4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang ada di

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

BAB I PENDAHULUAN. (pendapatan) yang tinggi. Petani perlu memperhitungkan dengan analisis

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara.

PENGARUH PERAN PENYULUH PERTANIAN TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU PETANI KELAPA DI KECAMATAN OBA KOTA TIDORE KEPULAUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, secara geografis Kabupaten

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Cilacap Selatan merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Cilacap,

LAPORAN DEMONSTRASI PLOT TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KEBUN KAKAO DI KABUPATEN LUWU ABSTRAK

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas Lahan Komoditi Perkebunan di Indonesia (Ribu Ha)

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Kebonagung merupakan salah satu dari 8 (delapan) desa yang

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. alamiah yang membatasi dan batas administratif yang mencakup daerah tersebut

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. keadaan penduduk dan keadaan pertanian yang ada di Desa Ambarketawang.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Luas Wilayah Kecamatan Taluditi Kecamatan Taluditi merupakan salah satu dari 13 Kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato. Kecamatan ini terletak di sebelah utara Kabupaten Toli-toli (Sulawesi Tengah), sebelah selatan Kecamatan Randangan. Kecamatan dengan luas wilayah 159,97 km 2 ini berbatasan dengan di sebelah timur, Kecamatan Patilanggio serta di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Wonggarasi, bahwa wilayah Kecamatan Taluditi sebagian besar merupakan lereng bukit dan dataran (Kecamatan Taluditi, 2012). Kecamatan Taluditi memiliki batas wilayah sebagai berikut : Utara Selatan Timur Barat : Kabupaten Toli Toli : Kecamatan Randangan : Kecamatan Patilanggio : Kecamatan Wonggarasi Kecamatan Taluditi terbagi 7 yaitu Pancakarsa I dengan luas wilayah 26,10 km 2, Pancakarsa II dengan luas wilayah 20,87 km 2, Malango dengan luas wilayah 5,65 km 2, dan Kalimas luas wilayah 30,88 km 2, Mekarti Jaya dengan luas 9,07 km 2, dan Puncak jaya luas 37,40 km 2, serta Tirto Asri dengan luas wilayah 30,00 km 2. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Nama Sampling dan Luas Wilayahnya di Kecamatan Taluditi Luas Wilayah (Km²) Panca karsa I 26,10 Panca Karsa II 20,87 49,97 Sumber: Kantor Kecamatan Taluditi, 2012

4.1.2 Penduduk Sesuai data penduduk bulan Desember Tahun 2011, jumlah penduduk rata-rata pada Tahun 2012 yaitu 7.544 jiwa, terdiri dari 7 desa yaitu laki laki berjumlah 3.928 jiwa, dan perempuan berjumlah 3.616 jiwa maka lebih jelasnya dapat dilihat Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Penduduk Kecamatan Taluditi menurut jenis kelamin (orang) Nama KK Penduduk Laki-laki Perempuan Panca karsa I 483 837 768 1605 Panca karsa II 373 625 528 1105 Malango 210 428 369 797 Kalimas 214 392 381 773 Mekarti Jaya 306 520 474 994 Puncak Jaya 307 587 637 1224 Tirto Asri 267 539 459 998 2160 3928 3616 7544 Sumber :Kantor Kecamatan Taluditi, 2012 4.2 Pemilikan lahan Potensi hasil lahan pada Kecamatan Taluditi merupakan bagian dari penunjang perekonomian Kabupaten Pohuwato pada umumnya dan rakyat Kecamatan Taluditi pada khususnya seiring dengan bantuan pemerintah untuk peningkatan kesejahteraan rakyat melalui bantuan Dinas Pertanian dan Perkebunan dengan berbagai komoditi tanaman, dengan luas lahan fungsional 7.076,25 Ha, dan lahan non fungsional 1.421,00 Ha, Hal ini sesuai dengan data pada Kasie PMD Kecamatan Taluditi tahun 2011, dapat kita lihat Tabel 3 berikut:

