PENGUJIAN PERFORMANSI GENERATOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BIOGAS DARI LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. energi yang salah satunya bersumber dari biomassa. Salah satu contoh dari. energi terbarukan adalah biogas dari kotoran ternak.

Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

SKRIPSI MOTOR BAKAR. Disusun Oleh: HERMANTO J. SIANTURI NIM:

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008

I. PENDAHULUAN. Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas

Momentum, Vol. 12, No. 2, Oktober 2016, Hal. 1-7 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. dan energi gas memang sudah dilakukan sejak dahulu. Pemanfaatan energi. berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya.

PENGARUH PENGGUNAAN FREKUENSI LISTRIK TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO DAN UNJUK KERJA ENGINE HONDA KHARISMA 125CC

ANALISIS PENGARUH BEBAN NONLINIER TERHADAP KINERJA KWH METER INDUKSI SATU FASA

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI PERBANDINGAN KINERJA MOTOR STASIONER EMPAT LANGKAH SATU SILINDER MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR GAS LPG DAN BIOGAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Adapun alat-alat dan bahan yang digunakan didalam penelitian ini adalah:

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan energi merupakan persoalan yang terus berkembang di

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BAB IV HASIL DAN ANALISA. 4.1 Perhitungan konsumsi bahan bakar dengan bensin murni

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS MESIN PENGGERAK PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN BAHAN BAKAR BIOGAS. Tulus Subagyo 1

ANALISA PERBANDINGAN PENGARUH HUBUNGAN SHORT-SHUNT DAN LONG-SHUNT TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI

Agustin Sukarsono *) Eddy Ernanto **)

UJI PERFORMANSI MESIN OTTO SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS

ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

Fahmi Wirawan NRP Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc

III. METODE PENELITIAN. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar 3.2 Hukum Utama Termodinamika Penjelasan Umum

MODIFIKASI MESIN MOTOR BENSIN 4 TAK TIPE 5K 1486 cc MENJADI BAHAN BAKAR LPG. Oleh : Hari Budianto

KARAKTERISASI UNJUK KERJA SISTEM DUAL FUEL GASIFIER DOWNDRAFT SERBUK KAYU DAN DIESEL ENGINE GENERATOR SET 3 KW

SFC = Dimana : 1 HP = 0,7457 KW mf = Jika : = 20 cc = s = 0,7471 (kg/liter) Masa jenis bahan bakar premium.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN UNJUK KERJA GENSET 4-LANGKAH MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BENSIN DAN LPG DENGAN PENAMBAHAN MIXER VENTURI

47. Kriteria Kelayakan Investasi Kompos & Listrik Akibat Penurunan

Produksi gasbio menggunakan Limbah Sayuran

Selenoid valve 12 volt, suhu, torsi maksimum, daya maksimum, dan emisi gas buang

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal

Ketua Tim : Ir. Salundik, M.Si

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

berbagai cara. Pencemaran udara terutama datang dari kendaraan bermotor, industri,

PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN ALAT PEMURNIAN BIOGAS DARI PENGOTOR H2O DENGAN METODE PENGEMBUNAN (KONDENSASI)

PENGARUH PENGGUNAAN CETANE PLUS DIESEL DENGAN BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP PERFORMANSI MOTOR DIESEL

MODIFIKASI MESIN DIESEL SATU SILINDER BERBAHAN BAKAR SOLAR MENJADI LPG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GAS MIXER

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI KALOR PADA INDUSTRI TAHU

STUDI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI UNTUK GENSET LISTRIK BIOGAS, PENERANGAN DAN MEMASAK MENUJU DESA NONGKOJAJAR (KECAMATAN TUTUR) MANDIRI ENERGI.

