Hubungan Kepatuhan Perawat dalam Cuci Tangan Enam Langkah Lima Momen dengan Kejadian Phlebitis di RSI Kendal.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pasien lain dan dari lingkungan yang tercemar kepada pasien. Hand hygiene

PENGARUH KEPATUHAN PERAWAT MELAKUKAN CUCI TANGAN SEBELUM PEMASANGAN INFUS TERHADAP KEJADIAN PHLEBITIS

BAB I PENDAHULUAN. menjalani rawat inap. ( Wahyunah, 2011). Terapi intravena berisiko untuk terjadi komplikasi lokal pada daerah pemasangan

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

SKRIPSI HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KEPATUHAN CUCI TANGAN ENAM LANGKAH LIMA MOMEN PERAWAT DI IRNA C RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dirumah sakit merupakan bentuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu

Universitas Tribhuwana Tunggadewi ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sakit. Infeksi nosokomial/hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga pasien merupakan pihak yang mempunyai hak untuk

OBEDIENCE OF NURSE IN IMPLEMENTING STANDART OPERATING PROCEDURE OF INFUSION INSERTION WITH THE PHLEBITIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

HUBUNGAN JENIS CAIRAN DAN LOKASI PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN FLEBITIS PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan

PENGETAHUAN DAN PENERAPAN FIVE MOMENTS CUCI TANGAN PERAWAT DI RSUD SUKOHARJO

Hubungan Kepatuhan Cuci Tangan Enam Langkah Lima Momen Perawat Dengan Kejadian Phlebitis Di RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto

Kata kunci : Rumah Sakit, Infeksi Nosokomial, Antiseptic Hand rub Kepustakaan : 55 (15 Jurnal+20 Buku+6 Skrispi & tesis+14 Website)

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Terhadap Kepatuhan Melakukan Cuci Tangan dengan Metode Hand Wash

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terdapat di RS PKU Muhammadiyah Gamping memiliki berbagai

ANALISIS FAKTOR RESIKO KEJADIAN FLEBITIS DI RUANG MAWAR RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien di rumah sakit adalah suatu upaya yang mendorong rumah sakit untuk

BAB I PENDAHULUAN. kadang-kadang mengakibatkan kematian pada pasien dan kerugian keuangan

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mendapat terapi melalui IV (Hindley,2004). Pemasangan terapi. intravena merupakan tindakan memasukan jarum (abocath)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN CUCI TANGAN TERHADAP KEPATUHAN MAHASISWA PRAKTEK DI RUANG ICU RSUD Dr. MOEWARDI

PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DALAM PELAKSANAAN CUCI TANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

HUBUNGAN SUPERVISI DAN MOTIVASI DENGAN PEMBERIAN CAIRAN INFUS SESUAI SPO OLEH PERAWAT PELAKSANA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kuratif, rehabilitatif, dan preventif kepada semua orang. Rumah sakit merupakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

HUBUNGAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN MELAKUKAN CUCI TANGAN

UPAYA PERAWAT DALAM PENCEGAHAN PHLEBITIS PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan

BAB III KERANGKA PENELITIAN. 3.1 Kerangka penelitian Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh manusia antara lain sebagai alat transportasi nutrien, elektrolit dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian obat secara intravena (Smeltzer & Bare, 2001).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN PERAWAT MELAKSANAAN PRINSIP PEMBERIAN TERAPI CAIRAN INTRAVENA DENGAN KEJADIAN PLEBITIS

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

PERILAKU PERAWAT TENTANG CUCI TANGAN SEBELUM DAN SESUDAH TINDAKAN KEPERAWATAN DI RUANG RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tanggung jawab dan wewenang dalam mengelola kegiatan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBU GA KEPATUHA PERAWAT DALAM ME JALA KA SOP PEMASA GA I FUS DE GA KEJADIA PHLEBITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

SKRIPSI. Oleh Raditya Wahyu Hapsari NIM

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pedoman Manajerial Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas

PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMAL (Studi di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Sayidiman Magetan)

