I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pembangunan yang dilakukan manusia semakin meningkat yang akan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Selama ribuan tahun telah disadari bahwa aktivitas manusia dan urbanisasi

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pencemaran udara telah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan senyawa Tetra Ethyl Lead (TEL) sebagai zat aditif bensin yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat dapat dilihat dari tingginya jumlah kendaraan seiring dengan kebutuhan

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62.

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan alam, semakin menambah kepekatan udara (Yuantari, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Sepeda motor merupakan salah satu alat transportasi yang paling

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan oleh Timah Hitam (Pb) yang ditimbulkan dari asap kendaraan

CONTOH SOAL UJIAN SARINGAN MASUK (USM) IPA TERPADU Institut Teknologi Del (IT Del) Contoh Soal USM IT Del 1

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Turunnya Harga Premium, Tingkatkan Kadar Timbal

BAB I PENDAHULUAN. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan

ANALISIS KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA JAJANAN PINGGIRAN JALAN KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Oleh Zulyaningsih Tuloly NIM :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah

No. Responden : KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. (natural sources) seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB 1 : PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2014 pada pasal 1 ayat 9 yang menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27).

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Makanan pinggir jalan adalah salah satu contoh bahan yang beresiko

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENCEGAHAN KERACUNAN TIMBAL KRONIS PADA PEKERJA DEWASA DENGAN SUPLEMEN KALSIUM

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat

kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai campuran bensin. Fungsi timbal di sini bertujuan untuk mengontrol

Kadar Timbal (Pb) dalam Spesimen Darah Tukang Becak Mesin di Kota Pematang Siantar dan Beberapa Faktor yang Berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan pun muncul seiring semakin padatnya jumlah penduduk. Salah. satunya permasalahan di bidang transportasi.

Bab I Pendahuluan. Gambar I.1 Bagan alir sederhana sistem pencemaran udara (Seinfield, 1986)

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only.

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hasil Analisa Bulan November Lokasi/Tahun Penelitian SO2 (µg/m 3 ) Pintu KIM 1 (2014) 37,45. Pintu KIM 1 (2015) 105,85

B A P E D A L Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semakin bertambahnya aktivitas manusia di perkotaan membawa

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah timbulnya masalah kebisingan akibat lalu lintas.

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

BAB 1 : PENDAHULUAN. lainnya baik dalam bidang ekonomi, politik dan sosial. (1)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun

BAB I PENDAHULUAN. dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi (Chandra, 2007). Permasalahan utama yang dihadapi kota-kota di dunia yaitu semakin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GREEN TRANSPORT: TRANSPORTASI RAMAH LINGKUNGAN DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENGURANGI POLUSI UDARA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo diawali dengan berkembangnya aspirasi masyarakat terutama dari

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat di kota-kota besar terutama pada negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, terutama di negara-negara

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Timbal telah diakui sebagai racun selama ribuan. tahun dan telah menjadi fokus dari regulasi kesehatan

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Kegiatan tersebut mengakibatkan adanya unsur-unsur gas, baik itu karbon

Transkripsi:

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pembangunan yang dilakukan manusia semakin meningkat yang akan menimbulkan resiko pencemaran terhadap lingkungan dan akhirnya merugikan manusia itu sendiri oleh karena limbah yang dihasilkan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, baik secara langsung, maupun secara tidak langsung. Gangguan kesehatan yang tidak langsung ini selalu timbul dalam jangka waktu yang lama oleh karena efeknya timbul setelah terjadi akumulasi dari bahan pencemar di dalam tubuh sampai menimbulkan gejala penyakit, atau gangguan kesehatan. Pada umumnya gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh karena keracunan bahan pencemar secara khronis ini bersifat menetap, atau tidak dapat disembuhkan. Salah satu akibat dari pembangunan di bidang transportasi adalah penambahan jumlah kendaraan bermotor yang sangat pesat yang menimbulkan peningkatan pencemaran udara di kota besar yang semakin terasa. Pembakaran bensin dalam kendaraan bermotor merupakan lebih dari separuh penyebab polusi udara kota. Di samping karbon monoksida, juga dikeluarkan nitrogen oksida, belerang oksida, partikel padatan dan senyawa-senyawa fosfor dan timbal. Senyawasenyawa ini selalu terdapat dalam bahan bakar dan minyak pelumas mesin. Rancangan mesin dan macam bensin ikut menentukan jumlah pencemar yang akan timbul. Pembakaran mesin yang tidak sempurna akan menghasilkan banyak bahan yang tidak diinginkan dan meningkatkan pencemaran udara (Sastrawijaya, 2000). Salah satu bahan pencemar udara yang paling berbahaya adalah timbal. Timbal sering juga disebut dengan timah hitam, Pb atau lead dalam bahasa Inggeris.