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

PENGARUH INJEKSI GAS HIDROGEN TERHADAP KINERJA MESIN BENSIN EMPAT LANGKAH 1 SILINDER

PENGARUH JUMLAH SEL PADA HYDROGEN GENERATOR TERHADAP PENGHEMATAN BAHAN BAKAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

4 m 3 atau 4000 liter Masukan bahan kering perhari. 6Kg Volume digester yang terisi kotoran. 1,4 m 3 Volume Kebutuhan digester total

UJI PERFORMANSI MESIN DIESEL BERBAHAN BAKAR LPG DENGAN MODIFIKASI SISTEM PEMBAKARAN DAN MENGGUNAKAN KONVERTER KIT SEDERHANA

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding

I. PENDAHULUAN. tanaman yang mengandung mono/disakarida (tetes tebu dan gula tebu), bahan

I. PENDAHULUAN. LPG. Tujuan diberlakukannya program ini adalah untuk mengurangi subsidi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS BIAYA PRODUKSI LISTRIK PER KWH MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BIOGAS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT (Aplikasi pada PLTBGS PKS Tandun)

Abstrak. 2. Studi Pustaka. 54 DTE FT USU

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN MEDAN MAGNET TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN

KINERJA GENSET TYPE EC 1500a MENGGUNAKAN BAHAN PREMIUM DAN LPG PENGARUHNYA TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor

PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN TEKNIK MESIN Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PADA RADIATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN KADAR EMISI GAS BUANG DAIHATSU HIJET Suriansyah Sabaruddin 1)

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA

Pengaruh Kerenggangan Celah Busi terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Motor Bensin

Analisis Kelayakan Ekonomi Alat Pengolah Sampah Organik Rumah Tangga Menjadi Biogas

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Spesifikasi Bahan dan alat :

Transkripsi:

PENGUJIAN PERFORMANSI GENERATOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BIOGAS DARI LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT Pryandi Siahaan, M. Natsir Amin dan Surya Tarmizi Kasim Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater, Kampus USU Medan 2155 INDONESIA e-mail: pryandi_888@yahoo.co.id, mna@usu.ac.id, surya_et@yahoo.com Abstrak Kebutuhan akan bahan bakar fosil seperti minyak bumi dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan, terutama untuk pembangkitan tenaga listrik. Namun ternyata cadangan minyak bumi yang ada tidak dapat memenuhi kebutuhan di masa mendatang. Perlu dicari sumber energi alternatif yang dapat dikembangkan sebagai penggantinya. Dari hasil penelitian ternyata biogas berpotensi dijadikan sebagai pengganti bahan bakar fosil, dimana biogas itu sendiri terdiri dari sebagian besar gas CH4 dan CO2 yang dihasilkan dari perombakan anaerobik senyawa-senyawa organik seperti dari kotoran ternak, sampah, dan limbah cair pabrik kelapa sawit serta memiliki nilai kalor yang tinggi. Apabila tidak dimanfaatkan dengan baik, senyawa CH4 dan CO2 yang terkandung bisa menyebabkan efek rumah kaca yang merugikan manusia. Potensi pengembangan pembangkit listrik tenaga biogas sangat prospektif di Indonesia karena Indonesia merupakan penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Dari hasil pengujian performansi generator pembangkit listrik tenaga biogas di LP3M USU diketahui bahwa tegangan dan frekuensi yang dihasilkan generator hanya mencapai 215 V dan 35 Hz. Hal ini dikarenakan putaran yang dihasilkan motor hanya sebesar 1-11 rpm dan belum mampu memutar generator hingga mencapai 15 rpm. Kata Kunci: biogas, performansi generator 1. Pendahuluan Penggunaan bahan bakar fosil dalam setiap kegiatan industri maupun dalam kegiatan harian manusia sudah mulai tergantikan oleh bahan bakar berbasis energi terbarukan. Termasuk dalam proses pembangkitan energi listrik, dimana sudah banyak digunakan pembangkit listrik tenaga biogas. Keuntungan penggunaan bahan bakar biogas sebagai pembangkit listrik sangat banyak, antara lain berkurangnya ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, sumber daya yang tidak akan habis karena berbasis energi terbarukan, dan dapat menghemat pengeluaran perusahaan. Permasalahannya adalah penggunaan bahan bakar biogas ini belum diketahui keefektifan dan keefisienannya dilihat dari segi daya yang dihasilkan dan proses pembakarannya. Selain itu pembakaran metan juga akan menghasilkan polutan berupa CO2, dan CO, yang apabila kadarnya cukup besar akan mencemari udara dan berdampak buruk bagi kesehatan manusia. Apabila poin-poin tersebut menunjukkan bahwa bahan bakar biogas lebih buruk dari bahan bakar fosil, maka penggunaan bahan bakar biogas belum bisa dikatakan baik untuk menggantikan bahan bakar fosil. Untuk itu perlu kajian lebih lanjut untuk menunjukkan bahwa bakar biogas merupakan bahan bakar yang cukup baik untuk menggantikan bahan bakar fosil. Penelitian yang dilakukan berupa pengujian performansi generator pembangkit listrik tenaga biogas yang ada di LP3M Universitas Sumatera Utara, dimana semua sistem pembangkitan mulai dari proses menghasilkan bahan bakar biogas, penggunaan biogas untuk menghidupkan motor penggerak, hingga dapat menghasilkan listrik berada di sana. Performansi yang diuji pada penelitian ini mencakup pengujian karakteristik daya, pengujian karakteristik SFC, dan pengujian emisi gas buang. -23- copyright @ DTE FT USU

