. Kegunaan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka kegunaan dari penelitian ini adalah : a. Secara teoritis Penelitian ini berguna untuk memperluas wawasan ilmu pengetahuan penulis, khususnya di bidang kajian hukum pidana yang berhubungan efektifitas penerapan saksi pidana denda terhadap pelanggaran kawasan tanpa rokok b. Secara Praktis Penelitian ini dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran dalam ilmu hukum kepada aparat penegak hukum dalam melakukan kajian terhadap hukum pidana di bidang kesehatan melalui penerapan sanksi pidana denda terhadap pelanggaran kawasan tanpa rokok. Selain itu pula sebagai salah

10 satu syarat unutk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Progam Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Lampung. D. Kerangka Teoritis dan Konseptual 1. Kerangka Teoritis Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abtraksi dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang bertujuan mengadakan kesimpulan terhadap dimensi- dimensi sosial yang dianggap relevan untuk penelitian. Pidana denda merupakan sanksi bagi pelanggaran tindak pidana ringan,yaitu terdapt dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) sebagai alternatif sanksi lain selain pidana penjara, Menurut teori Karl O. Crisstiansen dalam teori pembalasan yang subyektif, menurut teori ini kesalahan si pembuat kejatanlah yang harus mendapat balasan 9. Apabila kerugian dan kesengsaraan yang besar disebabkan oleh kesalahan yang ringan,maka si kejahatan sudah seharusnya dijatuhi hukuman ringan. Secara teoritis dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan hukum pidana denda. Teori Ultimum Remedium yang juga mengatakan bahwa hukum pidana hendaklah dijadikan upaya terakhir dalam upaya penegakan hukum. Hal ini memiliki makna apabila suatu perkara dapat diselesaikan melalui jalur lain (kekeluargaan,negosiasi,mediasi ataupun administrasi) hendaklah jalur tersebut 9 http://budi399.wordpress.com/2010/06/12/pidana-dan-pemidanaan/ pada tanggal 5 Oktober 2013 pukul 14.30

11 terlebih dahulu dilalui. 10 Jika dilihat dari tujuan dari pemidanaan itu sendiri yang mendapatkan keadilan bagi korban maupun keluarga korban. Dengan demikian apabila rasa keadilan korban maupun keluarga korban tersebut telah terpenuhi maka seharusnya jalur pidana tidak perlu ditempuh lagi. Dan disinilah peran Ultimum Remedium. Jasi sebagaimana yang telah diuraikan diatas, bahwa teori Ultimum Remedium ini diperlukan untuk mempertimbangkan dahulu penggunaan sanksi lain sebelum sanksi pidana yang berat dijatuhkan, apabila fungsi hukum lainya kurang maka baru dipergunakan hukum pidana. Pengaturan tentang penerapan sanksi pidana denda terhadap pelanggaran kawasan tanpa rokok terdapat dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 2. Kerangka Konseptual Konseptual adalah suatu kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang akan diteliti, baik dalam penelitian hukum normative maupun hukum empiris. Biasanya telah dirumuskan dalam definisi-definisi tertentu atau telah dijalankan lebih lanjut dari konsep-konsep tertentu. 11 Untuk memudahkan pembahasan dalam skripsi ini, maka akan dikemukakan beberapa konsep yang bertujuan untuk menjelaskan istilah-istilah yang dijadikan pegangan dalam memahami skripsi ini yaitu sebagai berikut : 10 http://hukumonlinesiboro.blogspot.com/2011/12/penerapan-asas-ultimum-remedium-pada.htm 11 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta:Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1986, hlm.124

12 a. Efektifitas yaitu tingkat tercapainya tujuan yang ingin dicapai dengan adanya pemidanaan.suatu pemidanaan dikatakan efektif apabila tujuan yang ingin dicapai dengan adanya pemidanaan itu tercapai. 12 b. Pidana denda adalah tindakan masyarakat yang berupa penghukuman. Ketika seseorang dirugikan oleh yang lain maka ia boleh menuntut penggantian rugi atas kerugiannya. 13 c. Pelanggaran adalah perbuatan yang disadari oleh masyarakat sebagai suatu tindak pidana karena undang-undang menyebutnya sebagai delik. Pelanggaran lebih ringan dibandingkan kejahatan. 14 d. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk tembakau. 15 E. Sistematika Penulisan Agar skripsi ini memenuhi syarat sebagai karya tulis ilmiah serta untuk memudahkan dalam memahami isi pembahasan materi skripsi ini, maka perlu dipaparkan sistematika penulisan. Penulisan skripsi ini terdiri dari V (lima) Bab yang terdiri dari: I PENDAHULUAN 12 Niniek Suparni,Eksistensi Pidana Denda dalam Sistem Pidana dan Pemidanaan,Jakarta:Sinar Grafika,2007,hlm.41 13 ibid 14 Tri Andrisman,Hukum Pidana,Bandar Lampung :Fakultas Hukum Universitas Lampung,2009,hal.77 15 Peraturan Pemerintah nomor 109 tahun 2012 tentang pemngamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan

13 Dalam bab ini berisi tentang Latar Belakang Masalah, Permasalahan, dan Ruang lingkup Penelitian, Tujuan dan Kegunaan penelitian, Kerangka Teoritis konsepsional dan diakhiri dengan sistematika Penulisan. II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini berisikan tentang teori-teori hukum sebagai latar belakang pembuktian pembahasan permasalahan yang ada kaitannya dengan masalah yang akan dibahas yang terdiri dari Pidana Denda dalam Pemidanaan,pengertian larangan merokok di kawasan tanpa rokok,serta efektifitas penjatuhan pidana denda. III METODE PENELITIAN Dalam bab ini berisi tentang metode penelitian yang dipakai untuk memperoleh dan mengolah data yang akurat. Adapun metode yang digunakan terdiri dari pendekatan masalah, sumber dan jenis data, prosedur pengumpulan dan pengolahan data serta analisis data. IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sebagai bagian dari hasil penyajian data dan analisis terhadap data yang diperoleh dari hasil penelitian, yakni mengenai Efektifitas Sanksi Pidana Denda Terhadap Pelanggaran Kawasan Tanpa Rokok di DKI Jakarta. Adapun dalam menganalisa data tersebut, penulis melakukan suatu kajian yang bersifat normatif berdasarkan

14 ketentuan hukum pidana positif yang berlaku di Indonesia yakni Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan V PENUTUP Dalam bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran, kesimpulan berisi ringkasan dari serangkaian pembahasan pada bab-bab sebelumnya, sedangkan saran berisi masukan-masukan yang penulis harapkan demi masa depan Untuk mewujudkan derajat kesejahteraan masyarakat khususnya di bidang kesehatan.