EVALUASI KINERJA KEUANGAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KABUPATEN LEMBATA - PROVINSI NTT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan pembiayaan. Ditinjau dari aspek kemandirian daerah, pelaksanaan otonomi

MIGUEL DE CARVALHO SOARES NIM

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh United Nations

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat

TESIS ANALISIS OVERREACTION PASAR PADA SAHAM WINNER DAN LOSER DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

Abstract. Kemandirian, Efektivitas, dan Efisiensi Pengelolaan Keuangan Daerah. Jefry Gasperz ISSN

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan ekonomi. Adanya ketimpangan ekonomi tersebut membawa. pemerintahan merupakan salah satu aspek reformasi yang dominan.

PENGARUH VARIABEL EKONOMI DAN SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP STATUS EKONOMI PEREMPUAN DI KABUPATEN JEMBRANA

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH DAN TINGKAT KEMANDIRIAN DAERAH DI KABUPATEN MAGETAN (TAHUN ANGGARAN )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Peraturan dan Perundang-undangan yang Berkaitan dengan Keuangan Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

ANALISIS KINERJA ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERMERINTAH KOTA SAMARINDA

PENGARUH LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN AKTIVITAS TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MIRA-MAR BLOCK DILI TIMOR LESTE

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA LANGSUNG

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

ARTIKEL ILMIAH ANALISA KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN TAHUN ANGGARAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN TINGKAT KEMANDIRIAN DAERAH DI ERA OTONOMI DAERAH: STUDI PADA KOTA MANADO (TAHUN )

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas layanan terhadap masyarakat luas. Sebagai organisasi nirlaba, lembaga pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. melalui penyerahan pengelolaan wilayahnya sendiri. Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DAN TREND PADA PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG TAHUN ANGGARAN

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

STUDI KOMPARATIF KINERJA PORTOFOLIO SAHAM SMALL MEDIUM ENTERPRISE (SME) DI PASAR MODAL INDONESIA, CHINA, DAN INDIA

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi daerah, sebagaimana halnya di bidang-bidang lainnya. Usaha untuk

ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KOTA - KOTA DI JAWA TENGAH PADA ERA OTONOMI DAERAH PERIODE

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KOTA MALANG

TESIS STUDI KELAYAKAN INVESTASI PENGADAAN PERALATAN PT PELABUHAN INDONESIA IV (PERSERO) DI MAKASSAR

TESIS PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA KOTA KEDIRI SEBELUM DAN SESUDAH OTONOMI DAERAH SKRIPSI. Oleh :

UCAPAN TERIMA KASIH. Denpasar, Penulis

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan.undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, RISIKO PASAR, DEBT TO EQUITY RATIO

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

KONTRIBUSI RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA SAMARINDA ABSTRACT

ANALISIS BELANJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BENGKULU

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989) sebagai berikut.

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH

ANALISIS KINERJA KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KABUPATEN KLATEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No.

ANALISIS RASIO KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

Assallamualaikum Wr.WB dan Salam Sejahtera untuk Kita Sekalian

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengertian anggaran menurut Mardiasmo (2004:62) menyatakan bahwa :

PENGARUH NILAI TUKAR RIIL DAN TINGKAT SUKU BUNGA RIIL TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya sangat terbatas; sehingga ketergantungan pada Pemerintah Pusat

Keywords : income, improvement, local, government, original, tax

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

1 UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KOTA AMBON

ANALISIS IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA GORONTALO

ANALISIS LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. bagi bangsa ini. Tuntutan demokratisasi yang diinginkan oleh bangsa ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini membahas tentang kebijakan mengenai Sistem Pengendalian

EVALUASI KINERJA KEUANGAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN BENGKALIS

BAB I PENDAHULUAN. adanya akuntabilitas dari para pemangku kekuasaan. Para pemangku. penunjang demi terwujudnya pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

Poppy Kemalasari et al., Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah dan Tingkat Kemandirian Daerah di Era Otonomi Daerah

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN PENGHARGAAN TERHADAP KREATIVITAS DAN KINERJA PEGAWAI DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

TESIS PENGARUH CONCERN TO ORDER DAN CUSTOMER ORIENTATION TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI KANTOR REKTORAT UNIVERSITAS UDAYANA

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan laporan pertanggungjawaban yang terdiri atas Laporan Perhitungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ayat (3) pasal 33 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP MOTIVASI DAN KINERJA KARYAWAN (Sudi Kasus Pada PT. Pandawa)

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur

local accountability pemerintah pusat terhadap pembangunan di daerah.