SINGUDA ENSIKOM VOL. 3 NO. 1/Juli 213 2. Potensi Biogas sebagai Bahan Bakar Pembangkitan Tenaga Listrik Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari bahanbahan organik termasuk diantaranya kotoran manusia dan hewan, limbah domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon dioksida. Secara umum rentang komposisi biogas adalah sebagai berikut: Tabel 1 Komposisi Gas yang Terdapat Dalam Biogas [1] Komponen % Metana (CH4) 55-75 Karbon dioksida (CO2) 25-45 Nitrogen (N2) -.3 Hidrogen (H2) 1-5 Hidrogen sulfida (H2S) -3 Oksigen (O2).1-.5 Secara garis besar proses pembentukan biogas dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu: [2] a. Tahap Hidrolisis (Hydrolysis) b. Tahap Asidifikasi (Acidogenesis dan Acetogenesis) c. Tahap Pembentukan Gas Metana (Methanogenesis) Beberapa penelitian telah berhasil mengungkap potensi nilai energi dari beberapa jenis limbah padat organik kelapa sawit. Kecuali pelepah yang ditumpuk di lapangan dan batang kelapa sawit yang tersedia setiap 2-25 tahun sekali, limbah-limbah tersebut memiliki jumlah dan kesinambungan pasokan yang ajeg dan tempatnya tidak terpencar. Secara nasional terdapat sekitar 25 Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di Indonesia di mana sekitar 86 persen berada di luar Jawa. Produksi tandan buah segar (TBS) tahun 24 diperkirakan mencapai 53,8 juta ton dan limbah padat organik berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebesar 12,4 juta. Oleh karena nilai energi panas (calorific value) dari TKKS sebagai bahan bakar generator listrik dapat mencapai 18.796 kj/kg, maka energi yang dihasilkan dapat dikonversikan menjadi listrik dengan jumlah yang cukup signifikan. Sebagai ilustrasi, sebuah PKS dengan kapasitas 2 ribu ton TBS per tahun menghasilkan 44 ribu ton TKKS (kadar air 65 persen) yang mampu membangkitkan energi ekuivalen dengan 2,3 MWe (megawatt-electric) pada tingkat efisiensi konversi 25 persen [3]. Potensi biogas yang dapat dihasilkan dari pengolahan limbah cair juga sangat menjanjikan. Dari 6-7 kg limbah cair dapat diproduksi sekitar 2 meter kubik biogas. Dengan mengacu pada data produksi tahun 24, limbah cair yang dihasilkan diperkirakan mencapai 37.633 juta ton. Volume yag luar biasa besarnya ini bisa menghasilkan biogas mencapai 1.75 juta meter kubuk. Jika nilai kalor biogas rata-rata berkisar antara 4.7-6. kkal/m3 atau 2-24 MJ/m3, maka produksi biogas sebesar itu setara dengan 516 ribu ton gas LPG, 559 juta liter solar, 665,5 juta liter minyak tanah, atau 5.52,5 MWh listrik. Ini tentu bukan nilai yang dapat hanya dipandang sebelah mata [3]. Ada beberapa metode untuk mengubah mesin diesel menjadi berbahan bakar gas, salah satunya dengan cara menambahkan conversion kit dan mixer. Fungsi conversion kit adalah untuk mengatur debit dan menurunkan tekanan aliran bahan bakar sesuai dengan tekanan operasional yang diinginkan sedangkan mixer berfungsi sebagai pencampur bahan bakar dengan udara. Pemasangan mixer terletak pada saluran masuk udara dan conversion kit terpasang antara mixer dan tabung gas (Gas holder). Gambar 1 Skema Pemasangan Mixer dan Conversion Kit pada Mesin Diesel [4] 3. Pengujan Performansi Generator Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Performansi yang diukur dalam pengujian ini berupa pengujian karakteristik daya, pengujian karakteristik Specific Fuel Consumption (SFC) dan pengujian karakteristik emisi gas buang. -24- copyright @ DTE FT USU