Tabel 3. Potensi Lahan Kecamatan Taluditi Menurut Nama Luas Lahan Fungsional Lahan Non Fungsional (Km²) ( Ha) (Ha) Panca karsa I 26,10 1490 128 Panca Karsa II 20,87 1145 120 Malango 5,65 763,25 191,5 Kalimas 30,88 1498 7425 Mekarti Jaya 30,00 1470 765 Puncak Jaya 37,40 350 - Tirto Asri 9,07 360 239 159,97 7076,25 1421,00 Sumber : Kantor Kecamatan Taluditi, 2012 4.3 Pertanian Kecamatan Taluditi memiliki potensi unggulan pada komoditi tanaman coklat kemudian disusul tanaman jagung, padi, kelapa serta tanaman lainnya berupa jeruk, durian. dan rambutan. Tanaman coklat berada pada tanaman yang paling didominasi, hal ini didukung dengan tanah subur/lahan baru, dan curah hujan yang banyak, serta peluang usaha yang menjanjikan (menguntungkan), dengan luas lahan produktif untuk tanaman coklat 1.613 Ha, lahan tanaman jagung 1.490 Ha, lahan tanaman padi 400.25 Ha, lahan tanaman kelapa 76.5 Ha, hal ini dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:

Tabel 4. Potensi Unggulan Pertanian Kecamatan Taluditi dan lokasinya di Potensi Unggulan luas Lahan Terdapat di Fungsional (Ha) Coklat 1613 Pancakarsa I, Pancakarsa II, Malango, Kalimas, Mekarti Jaya, Puncak Jaya Jagung 1490 Pancakarsa I, Pancakarsa II, Kalimas, Malango, Mekarti Jaya, Puncak Jaya Padi 400,25 Pancakarsa I, Pancakarsa II, Kalimas, Malango, Mekarti Jaya Kelapa 76,5 Pancakarsa I, Pancakarsa II, Kalimas, Malango, Mekarti Jaya, Puncak Jaya Jeruk 39,25 Pancakarsa II, Malango, Kalimas, Mekarti Jaya, Puncak Jaya Durian 439 Pancakarsa I, Pancakarsa II, Kalimas, Malango, Mekarti Jaya. Rambutan 73,25 Pancakarsa I, Pancakarsa II, Kalimas, Mekarti Jaya, Puncak Jaya Sumber : Kantor Kecamatan Taluditi, 2012 Berdasarkan Tabel 4 diatas potensi unggulan pertanian yang ada di Kecamtan Taluditi yaitu komoditi tanaman coklat dengan luas lahan fungsional 1613 Ha yang terdapat pada Pancakarsa I, Pancakarsa II, Malango, Kalimas, Mekarti Jaya, dan Puncak Jaya, hal ini didukung dengan tanah subur dan curah hujan yang baik terletak dilereng pengunungan yang dapat dimanfaatkan petani dengan lahan yang memadai. 4.4 Nama Kelompok Petani Kakao Nama Kelompok petani kakao yaitu rimba jaya II dan tumpang sari yang ada di Kecamatan Taluditi dapat diuraikan jumlah anggota bahwa, jumlah petani kakao yang ada di Kecamatan Taluditi adalah sejumlah 60 orang, dengan rata-rata luas lahan 1,005 (Ha) dan jumlah pohon rata-rata mencapai 1004,55. Tanaman kakao merupakan tanaman yang menjadi unggulan petani yang ada di Kecamatan Taluditi, tehnik budidaya yang sederhana dan mudah menjadikan tanaman ini adalah tanaman unggulan. Hasil lain di lapangan bahwa, untuk petani kakao yang