PENGARUH KINERJA KEUANGAN PADA PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN MODERASI ALOKASI BELANJA MODALKABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BALI

BAB I PENDAHULUAN. daerah diharapkan mampu menciptakan kemandirian daerah dalam mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Desentralisasi dengan memberikan otonomi ke pemerintah daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah di Kota Jambi. oleh :

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.12 No.3 Tahun 2012

TESIS PERAN MEDIASI KEPUASAN KERJA PADA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN BUDAYA PATIENT SAFETY TENAGA KESEHATAN

ANALISIS BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA TAHUN ANGGARAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KAUR

STUDI KOMPARATIF KINERJA KEUANGAN BANK NASIONAL DAN BANK ASING

KEWENANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH(BLUD) DALAM HAL PENGAWASAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. ini menimbulkan peningkatan tanggung jawab penyelenggara pemerintah di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan ekonomi, serta mengatur keuangan daerahnya masing-masing (Yuliani,2000).

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mengatur pelimpahan kewenangan yang semakin luas kepada

Transkripsi:

TESIS EVALUASI KINERJA KEUANGAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KABUPATEN LEMBATA - PROVINSI NTT GREGORIUS GEHI BATAFOR PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011

TESIS EVALUASI KINERJA KEUANGAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KABUPATEN LEMBATA - PROVINSI NTT GREGORIUS GEHI BATAFOR N I M : 0990661048 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011

EVALUASI KINERJA KEUANGAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KABUPATEN LEMBATA - PROVINSI NTT Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Manajemen Program Pascasarjana Universitas Udayana GREGORIUS GEHI BATAFOR NIM : 0990661048 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011

Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 25 JANUARI 2012 Pembimbing I Pembimbing II Dr. I. B. Anom Purbawangsa, SE, MM NIP. 19620922 198702 1 002 Drs. I Ketut Mustanda, MM NIP. 19560107 198303 1 008 Mengetahui Ketua Program Studi Magister Program Pascasarjana Universitas Udayana Dr. I. B. Anom Purbawangsa, SE, MM NIP. 19620922 198702 1 002 Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP. 19590215 198510 2 001

Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 30 Desember 2011 Panitia Penguji Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No : 2099/UN.14.4/HK/2011, Tanggal 29 Desember 2011 Ketua Sekretaris Anggota : Dr. I B Anom Purbawangsa, SE.,MM : Drs. I Ketut Mustanda, MM : Prof. Dr. IG. B. Wiksuana, SE.,MS : Prof. Dr. L.P. Wiagustini, SE.,M.Si : Drs. Putu Yadnya, MM

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT NAMA : GREGORIUS GEHI BATAFOR, SE NIM : 0990661048 PROGRAM STUDI : MAGISTER MANAJEMEN JUDUL TESIS : EVALUASI KINERJA KEUANGAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KABUPATEN LEMBATA - PROVINSI NTT Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 08 Desember 2011 (GREGORIUS GEHI BATAFOR, SE)

UCAPAN TERIMA KASIH Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas karuniah-nya, tesis ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. I. B. Anom Purbawangsa, SE, MM, sebagai pembimbing utama yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan saran selama penulis mengikuti program Magister Manajemen, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Drs. I Ketut Mustanda, MM, sebagai pembimbing pendamping yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S(K), atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. I Wayan Ramanta, SE., MM., Ak., sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program Magister. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr. I. B. Anom Purbawangsa, SE, MM sebagai Ketua Program MM Unud. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis, Prof. Dr. IG. B. Wiksuana, SE.,MS, Prof. Dr. LP Wiagustini, SE.,M.Si dan Drs. I Putu Yadnya, MM, yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus disertai penghargaan kepada seluruh guru yang telah membimbing penulis, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Juga penulis ucapkan terima kasih kepada Ayah dan Ibu yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan dasardasar berpikir logik dan suasana demokratis sehingga tercipta lahan yang baik untuk berkembangnya kreativitas. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini serta kepada penulis sekeluarga.