SINGUDA ENSIKOM VOL. 3 NO. 1/Juli 213 a. Pengujian Karakteristik Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik daya atau parameter besaran besaran yang dihasilkan generator dengan beban dan volume gas yang berbeda. b. Pengujian Karakteristik Specific Fuel Consumption (SFC) Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik konsumsi bahan bakar spesifik generator pembangkit listrik tenaga biogas. Rumus untuk mencari SFC adalah sebagai berikut: Dimana: SFC = Specific Fuel Consumption (L/watt.jam) mf = Laju Aliran Bahan Bakar (L/jam) P G = yang dihasilkan generator (watt) = = 36 V f = volume biogas (6 bar = 6 L; 2 bar = 2 L; 1 bar = 1 L) gas metan =,554 t f = waktu yang dibutuhkan hingga bahan bakar habis (detik) c. Pengujian Karakteristik Emisi Gas Buang Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik emisi gas buang dari generator pembangkit listrik tenaga biogas dan dampak bagi lingkungan.. 4. Data Hasil Pengujian dan Pembahasan Tabel 2 Hasil Pengujian Karakteristik dengan Tegangan (V) Arus (A) Frekuensi (Hz) Putaran Motor Penggerak (rpm) Waktu Hingga Bahan Bakar pada Kompresor Habis (detik) 1. 14.27 35 32 1 17 2. 14.62 35 71 1 87 3. 14.87 35 1 1 8 4. 14 1.23 35 148 1 77 5. 14 1.41 35 163 1 74 6. 14 1.44 35 178 1 58 7. 14 1.74 35 199 1 46 Tabel 3 Hasil Pengujian Karakteristik dengan Tegangan (V) Arus (A) Frekuensi (Hz) Putaran Motor Penggerak (rpm) Waktu Hingga Bahan Bakar pada Kompresor Habis (detik) 1. 215.65 35 89 11 151 2. 215.73 35 159 11 149 3. 215 1.15 35 21 11 145 4. 215 1.37 35 238 11 137 5. 215 1.58 35 26 11 127 6. 215 1.72 35 289 11 112 7. 215 2.1 35 315 11 97 Dari data yang dihasilkan, dapat digambarkan grafik karakteristik daya: waktu hingga generator mati (detik) 15 1 5 17 87 8 77 74 58 32 71 1 148 163 178 199 Gambar 2 Grafik Pengujian Karakteristik 46 Dari hasil pengujian beberapa karakteristik yang dilakukan, didapat data dan grafik serta pembahasannya, antara lain: a. Pengujian Karakteristik Data hasil pengujian karakteristik daya dapat kita lihat pada tabel berikut: waktu hingga generator mati (detik) 2 1 151 149 145 137 127 11297 89 159 21 238 26 289 315 Gambar 3 Grafik Pengujian Karakteristik -25- copyright @ DTE FT USU