ada di Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato mayoritas luas lahanya rata-rata mencapai 1,005 Ha/KK dan jumlah pohon rata-rata mecapai 1004,55, disamping itu juga bibit yang digunakan pada tanaman kakao adalah berjenis Sulawesi yang berasal dari Makasar. Perhatian yang penuh diberikan oleh pemerintah terkait dalam budidaya tanaman kakao menjadikan kinerja petani kakao peani kakao meningkat. Perhatian pemerintah yang dimaksud adalah dimana program sambung samping pada tanaman kakao sudah diberikan melalui pelatihanpelatihan, sehingga petani sangat mudah dalam menjalankan usahanya karena di dukung penuh oleh pemerintah, hal ini dapat dilihat pada Tabel 5 berikut: Tabel 5. rata-rata Anggota Kelompok Petani Responden Rimba Jaya II dan Tumpang sari, rata-rata Luas Lahan dan Pohon pada Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato, 2012 No Anggota Kelompok Tani(Orang) Rata-rata Luas lahan (Ha) Rata-rata Pohon (Pohon) 1 Pancakarsa I 30 1,01 1009,1 2 Pancakarsa II 30 1 1000-60 2,01 2009,1 - Rata-Rata 1 1,005 1004,55 Sumber : Data diolah Kecamatan Taluditi, 2012 Berdasarkan Tabel 5 diatas, jumlah petani responden yang ada di Kecamatan Taluditi sejumlah 60 orang, dengan dua kelompok yaitu Rimba Jaya II dan Tumpang sari dengan rata-rata luas lahan 1,005 Ha dan jumlah pohon ratarata mecapai 1004,55 pohon. Tanaman kakao khususnya yang dikelolah oleh petani (perkebunan rakyat) dapat dijumpai di semua Provinsi di Indonesia. Statistik perkebunan (Dirjenbun, 2004) menunjukan bahwa total areal perkebunana kakao rakyat di Indonesia tercatat seluas 801,332 hektar dengan total produksi 512,521 ton pertahun (produktivitas 963,33 kg/ha/tahun) dan jumlah petani sebanyak 910,835 kepala keluarga (rataan pemilikan lahan sekitar 0,89 ha/ KK).

4.5 Analisis Deskriptif Karakteristik Sosial Ekonomi Usahatani Kakao 4.5.1 Karakteristik Sosial 1. Umur Petani Umur adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan usahatani. Umur yang belum produktif berkisar antara 0 15 tahun. Pada umur ini kemampuan fisik yang dimiliki belum maksimal. Sementara umur produktif adalah umur yang berkisar antara 16 60 tahun. Pada umur ini petani mempunyai kekuatan fisik yang masksimal. Sedangkan umur yang tidak produktif adalah yang berumur di atas 60 tahun. Pada umur ini kemampuan fisik petani mulai menurun. Lebih jelas umur petani kakao di Kecamatan Taluditi dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Karakteristik Sosial Umur Petani Responden Umur Pancakarsa I Pancakarsa II (Tahun) 0 15 0 0 0 0 0 0 16 60 30 100 28 93,33 58 96,66 >60 0 0 2 6,66 2 6,66 30 100 30 100 60 100 Berdasarkan Tabel 6 di atas jumlah petani kakao di Kecamatan Taluditi sebanyak 60 orang, dilihat dari tingkatan umur petani perkebunan khususnya pada komoditi tanaman kakao. Hasil di lapangan ditemukan bahwa petani di Kecamatan Taluditi dengan jumlah responden 60 petani rata-rata berumur 16-60 tahun lebih banyak dengan jumlah 58 orang dengan persentase 96,66% rata-rata masih berumur produktif dalam berusahatani kakao, dan yang meliki umur >60 berjumlah 2 orang petani dengan persentase 6,66% tidak berproduktif lagi.

2. Pendidikan Petani Tingkat pendidikan merupakan faktor penting dalam meningkatkan usahatani. Banyaknya jumlah pendidikan lulusan SMP-SMA pada satu daerah pertanian menjadikan petani dapat menyesuaikan atau bisa menyerap tentang bagaimana tatacara beusahatani yang baik dan bisa menyesuaikan dengan pembagunan pertanian moderen. Sedangkan tingkat pendidikan di bawah SMP atau SD, menjadikan kurangnya kemandirian petani dalam mencari informasi dan mendapatkan informasi dari pemerintah terkait. Tingkat pendidikan petani di Kecamatan Taluditi dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 7. Karakteristik Sosial Pendidikan Petani Responden Pendidikan Pancakarsa I Pancakarsa II (Tingkatan) Tidak Tamat SD 9 30 14 46,66 23 38,33 Tamat SD 21 70 11 36,66 32 53,33 SMP 0 0 3 10 3 5 SMA 0 0 2 6,66 2 3,33 30 100 30 100 60 100 Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat diuraikan bahwa, jumlah petani kakao yang ada di Kecamatan Taluditi sebanyak 60 orang. Dilihat dari tingkatan pendidikan petani perkebunan khususnya pada komoditi kakao. Hasil di lapangan ditemukan bahwa, tingkat pendidikan yang ada di Kecamatan Taluditi sejumlah 32 orang dengan presentase 53,33% tamat SD dan 23 orang dengan persentase 38,33% tidak tamat SD. Faktor pendidikan berpengaruh besar terhadap peningkatan usahatani petani, sehingga perlu ada perhatian yang serius dari stekholder terkait dalam meningkatkan pendidikan petani. 3. Pengalaman Berusahatani Dalam melakukan usahatani dibutuhkan pengalaman yang cukup. Semakin lama pengalaman petani dalam melakukan usahataninya maka semakin banyak