Timbal merupakan metal yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia yang berlangsung seumur hidup disebabkan timbal berakumulasi dalam tubuh manusia. Dalam kasus yang terpapar polusi timbal dalam dosis rendah sekalipun ternyata dapat menimbulkan gangguan pada tubuh tanpa menunjukkan gejala klinik (Nawrot, 2006, Payton 1994, Roncal 2007, Spivey 2007, Lin et al., 2006). Timbal juga terbukti meningkatkan jumlah kematian pada penderita penyakit jantung. Sampai saat ini belum dapat ditentukan berapa kadar terendah dari timbal dalam tubuh yang aman untuk kesehatan (Spivey, 2007). Beberapa penilitian berikut menjelaskan hubungan kesehatan dengan akibat polusi timbal pada kesehatan manusia seperti penelitian mengenai hubungan kadar timbal dalam darah dengan tekanan darah tinggi pada pengemudi bus. Peneliti menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara terjadinya hipertensi pada pengemudi bus ada hubungannya dengan kadar timbal dalam darah mereka (Sharp et al. 1988). Martin et al. (2006) melakukan penelitian di Amerika, mendapatkan bahwa timbal mepunyai efek akut terhadap tekanan darah dan menimbulkan hipertensi pada keracunan khronis oleh karena adanya akumulasi timbal di dalam darah pada orang dewasa. Grandjean et al.,1989 menemukan pada penelitiannya bahwa ada hubungan peningkatan kadar timbal dalam darah dengan meningkatnya tekanan darah penderita. Cheng et al. (2001) menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa pemaparan terhadap polusi timbal dalam jangka waktu lama akan meningkatkan kadar timbal dalam tulang dan dalam darah yang kemudian menimbulkan hipertensi. Lustberg (2002) menemukan pada penelitiannya bahwa seseorang dengan kadar timbal darah antara 20 sampai 29 ug/dl pada tahun 1976 s/d

1980 menunjukkan peningkatan kematian disebabkan gangguan peredaran darah dan jantung. Ada beberapa karakteristik yang bisa dipakai untuk menentukan apakah seorang beresiko untuk mengandung kadar timbal yang tinggi di dalam darahnya antara lain: tempat tinggal di kota atau di desa, rumah tempat tinggal menggunakan cat yang mengandung timbal, kondisi perumahan yang tidak sehat, tempat tinggal ditempat yang padat penduduknya, tingkat pendidikan yang rendah dan lain-lain (Lanphear et al.,1998). Wahyudiono (2006) melakukan penelitian di Surabaya terhadap kadar timbal dalam darah polisi lalu lintas yang memakai masker waktu bertugas dibandingkan dengan polisi yang tidak memakai masker. Dari 24 orang polisi yang bertugas di perempatan jalan yang padat lalu lintasnya, didapat kandungan timbal dalam darah sebanyak 31,6 µg/100 ml, sedangkan yang tidak memakai masker rata-rata sebanyak 49,2 µg/100 ml darah. Gangguan kesehatan yang mereka rasakan adalah hipertensi, nafas tersengal, jantung berdebar, sakit pinggang, nafsu makan berkurang, sakit kepala, sukar berkonsentrasi, sakit pada otot-otot dan tulang. Batas normal timbal dalam darah ditetapkan 40 µg/100 ml darah pada orang dewasa dan pada anak-anak 10 µg/100 ml darah. Erawati (2003) dalam penelitiannya terhadap 30 orang polisi lalu lintas di kota Medan menemukan bahwa 50% (15 orang) mengandung Pb dalam darahnya melebihi 80 µg/l. Soemarwoto (1997) menyatakan pengelolaan lingkungan mempunyai ruang lingkup yang luas dengan cara yang beraneka pula. Pertama, ialah pengelolaan lingkungan secara rutin. Kedua, ialah perencanaan dini pengelolaan lingkungan yang menjadi dasar dan tuntutan bagi perencanaan pembangunan. Ketiga, ialah perencanaan pengelolaan lingkungan berdasarkan perkiraan dampak lingkungan