ABSTRAK EVALUASI KINERJA KEUANGAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KABUPATEN LEMBATA - PROVINSI NTT Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada hakekatnya merupakan salah satu instrumen kebijakan yang dipakai sebagai alat untuk meningkatkan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat di daerah sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas dan bertanggung jawab. Mengingat pentingnya peranan anggaran dalam pembangunan dan di lain sisi masih terbatasnya kemampuan daerah untuk menyediakan anggaran dimaksud, maka dalam pemanfaatannya daerah perlu mengetahui kemampuan keuangannya, menentukan skala prioritas, efisein, efektif, dan serasi sehingga pembangunan daerah dapat dilaksanakan secara berdayaguna, berhasilguna, berkesinambungan dan berdampak pada peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) signifikansi perbedaan rata-rata kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Lembata pada periode I dan periode II, dan 2) signifikansi perbedaan rata-rata kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Lembata pada periode I dan periode II. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Lembata, dengan menggunakan data sekunder, teknik analisis yang dipergunakan adalah teknik analisis uji beda dua rata-rata terhadap variabel kinerja keuangan daerah meliputi : a. rasio kemandirian, b. rasio efektivitas, c. rasio efisiensi dan d. rasio keserasian belanja, dan variabel kesejahteraan masyarakat meliputi indikator a. pendapatan perkapita, b. tingkat pendidikan dan c. usia harapan hidup masyarakat antara periode I dan periode II. Hasil penelitian terhadap variabel kinerja keuangan daerah menunjukkan bahwa : 1) tingkat kemandirian keuangan daerah di periode II semakin meningkat dibanding pada periode I, tetapi perbedaan peningkatan tersebut tidak bermakna terhadap perbedaan kinerja keuangan daerah antara periode I dan periode II. 2) tingkat efektivitas keuangan daerah di periode II mengalami peningkatan dibanding pada periode I, namun perbedaan peningkatan tersebut tidak bermakna terhadap perbedaan kinerja keuangan daerah antara periode I dan periode II. 3) tingkat efisiensi pengelolaan keuangan daerah pada periode I lebih efisien dibandingkan dengan tingkat efisiensi pengelolaan keuangan di periode II, namun perbedaan penurunan tingkat efisiensi tersebut tidak bermakna terhadap perbedaan kinerja keuangan daerah antara periode I dan periode II, dan 4) tingkat keserasian belanja daerah pada periode II mengalami penurunan dibandingkan dengan tingkat keserasian belanja daerah pada periode I, tetapi perbedaan penurunan tersebut tidak bermakna terhadap perbedaan kinerja keuangan daerah antara periode I dan periode II. Sedangkan hasil penelitian terhadap variabel kesejahteraan masyarakat menunjukkan bahwa : 1) tingkat pendapatan perkapita masyarakat semakin meningkat di periode II dibandingkan pada periode I dan peningkatan tersebut bermakna terhadap perbedaan kesejahteraan masyarakat antara periode I dan periode II. 2) Jumlah masyarakat yang telah mengenyam dunia pendidikan semakin meningkat pada periode II dibandingkan pada periode I, dan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat pada periode I dan periode II, dan 3) tingkat usia harapan hidup masyarakat semakin bertambah pada periode II dibandingkan pada periode I, dan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat pada periode I dan periode II. Kata Kunci : Kemandirian Keuangan, Efektivitas, Efisiensi, Keserasian Belanja, Pendapatan Perkapita, Tingkat Pendidikan dan Usia Harapan Hidup.

