BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT)

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran ini. Meskipun dianggap penting, banyak siswa yang mengeluh kesulitan

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ike Nurhayati, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tingkat SD/MI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, arus globalisasi semakin hebat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ine Riani, 2013

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT PADA SISWA KELAS V SDN 07 SUMBERPUCUNG MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. kemampuan atau potensi dan meningkatkan mutu kehidupan serta martabat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan diperlukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu ilmu yang berperan penting dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mempersiapkan ataupun memperbaiki

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Siswa yang belajar akan mengalami perubahan baik dalam pengetahuan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

43. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING DI SEKOLAH DASAR

Lasyuri, Peningkatan Hasil Belajar...

BAB I PENDAHULUAN. terkenal dengan kehebatan sains dan teknologinya. 1. meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap kualitas pendidikan.

Kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya model pembelajaran kooperatif. Secara bahasa kooperatif berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar peserta didik mendapatkan pengalaman belajar dari kegiatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sikap mengubah perilaku seseorang menuju lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata kunci: Aktivitas, Hasil belajar Matematika, dan Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT) PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. subjek dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Usaha untuk mencapai tujuan. yang melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran.

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Jurnal Paradigma, Volume 10, Nomor 1, Januari 2015

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting pola pikirnya dalam membentuk siswa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. diberikan di tingkat dasar dan menengah. IPS tidak hanya mendengarkan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

09. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP, 2007).

PENGGUNAAN MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PERKEMBANGAN NEGARA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT

48. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. segala aspek kehidupan. Pendidikan tidak akan terlepas dari proses

BAB I PENDAHULUAN. dengan semboyan learning by doing. Berbuat untuk mengubah tingkah laku

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MELATIH PEMAHAMAN KONSEP SISWA

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran Matematika di SD 2.1.1.1 Hakikat Matematika Permendiknas nomor 22 tahun 2006 mengemukakan: Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang, dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Sedangkan menurut Rusffendi dalam Heruman ( 2007: 1), Matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Selanjutnya menurut Soedjadi dalam Heruman ( 2007: 1), hakikat matematika yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif. Dari beberapa teori di atas disimpulkan bahwa hakikat matematika yaitu ilmu yang bersifat abstrak yang mendasari perkembangan teknologi modern untuk memajukan daya pikir manusia. 2.1.1.2 Tujuan Mata Pelajaran Matematika untuk SD Menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006 Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, ataumenjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, 6.

7 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, 4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Dari paparan di atas tujuan mata pelajaran matematika di SD agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari hari. 2.1.1.3 Ruang Lingkup Mata Pelajaran Matematika Untuk SD Menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006 Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek - aspek sebagai berikut : 1. Bilangan 2. Geometri dan pengukuran 3. Pengolahan data Peneliti mengambil batasan dalam ruang lingkup mata pelajaran matematika untuk SD yaitu aspek bilangan. 2.1.1.4 Materi Mata Pelajaran Matematika Kelas 4 SD Didalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006, materi untuk mata pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (MI) yaitu sebagai berikut. Tabel 1 Silabus Kelas 4, Semester 2 Standar Kompetensi Bilangan 5. Menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat Kompetensi Dasar 5.1 Mengurutkan bilangan bulat 5.2 Menjumlahkan bilangan bulat 5.3 Mengurangkan bilangan bulat 5.3 Melakukan operasi hitung campuran

8 Standar Kompetensi 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah 7. Menggunakan lambang bilangan Romawi Geometri dan Pengukuran 8. Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar Kompetensi Dasar 6.1 Menjelaskan arti pecahan dan urutannya 6.2 Menyederhanakan berbagai bentuk pecahan 6.3 Menjumlahkan pecahan 6.4 Mengurangkan pecahan 6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan 7.1 Mengenal lambang bilangan Romawi 7.2 Menyatakan bilangan cacah sebagai bilangan Romawi dan sebaliknya 8.1 Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana 8.2 Menentukan jaring-jaring balok dan kubus 8.3 Mengidentifikasi benda-benda dan bangun datar simetris 8.4 Menentukan hasil pencerminan suatu bangun datar Dalam penelitian, peneliti mengambil semester II yaitu Standar Kompetensi 6 yaitu menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah, Kompetensi Dasar 6.3 dan 6.4 yaitu menjumlahkan pecahan dan mengurangkan pecahan. 2.1.2 Pengertian Pecahan Heruman (2007: 43) menyatakan bahwa Pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Sedangkan Muchtar A. Karim (2005: 64) berpendapat bahwa bilangan pecahan dapat diragakan sebagai perbandingan bagian yang sama terhadap keseluruhan dari suatu benda atau himpunan bagian yang sama terhadap keseluruhan dari suatu himpunan. Selanjutnya menurut Burhan Mustaqim (2008: 163), pecahan merupakan bagian dari keseluruhan. Dari teori teori di atas disimpulkan bahwa pecahan adalah bagian dari keseluruhan yang utuh.