yang akan terjadi sebagai akibat suatu proyek pembangunan yang sedang direncanakan. Keempat, ialah perencanaan pengelolaan lingkungan untuk memperbaiki lingkungan yang mengalami kerusakan, baik karena sebab alamiah maupun karena tindakan manusia. Dari beberapa peneliti terdahulu diketahui bahwa pemberian kalsium pada beberapa kasus dapat menurunkan kadar timbal dalam darah. Sargent et al.(1999) meneliti pengaruh pemberian susu formula yang mengandung Kalsium dan Fosfor selama 9 bulan terhadap kadar timbal di dalam darah bayi berumur 3,5-6 bulan. Mereka mendapatkan penurunan kadar timbal di dalam darah setelah pemberian susu formula tersebut selama 4 bulan dan 9 bulan, walaupun secara statistik tidak signifikan. Haryanto (2008) yang melakukan penelitian pengaruh suplemen kalsium terhadap penurunan kadar timah hitam dalam darah terhadap anak sekolah di kota Bandung menyimpulkan bahwa prediksi penurunan kadar Pb-darah anak-anak di kota Bandung jika mengkonsumsi suplemen kalsium 250 mg/hari selama 3 bulan adalah sebesar 43,6% dan jika mengkonsumsi suplemen kalsium 500 mg/hari adalah 44,3%. Hasil penelitian Sitohang di kota Medan pada tahun 2001 menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pertambahan intensitas kendaraan bermotor terhadap kandungan timbal di udara kota Medan. Berdasarkan hasil pemeriksaan darah pada supir, tukang becak, pedagang asongan dan pedagang kaki lima di Tarutung didapati kadar Pb yang sudah diatas Nilai Ambang Batas (NAB) sekitar 13% sedangkan di Tebing Tinggi adalah 10,81% diatas NAB. Jumlah kendaraan bermotor di Kota Medan berada pada urutan ketiga di Indonesia sesudah Jakarta dan Surabaya, tetapi dari ratio kendaraan bermotor/penduduk, kota Medan berada pada

urutan kedua sesudah Jakarta. Pertumbuhan jumlah kendaraan di kota Medan ratarata 5,61 % pertahun. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada darah pekerja di jalan Tol Jagorawi didapati 3,92 s.d 7,59 µg/dl, sedangkan pada pengemudi 30 s.d 46 µg/dl, kemudian pada polisi lalu lintas > 40 µg/dl. Pada bulan Februari 2003 BAPEDAL SU melakukan pengukuran kadar Pb di udara ambient kota Medan, hasilnya menunjukkan adalah 3,5 µg/m 3, sedangkan Baku Mutu Udara Ambient adalah 2,0 µg/m 3 berarti kadar Pb sudah melewati Nilai Ambang Batas. Kandungan Pb udara paling tinggi adalah di Terminal Amplas pada waktu pengamatan pukul 16.00-17.00 WIB, yaitu 32,67 µg/ m 3, kemudian di Pinang Baris pada pengamatan pukul 07.30-08.30 WIB dan di Jalan Brigjen Katamso pada waktu pengamatan pukul 13.00-14.00 WIB yaitu 23.00 µg/ m 3. Kandungan Pb udara yang lebih rendah adalah di Komplek Setia Budi Indah pada waktu pengamatan pukul 07.30-08.30 WIB, yaitu 5,87 µg/ m 3 ( Sitohang, 2001). Kadar Pb di udara Terminal bus Amplas dan Terminal Bus Pinang Baris di kota Medan yang diteliti oleh Girsang pada tahun 2008 didapat sebesar > 2 µg/ m 3 (3,228 ± 0 µg/ m 3 ) pada pos-pos yang padat kendaraan bermotornya dan pada pospos yang kurang padat kendaraan bermotornya kadar Pb dalam udara adalah < 2 µg/ m 3 (0,889-1,385 µg/ m 3 ) sedangkan kadar Pb dalam darah petugas Dinas Perhubungan yang bertugas ditempat tersebut adalah 5-10 µg/dl (Girsang 2008). Penarik beca dayung, penarik beca bermesin, pengatur lalu lintas, pedagang asongan, pedagang kaki lima, yang terdapat di kota-kota besar di Indonesia merupakan pekerja dewasa yang beresiko tinggi yang paling banyak terpapar dengan polusi udara yang dihasilkan oleh kenderaan bermotor. Mulai dari pagi hari, bahkan sejak terbit matahari mereka sudah keluar dari rumah, berada di sepanjang jalan raya