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam

HUBUNGAN PAPARAN MEDIA INFORMASI TERHADAP PRAKTIK HAND HYGIENE PADA PENUNGGU PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. ADHYATMA TUGUREJO KOTA SEMARANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

PEMBERIAN OBAT MELALUI IV TERHADAP KEJADIAN PLEBITIS PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT

Oleh : Rahayu Setyowati

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB I PENDAHULUAN. kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. dibentuk oleh Kepala Rumah Sakit (Depkes RI, 2007). Menurut WHO (World

GAMBARAN TINGKAT KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL CUCI TANGAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009, maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan untuk

DETERMINAN KEWASPADAAN UMUM DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT STELLA MARIS MAKASSAR

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PENERAPAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI BANGSAL RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Hubungan Prosedur Pemasangan Infus dengan Kejadian Plebitis Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Majene

Windi Tatinggulu*, Rooije.R.H.Rumende**, Tinneke Tololiu**.

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN PROTAP PERAWATAN LUKA POST OPERASI DI RUANG CENDANA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini Rumah Sakit harus mampu

VOLUME II No 1 Januari 2014 Halaman 21-31

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PERAWAT TERHADAP PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL KEJADIAN PHLEBITIS DI RSUD KOTA SEMARANG TAHUN 2014

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG TERAPI INFUS (INTRAVENA) DENGAN KEJADIAN FLEBITIS DI IRINA A BAWAH RSUP PROF. DR. R. D.

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN KEPATUHAN TERHADAP STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMASANGAN INFUS DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP PROF.DR.R.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk debu, sampah dan bau. Masalah kebersihan di Indonesia selalu

Transkripsi:

Hubungan Kepatuhan Perawat dalam Cuci Tangan Enam Langkah Lima Momen dengan Kejadian Phlebitis di RSI Kendal. Dwi Ari Mulyani 1, Tri Hartiti 2, Vivi Yosafianti P 3 1 Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes Unimus 2,3 Dosen Keperawatan Fikkes Unimus Abstrak Cuci tangan adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial, termasuk didalamnya phlebitis. Perawat mempunyai andil yang besar karena berinteraksi dengan pasien selama 24 jam. Kepatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan enam langkah lima momen belum sepenuhnya dilakukan dengan baik dan benar. Berdasarkan data dari tim mutu keperawatan RSI Kendal tahun 2013, kejadian phlebitis sebesar 3,38 %. Jika angka ini terus meningkat, mutu pelayanan keperawatan akan jelek. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kepatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan enam langkah lima momen dengan kejadian phlebitis di RSI Kendal. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah 55 perawat pelaksana ruang rawat inap anak dan dewasa dengan sampel total populasi dan 630 pasien dengan teknik purposive sampling sebanyak 63 pasien. Pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi dan analisa data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara kepatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan enam langkah lima momen dengan kejadian phlebitis (p = 0,031). RSI Kendal memiliki tingkat kepatuhan melakukan cuci tangan enam langkah lima momen dengan kategori baik (79,4 %). Saran yang diberikan adalah kepada semua perawat untuk membiasakan prosedur cuci tangan enam langkah lima momen secara baik dan benar sebelum dan sesudah melakukan tindakan. Kata kunci : kepatuhan, cuci tangan enam langkah lima momen dan phlebitis. Abstract Washing hands is one way to prevent the occurrence of nosocomial infections, including phlebitis. Nurses have a major role cause interacts with the patient for 24 hours. Compliance nurse in six steps five moments of hand washing fully done properly yet. Based on data from team quality of nursing Kendal Islamic Hospital 2013, the incidence of phlebitis was 3.38 %. If this number increase continously so the quality of nursing services are poor. 1

The goal of this research was to determine the relationship of compliance nurse in six steps five moments of hand washing with phlebitis incidence at Kendal Islamic Hospital. This research is descriptive correlation study. The population in this study were 55 nurses inpatient unit with children and adults with a total sample population and 630 patients with purposive sampling as many as 63 patients. Data collection used observation sheets and data analysis conducted univariate and bivariate using Chi Square test. The results showed a significant relationship between compliance nurses in six steps five moments of hand washing with phlebitis incidence (p = 0.031). Kendal Islamic Hospital has a compliance rate perform six steps five moment of hand washing with good categories (79.4 %). Advice was given to all nurses to get a six-step five moments of hand-washing procedure that good and right before and after take measures. Keywords : compliance, a six- step five moments of hand washing and phlebitis 2