SINGUDA ENSIKOM VOL. 3 NO. 1/Juli 213 Dari data yang ditunjukkan oleh tabel 2 dan tabel 3, diketahui bahwa untuk tekanan tangki sebesar 1 bar, tegangan rata-rata dari setiap pembebanan yang mampu dihasilkan hanya sebesar 14 volt. Frekuensi rata-rata yang dihasilkan juga hanya mencapai 35 hertz. Sedangkan untuk tekanan tangki sebesar 2 bar, tegangan rata-rata yang dihasilkan mencapai 215 volt dan frekuensi rata-rata sebesar 35 hertz. Sedangkan daya maksimum yang dihasilkan melalui pengujian modul mencapai 199 watt untuk tekanan tangki 1 bar, dan 315 watt untuk tekanan tangki 2 bar. Namun data hasil pengukuran daya yang terbaca pada wattmeter, tidak sama dengan nilai daya yang dihasilkan dari persamaan daya = cos, dimana nilai cos φ untuk lampu pijar hampir mendekati 1. Terdapat error alat ukur sebesar 5-8%. Hal ini dikarenakan wattmeter yang digunakan adalah wattmeter yang sudah tua dan sudah lama tidak dikalibrasi. Data-data hasil percobaan baik daya, tegangan, arus dan frekuensi menunjukkan nilai yang tidak konstan dan fluktuatif yang diakibatkan oleh sistem pengkoplingan antara motor bakar penggerak generator dan generator itu sendiri kurang sempurna di mana menggunakan sistem belting roda gigi yang menggunakan tali karet yang pergerakannya tidak konstan. Hal ini akan mengakibatkan kerusakan pada peralatan elektronik bila dihubungkan ke sumber tegangan generator tersebut untuk jangka waktu pemakaian yang lama. Apabila dipergunakan sistem pengkoplingan yang baik, generator tersebut dapat menghasilkan kualitas daya yang lebih baik, dan dapat dipergunakan sebagai sumber tenaga listrik yang dapat berguna minimal untuk sistem penerangan. b. Pengujian Karakteristik Spesific Fuel Consumption (SFC) Data hasil pengujian karakteristik SFC dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4 Hasil Pengujian Karakteristik SFC Dengan sg f V f t f m f P G SFC (L) (detik) (L/jam) (watt) (L/watt.jam) 1.,554 1 17 1863.9 32 58.2 2.,554 1 87 2292.4 71 32.3 3.,554 1 8 2493. 1 24.9 4.,554 1 77 259.1 148 17.5 5.,554 1 74 2695.1 163 16.5 6.,554 1 58 3438.6 178 19.3 7.,554 1 46 4335.7 199 21.8 Tabel 5 Hasil Pengujian Karakteristik SFC Dengan sg f V f t f m f P G SFC (L) (detik) (L/jam) (watt) (L/watt.jam) 1.,554 2 151 2641.6 89 29.7 2.,554 2 149 2677. 159 16.8 3.,554 2 145 275.9 21 13.1 4.,554 2 137 2911.5 238 12.2 5.,554 2 127 314.8 26 12.1 6.,554 2 112 3561.4 289 12.3 7.,554 2 97 4112.2 315 13.1 Dari data yang dihasilkan, dapat digambarkan grafik karakteristik SFC: Specific Fuel Consumption (L/watt.jam) Gambar 4 Grafik Pengujian Karakteristik SFC Specific Fuel Consumption (L/watt.jam) 8. 6. 4. 2.. 4. 3. 2. 1.. 32 71 1 148 163 178 199 89 159 21 238 26 289 315 Gambar 5 Grafik Pengujian Karakteristik SFC Dari data yang ditunjukkan oleh tabel 4 dan tabel 5, diketahui bahwa bentuk grafik yang dibentuk untuk tekanan tangki 1 bar dan 2 bar hampir sama. Konsumsi bahan bakar paling hemat terjadi pada beban 163 watt untuk tekanan tangki 1 bar, dan 26 watt untuk tekanan tangki 2 bar. Namun nilai-nilai SFC tersebut terlalu besar untuk penggunaan daya yang tidak terlalu besar. Hal ini disebabkan oleh adanya kebocoran pada tangki kompresor sehingga gas yang tertampung pada tangki banyak berkurang dan mengakibatkan waktu yang dibutuhkan sampai generator mati pada setiap pembebanan juga semakin cepat. Hal itu juga berpengaruh -26- copyright @ DTE FT USU