yang padat dengan lalu lintas kenderaan bermotor, sampai sore hari bahkan ada yang sampai malam hari berada di pinggir jalan, baik dalam kondisi sedang bekerja ataupun dalam keadaan beristirahat terus menerus terpapar dengan polusi udara, dalam hal ini adalah polusi timbal yang dihasilkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor. Dari pengamatan sementara diketahui bahwa Kebijakan Kesehatan Tenaga Kerja Indonesia pada saat ini baru bersifat anjuran untuk pencegahan keracunan timbal dengan jalan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) bagi pekerja yang berhubungan langsung dengan polusi timbal. Disamping itu terhadap pengusaha pabrik tersebut diharuskan menjaga kualitas udara di sekitar pekerja dari polusi bahan-bahan berbahaya, salah satunya adalah timbal dengan batas maksimum 0,06 µg/m3 udara. Khusus untuk pekerja non formal yang melaksanakan kegiatan usaha di pinggir jalan dengan resiko tinggi terhadap keracunan timbal kronis sampai saat ini belum ada kebijakan dalam bidang kesehatan khususnya untuk menurunkan kadar timbal dalam darah (Buchari 2007). Achmadi (2008) menggambarkan manajemen penyakit dalam perspektif lingkungan, baik berupa penyakit menular ataupun bukan penyakit menular dapat digambarkan dalam teori simpul sebagai berikut:

SUMBER PENYAKIT (Simpul 1) KOMPONEN LINGKUNGAN: -Udara -Air -Tanah (Simpul 2) PENDUDUK: -Umur -Perilaku -Kepadatan,dll (Simpul 3) MANUSIA: SEHAT/ SAKIT (Simpul 4) Variabel Lain yang Berpengaruh Gambar 1.1 Teori Simpul dalam Pemberantasan Penyakit (Sumber: Achmadi (2008) Mengacu kepada Gambar 1.1. maka patogenesis atau proses kejadian penyakit dapat diuraikan kedalam 4 simpul, yakni simpul 1 disebut sebagai sumber penyakit, simpul 2, komponen lingkungan yang merupakan media transmisi penyakit, simpul 3, penduduk dengan berbagai variabel kependudukan seperti pendidikan, perilaku, kepadatan, gender, sedangkan simpul 4, penduduk dalam keadaan sehat atau sakit setelah mengalami interaksi atau terpapar komponen lingkungan yang mengandung bibit penyakit atau agent penyakit. Titik simpul pada dasarnya menuntun kita sebagai titik simpul manajemen. Untuk mencegah penyakit tertentu, tidak perlu menunggu sampai simpul 4 terjadi. Dengan mengendalikan sumber penyakit, kita dapat mencegah sebuah proses kejadian hingga simpul 3 atau 4 (Achmadi, 2008). Dalam hal pencegahan terhadap timbulnya penyakit akibat keracunan timbal ini dapat kita lakukan dengan urutan sebagai berikut: Pada simpul 1 (Sumber Penyakit), yaitu dengan jalan mencegah timbulnya polutan timbal di udara seperti melakukan pelarangan terhadap bahan bakar kendaraan bermotor yang tidak mengandung timbal sehingga tidak terjadi emisi timbal ke udara (Widowati et al, 2008), memodifikasi mesin kendaraan dimana terjadi pembakaran sempurna sehingga emisi gas buang khususnya timbal bisa