PENDAHULUAN Perawat adalah tenaga medis yang selama 24 jam bersama dengan pasien yang dirawat di rumah sakit. Peran perawat sangat besar dalam proses penyembuhan pasien. Perawat dituntut mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang baik selama merawat pasien. Kepatuhan perawat dalam melaksanakan prosedur tetap tindakan keperawatan, termasuk didalamnya prosedur mencuci tangan, menjadi salah satu penentu keberhasilan pencegahan infeksi nosokomial (Costy P, 2013). Infeksi nosokomial menyebabkan 1,4 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (WHO, 2005). Infeksi nosokomial itu sendiri dapat diartikan sebagai infeksi yang diperoleh seseorang selama di rumah sakit (RS) (Darmadi, 2008). Tenaga medis mempunyai potensi besar untuk menciderai pasien, oleh sebab itu tenaga medis perlu memperhatikan kebersihan tangan sebelum melakukan tindakan terhadap pasien (Costy P, 2013). Angka kejadian infeksi nosokomial telah dijadikan salah satu tolak ukur mutu pelayanan rumah sakit. Berdasarkan Kepmenkes no. 129 tahun 2008, standar kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit sebesar 1, 5%. Infeksi nosokomial yang paling sering terjadi di rumah sakit adalah phlebitis, yaitu inflamasi vena akibat pemasangan infus. Kepmenkes no. 129 tahun 2008 ditetapkan sebagai suatu standar minimal pelayanan rumah sakit, termasuk didalamnya pelaporan kasus infeksi nosokomial untuk melihat sejauh mana rumah sakit melakukan pengendalian terhadap infeksi ini. Data infeksi nosokomial dari surveilans infeksi nosokomial di setiap rumah sakit dapat digunakan sebagai acuan pencegahan infeksi guna meningkatkan pelayanan medis bagi pasien (Kepmenkes, 2008). Hasil survey tim Pengendalian dan Pencegahan Infeksi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar didapatkan data 144 kejadian infeksi nosokomial selama tahun 2011. Di Instalasi Rawat Inap D terjadi 33 kejadian infeksi nosokomial, dimana 30 kejadian phlebitis dan 3 kejadian dekubitus. Penyebab dari terjadinya infeksi phlebitis bisa disebabkan oleh hygiene petugas dan penunggu pasien yang kurang melakukan cuci tangan dengan benar (Lindayati, 2012). Hasil penelitian Handoyo, dkk (2006) kejadian phlebitis di bangsal bedah RSUD Prof Dr. Margono Soekardjo Purwokerto sebesar 31,7%. Setiap hari di temukan ratarata 2-4 pasien mengalami phlebitis. Penanganan phlebitis menjadi sangat penting karena jika tidak diatasi dapat mengakibatkan sepsis. Cuci tangan adalah tindakan paling utama dan menjadi satu-satunya cara mencegah serangan penyakit. Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanik melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air. Cuci tangan juga bisa dilakukan dengan menggunakan agen antiseptic atau antimikroba. Agen antiseptic yang sering digunakan adalah penggosok tangan (handrub) 3

