JENIS-JENIS PEMBERIAN INSENTIF, FORMAT HASIL PENILAIAN DAN FORMAT LAPORAN. Pengurangan Pajak Terutang, (PKB);

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DAERAH

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 44 Tahun : 2014

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATISIDOARJO NOMOR 58 TAHUN2015 TENTANG

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN TENTANG

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

BUPATI MERANGIN PROVINSI JAMBI PERATURANDAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 18 TAHUN 2017

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BALIKPAPAN,

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA

Mengingat: 1. Menimbang: a. Daerah tentang Pemberian Insentif dan Kemudahan SALINAN. tentang Pemberian Insentif dan Kemudahan Penanaman

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat. Marlan Hutahaean

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL TAHUN GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DI KOTA TANGERANG SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 6 SERI E

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI PAJAK. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR., TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL

BUPATI SIDOARJO PROPINSI JAWATIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG INSENTIF PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

DATA ISIAN SIPD TAHUN 2017 BPPKAD KABUPATEN BANJARNEGARA PERIODE 1 JANUARI SAMPAI DENGAN 8 JUNI 2017

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 12 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DAERAH

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

DAFTAR PERDA TAHUN 2010 S.D DITETAPKAN TANGGAL

H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PIDIE

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 09 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN BERINVESTASI DI KABUPATEN MAROS

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN/ATAU KEMUDAHAN KEPADA MASYARAKAT DAN/ATAU PENANAM MODAL

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015

1. Σ aparatur yg mengikuti sosialisasi / bimbingan teknis 120 Org 275 Org 225%

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENANAMAN MODAL

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 21 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G

sektor investasi dalam negeri, namun peningkatan dari sisi penanaman modal asing mampu menutupi angka negatif tersebut dan menghasilkan akumulasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROFIL DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan masyarakatnya.

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 068 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN

EE. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERINDUSTRIAN SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

EE. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERINDUSTRIAN SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB II PERENCANAAN KINERJA

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Soppeng

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 67 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja

PEMUTAKHIRAN DATA PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DIREKTORAT PENDAPATAN DAERAH DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

LEMBARAN DAERAH DAN BERITA DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI BANYUWANGI SALINAN

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

Transkripsi:

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 0 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL JENIS-JENIS PEMBERIAN INSENTIF, FORMAT HASIL PENILAIAN DAN FORMAT LAPORAN I. JENIS PEMBERIAN INSENTIF BERUPA PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH. No Pajak Dan Retribusi Daerah Pemberian Insentif dan Jenis Pajak Kemudahan Penanaman Modal Lama Pemberian Insentif dan Kemudahan Penanaman Modal Baru KETERANGAN. Pajak Daerah : a. Pajak Kendaraan Bermotor Paling banyak kali. Pengurangan Pajak Terutang, (PKB); keringanan pajak daerah sesuai b. Bea Balik Nama Kendaraan Paling banyak kali. kemampuan keuangan dan Bermotor (BBNKB); kebijakan daerah. c. Pajak Bahan Bakar - - Kendaraan Bermotor (PBBKB); d. Pajak Air Permukaan; dan - - e. Pajak Rokok. - -

. Retribusi Jasa Umum: a. Retribusi Pelayanan Paling banyak kali. Pemberian insentif investasi baik Kesehatan; berupa keringanan, pengurangan b. Retribusi Penggantian Biaya Paling banyak kali. dan pembebasan disesuaikan Cetak Peta; dengan kemampuan keuangan dan c. Retribusi Pelayanan Paling banyak kali. kebijakan daerah. Tera/Tera Ulang; dan d. Retribusi Pelayanan Paling banyak kali. Pendidikan;. Retribusi Jasa Usaha: a. Retribusi Pemakaian Paling banyak kali. Pemberian insentif investasi baik Kekayaan Daerah; berupa keringanan, pengurangan b. Retribusi Tempat Pelelangan; Paling banyak kali. Paling banyak 4 kali dan pembebasan disesuaikan c. Retribusi Tempat Penginapan Paling banyak kali. dengan kemampuan keuangan dan / Pesanggrahan/Villa; kebijakan daerah. d. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan; Paling banyak kali. e. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga; dan Paling banyak kali. f. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah. Paling banyak kali.