ABSTRACT FINANCIAL PERFORMANCE EVALUATION AND THE DISTRICT LEVEL COMMUNITY WELFARE LEMBATA DISTRICT - PROVINCE NTT Revenue and Expenditure Budget essentially one policy instrument that is used as a tool to improve public services and welfare in the area in accordance with the broad objectives of regional autonomy and responsibility. Given the important role in the development budget and on the other side of the area is still limited ability to provide the budget in question, then the utilization of the area need to know the financial ability, determine priorities, efisein, effective, and harmonious regional development can be carried out so fruitfully, berhasilguna, sustainable and impact on improving living standards and welfare of the people in the area. This study aims to determine 1) the significance of differences in the average financial performance of the District Government of Lembata in period I and period II, and 2) the significance of differences in the average well-being of communities in the District of Lembata in period I and period II. The research was conducted in the District Lembata, using secondary data, the analytical techniques used are two different test analysis techniques the average of the variable regions of financial performance include: a. self-sufficiency ratio, b. effectiveness ratio, c. efficiency ratio and d. the ratio of expenditure harmony, and welfare of the community include an indicator variable a. income per capita, b. levels of education and c. public life expectancy between periods I and II periods. The results of the financial performance of the variable regions showed that: 1) the level of financial independence II regions in the period increased compared to the first period, but the difference was not significant improvement of regional differences in financial performance between periods I and II periods. 2) the effectiveness of local finance in the second period has increased compared to the first period, but the difference was not significant improvement of regional differences in financial performance between periods I and II periods. 3) the level of efficiency of local financial management in the period I is more efficient compared with the level of efficiency of financial management in the second period, but the difference decreased levels of efficiency are not significant to the regional differences in financial performance between periods I and II periods, and 4) the level of harmony at the local shopping II period decreased compared with the level of harmony in regional spending in the period I, but the difference was not significant reduction of regional differences in financial performance between periods I and II periods. While the results of research on welfare variables show that: 1) the level of per capita income of people is increasing in period II than in period I and the increase was significant to the welfare difference between period I and period II. 2) The number of people who had received his education increased in the period II than in period I, and it can be concluded that there is a significant difference in improvement of public welfare in the period I and period II, and 3) the level of public life expectancy is increasing in the period II than in period I, and it can be concluded that there is a significant difference in improvement of public welfare in the period I and period II. Keywords: Financial Independence, Effectiveness, Efficiency, Harmony Shopping, Perkapit Income, Level of Education and Life Expectancy.

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM PRASYARAT GELAR LEMBAR PERSETUJUAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI. PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISTILAH DAFTAR LAMPIRAN... BAB I i ii iii iv v vi vii viii ix xi xii xii xiv PENDAHULUAN... Latar Belakang Rumusan Masalah.. Tujuan Penelitian... Manfaat Penelitian... 1 1 15 15 16 BAB II 2.1. 2.2 2.3 2.4 2.4.1 2.4.2 2.4.3 2.4.4 2.5 2.5.1 2.5.2 2.5.3 KAJIAN PUSTAKA.. Keuangan Daerah... Laporan Keuangan Daerah... Kinerja Keuangan Daerah... Analisis Rasio Keuangan Daerah. Rasio Kemandirian.. Rasio Efektivitas.. Rasio Efisiensi Rasio Keserasian Belanja Kesejahteraan Masyarakat Pengertian Kesejahteraan Masyarakat Konsep Value for Money Sektor Publik Indikator Kesejahteraan Masyarakat 17 17 18 21 26 27 29 30 31 32 32 36 37 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN... 40 Kerangka Berpikir... Kerangka Konseptual.. Hipotesis Penelitian... 40 41 42 METODE PENELITIAN.. Rancangan dan Ruang LingkupPenelitian... Variabel Penelitian... Identifikasi Variabel... Definisi Operasional Variabel... 43 43 43 43 44 1.1 1.2 1.3 1.4 3.1 3.2 3.3 BAB IV 4.1 4.2 4.2.1 4.2.2

4.3 4.4 Prosedur Pengumpulan Data... Metode Analisis Data... 45 46 BAB V 5.1 5.1.1 5.1.2 5.1.3 5.2 5.2.1 5.2.2 5.3 73 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 48 Hasil Penelitian 48 Gambaran Umum Kabupaten Lembata 48 Deskripsi Variabel Penelitian 51 Pengujian Hipotesis. 60 Pembahasan.. 62 Variabel Kinerja Keuangan. 63 Variabel Kesejahteraan Masyarakat.. 70 Implikasi Penelitian BAB VI 6.1 6.2 80 SIMPULAN DAN SARAN 77 Simpulan 77 Saran.. DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... 82 86

