BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. mendukung proses penulisan yang lancar sesuai dengan tujuan penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak apabila dapat memilih, maka setiap anak di dunia ini akan

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah rumah tangga, yang dibentuk melalui suatu perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pentingnya kehidupan keluarga yang sehat atau harmonis bagi remaja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan segi biologis, sosiologis dan teologis.

BAB II LANDASAN TEORI

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

perkawinan yang buruk dimana apabila antara suami istri tidak mampu lagi mencari jalan penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak (Hu

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

SPESIALISASI UTAMA DALAM PSIKOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB II LANDASAN TEORI. A. Resiliensi. bahasa resiliensi merupakan istilah bahasa inggris

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Salusu (2004), pengambilan keputusan adalah proses memilih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

Perkembangan Sepanjang Hayat

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEMATANGAN EMOSI DAN PERSEPSI TERHADAP PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL: Studi Korelasi pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Tuhan, khususnya manusia. Dalam prosesnya manusia membutuhkan

suatu kesatuan dalam tujuan tersebut (Walgito, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan adalah suatu hubungan yang sakral atau suci dan pernikahan memiliki

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penting yang akan dihadapi oleh manusia dalam perjalanan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BABI PENDAHULUAN. Setiap pasangan suami isteri tentu berharap perkawinan mereka bisa

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Remaja. Istilah adolescence atau remaja berasal dari bahasa Latin adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

DINAMIKA PSIKOLOGIS PEREMPUAN YANG BERCERAI (Studi Tentang Penyebab dan Status Janda Pada Kasus Perceraian di Purwokerto)

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran, perkawinan serta kematian merupakan suatu estafet kehidupan

Transkripsi:

6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah, sedangkan Pirwadarminta (1976) kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan menjadi suami isteri. Di samping itu menurut Hornby (1957) marriage is the onion of two persons as husband and wife. Pernikahan adalah bersatunanya dua orang sebagai suami isteri. Menurut Undang Undang Perkawinan, no. 1 tahun 1974, perkawinan yaitu ikatan lahir batin antara seorang pria dan seseorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ke Tuhanan Yang Maha Esa. Hidup bersama tidak secara resmi atau tidak diikat oleh perkawinan sering dikenal dengan samen leven atau kumpul kebo. Secara formal samen leven dapat menimbulkan masalah karena individu tidak dapat menerima hubungan suami isteri. Melihat keadaan itu, perkawinan untuk membentuk keluarga yang baik harus memiliki ikatan lahir dan batin. Seperti yang dikemukakan oleh Klein

7 dan White (1996) bahwa keluarga mengandung hubungan kejasmanian berdasarkan hukum umum. (Walgito, 2000). 2.1.2. Tujuan Pernikahan Perkawinan merupakan salah satu aktivitas individu. Aktivitas individu umumnya akan terkait pada suatu tujuan yang ingin dicapai oleh individu yang bersangkutan, demikian pula dalam hal perkawinan. Karena perkawinan merupakan suatu aktivitas dari suatu pasangan, maka sudah selayaknya individu memiliki tujuan tertentu. Tetapi karena perkawinan itu terdiri dari dua individu, maka adanya kemungkinan bahwa tujuan individu tidak sama. (Walgito, 2000) Berbicara mengenai tujuan memang merupakan hal yang tidak mudah, karena masing-masing individu akan mempunyai tujuan yang mungkin berbeda satu ama lain. Demikian pula halnya dalam pekawinan seperti telah dipaparkan dimuka. Namun demikian perlu ditekankan bahwa suami isteri untuk membentuk keluarga yang bahagia perlu mempersatukan tujuan yang akan dicapai dalam perkawinan itu. (Walgito, 2000) Tujuan pekawinan itu membentuk keluarga yang bahagia, tetapi juga bersifat kekal. Ini berarti dalam perkawinan perlu diiafi sekali kawin untuk seterusnya, berlangsung untuk seumur hidup. Pasangan suami isteri akan berpisah bila salah satu pasangannya suami isteri tersebut meninggal dunia. (Walgito, 2000)