4. Retribusi Perizinan Tertentu: a. Retribusi Izin Trayek; Paling banyak kali. Pemberian insentif investasi berupa b. Retribusi Izin Usaha Paling banyak kali. keringanan, pengurangan dan Perikanan; dan pembebasan disesuaikan dengan c. Retribusi Izin Paling banyak kali. kemampuan keuangan dan Mempekerjakan Tenaga Kerja kebijakan daerah. Asing (IMTA). II. FORMAT PENILAIAN DAN VERIFIKASI a. VARIABEL PENILAIAN No. VARIABEL INDIKATOR PARAMETER NILAI. Kontribusi Terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat.. Penyerapan Tenaga Kerja Lokal Terdidik. Penanam modal dapat memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan rata-rata masyarakat di sekitar lokasi usaha. Penggunaan tenaga kerja lokal terdidik yang dibutuhkan/dipekerjakan dalam usahanya. a. Tingkat rata-rata pendapatan karyawan per bulannya dibawah UMK. b. Tingkat rata-rata pendapatan karyawan per bulannya sama dengan UMK. c. Tingkat rata-rata pendapatan karyawan per bulannya diatas UMK. a. Lebih dari setengah penyerapan tenaga kerja lokal berpendidikan dasar (SD/SMP). b. Lebih dari setengah penyerapan tenaga kerja lokal berpendidikan menengah (SMA/SMK). c. Lebih dari setengah penyerapan tenaga kerja lokal berpendidikan tinggi (Diploma/Akademi/Sarjana).

. Penggunaan Sumberdaya Lokal. Penanam modal menggunakan bahan baku lokal lebih besar dibandingkan bahan baku yang diambil dari luar daerah yang digunakan dalam kegiatan usahanya. 4. Kontribusi Terhadap Peningkatan Pelayanan Publik. Penanam modal melaksanakan penyaluran dana dari program Tanggjungjawab sosial (CSR) secara rutin. 5. Kontribusi Terhadap PDRB. Peningkatan total produksi penanam modal baik perkiraan maupun realisasinya. 6. Berwawasan Lingkungan dan Berkelanjutan. Badan Usaha/Penanam Modal yang menerapkan prinsip-prinsip keseimbangan dan keadilan, serta pemanfaatan sumber daya (alam) dan taat pada rencana tata ruang yang telah ditetapkan. a. Rasio total biaya bahan baku dari sumber lokal yang digunakan terhadap total kebutuhan bahan baku kurang dari 0 %. b. Rasio total biaya bahan baku dari sumber lokal yang digunakan terhadap total kebutuhan bahan baku antara 0 % - 0 %. c. Rasio biaya bahan baku dari sumber lokal yang digunakan terhadap total kebutuhan bahan baku lebih dari 0%. a. Belum ada kontribusi dana CSR. b. Kontribusi dana CSR kurang dari %/ Tahun dari keuntungan bersihnya. c. Kontribusi dana CSR lebih dari % / Tahun dari Keuntungan bersihnya. a. Pertumbuhan nilai total produksi penanam modal meningkat rata-rata kurang 5 % per tahunnya. b. Nilai total produksi penanam modal meningkat antara 5 % - 0 % /Tahun. c. Nilai total produksi penanam modal meningkat lebih dari 0 % / Tahun. a. Penanam Modal tidak memiliki dokumen AMDAL, UKL atau UPL. b. Penanam Modal Memiliki dokumen AMDAL, UKL atau UPL namun tidak melakukan daur ulang limbahnya (Produksi Bersih). c. Penanam Modal Memiliki dokumen AMDAL, UKL atau UPL dan melakukan daur ulang limbahnya (Produksi Bersih). d. Memiliki Sarana Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. 4