antiseptic atau handrub yang berbasis alcohol. Penggunaan handrub antiseptic untuk tangan yang bersih lebih efektif membunuh flora residen dan flora transien daripada mencuci tangan dengan sabun antiseptic atau sabun biasa dan air. (Depkes RI, 2009). Tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan di Amerika Serikat masih sekitar 50%, di Australia masih sekitar 65%. Sama halnya dengan program cuci tangan yang sejak tahun 2008 dicanangkan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) tetapi kepatuhan perawat hanya sekitar 60%. Hal ini menjadi tantangan yang cukup serius bagi tim pengendali infeksi rumah sakit untuk mempromosikan program cuci tangan (Perdalin, 2010) dalam Saragih & Rumapea (2012). Pelaksanaan cuci tangan itu sendiri belum mendapat perhatian yang serius di berbagai RS di Indonesia, kegagalan dalam pelaksanaan cuci tangan dipicu oleh keterbatasan fasilitas cuci tangan, seperti : wastafel, handuk kertas, pengering tangan dan cairan antiseptik. Namun ketika sudah ada fasilitas, kendala berikutnya adalah kurangnya kesadaran petugas kesehatan (perawat) untuk melakukan prosedur cuci tangan (Saragih & Rumapea, 2012). Depkes sesuai WHO menerapkan prinsip cuci tangan enam langkah lima momen. Di RSI Kendal sendiri belum semua petugas kesehatan menerapkan prinsip cuci tangan enam langkah lima momen, karena dianggap kurang praktis. Data dari RSI Kendal menyebutkan bahwa infeksi akibat phlebitis pada tahun 2012 semester II sebesar 1,75%, sementara pada semester I tahun 2013 sebesar 3,38%, yang artinya terjadi kenaikan sebesar 1,63% selama 6 bulan. Sosialisasi cuci tangan enam langkah lima momen di setiap operan dinas, hasilnya belum sesuai yang di harapkan. Hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan pada bulan Desember 2013, terhadap 10 orang perawat didapat 8 orang perawat belum melakukan prosedur cuci tangan sesuai momen, dan 2 orang perawat belum melakukan prosedur cuci tangan sesuai langkah yang benar. Hal ini menjadi tantangan yang cukup serius bagi tim pengendali infeksi rumah sakit. METODE Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah 55 orang perawat pelaksana ruang rawat inap dan 63 pasien rawat inap yang terpasang infus, dengan metode purposive sampling. Alat pengumpul data memakai lembar observasi cuci tangan enam langkah lima momen dan lembar observasi phlebitis. Proses penelitian berlangsung dari tanggal 13-30 Maret 2014. Data dianalisa secara univariat dan bivariat menggunakan uji Chi Square. 4

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian diperoleh karakteristik responden perawat berdasar jenis kelamin sebagian besar responden adalah wanita, rata-rata umur responden perawat adalah 27,59 tahun. Kepatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan enam langkah lima momen adalah patuh dan kejadian phlebitis adalah tidak phlebitis. Diperoleh hasil ada hubungan antara kepatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan enam langkah lima momen dengan kejadian phebitis 5

Tabel 1 Distribusi frekuensi responden menurut jenis kelamin di RSI Kendal Tahun 2014 Jenis Kelamin Frekuensi (f) Prosentase (%) Laki-laki Wanita 7 56 11,1 88,9 Total 63 100,0 Tabel 2 Distribusi responden menurut umur perawat di RSI Kendal Tahun 2014 Variabel Mean Median Min Max Std.Deviasi Umur Perawat 27,59 26,00 21 40 4,222 Tabel 3 Distribusi frekuensi responden menurut kepatuhan perawat dalam cuci tangan di RSI Kendal Tahun 2014 Kepatuhan Perawat Frekuensi (f) Prosentase (%) dalam Cuci Tangan Tidak Patuh Patuh 13 50 20,6 79,4 Total 63 100,0 Tabel 4 Distribusi frekuensi kepatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan enam langkah lima momen di RSI Kendal tahun 2014 6

Enam langkah Dilakukan Tidak dilakukan Jumlah lima momen frek % frek % frek % L1 63 100 0 0 63 100 L2 59 93,7 4 6,3 63 100 L3 63 100 0 0 63 100 L4 37 58,7 26 41,3 63 100 L5 35 55,6 28 44,4 63 100 L6 48 76,2 15 23,8 63 100 M1 21 33,3 42 66,7 63 100 M2 57 90,5 6 9,5 63 100 M3 63 100 0 0 63 100 M4 63 100 0 0 63 100 M5 50 79,4 13 20,6 63 100 Tabel 5 Distribusi frekuensi responden menurut kejadian phlebitis di RSI Kendal Tahun 2014 Kejadian Phlebitis Frekuensi (f) Prosentase (%) Phlebitis Tidak Phlebitis 17 46 27,0 73,0 Total 63 100,0 Tabel 6 Tabel silang hubungan kepatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan enam langkah lima momen dengan kejadian phlebitis di RSI Kendal Tahun 2014 Kepatuhan Kejadian Phlebitis Perawat dalam Phlebitis Tidak Total Melakukan Phlebitis P value Cuci Tangan f % f % f % Tidak Patuh 7 53,8 6 46,2 13 100,0 Patuh 10 20,0 40 80,0 50 100,0 0,031 7

