PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 39 Tahun 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU GUBERNUR JAWA BARAT,

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU GUBERNUR JAWA BARAT,

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu;

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG. Nomor 17 Tahun 2011 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 026 TAHUN 2014

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

STANDAR PELAYANAN YANG TERKAIT DENGAN PROSES PENYAMPAIAN PELAYANAN (SERVICE DELIVERY)

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 25 TAHUN 2012

DAFTAR INFORMASI PUBLIK DINAS PENANAMAN MODAL DAN PTSP PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

NO. BIDANG JENIS IZIN / NON IZIN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN WALIKOTA MAGELANG NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA UTARA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 10 TAHUN 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 14 Tahun : 2010 Seri : E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI BARAT

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG

15. Peraturan Daerah...

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 9 TAHUN 2016

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENANAMAN MODAL PROVINSI JAMBI

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 09 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR : 22 TAHUN 2007 SERI

QANUN KABUPATEN ACEH SINGKIL NOMOR 3 TAHUN 2012

BUPATI SINJAI BUPATI SINJAI,

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PULANG PISAU PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 19 TAHUN 2015

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2010 TENTANG

BAGAN ALUR SOP SURAT IZIN USAHA PERIKANAN (SIUP) PADA KPPTSP PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG, PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. NOMOR l& TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LAMANDAU, PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 67 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI JAWA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN PUBLIK PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN TERPADU

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR PELAYANAN PERIJINAN TERPADU BUPATI MADIUN,

GUBERNUR JAWA TENGAH

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 37 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN SUMBAWA

BUPATI ROTE NDAO PERATURAN BUPATI ROTE NDAO NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2007

LAMPIRAN I: PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2015

N O M O R T A H U N S T A N D A R O P E R A S I O N A L P R O S E D U R PELAYANAN PERIZINAN T E R P A D U

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN PADA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN KOTA KEDIRI

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA MIKRO DAN KECIL DI KABUPATEN BINTAN

GUBERNUR SULAWESI SELATAN

SALINAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP)

REKAPITULASI PERIZINAN & NON PERIZINAN (Bulan Januari s/d Desember 2016)

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

1. Penerbitan Dokumen Perizinan (Izin dan/atau Non Izin) TATA HUBUNGAN KERJA 1) Pemeriksaan Lapangan dan Penyusunan Badan Tim Teknis

BUPATI GARUT, PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BELITUNG TIMUR

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 67 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 97 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 2 TAHUN 2009 T E N T A N G

PERATURAN BUPATI PAMEKASAN PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BURU SELATAN PERATURAN BUPATI BURU SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

2 bidang pertanian secara transparan, terukur, perlu menetapkan syarat, tata cara, dan standar operasional prosedur dalam pemberian rekomendasi teknis

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 317 TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR KANTOR PELAYANAN TERPADU SATU PINTU Jl. Veteran No. 10 Telp. (0342) B L I T A R

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH RANCANGAN PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 64 TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU PADA BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU

PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI MAMUJU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 56 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 5 TAHUN 2007 T E N T A N G

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BADAN PELAYANAN PERIZINAN

Transkripsi:

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 39 Tahun 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik di bidang perizinan yang cepat, efektif dan efisien, perlu dilaksanakan penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu; b. bahwa sambil menunggu terbitnya ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai organisasi perangkat daerah, perlu dibentuk unit pengelola pelayanan yang secara administrasi menyelenggarakan pelayanan terpadu satu pintu; c. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b tersebut diatas, perlu menetapkan Peraturan Gubernur Jawa Barat tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli 1950); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548); 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Tahun 2007

2 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4724); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4585); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4595); 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu; 9. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/20/M.PAN/04/2006 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Publik; 10. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyelenggaraan Perizinan di Provinsi Jawa Barat (Berita Daerah Tahun 2007 Nomor 9 Seri E); 11. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Standar Perizinan Terpadu Satu Pintu di Provinsi Jawa Barat (Berita Daerah Tahun 2007 Nomor 10 Seri E); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Provinsi Jawa Barat. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

