BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada landasan epistemologis mengenai manusia seutuhnya, yaitu. potensi menuju kehidupan yang lebih baik.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Deskriptif Data Hasil Penelitian

Machfudhotin Masruroh. Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri. Maulana Malik Ibrahim (UIN) Malang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, Terj. Rahmani Astuti, dkk, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 3.

Tatik Haryani, Bambang Priyo Darminto Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu sekolah yang tidak lepas dari cita-cita mencetak

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya. Tujuan ini tertera pada Garis Besar Haluan Negara

BAB I PENDAHULUAN. karena dari pendidikan menggambarkan betapa tingginya peradaban suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya

Pendidikan Agama Islam Bab : 1 Eksistensi Manusia

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI OPTIMISME MASA DEPAN PADA SISWA SMP N 2 JENAWI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. tinggi terhadap segala sesuatu yang menarik perhatiannya. 1 Tidak diragukan. pendidikan yang mempengaruhinya. 2

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat. Untuk membina

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam hidup. dan impian dalam hidupnya. Untuk mencapai hal itu, tentunya dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbagai macam permasalahan remaja dalam hal ini salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wilda Akmalia Fithriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang ada dalam diri peserta didik. Pendidikan dianggap sebagai. diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini dihadapkan pada tuntutan tujuan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. ujian-nya. Kebahagiaan dan kesedihan merupakan salah satu bentuk ujian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara 1. yang tersebar diseluruh tubuh 2.

BAB I PENDAHULUAN. 2010). Sehingga diupayakan generasi muda dapat mengikuti setiap proses

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dari segi intelektual maupun kemampuan dari segi spiritual. Dari segi

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. akademik (Intelligence Quotient atau sering disebut IQ ) mulai dari bangku

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Maka yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pada hakekatnya pendidikan merupakan sarana yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam

HUBUNGAN KESIAPAN BELAJAR DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SISWA KELAS XII SMA NEGERI 16 PADANG

BAB V PENUTUP. memadukan antara aql dan naql, namun pada dasarnya pemikiran. Muhammad Abduh lebih cenderung kepada aql daripada naql.

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanya kemunduran umat Islam tidak lain disebabkan oleh kemiskinan ilmu.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit

BAB I PENDAHULUAN. mudanya untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. Di era yang semakin modern seperti ini di dunia pendidikan setiap

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat adalah orang-orang dewasa, orang-orang yang. dan para pemimpin formal maupun informal.

ARIS RAHMAD F

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Sinar Baru Al-Gasindo, 1995), hlm Nana Sujana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai makhluk sosial. Dalam hidup bermasyarakat, manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Pendidikan akan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, penulis mengambil. 1. Konsepsi kecerdasan emosional dan spiritual didasari oleh konsep bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Masalah pendidikan perlu

2015 PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN MINAT BELAJAR MAHASISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. juga dirasa sangat penting dalam kemajuan suatu negara karena berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa masyarakat dunia semakin dinamis dan komplek dikarenakan adanya. saling tukar menukar informasi dengan cepat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORETIK. daya tarik baginya. Menurut Slameto (Djamarah, 2008) minat adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. (Jogyakarta: Media Wacana Press, 2003), hlm Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti nuclear family

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa

HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Secara ideal seorang guru semestinya memiliki kemampuan dalam

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB I PENDAHULUAN. asuh dan arahan pendidikan yang diberikan orang tua dan sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ayat di atas bermakna bahwa setiap manusia yang tunduk kepada Allah

BAB I PENDAHULUAN. mengerjakan sesuatu yang diinginkan. Menurut T.Hani Handoko pelatihan. (training) dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. tetap diatasi supaya tidak tertinggal oleh negara-negara lain. pemerintah telah merancang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan guru untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal. 1

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

Kecerdasan Emosi. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara. PUSDIKMIN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dan teknologi serta mampu bersaing pada era global ini.