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kepatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan enam langkah lima momen adalah patuh. Cuci tangan menjadi salah satu langkah yang efektif untuk memutuskan rantai transmisi infeksi, sehingga kejadian infeksi nosokomial termasuk didalamnya phlebitis dapat berkurang. (WHO, 2002) dalam Jamaludin, dkk (2012). Salah satu komponen standar kewaspadaan dan usaha menurunkan infeksi nosokomial adalah menggunakan panduan kebersihan tangan yang benar dan melaksanakan secara efektif (WHO, 2009). Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi nasional berperilaku benar dalam cuci tangan adalah 23,2%. Kepatuhan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bila tidak dapat berbuat sebagaimana lazimnya (Prijadarminto, 2003). Kepatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan enam langkah lima momen dalam penelitian ini sebagian besar adalah patuh. Langkah yang paling sering tidak dilakukan adalah langkah kelima, yaitu menggosokkan ibu jari kanan secara melingkar didalam telapak tangan kiri yang berada dalam posisi menggepal dan sebaliknya. Momen yang paling sering tidak dilakukan adalah momen satu, yaitu sebelum menyentuh pasien. Dengan demikian mayoritas perawat berperilaku positif yang ditunjukkan dengan ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban yaitu selalu melakukan cuci tangan enam langkah lima momen untuk menghindari kejadian phlebitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kejadian phlebitis adalah tidak phlebitis. Phlebitis adalah peradangan pembuluh darah vena, dengan penyebab : trauma (misalnya kateter terlalu lebar), kimia (misal konsentrasi tinggi yang mengiritasi vena) dan septik (teknik aseptik yang tidak sesuai saat menginsersi kateter) (Clayton dan Stock, 2006). Menurut Hingawati Setio & Rohani, (2010) phlebitis didefinisikan sebagai peradangan pada pembuluh darah balik atau vena. Faktor-faktor yang ikut berperan dalam phlebitis bakteri, meliputi teknik aseptik termasuk didalamnya kebersihan tangan petugas, lama perawatan, alat atau cairan yang terkontaminasi (Materi Pelatihan BD, 2010). Phlebitis dapat timbul secara spontan ataupun merupakan akibat dari prosedur medis. Kejadian phlebitis dalam penelitian ini sebagian besar adalah tidak phlebitis. Hal tersebut dikarenakan dalam melaksanakan pemasangan infus, perawat telah sesuai 8