DAFTAR TABEL No. Tabel Halaman 1.1 Perangkingan Kabupaten/Kota Berdasarkan Penilaian Kinerja Keuangan di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2009 11 1.2 Perangkingan Kabupaten/Kota Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2009. 1.3 Perkembangan Total Belanja Publik dan Total Belanja Daerah Kabupaten Lembata Periode I dan II. 14 2.1 Pola Hubungan, Tingkat Kemandirian dan Kemampuan Keuangan Daerah 28 2.2 Efektivitas Keuangan Daerah... 29 2.3 Efisiensi Keuangan Daerah. 30 2.4 Keserasian Belanja Keuangan Daerah 32 5.1 Hasil Perhitungan Rasio Kemandirian Pemerintah Kabupaten Lembata Periode I dan II... 5.2 53 Hasil Perhitungan Rasio Efisiensi Pemerintah Kabupaten Lembata Periode I dan II. 5.4 52 Hasil Perhitungan Rasio Efektivitas Pemerintah Kabupaten Lembata Periode I dan II. 5.3 11 54 Hasil Perhitungan Rasio Keserasian Belanja Pemerintah Kabupaten Lembata Periode I dan II.. 56 Pendapatan Perkapita Masyarakat Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Lembata Periode I dan II 57 5.6 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kabupaten Lembata Periode I dan II 58 5.7 Usia Harapan Hidup Masyarakat di Kabupaten Lembata Periode I dan II 59 5.8 Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian..... 61 5.5

DAFTAR GAMBAR No. Gambar Halaman 3.1 Kerangka Berpikir.. 40 3.2 Kerangka Konseptual. 41

DAFTAR ISTILAH PAD : Pendapatan Asli Daerah DOF : Derajat Otonomi Fiskal APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah IKB : Indeks Keserasian Belanja HDI : Human Development Index SDM : Sumber Daya Manusia SAP : Standar Akuntansi Pemerintah UNDP : United National Development Program IPM : Indeks Pembangunan Manusia

DAFTAR LAMPIRAN No. Lampiran Halaman 1. Laporan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lembata Tahun Anggaran 2009 93 2. Laporan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lembata Tahun Anggaran 2008 94 3. Laporan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lembata Tahun Anggaran 2007 95 4. Laporan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lembata Tahun Anggaran 2006 96 5. Laporan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lembata Tahun Anggaran 2005 97 6. Laporan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lembata Tahun Anggaran 2004 98 7. Laporan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lembata Tahun Anggaran 2003 99 8. Laporan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lembata Tahun Anggaran 2002 100 9. Hasil Perhitungan Rasio-rasio Kinerja Keuangan Daerah 10. Hasil Pengujian Hipotesis Rasio Kemandirian Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lembata Periode I dan Periode II 108 11. Hasil Pengujian Hipotesis Rasio Efektivitas Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lembata Periode I dan Periode II 109 12. Hasil Pengujian Hipotesis Rasio Efisiensi Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lembata Periode I dan Periode II 101 110

13. Hasil Pengujian Hipotesis Rasio Keserasian Belanja Pemerintah Daerah Kabupaten Lembata Periode I dan Periode II 111 14. Hasil Pengujian Hipotesis Indikator Pendapatan Perkapita Masyarakat Kabupaten Lembata Periode I dan Periode II 112 15. Hasil Pengujian Hipotesis Indikator Tingkat Pendidikan Masyarakat Kabupaten Lembata Periode I dan Periode II 113 16. Hasil Pengujian Hipotesis Indikator Usia Harapan Hidup Masyarakat Kabupaten Lembata Periode I dan Periode II 114 17. PDRB, Pendapatan Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku dan Jumlah Penduduk Kabupaten Lembata.. 115 18. Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kabupaten Lembata.. 116 19. Usia Harapan Hidup Masyarakat di Kabupaten Lembata. 117