BAB I PENDAHULUAN. Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur an, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 57.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perspektif Islam, pengembangan ilmu pengetahuan merupakan keniscayaan, sehingga mengembangkan bidang keilmuan tidak boleh terlepas dari tata nilai Islam. Ilmu pengetahuan dan proses pendidikan, di pihak lain menjadi jembatan untuk memahami hakikat ketuhanan. Sebagaimana hal itu dikemukakan Hasan Langgulung bahwa konsep dasar pendidikan adalah bertumpu pada landasan epistemologis mengenai manusia seutuhnya, yaitu berupa potensi yang terus menerus mendayagunakan fitrah manusia sebagai potensi menuju kehidupan yang lebih baik. Dalam Islam, normativitas tujuan pentingnya manusian memperoleh aspek pendidikan dikemukakan dalam al-qur an surat al-baqarah ayat 30 menyebutkan bahwa: 1

2 Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.".(. Al Baqarah, 2: 30) Demikian juga Allah SWT juga memperhatikan eksistensi manusia di muka bumi, setelah mempeoleh cukup pengetahuan maka Allah SWT menempatkan manusia sebagai eksistensi yang kreatif, sebagaimana termaktub dalam surat Hud ayat 61 Artinya: dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-nya, kemudian bertobatlah kepada-nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-nya) lagi memperkenankan (doa hamba-nya)." (QS. Hud, 11: 61).

3 Atas dasar dua ayat itu pula, Quraish Shihab (1996), menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah membina manusia pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-nya, guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah. Manusia yang dibina adalah mahkluk yang memiliki jiwa. Pembinaan unsur material (jasmani) dan immaterial (akal-unsur) akalnya menghasilkan ilmu. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan diperoleh keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang memuaskan dibutuhkan proses belajar. Perkembangan manusia diperoleh dari proses kegiatan belajar itu berlangsung sejak lahir sampai meninggal dunia. Menurut pandangan ulama seperti Al-Ghazali, Ibnu Sina, dan Ibnu Arabi manusia diberi kemampuan berfikir rasional dalam dirinya oleh Tuhan, dan kemampuan rasionalnya baru akan berfungsi aktual jika dikembangkan melalui proses belajar.

4 Sedangkan menurut Sardiman (2005) mendeskripsikan bahwa motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual, peranan yang khas adalah dalam hal menumbuhkan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang mempunyai motivasi belajar kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Idealnya motivasi haruslah intrinsik, yakni pembelajar memiliki motivasi diri (self-motivation). Akan tetapi, untuk meraihnya pembelajaran perlu memiliki sasaran dan keinginan kuat untuk sukses. Anak yang mengalami ganggun belajar, seperti dispraksia dan disleksia, akan menganggap motivasi sebagai tantangan, sama halnya kegagalan akan berakibat pada penurunan motivasi. Pernyataan ini sering disebut sebagai ketak berdayaan belajar (learning helpessness). Yang penting, pembelajaran jangan sampai berada dalam keadaan ini dan karena alasan ini perlu kesuksesan awal ketika mengerjakan tugas baru. Penting pula bahwa ekstrinsik (penghargaan) dan intrinsik (motivasi diri) dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran. Menurut Winkels (dalam Iskandar 2009), dalam proses pembelajaran dikenal adanya motivasi belajar. Motivasi belajar merupakan motivasi yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan keseluruhan penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar dalam mencapai satu tujuan, Iskandar, (2009). Motivasi belajar mempunyai peranan penting dalam memberi rangsangan, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga yang mempunyai

5 motivasi tinggi, mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan proses pembelajaran. Motivasi belajar bisa timbul karena faktor intrinsik atau faktor dari dalam manusia yang disebabkan oleh dorongan atau keinginan akan kebutuhan belajar, harapan, dan cita-cita. Faktor ekstrinsik juga mempengaruhi dalam motivasi belajar. Faktor ekstrinsik berupa adanya penghargaan, lingkungan belajar yang menyenangkan, dan kegiatan belajar yang menarik. Motivasi dan belajar adalah dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah kegiatan yang mengubah tingkah laku melalui latihan dan pengalaman sehingga menjadi lebik baik sebagai hasil dari penguatan yang dilandasi untuk mencapai tujuan. Proses belajar sangat diperlukan dalam motivasi, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhanya. Maslow sangat percaya bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu, seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan estetik. Kebutuhan-kebutuhan inilah menurut Maslow yang mampu memotivasi tingkah laku individu. Sedangkan proses belajar membutuhkan suatu motivasi belajar yang cukup kuat, agar hasil dari belajar mendapatkan hasil yang