3 3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Barat. 4. Badan adalah Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa Barat. 5. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat yang mempunyai kewenangan menerbitkan perizinan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. 6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disebut APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat. 7. Izin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat berdasarkan Peraturan Daerah atau produk hukum lainnya yang merupakan bukti legalitas, menyatakan sah atau memperbolehkan seseorang atau badan hukum untuk melakukan kegiatan usaha tertentu. 8. Non Izin adalah pemberian legalitas kepada seseorang dalam bentuk tanda daftar, rekomendasi, fatwa atau lainnya. 9. Perizinan adalah pemberian legalitas kepada seseorang atau badan hukum baik dalam bentuk izin dan/atau non izin. 10. Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang selanjutnya disebut PPTSP adalah penyelenggaraan pelayanan perizinan yang proses pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat. 11. Jenis Pelayanan adalah pelayanan-pelayanan yang dikelola oleh unit penyelenggara pelayanan. 12. Persyaratan adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pengurusan suatu jenis pelayanan. 13. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut SKRD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terhutang. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2

4 Maksud penetapan PPTSP adalah : a. Terwujudnya pelayanan perizinan yang tepat, mudah, transparan dan memberikan kepastian hukum; b. Terwujudnya hak-hak masyarakat dan penanam modal untuk mendapatkan pelayanan di bidang perizinan. Pasal 3 Tujuan penetapan PPTSP adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan perizinan di daerah. BAB III PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU Bagian Kesatu Umum Pasal 4 (1) PPTSP Pemerintah Provinsi Jawa Barat secara administrasi dilaksanakan oleh Unit Pengelola Pelayanan Terpadu Satu Pintu di bawah koordinasi BPPMD. (2) Penerbitan dan/atau penolakan surat perizinan ditandatangani oleh Kepala SKPD teknis, sesuai kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 5 Pelaksanaan administrasi PPTSP oleh Unit Pengelola Pelayanan Terpadu Satu Pintu sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 dilakukan sampai dengan dibentuknya lembaga khusus yang melaksanakan pelayanan terpadu satu pintu, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Kedua Tugas Pokok dan Fungsi Pasal 6 Unit Pengelola Pelayanan Terpadu Satu Pintu sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 mempunyai tugas pokok membantu dan bertanggung jawab kepada Kepala BPPMD dalam

5 menyelenggarakan administrasi perizinan. Pasal 7 Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada Pasal 6, Unit Pengelola Pelayanan Terpadu Satu Pintu mempunyai fungsi : a. pelaksanaan administrasi pelayanan; b. perumusan kebijakan teknis di bidang administrasi pelayanan; c. pengkoordinasian penyelenggaraan administrasi pelayanan. Bagian Ketiga Susunan Organisasi Pasal 8 (1) Susunan Organisasi Unit Pengelola Pelayanan Terpadu Satu Pintu, terdiri atas : a. Koordinator; b. Seksi Pelayanan; c. Seksi Pengolahan dan Penerbitan. d. Seksi Monitoring dan Evaluasi (2) Bagan Struktur Organisasi Unit Pengelola Pelayanan Terpadu Satu Pintu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini. (3) Uraian tugas masing-masing personalia Unit Pengelola Pelayanan Terpadu Satu Pintu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini. BAB IV JENIS LAYANAN DAN LAMANYA PELAYANAN Pasal 9 Jenis izin dan lamanya proses pelayanan izin di Unit Pengelola Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah :

6 a. Izin Penebangan Pohon pada Perkebunan Besar di Jawa Barat (14 hari kerja); b. Izin Usaha Perkebunan (IUP) Lintas Kabupaten (14 hari kerja); c. Izin Tempat Pelelangan Ikan (TPI) (10 hari kerja); d. Izin Usaha Perikanan (IUP) (5 hari kerja); e. Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) (5 hari kerja); f. Izin Pembudidayaan Ikan Keramba Jaring Apung Perairan Umum (5 hari kerja); g. Izin Prinsip Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK) (14 hari kerja); h. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK)(14 hari kerja); i. Persetujuan Prinsip Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) (12 hari kerja); j. Izin Sementara Menyelenggarakan Rumah Sakit Swasta (14 hari kerja); k. Surat Izin Trayek AKDP Operasi (14 hari kerja); l. Surat izin usaha Jasa Pengusahaan Transportasi (SIUJPT) (14 hari kerja); m. Surat Izin Usaha Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (SIUPEMKL) (14 hari kerja) n. Surat izin Usaha Perusahaan Bongkar Muat (SIUPBM) (14 hari kerja); o. Surat Izin Usaha Perusahaan depo Peti Kemas (SIUPDPK) (14 hari kerja); p. Surat izin Usaha Perusahaan Pelayaran Rakyat (SIUPPER) (14 hari kerja); q. Izin Serah Pakai Tanah Daerah jalan di luar Manfaat Jalan (14 hari kerja); r. Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) (4 hari kerja); s. Izin Lembaga Penempatan Tenaga Kerja Swasta (LPTKS) antar Kerja Lokal (3 hari kerja);

7 t. Izin Pembentukan Kantor Cabang Pelaksanaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (3 hari kerja); u. Surat Izin Usaha Perdagangan B2 (Bahan Berbahaya) Pengecer Terdaftar (3 hari kerja); v. Pendirian Koperasi Primer / Sekunder Provinsi (7 hari kerja); w. Izin Mendirikan Sekolah Luar Biasa (14 hari kerja); x. Izin Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah (14 hari kerja). Pasal 10 Jenis non izin dan lamanya proses pelayanan non izin di Unit Pengelola Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah: a. Rekomendasi SIUP B2 (Bahan Berbahaya) Distributor Terdaftar ( 5 hari kerja); b. Rekomendasi Distributor Minuman Beralkohol (5 hari kerja); c. Rekomendasi Sub-Distributor Minuman Beralkohol (5 hari kerja); d. Rekomendasi Kantor Perwakilan Perdagangan Asing (5 hari kerja); e. Rekomendasi Bagi Distributor Gula untuk Mendapat Gula Import untuk Operasi Pasar (5 hari kerja); f. Rekomendasi Surat Persetujuan Perdagangan Gula antar Pulau (5 hari kerja); g. Rekomendasi Angka Pengenal Import Terbatas (APIT) (5 hari kerja); h. Rekomendasi Nomor Pokok Importir Khusus (NIPK) (5 hari kerja); i. Rekomendasi Pengerahan Tenaga Kerja antar kerja antar Daerah (AKAD) (3 hari kerja); j. Rekomendasi Pendirian Lembaga Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja Swasta (LPTKS) Antar Kerja Antar Daerah (3 hari kerja);

8 k. Rekomendasi Import Sapi Bibit Bakalan dan Kerbau (3 hari kerja); l. Rekomendasi Surat Pengeluaran Hewan antar pulau di dalam wilayah Indonesia (14 hari kerja); m. Rekomendasi Instalasi Karantina hewan Sementara (IKHS) dan IKHS Bahan Asal Hewan (14 hari kerja); n. Rekomendasi Pengantar Pengeluaran Bibit ternak Hewan Kesayangan antar Provinsi (14 hari kerja); o. Rekomendasi Produsen Obat Hewan (14 hari kerja); p. Rekomendasi Importir/Eksportir Obat Hewan (14 hari kerja); q. Rekomendasi Distributor Obat Hewan (14 hari kerja); r. Rekomendasi Pemasukan Hewan dari Luar Negeri (14 hari kerja); s. Rekomendasi Ekspor Hewan ( 14 hari kerja); t. Sertifikasi bebas Pullorum ( 14 hari kerja); u. Rekomendasi Izin Pembudidayaan Ikan Laut (5 hari kerja); v. Surat Keterangan Andon (4 hari kerja); w. Rekomendasi Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK) untuk kapasitas diatas 6.000 M3 (14 hari kerja); x. Rekomendasi Izin Tetap Menyelenggarakan RS Swasta (14 hari kerja); y. Rekomendasi Izin Trayek AKAP/Operasi dan Izin insidentil (14 hari kerja); z. Rekomendasi Izin Usaha Perusahaan Angkutan Laut (SIUPL/PELNAS) (14 hari kerja); aa. Rekomendasi teknis Perpanjangan/Pembaharuan Hak Guna Usaha (HGU) Perkebunan (10 hari kerja); aaa. Rekomendasi memperoleh Izin Pengambilan Pemanfaatan Air Bawah Tanah (14 hari kerja). dan BAB V TATA CARA