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memasuki masa otonomi daerah dengan diterapkannya Undangundang Nomor 22 Tahun 1999 (kamudian menjadi UU No.32 Tahun 2004) tentang pemerintahan daerah, dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 (kemudian menjadi UU No.33 Tahun 2004) tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Penerapan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah di Indonesia tercermin dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik juga didasarkan atas azas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Salah satu perwujudan pelaksanaan otonomi daerah adalah pelaksanaan desentralisasi, dimana Kepada Daerah diserahkan urusan, tugas dan wewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dengan tetap berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Dalam UU No.32 Tahun 2004 dijelaskan bahwa otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar urusan pemerintah pusat yang ditetapkan dalam undang-undang tersebut. Selain itu juga dilaksanakan pula dengan prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip yang menegaskan bahwa urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup, dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Adapun yang dimaksud dengan

otonomi yang bertanggung jawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannnya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat sebagai bagian utama dari tujuan nasional. Harapan dilaksanakannya otonomi daerah atau disentralisasi adalah pemerintah daerah akan lebih fleksibel dalam mengatur strategi pembangunannya, karena dengan otonomi daerah pemerintah akan lebih dekat dengan masyarakatnya, sehingga makin banyak keinginan masyarakat dapat dipenuhi oleh pemerintah. Dengan otonomi daerah, anggaran daerah menjadi pintu penting yang paling mungkin setiap daerah mendinamisir kegiatan pembangunan melalui alokasi yang tepat dalam rangka membuat strategi untuk menciptakan kebijakan yang lebih tepat sesuai situasi masing-masing daerah (Yustika 2007: 242). Penyelenggaraan peningkatan otonomi kesejahteraan daerah masyarakat harus dengan selalu selalu berorientasi pada memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Untuk itu, otonomi daerah diharapkan dapat : menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah, meningkatkan kualitas pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan. (Mardiasmo, 2002) Sebaliknya, meskipun potensi suatu daerah kurang, tetapi dengan strategi yang tepat untuk memanfaatkan bantuan dari pusat dalam memberdayakan daerahnya, maka akan semakin meningkatkan kemampuan sumber daya manusia yang ada. Sebagaimana dijelaskan dalam pasal 156 ayat 1 UU Nomor 32 Tahun 2004, Kepala Daerah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah. Untuk itulah, perlu kecakapan yang tinggi bagi pimpinan daerah agar

pengelolaan dan terutama alokasi dari keuangan daerah dilakukan secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan daerah. Dalam UU No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah menegaskan bahwa perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah adalah suatu sistem pembiayaan pemerintah dalam kerangka negara kesatuan, yang mencakup pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah secara proporsinal, demokratis, adil dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah sejalan dengan kewajiban dan pembagian kewenangan serta tata cara penyelenggaraan kewenangan tersebut termasuk pengelolaan dan pengawasan keuangan. Pimpinan daerah memegang peran sangat srategis dalam mengelola dan memajukan daerah yang dipimpinnya. Perencanaan strategis sangat vital, karena disanalah akan terlihat dengan jelas peran Kepala Daerah dalam mengkoordinasikan semua unit kerjanya. Betapapun besarnya potensi suatu daerah, tidak akan optimal pemanfaatannya bila Bupati/Walikota tidak mengetahui bagaimana mengelolanya. Selanjutnya, kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan oleh masing-masing Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku pejabat pengelola APBD dan dilaksanakan oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah. Sistem dan prosedur penatausahaan dan akuntansi, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan daerah mengalami perubahan sejak pemerintah menerapkan PP No. 41 Tahun 2006 dan Permendagri No. 13 tahun 2006, sebagai pengganti PP No. 105 Tahun 2000 dan Kepmendagri No. 29 tahun 2002 tentang pedoman pengurusan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah.