SINGUDA ENSIKOM VOL. 3 NO. 1/Juli 213 terhadap nilai SFC dimana nilainya juga semakin besar. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus karena dapat mengakibatkan terjadinya pemborosan penggunaan bahan bakar dan ledakan yang tidak disengaja akibat percikan api yang menyambar bahan bakar yang bebas akibat kebocoran. Secara umum nilai SFC biogas lebih besar dari bahan bakar lain seperti bensin, solar, dan sebagainya. Namun harga biogas yang murah menjadi kelebihan tersendiri, yaitu sekitar 5-7 Rupiah/kWh. Sehingga untuk penggunaan biogas dalam jumlah yang besar tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar dari penggunaan bahan bakar lain. c. Pengujian Emisi Gas Buang Data hasil pengujian emisi gas buang dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 6 Hasil Pengujian Emisi Gas Buang Dengan Tekanan Tangki Kompresor Sebesar 1 Bar CO 2 CO O 2 HC NOx 1. 4.64 2.51 2.8 17 2.75 2. 32 5.41 2.61 2.86 181 2.7 3. 71 6.13 2.15 2.9 183 2.45 4. 1 5.2 2.2 2.45 181 2.9 5. 148 6.11 2.46 2.68 186 2.4 6. 163 5.64 2.13 2.31 185 2.28 7. 178 5.27 2.51 2.28 189 3.28 8. 199 5.54 2.73 2.2 188 2.75 Tabel 7 Hasil Pengujian Emisi Gas Buang Dengan Tekanan Tangki Kompresor Sebesar 2 Bar CO 2 CO O 2 HC NOx 1. 5.53 2.73 2.12 188 2.75 2. 89 5.98 2.92 2.19 183 2.4 3. 159 5.26 2.82 2.7 19 2.67 4. 21 5.42 3.32 2.9 175 3.33 5. 238 5.74 2.93 2.58 187 2.67 6. 26 4.98 3.8 2.65 183 2.4 7. 289 6.31 3.37 1.98 178 2.2 8. 315 5.86 2.93 2.31 189 2.35 Dari hasil pengujian emisi gas buang, dapat digambarkan grafik kandungan emisi gas buang (CO2, CO, dan O2): persentase 8 6 4 2 32 71 1 148 163 178 199 daya CO2 CO O2 Gambar 6 Grafik Emisi Gas Buang Untuk persentase 8 6 4 2 89 159 21 238 26 289 315 daya CO2 CO O2 Gambar 7 Grafik Emisi Gas Buang Untuk Reaksi pembakaran dari gas metan adalah: CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O. Hasil pembakaran dari rumus kimia tersebut menghasilkan CO2 dan H2O. Namun dari hasil pengujian emisi motor bahan bakar gas metan (biogas), didapat senyawa-senyawa lain yaitu CO, O2, NOx, dan CH. Gas-gas emisi sisa pembakaran ini memiliki nilai-nilai ambang batas ideal yang aman bagi manusia. Pembakaran yang sempurna menghasilkan nilai CO2 yang relatif tinggi. Nilai ambang batas minimal dari CO2 adalah 12%, sedangkan dari data yang ditunjukkan oleh tabel 6 dan tabel 7, menunjukkan persentase CO2 yang kurang dari 12%. Bila kadar CO2 harus tinggi maka O2 sebaliknya harus rendah karena udara merupakan komponen penting dalam proses pembakaran. Nilai O2 idealnya berada di rentang,5 2%. Dari hasil pengujian, nilai rata-rata O2 yang dihasilkan adalah lebih dari 2%. Hal ini menunjukkan bahwa pembakaran yang terjadi kurang sempurna. Nilai ambang batas maksimum untuk gas CO adalah 2,5%, sedangkan dari data hasil -27- copyright @ DTE FT USU