7. Skala Prioritas Tinggi DIY. Badan Usaha/Penanam Modal yang usahanya berada dan/atau sesuai dengan: rencana tata ruang daerah; RPJPD; RPJMD; dan kawasan strategis cepat tumbuh. 8. Bidang usaha pembangunan Infrastruktur. Penanam Modal yang mendukung pemerintah daerah dalam penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh masyarakat. 9. Melakukan Alih Teknologi. Penanam Modal yang memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah dan masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan dan penerapan teknologi yang digunakan oleh penanam modal. a. Usaha penanam modal sesuai dengan RTRW namun tidak masuk masuk dalam dokumen PJPD/RPJMD/Renstra SKPD dan tidak berlokasi di kawasan strategis cepat tumbuh. b. Usaha penanam modal sesuai dengan RTRW, masuk dalam dokumen RPJPD/RPJMD/Renstra SKPD namun tidak berlokasi di kawasan strategis cepat tumbuh. c. Usaha penanam modal sesuai dengan RTRW, masuk dalam dokumen RPJPD/RPJMD/Renstra SKPD dan berlokasi di kawasan strategis cepat tumbuh. a. Penanam modal yang dalam usahanya menyertakan pembangunan tidak menyertakan pembangunan FASOS dan FASUM. b. Penanam modal yang dalam usahanya menyertakan pembangunan FASOS dan FASUM memperoleh dukungan dana dari APBD. c. Penanam modal yang dalam usahanya menyertakan pembangunan FASOS atau FASUM. a. Belum ada transfer teknologi kepada Pemerintah Daerah maupun kepada Masyarakat. b. Transfer teknologi kepada Pemerintah Daerah dan Masyarakat dilakukan dengan dukungan dana APBD. c. Transfer teknologi kepada Pemerintah Daerah dan Masyarakat dilakukan dengan

0. Merupakan Industri Pioner. Penanam Modal yang membuka jenis usaha baru yang memiliki keterkaitan kegiatan usaha yang luas, memberi nilai tambah dan memperhitungkan eksternalitas yang terjadi, memperkenalkan teknologi baru, serta memiliki nilai strategis dalam mendukung pengembangan produk unggulan daerah.. Berlokasi di Daerah Tertinggal. Penanam Modal yang bersedia dan mampu mengembangkan kegiatan usahanya di daerah yang aksesibilitasnya masih sangat terbatas, dan/atau daerah marginal.. Melaksanakan Penelitian, Pengembangan dan inovasi. Kegiatan usahanya bergerak di bidang penelitian dan pengembangan, inovasi teknologi dalam mengelola potensi daerah. pembiayaan penuh dari penanam modal. a. Usaha penanam modal bukan jenis usaha baru dan tidak memiliki keterkaitan kegiatan usaha yang luas (Keterkaitan kedepan dan kebelakang) dan tidak mendukung pengembangan produk unggulan daerah (PUD). b. Usaha penanam modal adalah jenis usaha baru yang memiliki keterkaitan kegiatan usaha yang luas (Keterkaitan kedepan dan kebelakang tapi tidak mendukung pengembangan produk unggulan daerah (PUD). c. Usaha penanam modal adalah jenis usaha baru yang memiliki keterkaitan kegiatan usaha yang luas (Keterkaitan kedepan dan kebelakang dan mendukung pengembangan produk unggulan daerah (PUD). a. Lokasi proses produksi dari penanam modal berada di pusat wilayah. b. Lokasi proses produksi dari penanam modal berada di pinggiran (sub urban). c. Lokasi proses produksi dari penanam modal berada di daerah tertinggal a. Tidak ada kegiatan Litbang dan inovasi dalam peningkatan nilai tambah produk unggulan daerah (PUD). b. Ada kegiatan Litbang dan inovasi namun tidak terkait dengan pengembangan produk unggulan daerah (PUD). c. Ada kegiatan Litbang dan inovasi namun yang terkait erat dengan pengembangan produk unggulan daerah (PUD).