6 sangat memuaskan. Dan sehingga kebutuhan akan belajarpun juga terpenuhi. Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorogan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Disini tugas guru adalah membangkitan motivasi peserta didik sehingga ia mau melaksanakan belajar. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam hidup manusia, tanpa pendidikan manusia tidak akan bisa mencapai cita-cita yang mulia. Pendidikan merupakan sarana bagi seseorang untuk mewujudkan cita dan impian dalam hidupnya. Keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran di sekolah yang ditandai dengan prestasi yang tinggi, kemampuan intelektual yang memadai serta kepribadian yang baik dalam diri tiap siswa adalah harapan kita semua. Untuk mencapai prestasi dibutuhkan kerja keras dari semua elemen yang berasal dari pendidik, masyarakat maupun dari anak didik itu sendiri. Segala upaya yang dilakukan secara maksimal dari pendidik dan masyarakat tidak akan berhasil jika siswa yang dididik sendiri tidak memiliki semangat untuk maju, maka keberhasilanpun akan sulit tercapai. Untuk itu, tentunya dalam menempuh pendidikan memerlukan motivasi yang besar, agar segala hambatan yang datang dapat diatasi. Tanpa motivasi yang besar, seseorang dapat kehilangan semangat dalam belajar, yang dapat membuatnya mengalami kegagalan dalam pendidikan. Dengan demikian, motivasi berperan besar dalam menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam pendidikan.

7 Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan prestasi belajar siswa selain motivasi adalah kecerdasan. Dalam dekade terakhir ini muncul adanya kecerdasan spiritual yang diyakini sebagai puncaknya kecerdasan karena tidak hanya mengandalkan penalaran maupun emosi saja namun juga menekankan aspek spiritual dalam mengarahkan manusia menuju kesuksesan dalam menjalani hidup. Dalam perkembangannya kecerdasan ini disinyalir juga mampu menghidupkan motivasi siswa dalam belajar sehingga membantu siswa dalam mencapai prestasi belajar yang diinginkan. Penting bagi guru untuk meningkatkan kecerdasan spiritual siswa, karena salah satu untuk mencapai keberhasilan siswa adalah kerdasan spiritual. Tanpa adanya kecerdasan spiritual, siswa tidak akan bisa mengarahkan hidup pada diri siswa untuk kedepannya. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Siti Rofi ah yang berjudul Hubungan Kecerdasan Spiritual Dan Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri Kabupaten Sukoharjo. Dari hasil penelitiannya terdapat hubungan yang positif. Ini berarti kecerdasan spiritual sangat penting adanya dala diri siswa untuk menuntun kehidupannya. Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Ellyzabeth Sukmawati yang berjudul Hubungan Kecerdasan Spiritual Dengan Motivasi Belajar Pada

8 Mahasiswa Semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar. Dari hasil penelitian ini mengatakan bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar yang positif. Ini berarti semakin tinggi kecerdasan spiritual maka semakin tinggi pula motivasi belajar mahasiswa. Menurut Zohar dan Marshall (2007) kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dalam hidup kita dalam kontek makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan Spiritual Quotient (SQ) merupakan kecerdasan tertinggi manusia, (Zohar dan Marshall, 2007). Islam mengatakan bahwa spiritual quotient adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkahlangkah dan pemikiran yang bersifat fitrah dan tauhid (integralistik) serta berprinsip hanya kepada Allah Ta ala (Agustian, 2001). Spiritual Quotient adalah hubungan yang tidak bisa dipisahkan antara manusia dengan khaliq nya. Hubungan ini sudah dibawa semenjak manusia lahir yang dikenal dengan fitrah beragama.