9 2.1.3 Karakteristik Siswa Kelas 4 Sekolah Dasar Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 10) menyatakan bahwa masa usia sekolah dasar (sekitar 6,0-12,0) merupakan tahapan perkembangan penting dan bahkan fundamental bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya. Karakteristik anak usia sekolah dasar secara umum sebagaimana dikemukakan Bassett, Jacka, dan Logan (1983) berikut ini : 1) mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri, 2) mereka senang bermain dan lebih suka bergembira/riang, 3) mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru, 4) mereka biasanya trgetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan-kegagalan, 5) mereka belajar secara efektif ketika mareka merasa puas dengan situasi yang terjadi, 6) mereka belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya (Sumantri & Permana, 2001). Berdasarkan pendapat di atas maka disimpulkan bahwa masa usia SD sekitar 6 sampai 12 tahun. Dalam kegiatan belajar anak sekolah dasar memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik ini sangat menentukan proses keberhasilan pembelajaran selanjutnya. Siswa kelas 4 SDN Weton Kulon secara alamiah itu rasa ingin tahu terhadap sesuatu yang belum diketahui itu tinggi, karakteristik yang lainnya yaitu lebih senang bermain. Hal ini ada kaitannya dengan model yang digunakan peneliti dalam proses pembelajaran, karena di dalam model itu terdapat suatu permainan. Sehingga karakteristik anak kelas 4 ini sesuai dengan model yang digunakan peneliti. 2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT 2.1.4.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Isjoni berpendapat, pembelajaran kooperatif sebagai salah satu pendekatan mengajar dimana murid bekerja sama diantara satu sama lain dalam kelompok belajar yang kecil untuk menyelesaikan tugas individu atau kelompok yang diberikan oleh guru (2009: 20). Sedangkan Slavin (1985) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen ( Isjoni, 2009: 15). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang di dalamnya mengutamakan kerjasama antara siswa

10 yang satu dengan siswa yang lain dalam satu kelompok belajar yang anggotanya heterogen. Tipe pembelajaran kooperatif itu mengutamakan kerjasama kelompok dan memastikan semua anggota kelompok memahami materi yang telah diberikan. 2.1.4.2 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Ekocin (2011) menyatakan bahwa pembelajaran model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Sedangkan Isjoni berpendapat, TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku kata atau ras yang berbeda (2009: 83). Selanjutnya Slavin berpendapat, model TGT merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif di dalamnya menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain (2010: 163). Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah metode pembelajaran kooperatif yang menempatkan dalam kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 orang atau 5-6 orang yang melibatkan aktivitas seluruh siswa dalam kelompok yang heterogen yang di dalamnya terdapat game, turnamaen akademik untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim. Jadi di dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini, dipastikan semua anggota memahami materi yang diberikan, apabila salah satu anggota ada yang belum paham, maka tugas anggota yang lain wajib memahamkan anggotanya yang belum paham dan kerja sama kelompok itu yang utama. 2.1.4.3 Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Slavin berpendapat, manfaat model pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu mengaktifkan siswa dalam mengikuti pembelajaran, melatih kerja sama dalam kelompok belajar (2010: 169). Anatahime (2009) menyebutkan 2 manfaat model pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu :

11 1) Sebagai alternatif untuk menciptakan kondisi yang variatif dalam kegiatan belajar mengajar; 2) Dapat membantu guru untuk menyelesaikan masalah dalam pembelajaran seperti rendahnya minat belajar siswa, rendahnya aktivitas proses belajar siswa ataupun rendahnya hasil belajar siswa. Jadi manfaat dari model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah dapat menciptakan kondisi yang variatif dalam pembelajaran dan membantu guru menyelesaikan masalah misalnya pada siswa yang minat belajarnya rendah. Dengan adanya model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat menciptakan kreativitas dan kerjasama dalam kelompok sehingga pembelajaran di kelas menyenangkan. 2.1.4.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Kooperatif Tipe TGT Menurut Suarjana dalam Anatahime (2009) kelebihan dan kekurangan model pembelajaran koopratif tipe TGT sebagai berikut. 1) Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT yaitu : a) lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas, b) mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu, c) dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam, d) proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa, e) mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain, f) motivasi belajar lebih tinggi, g) hasil belajar lebih baik, h) meningkatkan kebaikan budi, kebaikan dan toleransi. 2) Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT yaitu : a) Bagi Guru Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok dan waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.

12 b) Bagi Siswa Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain. Dengan adanya kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran Matematika maka guru sebisa mungkin memberikan alternatif untuk siswa dalam mengatasi kelemahan model TGT. 2.1.4.5 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Slavin (2010:166)berpendapat, langkah-langkah model TGT sebagai berikut. 1) Presentasi Kelas. Materi dalam TGT pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah presentasi tersebut harus benar-benar berfokus pada unit TGT. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentase kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka. 2) Tim. Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan jenis kelamin, ras dan etnitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. 3) Game. Gamenya terdiri dari pertanyaan-pertanyaan kontennya yang relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. 4) Turnamen. Turnamen adalah sebuah struktur di mana game berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. 5) Rekognisi Tim. Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai criteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT, dalam pelaksanaanya di kelas peneliti mengembangkannya sebagai berikut :

13 1) Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. Guru dapat menggunakan berbagai pilihan dalam menyampaikan materi pembelajaran ini kepada siswa. Di sini guru juga menjelaskan rambu-rambu dalam permainan dan memotivasi siswa supaya menjadi pemenang dalam game dan turnamen. 2) Guru membentuk beberapa tim kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 6 anggota, dimana anggota kelompok mempunyai kemampuan akademik yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari budaya atau suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender. Tim ini tujuannya untuk mempersiapkan game dan turnamen. Setiap kelompok mempunyai tugas untuk memahamkan anggotanya. 3) Yang selanjutnya yaitu game, dimana game ini berisi pertanyaan-pertanyaan bernomor untuk menguji kemampuan dari presentasi kelas dan kerja tim kelompok; 4) Setelah game berlangsung, langkah berikutnya yaitu turnamen. Turnamen ini berada di atas meja turnamen yang dimainkan oleh perwakilan tim kelompok. Dalam turnamen terdiri dari 10 pertanyaan bernomor yang dimainkan di atas meja oleh perwakilan dari kelompok masing-masing. Setiap kelompok bersaing untuk mendapatkan skor. Siswa kembali ke tim mereka dengan membawa nilai dari hasil turnamen. 5) Setelah turnamen selesai, Nilai dijumlahkan dan dibagi sesuai dengan jumlah anggota tim. Tim yang mendapat nilai tertinggi akan mendapatkan penghargaan. Penghargaan dapat berupa ucapan selamat, sertifikat, alat-alat tulis dan yang lainnya. Pemberian penghargaan tujuannya untuk memotivasi siswa supaya lebih ssemngat dan sungguh-sungguh dalam kerja kelompok. 2.1.5 Teori Hasil Belajar Menurut Winkel, dalam Purwanto ( 2013: 45 ) hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Sedangkan menurut Gagne dan Driscoll (1988:36) dalam ebookbrowse hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa (learner 's performance). Selanjutnya