Bermitra Dengan UMKMK. Melakukan kemitraan dengan pengusaha mikro, kecil, menengah atau koperasi. 4 Menggunakan Barang Modal, Mesin Atau Peralatan Dengan Kandungan Lokal. 5 Melestarikan tata nilai budaya Yogyakarta. Kegiatan usahanya menggunakan barang modal (bahan/kandungan lokal), mesin, atau peralatan yang diproduksi di dalam negeri. Kegiatan usahanya melestarikan tata nilai budaya Yogyakarta. a. Penanam modal belum melakukan kemitraan tidak secara fungsional. b. Penanam modal melakukan kemitraan secara fungsional dalam bidang produksi saja. c. Penanam modal melakukan kemitraan secara fungsional dalam bidang produki dan pemasaran hasil. a. Penanam modal belum menggunakan barang modal, mesin atau peralatan produksi dengan kandungan lokal. b. Penanam modal menggunakan barang modal, mesin atau peralatan produksi dengan kandungan lokal kurang dari 50 %. c. Penanam modal menggunakan barang modal, mesin atau peralatan produksi dengan kandungan lokal lebih dari 50 %. a. Kegiatan usaha tidak memberikan dukungan terhadap pelestarian tata nilai budaya Yogyakarta. b. Kegiatan usaha memberikan dukungan secara tidak langsung terhadap pelestarian tata nilai budaya Yogyakarta. c. Visi atau misi usaha terkait langsung dalam pelestarian tata nilai budaya Yogyakarta.

6 Skala Prioritas Tinggi Kabupaten/kota. Badan Usaha/Penanam Modal yang usahanya berada dan/atau sesuai dengan: rencana tata ruang daerah; RPJPD; RPJMD Kabupaten/kota. a. Usaha penanam modal tidak sesuai dengan RTRW dan tidak masuk dalam dokumen PJPD/RPJMD/Renstra SKPD di Kabupaten/kota. b. Usaha penanam modal sesuai dengan RTRW namun tidak masuk dalam dokumen PJPD/RPJMD/Renstra SKPD di Kabupaten/kota. c. Usaha penanam modal sesuai dengan RTRW, masuk dalam dokumen RPJPD/RPJMD/Renstra SKPD di Kabupaten/kota. b. SISTEM PENENTUAN SKOR ) Sistem Penentuan Skor Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal: a. Skor nilai antara 6 sampai 6 = Skor Rendah; b. Skor nilai antara 7 sampai 7 = Skor Sedang; dan c. Skor nilai antara 8 sampai 48 = Skor Tinggi.

) Tabel Pemberian Insentif dan Kemudahan Penanaman Modal Berdasarkan Skala Prioritasnya Bentuk Pemberian Insentif dan Kemudahan Investasi Skor Rendah Skor Sedang Skor Tinggi Bentuk Insentif Dalam Penanaman Modal.. Pengurangan, keringanan atau pembebasan retribusi dan pajak untuk setiap penanam modal diberikan maksimum sebesar 0,5 % dari total perkiraan atau realisasi pembayaran pajak dan retribusi dari penanam modal.. Pengurangan, keringanan atau pembebasan retribusi dan pajak untuk setiap penanam modal antara 0,6 % - % dari total perkiraan atau realisasi pembayaran pajak dan retribusi dari penanam modal; dan/atau. Pemberian bantuan modal.. Pengurangan, keringanan atau pembebasan retribusi dan pajak untuk setiap penanam modal antara, % sampai % dari total perkiraan atau realisasi pembayaran retribusi dari penanam modal;. Pemberian bantuan modal; dan/atau. Pemberian dana stimulan khusus untuk UMKMK Bentuk Kemudahan Dalam Penanaman Modal. Penyediaan data dan informasi terkait dengan peluang usaha;. Pengurusan izin usaha yang cepat sesuai ketentuan Permendagri No. 4 Tahun 006; dan/atau. Fasilitasi insentif fiskal dan non fiskal. Penyediaan data dan informasi terkait dengan peluang usaha;. Pengurusan izin usaha yang cepat sesuai ketentuan Permendagri No. 4 Tahun 006; 4. Fasilitasi insentif fiskal dan non fiskal; ; dan/atau. Pemberian bantuan teknis advokasi dan manajemen usaha;. Penyediaan data dan informasi terkait dengan peluang usaha;. Pengurusan izin usaha yang cepat sesuai ketentuan Permendagri No. 4 Tahun 006; 5. Fasilitasi insentif fiskal dan non fiskal;. Pemberian bantuan teknis advokasi dan manajemen usaha; 4. Fasilitasi lahan /lokasi usaha yang layak; 5. Pemberian fasilitasi promosi investasi yang ada di daerah; ; dan/atau 6. pemberian fasilitasi promosi investasi yang ada di daerah.