dengan prosedur yang ditetapkan, termasuk didalamnya prosedur mencuci tangan enam langkah lima momen. Kejadian phlebitis yang phlebitis dalam penelitian ini terjadi dikarenakan perawat tidak melakukan prosedur cuci tangan dengan baik dan benar, baik pada perawat yang patuh melakukan cuci tangan enam langkah lima momen maupun perawat yang tidak patuh. Angka kejadian phlebitis 27,0 % pada penelitian ini adalah angka kejadian phlebitis dari 63 pasien yang menjadi responden penelitian. Berbeda dengan angka kejadian phlebitis yang merupakan hasil observasi tim mutu keperawatan RSI Kendal dengan hasil 2,35 %, karena dihitung dari jumlah semua pasien yang terpasang infus di RSI Kendal pada bulan Maret 2014. Pasien yang tidak mengalami phlebitis meskipun perawat tidak patuh dalam melakukan prosedur cuci tangan enam langkah lima momen, dikarenakan tidak ada transmisi mikroorganisme ke area penusukan jarum infus oleh karena terhalang sarung tangan. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan (bermakna) antara kepatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan enam langkah langkah lima momen dengan kejadian phlebitis di RSI Kendal (p value = 0,031). Kepatuhan merupakan sikap seseorang untuk bersedia mentaati dan mengikuti spesifikasi, standar atau aturan yang telah diatur dengan jelas, dimana aturan tersebut diterbitkan oleh perusahaan yang bersangkutan dan lembaga lain yang berwenang (Saifuddin dalam Wardani, 2009). Kebersihan tangan (hand hygiene) merupakan suatu prosedur tindakan membersihkan tangan dengan menggunakan sabun/antiseptik dibawah air mengalir atau dengan menggunakan handrub yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran dari kulit secara mekanis dan mengurangi jumlah mikroorganisme sementara (Perdalin, 2010). Phlebitis didefinisikan sebagai inflamasi vena yang disebabkan baik oleh iritasi mekanik, kimia, dan bacteri. Phlebitis dikarakteristikkan dengan adanya daerah yang memerah dan hangat di sekitar pemasangan intravena atau sepanjang vena, nyeri dan pembengkakan (Hankins & Perdue, 2004). Adanya hubungan antara kepatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan enam langkah lima momen dengan kejadian phlebitis di RSI Kendal diperkuat dengan hasil penelitian yang menunjukkan tabulasi silang yang sesuai dengan teori kepatuhan, cuci tangan dan kejadian phlebitis. Pada penelitian ini didapatkan dengan kepatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan enam langkah lima momen berbanding lurus dengan kejadian phlebitis, mayoritas adalah tidak mengalami kejadian phlebitis dan dengan tidak patuhnya perawat dalam melakukan cuci tangan enam langkah lima momen, mayoritas adalah mengalami kejadian phlebitis. Sebagian yang lain masih terdapat kepatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan adalah patuh, tetapi pasien sebagai responden mengalami kejadian phlebitis. Hal ini dapat dipengaruhi beberapa hal diantaranya para perawat dalam melakukan cuci 9

tangan enam langkah lima momen tidak dilakukan dengan benar, sehingga terjadi transmisi mikroorganisme ke area penusukan jarum infus. Penyebab lain kejadian phlebitis pada perawat yang sudah patuh dalam melakukan cuci tangan enam langkah lima momen bisa dikarenakan jenis mikroorganisme yang menempel pada tangan perawat berjenis flora residen yang tidak mudah dihilangkan dengan gesekan mekanis. Sebagian yang lain lagi terdapat kepatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan enam langkah lima momen adalah tidak patuh akan tetapi pasien tidak mengalami kejadian phlebitis. Hal ini dikarenakan tidak ada transmisi mikroorganisme ke area penusukan jarum infus oleh karena terhalang sarung tangan. Jika perawat patuh dalam melakukan prosedur cuci tangan enam langkah lima momen dalam pemasangan infus, maka transmisi organisme pada daerah penusukan jarum infus tidak terjadi, sehingga tidak terjadi phlebtis pada pasien yang dilakukan pemasangan infus. Keterbatasan dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan observasi langsung terhadap kepatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan enam langkah lima momen dan peneliti hanya meneliti variabel tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan enam langkah lima momen dengan kejadian phlebitis, tidak meneliti semua variabel yang dimungkinkan dapat menyebabkan phlebitis PENUTUP Hasil penelitian diperoleh karakteristik responden perawat berdasar jenis kelamin sebagian besar responden adalah wanita, rata-rata umur responden perawat adalah 27,59 tahun. Kepatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan enam langkah lima momen adalah patuh dan kejadian phlebitis adalah tidak phlebitis. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan (bermakna) antara kepatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan enam langkah langkah lima momen dengan kejadian phlebitis di RSI Kendal. Mengingat hasil penelitian ini sangat bermakna terhadap hubungan kepatuhan perawat dalam cuci tangan enam langkah lima momen dengan kejadian phlebitis di RSI Kendal, maka disarankan kepada perawat untuk melakukan prosedur cuci tangan enam langkah lima momen secara baik dan benar untuk mencegah kejadian phlebitis. Kepada pihak rumah sakit diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan dalam menerapkan prosedur cuci tangan enam langkah lima momen, untuk mencegah terjadinya phlebitis dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan menurunkan resiko kejadian infeksi nosokomial. 10

11