9 SQ (spiritual qoutient) sebagai kecerdasan yang bersumber dari dalam diri seseorang, diyakini apabila terus dikembangkan akan mampu melahirkan nilai-nilai positif dalam diri orang bersangkutan, termasuk membangkitkan motivasi belajar. Sebelum SQ ditemukan, terlebih dulu populer intellegence qoutient (IQ) atau kecerdasan intelektual yang menjadi tolak ukur dalam menilai kecerdasan seseorang. Menurut teori, IQ menentukan tinggi rendahnya kecerdasan seseorang. Ternyata, IQ tidak menjamin seseorang sukses dalam hidupnya. Ini terkait dengan penemuan Daniel Goleman pada pertengahan tahun 1990. Ketika ia memperlihatkan faktor-faktor penyebab mengapa orang yang ber-iq tinggi gagal, sementara mereka yang ber-iq sedang, sukses dalam kehidupannya. Ditemukan oleh Daniel Goleman, ternyata ada kecerdasan lain dalam kehidupan ini yang tidak kalah penting, yaitu kecerdasan emosional atau emotional quotient (EQ). Kecerdasan emosional memberi kita kesadaran mengenai perasaan milik diri sendiri dan juga perasaan milik orang lain. Kecerdasan emosional memberi kita rasa empati, cinta, motivasi dan kemampuan untuk menanggapi kesedihan atau kegembiraan secara tepat, (Zohar & Marshall, 2007). Kecerdasan spiritual merupakan penyatu dari kecerdasan-kecerdasan lain seperti IQ dan EQ, di mana SQ mempunyai frekwensi osilasi 40 Hz di dalam otak, fungsi dari osilasi ini adalah menggabungkan proses inderawi dan intelektual di seluruh bagian otak. Dengan kata lain osilasi-osilasi ini menempatkan aktivitas neuron teransang

10 kedalam konteks yang lebih besar dan lebih bermakna, (Zohar & Marshall, 2007). Dari uraian di atas, diharapkan agar para guru, dalam memberikan pelajaran kepada siswa, tidak hanya untuk mengasah kecerdasan inteligensi tapi diperlukan juga untuk mengasah kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual juga sangat diperlukan, diantaranya untuk membentuk perilaku siswa, yang berakhlak mulia. Karena kecerdasan spiritual mengajak dan bahkan membimbing kita menjadi the genuine self, diri yang genuine, yang asli (origin) dan autentik, yang karenanya selalu mengalami harmoni ilahi ke hadirat Robbi. Hati nurani menjadi pusat kecerdasan spiritual manusia. Pendukung keberhasilan dalam belajar tidak hanya kecerdasan spiritual saja, akan tetapi motivasi belajar juga sebagai pendukung keberhasilan belajar. Pusat kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional adalah kecerdasan spiritual. Motivasi belajar dalam penelitian ini yaitu suatu pendorong yang dapat mengubah tingkah laku untuk aktivitas belajar demi tujuan yang ingin dicapai. Motivasi merupakan salah satu aspek psikis yang memiliki pengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar. Dalam Psikologi, istilah motif sering dibedakan dengan istilah motivasi. Untuk lebih jelasnya apa yang dimaksud dengan motif dan motivasi, berikut ini penulis akan memberikan pengertian dari kedua istilah tersebut. Kata"motif" diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. (Sadirman, 2011). Motivasi belajar adalah suatu usaha

11 dorongan dalam diri individu dengan menggerakkan seluruh energi psikisnya untuk mendapatkan suatu hasil yang diinginkan dalam proses belajar. Motivasi belajar bisa mengambil berbagai macam bentuk dan akhirnya akan menjadi suatu karakteristik pribadi yang secara luas ditentukan melalui proses belajar. Bila motivasi belajar seorang anak sudah berkembang dengan baik sebagai sebuah ciri pribadi, masa depannya akan diberkahi dengan penemuan, kesempatan, dan kontribusi, (Reymond & Judith, 2004). Menurut Reymond dan Judith (2004), pengaruh utama dalam motivasi belajar itu ada 4, yaitu budaya, keluarga, sekolah, dan diri anak. Masing-masing pengaruh utama tersebut mewakili sebuah sistem. Melihat kenyataan di atas, pada dasarnya setiap orang memiliki SQ dan motivasi dalam belajar untuk mencapai hasil belajar, termasuk siswa-siswi Madrasah Aliah Tarbiyatut Tholabah di Desa Kranji Paciran Lamongan yang pada kesempatan ini diambil sebagai subjek penelitian. Penting bagi peneliti untuk mendapatkan gambaran, apakah ada hubungan antara kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar siswa. Peneliti ingin meneliti lebih jauh lagi meneliti tentang peranan spiritualitas, dalam menumbuhkan motivasi belajar pada siswa. Madrasah Aliyah adalah salah satu sekolah yang bernaung di yayasan pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah. Karena Madrasah Aliyah ini berbasis dari pondok pesantren yang kental akan agamanya maka ada perbedaaan dalam