dikurangi (Wardhana, 2004, Satrawijaya, 2000), melakukan modikasi gas buang kendaraan bermotor dengan penyaringan timbal yang keluar dari emisi gas buang (Widowati, 2008), mengurangi jumlah kendaraan di jalan raya dengan mengganti kendaraan umum kapasitas kecil dengan kendaraan umum berkapasitas besar (Wardhana, 2004) Pada simpul 2 (Komponen Lingkungan), yaitu mencegah terjadinya transmisi dari timbal yang telah ada di udara ke dalam tubuh manusia yaitu melakukan penanaman pohon dipinggir jalan yang menyerap timbal di udara ambien (Gravitiani, 2009). Pada simpul 3 (Perilaku Manusia), tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan memakai masker dimana dari beberapa menelitian menunjukkan manfaat masker dalam mencegah naiknya kadar timbal dalam darah polisi lalu lintas yang mempergunakan masker sewaktu bertugas (Wahyudiono, 2006), melakukan pengukuran timbal dalam darah secara rutin sebagai biomarker, dimana setiap pekerja yang kadar timbal dalam darahnya sudah mendekati kadar yang membahayakan kesehatan maka pekerja tersebut dipindahkan ke area dimana tidak ada polusi timbal (Widowati et al, 2008). Pada simpul 4 (Manusia yang sudah terpapar), adalah mencegah agar manusia yang sudah terpapar dengan polusi timbal tapi belum menunjukkan gejalagejala yang khas keracunan timbal tidak menjadi sakit. Pada saat ini belum ditemukan literatur yang menjelaskan cara penurunan kadar timbal dalam darah pada pekerja dewasa yang sudah terpapar, agar mereka tidak menjadi sakit. Hal yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah bagaimana menurunkan kadar timbal dalam darah pekerja dewasa yang sudah terpapar polusi timbal tapi belum

menunjukkan gejala-gejala yang khas keracunan timbal, dengan pemberian suplemen kalsium. Menurunkan kadar timbal dalam darah dengan suplemen kalsium dapat digambarkan seperti pada halaman berikut: Kenderaan bermotor dengan bahan bakar mengandung timbal (Simpul 1) PEMBERIAN KALSIUM Polusi udara, antara lain: timbal (Simpul 2) PERILAKU MANUSIA ) Simpul 3) MANUSIA TERPAPAR (Simpul 4) MANUSI A TIDAK SAKIT Gambar 1.2 Menurunkan kadar timbal dalam darah dengan pemberian suplemen kalsium Pengamatan yang dilakukan terhadap pekerja di pinggir jalan ini umumnya mereka terdiri dari pekerja dengan latar belakang ekonomi lemah. Belum pernah dilakukan usaha pencegahan untuk menurunkan kadar timbal dalam darah mereka baik dalam program pemerintah maupun dengan cara pengobatan mandiri, pada hal diketahui bahwa polusi timbal yang mereka hadapi selama bertahun-tahun bekerja di pinggir jalan adalah merupakan ancaman yang serius terhadap kesehatan mereka secara permanen seperti yang telah disebutkan diatas. Gangguan kesehatan yang disebabkan keracunan timbal kronis yang mereka alami setiap hari ini merupakan silent killer bagi penderita sehingga berakibat penurunan produktivitas dan kelangsungan pendidikan dan kehidupan anggota keluarganya. Sebagai usaha untuk melindungi kaum duafa yang terpapar ini maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk menemukan cara pencegahan atau cara pengobatan keracunan oleh timbal secara kronis dengan jalan menurunkan kadar timbal dalam darah mereka.