9 Pasal 11 (1) Tata cara pelayanan perizinan di Unit Pengelola Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah sebagai berikut : a. Pemohon mengambil formulir dan mendapatkan informasi persyaratan; b. Pemohon mengisi formulir dan melengkapi persyaratan; c. Formulir dan kelengkapan persyaratan disampaikan ke loket pendaftaran; d. Petugas bagian pendaftaran memeriksa kelengkapan persyaratan dengan ketentuan apabila sesuai dengan ketentuan, petugas memberikan resi penerimaan berkas dan melakukan registrasi permohonan; e. Petugas mengembalikan berkas permohonan dan persyaratan apabila tidak lengkap dan/atau tidak sesuai dengan ketentuan, untuk diperbaiki/dilengkapi oleh pemohon; f. Berkas yang telah diregistrasi oleh petugas pendaftaran diteruskan kepada petugas validasi dan verifikasi; g. Apabila hasil verifikasi dan validasi menyatakan bahwa berkas memenuhi persyaratan tanpa pemeriksaan lapangan dari SKPD terkait, Kepala BPPMD membuat surat pengantar penerbitan izin kepada kepala SKPD Teknis untuk ditandatangani; h. Apabila hasil verifikasi dan validasi menyatakan bahwa berkas tidak memenuhi persyaratan untuk dilakukan pemrosesan, berkas dikembalikan kepada pemohon; i. Apabila hasil verifikasi dan validasi menyatakan bahwa berkas memenuhi persyaratan dan memerlukan pemerikasaan lapangan, selanjutnya SKPD terkait melakukan uji teknis lapangan; j. Apabila berdasarkan hasil uji teknis lapangan dinyatakan bahwa berkas tidak memenuhi ketentuan, Kepala SKPD membuat surat penolakan atas permohonan tersebut;

10 k. Apabila berdasarkan uji teknis lapangan dinyatakan bahwa berkas memenuhi ketentuan, Kepala SKPD Teknis menandatangani perizinan; l. Surat perizinan yang sudah ditandatangani oleh kepala SKPD disampaikan kepada PPTSP, dan selanjutnya PPTSP menerbitkan SKRD dan menginformasikan kepada pemohon bahwa proses perizinan telah selesai; m. Pemohon mengambil SKRD dan membayar retribusi di loket pembayaran yang telah disediakan; n. Berdasarkan surat bukti pembayaran, pemohon mengambil surat perizinan ke loket pengambilan. (2) Bagan alur tata cara pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini. BAB VI PENGADUAN Pasal 12 (1) Apabila pelayanan perizinan oleh Unit Pengelola Pelayanan Terpadu Satu Pintu tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, maka pemohon dapat menyampaikan pengaduan. (2) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan baik secara lisan dan/atau tulisan melalui media yang disediakan. (3) Pengaduan yang disampaikan harus direspon dan ditindaklanjuti oleh Unit Pengelola Pelayanan Terpadu Satu Pintu selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga) hari kerja. (4) Bagan Alur Mekanisme Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), tercantum dalam Lampiran IV, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini. BAB VII PEMBIAYAAN

11 Pasal 13 Sumber pembiayaan PPTSP oleh Unit Pengelola Pelayanan Terpadu Satu Pintu dibebankan pada APBD Provinsi Jawa Barat. BAB VIII PELAPORAN Pasal 14 Kepala BPPMD membuat laporan secara tertulis setiap 3 (tiga) bulan kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat tentang pelaksanaan penyelenggaraan administrasi perizinan. BAB IX PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Pasal 15 (1) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan izin dan non izin dilakukan oleh SKPD teknis sesuai dengan kewenangan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Pembinaan dan pengendalian terhadap PPTSP di Unit Pengelola Pelayanan Terpadu Satu Pintu dilakukan oleh Badan. Pasal 16 Pengawasan terhadap PPTSP di Unit Pengelola Pelayanan Terpadu Satu Pintu dilakukan oleh aparat pengawas internal Pemerintah Daerah sesuai ketentuan peraturan perundangundangan BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 17 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Gubernur ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya, ditetapkan oleh Kepala Badan. Pasal 18