8 Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan perkawinan merupakan hal yang sangat penting untuk ditanamkan pada masingmasing pihak, yaitu suami isteri. Maka tanpa adanya pengertian yang mendalam mengenai tujuan tersebut, suami istri akan mendapat kesulitan bagi kehidupan berkeluarga. Suatu hal lagi perlu ditekankan bahwa tujuan itu adalah milik bersama, dan akan dicapai secara bersama-sama, suami isteri harus menuju ke arah tujuan tersebut. 2.2. Perceraian Menurut Dagun (2002) penyebab perceraian adalah persoalan ekonomi, perbedaan usia yang besar, keinginan memperoleh anak putra (putri) dan persoalan prinsip hidup yang berbeda, berupa perbedaan penekanan dan cara mendidik anak juga pengaruh dukungan sosial dari pihak luar seperti tetangga, sanak saudara, sahabat, dan situasi masyarakat yang terkondisikan. Semua faktor ini menimbulkan suasana keruh dan meruntuhkan kehidupan rumah tangga. Menurut (Hastings, 1972) Dalam pernikahan adanya ikatan batin yang tidak nampak secara langsung merupakan ikatan spikologis. Antara suami isteri harus ada ikatan batin, harus saling cinta mencintai satu sama lain, tidak adanya paksaan dalam perkawinan. Bila perkawinan dengan paksaan, tidak adanya rasa cinta kasih satu dengan lain, maka dalam perkawinan tersebut tidak adanya ikatan batin, Kedua ikatan yaitu ikatan lahir dan batin ditutuntut dalam perkawinan. Bila tidak ada salah satu, maka ini akan menumbulkan persoalan dalam kehidupan pasangan tersebut. Kawin paksa, pada umumnya

9 tidak dapat bertahan sehingga perceraian biasanya merupakan hal yang sering terjadi. (Walgito, 2000) Penelitian Gantira (2010) dengan judul Konsep Diri Remaja Dari Keluarga broken home di lakukan di kota Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu bagaimana gambaran dengan jelas mengenai konsep diri yang dimiliki seorang remaja dari keluarga broken homeyang berada di kota Bandung. Subjek penelitian ini remaja akhir 18-21 tahun yang berasal dari hubungan orang tua yang tidak harmonis (tidak bercerai) atau broken home karena orang tua bercerai. Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut adalah baik remaja yang berasal dari keluarga broken home struktural ataupun broken home karena bercerai memiliki konsep diri negatif dilihat dari konsep diri yang tidak teratur, harapan diri yang tidak realistis, dan penilaian tentang diri yang rendah. Perceraian orang tua dianggap salah satu penyebab kegagalan masa depan anak. Anak dapat kehilangan orientasi masa depan karena kehilangan rasa kasih sayang orang tua. Masa setelah perceraian terjadi merupakan masa kritis buat anak. Berbagai perasaan berkecamuk di dalam batin anak-anak. Pada masa ini anak harus beradaptasi dengan perubahan hidupnya yang baru. Padahal setiap anak menginginkan keutuhan keluarga. Selain itu perceraian membawa akibat mendalam. Menurut penelitian Hetherington (Dagun, 2002) peristiwa itu menimbulkan ketidakstabilan emosi, mengalami rasa cemas, tertekan dan sering marah-marah, yang dapat dialami oleh orang tua dan anak.

10 Dampak perceraian menurut penulis adalah kurangnya kasih sayang orang tua terhadap anak karena kedua orang anak terlalu sibuk dengan urusannya sehingga anak menjadi tidak nyaman. Rasa kasih sayang dalam sebuah keluarga sangat diperlukan karena akan membuat anak menjadi nyaman dan merasa terawasi apalagi orang tua yang sedang mengalami perceraian. Dampak negatif lain akibat perceraian yang bisa muncul pada anak di antaranya adalah marah pada diri sendiri, marah pada lingkungan, jadi pembangkang, tidak sabaran, impulsif, anak akan merasa bersalah (guilty feeling) dan menganggap dirinyalah menjadi penyebab perceraian orangtuanya. Kemudian, setelah dewasa, anak cenderung tidak berani untuk berkomitmen pada suatu hubungan antar pribadi secara heteroseksual yang makin mendalam. 2.3 Remaja 2.3.1. Pengertian Remaja Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Bangsa primitif memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode-periode lain dalam rentang kehidupan anak dianggap sudah dewasa apabila mampu mengadakan reproduksi. Istilah adolescence seperti yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental,