12 pembagian kelas untuk siswa laki-laki dan perempuan. Untuk siswa putra kelasnya berada disebelah barat tepat diatas kantor Madrasah Aliyah, sedangkan kelas putri berada disebelah timur tepatnya dibawah ruang auditorium. Dalam hal ini tidak hanya kelasnya yang dipisah, akan tetapi pelajaran yang diajarkanpun juga berbasis keagamaan seperti hadits, nahwu shorof, qowaidul fiqh, aqidah akhlaq, fiqih, ilmu perbintangan, ghorib Al-Qur an, dan masih banyak lagi. Tidak hanya pelajaran agama saja akan tetapi terdapat pelajaran umum seperti biologi, fisika, kimia, matematika, bahasas Indonesia, bahasa Inggris, sosiologi, geografi, akutansi dan lain sebagainya. Seharusnya siswa mendapatkan banyak pelajaran tentang keagamaan yang diambil. Sehingga siswa banyak memiliki makna dan nilai yang dapat dijadikan suatu bahan acuan dalam bermasyarakat. Agar siswa dapat memiliki sikap yang akhlakul karimah. Begitu pula dengan siswa yang bertempat tinggal di lingkungan pondok pesantren. Seharusnya mereka mendapatkan banyak ilmu agama untuk bekal di masa yang akan datang, ketika mereka sudah menyelesaikan tugasnya sebagai siswa. Dengan banyaknya ilmu yang di dapat maka dalam diri siswa memiliki motivasi intrinsik, dimana motivasi tersebut didorong dalam diri individu masing-masing dalam keadaan sadar dan tidak bergantung akan dorongan eksternal. Dalam hal ini siswa siswi harus memiliki motivasi belajar yang tinggi, karena bagi siswa siswi belajar bukanlah aktivitas yang menyenangkan. Motivasi belajar perlu adanya suatu dorongan yang kuat dari internal maupun eksternal. Motivasi belajar timbul karena adanya hasrat dalam diri kita.

13 Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa guru pengabdi mengatakan bahwa siswa siswi MA Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan berbeda dengan siswa siswi MA Tarbiyatut Tholabah Yang dahulu, kebanyakan siswa siswi yang sekarang kurang memperhatikan dan kurang aktif dalam pelajaran yang diberi, sedangkan siswa siswi yang dahulu senang memperhatikan dan aktif dalam menerima pelajaran Paparan di atas peneliti ingin meneliti hubungan kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar pada siswa madrasah aliyah tarbiyatut tholabah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuai hubungan antara dua variabel atau lebih, atau hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, (Iskandar,2009). Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang sudah ada, perbedaan dari penelitian ini adalah dari segi tempat yang berbeda, karena penelitian ini bertempat di MA Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan. Tempat penelitian ini berada di dekat pantai utara (Pantura) Lamongan, dari segi budaya, sifat, dan sikap yang berbeda. Sifat dan sikap masyarakat di sana kebanyakan bersikap keras. Karena mayotitas penduduk desa Kranji adalah seorang nelayan. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif yang berjenis korelasi product moment, penelitian ini sering disebut dengan penelitian hubungan sebab akibat. Instrument yang digunakan oleh peneliti adalah dengan menggunakan angket untuk mengetahui ada tidaknya kolerasi dalam penelitian tersebut.

14 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana tingkat kecerdasan spiritual siswa MA Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan? 2. Bagaimana tingkat motivasi belajar siswa MA tarbiyatut Tholabah kranji Paciran Lamongan? 3. Adakah hubungan antara kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar siswa MA Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan? C. Tujuan 1. Mengetahui tingkat kecerdasan spiritual siswa MA Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan 2. Mengetahui tingkat motivasi belajar siswa MA Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan 3. Mengetahui adakah hubungsn antara kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar siswa MA Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan D. Manfaaat Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain ialah: 1. Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi psikologi pendidikan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada

15 serta dapat memberi gambaran mengenai hubungan kecerdasan spiritual dengan prestasi belajar Matematika. 2. Lembaga pendidikan atau sekolah; sebagai acuan dalam pengembangan potensi peserta didik khususnya dalam motivasi belajar siswa. 3. Orang tua; untuk dijadikan bahan perhatian orang tua dalam mendidik anak-anaknya, agar lebih memperhatikan faktor psikologis demi mempersiapkan anaknya dalam menghadapi masalah pendidikan, meningkatkan motivasi belajar, khususnya kesulitan belajar.