1.2 Perumusan Masalah Mengingat gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh timbal walaupun dalam kadar rendah dalam darah dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti yang dijelaskan oleh peneliti-peneliti (Nauwrot 2006, Payton et al 1994, Roncal 2007, Spivey 2007, Lin et al., 2006), maka dirasa sangat perlu dicari suatu cara untuk mencegah timbulnya keracunan timbal kronis pada pekerja beresiko tinggi ini. Timbal terus menerus dikeluarkan oleh gas buang kendaraan bermotor di kota Medan dan dapat diserap oleh tubuh baik melalui pernafasan dan kulit terus berlangsung selama mereka berada di jalan raya, ditambah lagi sifat akumulasi dari timbal yang sudah diserap di dalam tubuh, maka perlu diperoleh suatu cara untuk mencegah peningkatan kadar timbal atau untuk menurunkan kadar timbal di dalam darah mereka. Karena kalsium salah satu bahan yang dapat menurunkan kadar timbal dalam darah anak-anak sekolah (Haryanto 2008, Markowitz et al 2004, Ballew 2001, Sargent 1999), maka peran kalsium dalam menurunkan kadar timbal dalam darah pada pekerja dewasa yang beresiko tinggi perlu diteliti. Dari penelusuran literatur yang dilakukan peneliti belum ada literatur mengenai penelitian dengan tujuan mengatasi resiko keracunan timbal pada pekerja dewasa yang beresiko tinggi dengan pemberian suplemen kalsium. Penelitian terhadap orang dewasa yang ada tercatat adalah pengaruh suplemen kalsium pada kadar timbal dalam darah wanita hamil dan wanita menyususi ( Anetor et al. 2005, Ettinger 2009, Gulson et al. 2004). Oleh karena kadar timbal di udara ambien kota Medan sudah mencapai lebih dari 2 µg/m 3 udara (Girsang, 2008, Sitohang, 2001), telah melebihi Nilai Ambang Batas yang diperbolehkan, maka perlu dirumuskan suatu pengembangan kebijakan

bidang kesehatan dalam usaha pencegahan keracunan timbal dari udara ambien pada pekerja dewasa. Pertanyaan dalam penelitian ini adalah apakah pemberian suplemen kalsium pada pekerja dewasa dapat mencegah dampak lingkungan dengan menurunkan kadar timbal dalam darah dan efektif sebagai kebijakan pemerintah dalam mencegah efek keracunan timbal? 1.3 Tujuan Penelitian: 1.3.1 Tujuan Umum: Mencegah Dampak Lingkungan dengan menentukan efek suplemen kalsium terhadap penurunan kadar timbal dalam darah pekerja dewasa yang keracunan timbal kronis dalam upaya pengembangan kebijakan bidang kesehatan. 1.3.2 Tujuan Khusus: 1. Menentukan kadar timbal dalam darah pekerja dewasa yang keracunan timbal kronis 2. Menentukan efek suplemen kalsium terhadap penurunan kadar timbal dalam darah pekerja dewasa yang keracunan timbal kronis. 3. Mengetahui pengaruh faktor-faktor yang turut mempengaruhi kadar timbal dalam darah pekerja dewasa yang keracunan timbal kronis 4. Mendapatkan model matematik prediksi kadar timbal dalam darah pekerja dewasa yang keracunan timbal kronis sebelum dan sesudah pemberian suplemen kalsium.

5. Mencegah Dampak Lingkungan dengan menentukan cara pencegahan agar manusia yang telah terpapar dengan polusi timbal tidak menjadi sakit dengan pemberian suplemen kalsium 1.4 Hipotesis Pemberian suplemen kalsium 3 x 500 mg sehari selama 3 bulan pada pekerja dewasa dapat menurunkan kadar timbal dalam darah secara bermakna. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Dapat digunakan sebagai salah satu cara pencegahan agar pekerja dewasa yang beresiko tinggi terhindar dari dampak keracunan timbal kronis. 2. Dapat dipergunakan untuk menghindari faktor-faktor yang mempunyai resiko tambahan terhadap timbulnya keracunan timbal kronis 3. Sebagai masukan kepada pihak-pihak yang terkait untuk membuat kebijakan pencegahan dampak lingkungan akibat pencemaran timbal. 1.6 Novelty Penelitian 1. Pencegahan Dampak Lingkungan dengan Pencegahan Keracunan Timbal Kronis pada pekerja dewasa yang beresiko tinggi. 2. Model Prediksi Kadar Timbal dalam Darah pekerja dewasa.