11 emosional, social dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh Piaget (dalam Hurlock, 1996) dengan menyatakan secara spikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Sarwono (2002) menyatakan bahwa remaja menurut WHO adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda tanda seksual dan perkembangan psikologi serta pola indentifikasi dari kanak kanak menjadi dewasa. Terjadi pula peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi kearah keadaan yang relatif lebih mandiri. Monks (2002) menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan perkembangan fisik, seperti pertumbuhan organ-organ tubuh, perkembangan fisik seperti munculnya ciri-ciri kelamin primer dan sekunder, serta perkembangan sosial yang ditandai dengan makin berkurangnya ketergantungan dengan orang lain.

12 2.3.2. Ciri-ciri Remaja Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap individu, sebagai masa transisi dari masa kanakkanak menuju masa dewasa. Masa ini memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode perkembangan yang lain. Ciri yang menonjol pada masa ini adalah individu mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang amat pesat, baik fisik, emosional dan sosial. (Hurlock, 1999) Ada empat karakteristik masa remaja: adanya perubahan karakteristik paling menonjol pada peralihan individu ke usia remaja adalah adanya perubahan pada berbagai segi kehidupan. Perubahan yang berlangsung pada periode remaja yaitu: a. Perubahan biologis, mulainya puberitas yang diawali peningkatan tajam produksi hormon seksual. b. Perubahan kognitif dengan tampilnya kecakapan kognitif dan kapasitas berfikir konkret ke pemikiran abstrak c. Perubahan emosional dengan berkembangnya gambaran diri self image, keakraban intimacy, membangun relasi dengan orang dewasa dan kelompok sebaya. Adanya perubahan pada tubuh laki-laki maupun perempuan. Perubahan sosial berupa peralihan peran remaja ke peran baru di masyarakat

13 seperti mulai membentuk ikatan berteman dengan sebaya serta mulai tertarik pada lawan jenis (Sumadjono, 2011). 2.4. Persepsi 2.4.1. Pengertian Persepsi Persepsi berasal dari Bahasa Inggris yaitu Perception Echols dan Shadily (dalam Juriana, 2000) yang berarti bahwa tanggapan dengan memahami sesuatu. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperolwh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkannya. Maka persepsi memberikan makna pada stimulus inderawi dan tidak hanya melibatkan sensasi, atensi, motivasi, dan memori (Rahmat, 1998). Sedangkan Wilson (dalam Rahmat,1998) mendefinisikan persepsi sebagai interprestasi yang tinggi terhadap lingkungan manusia dan mengolah proses informasi tersebut. Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rahmat, 2005). Sedangkan Walgito (2001), mengemukakan persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu.

14 2.4.2. Teori Persepsi Hubungan Teori persepsi hubungan adalah usaha ketika individuindividu mengamati perilaku untuk menentukan apakah hal ini disebabkan secara internal atau eksternal (Kelley, 1972). Faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain harapan pengalaman masa lalu, dan keadaan psikologis yang mana menciptakan kumpulan perseptual. Selain hal tersebut masih ada beberapa hal yang mempengaruhi persepsi, yaitu: Yang paling berpengaruh terhadap persepsi adalah perhatian, karena perhatian adalah proses mental ketika stimulus atau rangkaian stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran, pada saat stimulus lainya melemah. Dalam stimulus mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain intensitas dan pengulangan. Diri orang yang membentuk persepsi itu sendiri. Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya, hal tersebut dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut berpengaruh seperti sikap kepentingan, minat, kebutuhan, pengalaman, harapan dan kepribadian. Stimulus yang berupa obyek maupun peristiwa tertentu. Stimulus yang dimaksud mungkin berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya.

15 Faktor situasi pembentukan persepsi itu terjadi baik tempat, waktu, suasana dan lain-lain.