SINGUDA ENSIKOM VOL. 3 NO. 1/Juli 213 pengujian, nilai rata-rata gas CO yang dihasilkan kurang dari 2,5 %. Hal ini menunjukkan bahwa kadar CO yang dihasilkan masih memenuhi standard keamanan. Perlu diketahui bahwa gas CO merupakan gas yang berbahaya yang dapat mengakibatkan kematian pada manusia bila terhirup dalam jumlah yang cukup besar. CH (hidro karbon) yang tinggi diakibatkan oleh sistem pengapian yang tidak sempurna. Penyebabnya bisa berasal dari kabel busi, koil, hingga busi. Selain itu kerak yang menumpuk, waktu pengapian yang tidak tepat, dan piston yang sudah aus dapat menyebabkan kadar CH tinggi. Nilai ambang batas maksimum CH adalah 2 ppm, sedangkan dari data hasil pengujian nilai rata-rata HC di bawah 2 ppm dan masih dalam batas normal. 5. Kesimpulan Dari hasil pengujian, dapat dihasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Nilai parameter-parameter yang ditunjukkan dari hasil pengujian generator berupa tegangan dan frekuensi belum menunjukkan nilai yang standard sesuai dengan spesifikasi PLN dan peralatan elektronik yang beredar di pasaran, sehingga dapat mengakibatkan kerusakan pada alat-alat tersebut apabila dipergunakan sebagai sumber tenaga listrik dalam waktu yang lama. 2. Dari hasil pengukuran, putaran motor penggerak hanya mencapai putaran 11 rpm dan belum mampu membuat generator berputar sebesar 15 rpm, sehingga dari rumus = dan =.., frekuensi dan tegangan yang dihasilkan tidak dapat mencapai 5 Hz dan 22 V. 3. Nilai SFC hasil pengujian mununjukkan nilai yang cukup besar yang diakibatkan adanya kebocoran pada tangki kompresor. 4. Pengujian emisi motor bahan bakar biogas menunjukkan adanya parameterparameter yang tidak sesuai standard yang berlaku, seperti kadar CO2 dan O2 yang menunjukkan bahwa pembakaran belum sempurna, dan ada yang sudah sesuai standard seperti kadar CO dan CH yang aman bagi manusia. 5. Sistem pembangkitan tenaga listrik menggunakan bahan bakar biogas di LP3M USU apabila diperbaiki dan dikembangkan dapat menghasilkan kualitas listrik yang lebih baik dan kontinu, serta dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan listrik di sekitar area pembangkit. 6. Pembangkitan tenaga listrik pada pabrik kelapa sawit menggunakan bahan bakar biogas dari limbah cair maupun padat dapat sangat efektif dan efisien untuk dikembangkan apabila diinstal dengan mempertimbangkan keamanan dan sesuai prosedur tertentu mengingat pabrik dapat mengurangi biaya produksi untuk sistem kelistrikan dan pemurnian limbah. 6. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada R. Siahaan dan T. Silalahi selaku orang tua penulis yang sudah membiayai penulis, Ir. M Natsir Amin, MM dan Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si selaku dosen pembimbing, juga Ir. Eddy Warman dan Ir. Syamsul Amin, M.Si selaku dosen penguji penulis yang sudah membantu penulis dalam menyelesaikan paper ini, serta teman-teman penulis yang sudah memberikan dukungan selama pembuatan paper ini. 7. Daftar Pustaka [1].http://id.wikipedia.org/wiki/Biogas [2].http://en.wikipedia.org/wiki/Anaerobic_dig eston [3].Goenadi, Didiek Hadjar. 26. Berburu Energi di Kebun Sawit [4].Wahyu Panuntun, Wiji Setia Alam & Nazruddin Sinaga. 24. Pemilihan Mesin Penggerak Generator Pada Sistem Pembangkit Tenaga Biogas. UNDIP -28- copyright @ DTE FT USU