14 menurut Oemar Hamalik ( 2006: 30 ) dalam Indramunawar, hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Dari beberapa teori tersebut disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa sebagai suatu hasil dari proses belajar. 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan Yeni Suryaningsih (2010) penerapan pendekatan kooperatif model TGT di SDN 1 Tenggong Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung dalam pembelajaran KPK dan FPB diimplementasikan dengan lima tahap yaitu tahap persiapan, penyampaian materi, belajar tim, turnamen, kognisi tim. Penerapan pendekatan kooperatif model TGT ini digunakan untuk meningkatkan penilaian proses siswa dan hasil belajar. Hal ini dapat diketahui dari peningkatan penilaian proses selama kgiatan pembelajaran berlangsung dan peningkatan hasil belajar siswa. Penilaian proses dari siklus I sebanyak 56 % dan siklus II sebanyak 100 %, hal ini menunjukkan peningkatan kualitas proses sebesar 44 %. Ketuntasan belajar pada siklus I ke siklus II juga mengalami peningkatan dari 67 % menjadi 89 %, hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 22 %. Penelitian yang dilakukan Wiji Wijayanti (2010) penerapan pembelajaran kooperatif modl TGT (Teams Games Tournaments) untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SDN Kauman 3 kecamatan Kepanjenkidul kota Blitar. Hasil penelitian menunujukan adanya peningkatan hasil belajar baik individu maupun klasikal. Peningkatan tersebut adalah dari 65,6 % menjadi 90 % berarti terjadi peningkatan sebesar 24,4 %. Hasil yang diperoleh pada pelaksanaan diskusi dengan menerapkan pembelajaran kooperatif pada siklus I menunjukkan bahwa dari 32 siswa terdapat 26 siswa yang dinyatakan tuntas dan 6 siswa dari 32 siswa dinyatakan tidak tuntas dalam berdiskusi dengan skor dibawah kriteria yaitu 7. Secara klasikal hasil aktivitas siswa mencapai persentase 68 % dan termasuk dalam kriteria tidak tuntas. Berdasarkan beberapa penelitian yang relevan di atas terbukti bahwa penggunaan model Kooperatif Tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

15 2.3 Kerangka Berpikir Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Dalam kegiatan pembelajaran Matematika pada umumnya permasalahan yang ada guru mengajarkan dengan metode ceramah dan tanya jawab. Hal ini sama dengan pembelajaran Matematika yang terjadi di kelas 4 SD Negeri Weton Kulon, guru dalam menyampaikan materi pecahan sampai saat ini masih menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Dalam kegiatan pembelajaran juga masih belajar secara klasikal. Tetapi pada kenyataannya metode ceramah, tanya jawab, dan belajar secara klasikal yang diterapkan guru dalam pembelajaran Matematika di kelas 4 SD Negeri Weton Kulon tentang pecahan respon siswa dalam belajar masih rendah dan hasil belajarnya juga belum baik. Dari kenyataan ini pembelajaran Matematika tentang pecahan kurang tepat menggunakan metode ceramah, tanyajawab, dan belajar secara klasikal. Sehubungan dengan hal di atas maka dalam pembelajaran di kelas guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa. Untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna dalam pembelajaran Matematika salah satu cara yang dilakukan guru adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Pembelajaran model kooperatif tipe TGT adalah metode pembelajaran kooperatif yang menempatkan dalam kelompok kecil yang beranggotakan 5-6 orang yang melibatkan aktivitas seluruh siswa dalam kelompok yang heterogen yang di dalamnya terdapat game, turnamen akademik untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi agar dapat mendapat hasil yang lebih optimal. Setiap siklus terdiri dari 5 langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu: presentasi kelas, tim, game, turnamen, dan rekognisi tim. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) ini sangat berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas 4SDN Weton Kulon. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT itu di dalamnya terdapat game, turnamen akademik sehingga jika diterapkan dalam pembelajaran Matematika itu pembelajaran akan menyenangkan dan bermakna bagi siswa, sehingga siwa tidak jenuh

16 dan bosan dengan adanya variasi dalam pembelajaran di kelas. Peneliti berharap pembelajaran dengan modelkooperatif tipe TGT dapat membuat siswa aktif dan tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran Matematika, dan hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri Weton Kulon tentang pecahan dapat meningkat. PBM Guru menggunakan metode ceramah Hasil rendah belajar Hasil Belajar Semakin Meningkat Pemantapan Penerapan Model Kooperatif Tipe TGT Hasil Belajar Meningkat Perbaikan dengan Kooperatif TGT Model Tipe - Menyampaikan materi - Membentuk tim kelompok terdiri dari 4-5 anggota - Game - Turnamen - Rekognisi tim / penghargaan Gambar 1 Skema Kerangka Berpikir 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran di atas, penulis dapat mengajukan hipotesis tindakan penelitian Jika penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dilaksanakan dengan baik, maka diduga dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas 4 SD Negeri Weton Kulon Puring Kebumen Tahun Pelajaran 2012/2013.