Melalui Surat Edaran Mendagri Nomor S.900/316/BAKD tentang pedoman sistem dan prosedur penatausahaan dan akuntansi, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan daerah, diatur mengenai berbagai sistem dan prosedur dalam pengelolaan keuangan daerah, mulai dari sistem dan prosedur penerimaan, pengesahan dokumen pelaksanaan anggaran, hingga sistem dan prosedur akuntansi dan laporan keuangan. Sistem dan prosedur ini memberikan rincian teknis terhadap alur pengelolaan keuangan daerah yang tertuang dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006. Dampak dari diterbitkannya Surat Edaran Mendagri Nomor S.900/316/BAKD tentang pedoman sistem dan prosedur penatausahaan dan akuntansi, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan daerah yaitu terjadi penggabungan antara Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) dan Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) menjadi Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) untuk seluruh pemerintahan daerah di Indonesia. Dengan diterapkannya PP No. 41 Tahun 2006 dan Permendagri No. 13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah diharapkan dapat lebih meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem, prosedur penatausahaan dan akuntansi, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan daerah sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah. Hakikat otonomi daerah adalah upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan keputusan daerah secara lebih leluasa dan bertanggung jawab untuk mengelola sumber daya yang dimiliki sesuai dengan kepentingan, prioritas, dan potensi daerah sendiri. Penerapan otonomi daerah seutuhnya membawa konsekuensi logis berupa pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah berdasarkan manajemen keuangan yang sehat. Oleh karena

itu, diperlukan sistem pengelolaan keuangan daerah yang baik dalam rangka mengelola dana APBD secara transparan, efisien, efektif dan akuntabel. Dalam perkembangannya, telah muncul berbagai metodelogi dan instrumen yang dimanfaatkan untuk mengukur kinerja suatu organisasi termasuk di sektor publik, seperti Balanced Scorecard, Total Performance Scorecard, Total Quality Management, dan lain sebagainya. Ragamnya metode pengukuran kinerja tersebut menunjukkan kecendrungan perhatian yang tinggi terhadap peningkatan kualitas kinerja instansi pemerintah, khususnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Meskipun demikian penerapan metode-metode tersebut harus mengakomodasikan lingkungan pemerintah daerah, agar mendapatkan hasil yang memiliki validitas tinggi dan tidak terjadi kesalahan pengukuran kinerja. Salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk menganalisis kinerja pemerintah kabupaten dalam mengelola keuangan daerahnya adalah melakukan analisis rasio keuangan terhadap APBD yang telah ditetapkan dan dilaksanakan (Halim, 2007: 231). Berkaitan dengan hal itu, analisis terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten merupakan informasi yang penting terutama untuk membuat kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah dan menilai apakah pemerintah kabupaten berhasil mengelola keuangannya dengan baik, serta memberikan dampak yang positif terhadap kesejahteraan masyarakat. Analisis kinerja keuangan pada APBD dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang dicapai dari satu periode dengan periode sebelumnya, sehingga dapat diketahui bagaimana kecenderungan yang terjadi. Selain itu dapat pula dilakukan dengan cara menganalisis rasio-rasio keuangan. Rendahnya kapasitas dan kemampuan pengelolaan keuangan daerah

akan sering menimbulkan siklus efek negatif, yaitu rendahnya tingkat pelayanan bagi masyarakat dan tidak mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penggunaan analisis rasio keuangan sebagai alat analisis kinerja keuangan secara luas telah diterapkan pada lembaga perusahaan yang bersifat komersial, sedangkan pada lembaga publik khususnya pemerintah kabupaten masih sangat terbatas sehingga secara teoritis belum ada kesepakatan yang bulat mengenai nama dan kaidah pengukurannya. Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang transparan, jujur, demokratis, efektif, efisien, dan akuntabel, maka analisis rasio keuangan terhadap pendapatan belanja daerah perlu dilaksanakan (Mardiasmo, 2002: 169). Kajian empiris mengenai kinerja keuangan daerah di Indonesia selama ini telah banyak dilakukan, di antaranya dimaksudkan untuk mengevaluasi kinerja keuangan pemerintah kabupaten. Hal ini menunjukkan kecendrungan perhatian yang tinggi terhadap peningkatan kualitas kinerja instansi pemerintah, khususnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Seperti yang dilakukan oleh Matheus Dacosta (2002: 108) dalam penelitian tentang tingkat kemandirian Kota Kupang ditinjau dari aspek keuangan dalam melaksanakan otonomi daerah tahun 1997/1998 2001. Hasil penelitian antara lain derajat otonomi fiskal yang menerangkan rasio PAD terhadap total belanja daerah, berguna untuk menerangkan sampai sejauh mana PAD Kota Kupang mampu memberikan kontribusi terhadap realisasi pembelanjaan daerahnya setiap tahun berdasarkan sumber-sumber keuangan yang asli. Secara rata-rata derajat otonomi fiskal (DOF) Kota Kupang adalah 7,71% selama tahun 1997/1998 2001. Rasio ini dikategorikan sangat kurang