12 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Jawa Barat. Ditetapkan di Bandung pada tanggal 28 Juni 2007 GUBERNUR JAWA BARAT Diundangkan di Bandung pada tanggal 2 Juli 2007 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DANNY SETIAWAN LEX LAKSAMANA BERITA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2007 NOMOR 41 SERI E

13 LAMPIRAN I : PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : TANGGAL : TENTANG : PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU. STRUKTUR ORGANISASI UNIT PENGELOLA PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KEPALA BPPMD KOORDINATOR SEKSI PELAYANAN SEKSI PENGOLAHAN DAN PENERBITAN SEKSI MONITORING DAN EVALUASI GUBERNUR JAWA BARAT, DANNY SETIAWAN

14 LAMPIRAN II : PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : TANGGAL : TENTANG : PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU. URAIAN TUGAS Koordinator, bertugas: a. Mengkoordinasikan pelaksanan tugas proses administrasi perizinan yang telah diintegrasikan ke PPTSP Pemerintah Provinsi Jawa Barat. b. Mengkoordinasikan penanganan upaya tindak lanjut pengaduan dari masyarakat. c. Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan proses administrasi perizinan kepada Kepala BPPMD. Seksi Pelayanan, bertugas; a. Pendaftaran; b. Pendataan; c. Pengaduan; d. Informasi. Seksi Pengolahan Perizinan, bertugas: a. Verifikasi dan validasi perizinan; b. Ketatausahaan; c. Perhitungan dan Penetapan Retribusi Daerah. Seksi Monitoring dan Evaluasi, bertugas: a. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pelayanan; b. Membuat laporan hasil pelaksanaan pelayanan. GUBERNUR JAWA BARAT,

15 DANNY SETIAWAN

16 LAMPIRAN III : PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : TANGGAL : TENTANG : PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU. BAGAN ALUR TATA CARA PELAYANAN Pemohon Loket Informasi Loket Pelayanan Ruang Pemrosesan SKPD Teknis Loket Pembayaran Loket Pengambilan Mencari Informasi Memberikan Informasi dan Formulir Validasi dan verifikasi Persyaratan Isi Formulir Permohonan dan Persyaratan Pemeriksaan Permohonan dan Persyaratan Uji Lapangan Ya Pemeriksaan Lapangan Pengembalian Formulir Tdk Lengkap Ya Tdk Tdk disetujui Penandatanganan Surat Persetujuan/ Penolakan Ya Ya Menerima Informasi Izin/non izin selesai Menerima Info Surat Ijin Telah Selesai Surat Pengantar & Format Perizinan Administrasi Perizinan dan Penetapan SKRD Penandatanganan Surat Perizinan Perizinan & SKRD Biaya Administrasi Surat Izin/non izin Transaksi Pembayaran Bukti Pembayaran Tanda Terima Surat izin/non izin GUBERNUR JAWA BARAT, DANNY SETIAWAN

17 LAMPIRAN IV : PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : TANGGAL : TENTANG : PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU. BAGAN ALUR MEKANISME PENGADUAN PPTSP Pengguna jasa Loket pengaduan Unit kerja penanganan pengaduan Menyampaikan Pengaduan Menerima pengaduan - telp - email - fax - SMS - Kotak Pengaduan - Web site - Langsung Entry data Analisa Penyebab Menetapkan Tindakan Menerima resi/no pengaduan Memberikan Informasi pada pemohon Menerima informasi Melakukan Tindakan verifikasi Pernyataan puas/tidak puas Tidak ya selesai GUBERNUR JAWA BARAT, DANNY SETIAWAN

18