) Syarat-syarat Pembebasan Pembayaran Retribusi Suatu usaha akan diberikan pembebasan pembayaran retribusi sampai masa berlakunya izin berakhir, jika :. Usahanya mengalami pailit yang dinyatakan dengan putusan pengadilan;. Usahanya terkena bencana alam yang menyebabkan kerugian lebih dari 50 % dari total nilai modal usahanya, tidak termasuk tanah;. Usahanya terkena bencana alam yang menyebabkan tidak dapat menjalankan usahanya selama (dua belas) bulan mulai saat bencana alam terjadi; 4. Usahanya mengalami relokasi yang disebabkan terkena kegiatan pembangunan untuk kepentingan umum (fasos atau fasum), dengan mempertahankan karyawan sebelumnya, serta jenis usaha tidak mengalami perubahan.

III. FORMAT LAPORAN.. LAPORAN PENGGUNAAN INSENTIF DAN/ATAU KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL.. Nama Badan Usaha :.. Bidang Usaha :.. Jumlah Tenaga Kerja Tetap :.4. Jenis Insentif yang diperoleh :.4...4...4...5. Jenis Kemudahan yang diperoleh :.5..5..5..6. Nilai Omzet Penjualan Sebelum dan Sesudah Diperoleh Insentif.6.. Omzet Penjualan/Nilai Transaksi Usaha Sebelum Diberikan Insentif Rp..6.. Omzet Penjualan/Nilai Transaksi Usaha Setelah Diberikan Insentif Rp..7. Penggunaan Insentif (Beri tanda X pada kolom yang tersedia).7.. Pembelian bahan baku.7.. Restrukturisasi Mesin Produksi.7.. Peningkatan Kesejahteraan Karyawan.7.4. Penambahan Biaya Promosi Produk.7.5. Lainnya...

. PENGELOLAAN USAHA.. Bidang Sumberdaya Manusia (SDM).. Peningkatan kapasitas karyawan melalui pelatihan tematik... Jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan khusus sebelum memperoleh insentif... Orang.... Jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan khusus sesudah memperoleh insentif... Orang... Peningkatan kapasitas karyawan melalui pelatihan umum... Jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan umum sebelum memperoleh insentif... Orang.... Jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan umum sesudah memperoleh insentif... Orang... Bidang Produksi.. Volume produksi Sebelum diperoleh insentif... Ton... Volume produksi Sesudah diperoleh insentif... Ton... Bidang Pemasaran.. Volume produk yang dipasarkan Sebelum diperoleh insentif... Orientasi pasar dalam Provinsi... Ton.... Orientasi pasar luar Provinsi... Ton... Volume produk yang dipasarkan Sesudah diperoleh insentif... Orientasi pasar dalam Provinsi... Ton.... Orientasi pasar luar Provinsi... Ton.

. RENCANA KEGIATAN USAHA.. Target produksi dan penjualan produk tahun kedepannya setelah diperoleh insentif Tahun Volume Produksi Volume Penjualan.. Bidang usaha lainnya (diversifikasi) yang akan dikerjakan setelah memperoleh insentif... Bidang Perdagangan (sebutkan)... Bidang Jasa (sebutkan).. Bidang Pengolahan (sebutkan).. Peningkatan kapasitas mesin/peralatan produk setelah diperoleh insentif (beri tanda X)... Melalui Perbaikan Mesin/Peralatan.. Melalui Penggantian Sebagian Mesin/Peralatan Produksi GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, ttd HAMENGKU BUWONO X