karena berada di bawah rasio 25%. Hal ini berarti kemampuan keuangan Kota Kupang yang berasal dari PAD rendah sekali. Hasil analisis indeks keserasian belanja atau rasio belanja publik terhadap total belanja daerah untuk mengetahui sebarapa besar proporsi alokasi dana APBD terhadap pelayanan publik dari total belanja daerah selama satu tahun anggaran dapat dilihat dari indeks keserasian belanjanya. Rata-rata IKB selama 1997/1998 2001 adalah sebesar 23,03%, hal ini berarti pemerintah kabupaten rata-rata hanya mangalokasikan dana sebesar 23,03% untuk belanja publik dari total belanja daerah dan dapat dikategorikan kurang serasi. Dalam analisis efisiensi dan efektivitas diketahui bahwa tingkat efisiensi pengelolaan keuangan daerah Kota Kupang selama tahun 1997/1998 2001 menunjukkan perkembangan yang cukup fluktuatif dengan rata-rata tingkat efisiensi sebesar 17,58%, dan tingkat efektivitas pemungutan sumber-sumber pendapatan selama tahun anggaran 1997/1998 2001 telah mencapai sasaran yang telah ditetapkan yakni sebesar 103,77% dan dikategorikan sangat efektif. Selain itu, Dasilva Petrus (2001: 78) juga melakukan penelitian tentang evaluasi anggaran pendapatan dan belanja daerah Kabupaten Sikka provinsi Nusa Tenggara Timur. Dalam mengevaluasi anggaran daerah Kabupaten Sikka dalam penelitiannya, digunakan pembanding dua kabupaten lain dalam provinsi yang sama, yang menurut pengamatan sementara digunakan, mengingat terdapat kabupaten lain yang mungkin lebih baik dari kabupaten Sikka. Dua kabupaten pembanding adalah Kabupaten Ende dan Kabupaten Manggarai. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat efektivitas pengelolaan APBD yang dicapai Kabupaten Manggarai adalah sebesar 102,98% dengan predikat sangat efektif, sementara Kabupaten Ende adalah 94,70% dengan kategori

efektif. Jika dibanding dengan Kabupaten Sikka tingkat efektivitas tidak jauh berbeda, dengan nilai 91,33% dikategorikan efektif. Dengan menggunakan analisis efisiensi diketahui bahwa secara umum untuk ketiga kabupaten yang diamati dapat disimpulkan bahwa terdapat kecenderungan yang sama yakni selau ingin menghabiskan anggaran yang telah dialokasikan dalam APBD. Terbukti dengan tingkat efisiensi ketiga kabupaten tersebut berkisar antara 95,94% - 97,39%, berarti kurang efisien dan terkesan adanya pemborosan dengan tidak mengindahkan azas penghematan dan efisiensi anggaran. Dari beberapa kajian empirik yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat diambil beberapa rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur akuntabilitas pemerintah kabupaten (Halim, 2007: 233) antara lain rasio kemandirian, rasio efektivitas terhadap pendapatan asli daerah, rasio efisiensi keuangan daerah dan rasio keserasian belanja. Rasio kemandirian keuangan daerah menunjukkan kemampuan pemerintah kabupaten dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Rasio kemandirian dihitung dengan membagi total PAD dengan total belanja daerah dalam satuan persen (Suyana Utama, 2008:33). Rasio efektivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas dalam merealisasikan pendapatan daerah. Rasio efektivitas merupakan tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau prestasi yang dicapai oleh pemerintah kabupaten yang diukur dengan membandingkan realisasi pendapatan dengan anggaran pendapatan, dalam satuan persen (Suyana Utama, 2008:27).