pengalaman yang diperoleh dalam berusahatani, petani yang baru melakukan usahatani banyak mengalami kendala dalam melakukan usahataninya. Umur petani menjadi tolak ukur dalam melihat petani berpengalaman. Karakteristik berdasarkan pengalaman berusahatani dapat dlihat pada tabel berikut ini. Tabel 8. Karakteristik Sosial Pengalaman Berusahatani Petani Responden Pengalaman Berusahatani (Tahun) Pancakarsa I Pancakarsa II 10-14 3 10 1 3,33 4 6,66 15-19 6 20 1 3,33 7 11,66 20-29 21 70 23 76,66 44 73,33 30-39 0 0 3 10 3 5 >40 0 0 2 6,66 2 3,33 30 100 30 100 60 100 Berdasarkan Tabel 8 di atas dapat diuraikan bahwa, jumlah petani Kakao di Kecamatan Taluditi sebanyak 60 0rang. Pengalaman berusahatani dalam perkebunan khususnya pada komoditi kakao. Hasil di lapangan bahwa untuk karakteristik berdasarkan pengalaman dalam berusahatani yang ada di Kecamatan Taluditi adalah 20-29 tahun rata-rata 44 orang petani dengan hasil persentase 73,33% dan 15-19 sebanyak 7 orang petani dengan hasil presentase 11,66%.. Sehingga pengalaman petani dalam berusahatani mayoritas bertaninya 20-29 tahun. 4. Tanggungan Petani pengalaman tanggungan merupakan salah satu faktor pendorong bagi petani dalam meningkatkan usahataninya. Semakin besar jumlah tanggungan semakin giat pula petani dalam meningkatkan usahataninya. Tanggungan petani di Kecamatan Taluditi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 9. Karakteristik Sosial Tanggungan Keluarga Responden Tanggungan Petani (org) Pancakarsa I Pancakarsa II Petani 2-3 11 36,66 4 13,33 15 25 4-5 16 53,33 24 80 40 66,66 6-7 3 10 2 6,66 5 8,33 30 100 30 100 60 100 Berdasarkan Tabel 9 di atas dapat diuraikan bahwa, jumlah petani Kakao yang ada di Kecamatan Taluditi sebanyak 60 orang. Dilihat dari jumlah tanggungan petani perkebunan khususnya pada komoditi kakao. Hasil di lapangan ditemukan bahwa untuk jumlah tangungan petani rata-rata antara 4-5 tanggungan sebanyak 40 orang petani dengan persentase 66,66%, 2-3 tanggungan sebanyak 15 orang dengan jumlah persentase 25%. Dengan banyaknya tangungan petani lebih bersemangat lagi untuk berusahatani kakao, tanggunan petani dalam keluarga, sehinga dimungkinkan keuntungan hasil usahatani dapat memenuhi kebutuhan keluarga petani. 4.5.2 Karakteristik Ekonomi Karakteristik ekonomi yang terdiri adalah: Luas lahan, tanaman yang menghasilkan, tanaman yang belum menghasilkan, tanaman tua/rusak. 1. Luas Lahan Luas lahan pertanian memberikan dampak positif dalam meningkatkan usahataninya, semakin besar luas lahan yang dimiliki oleh petani maka semakin besar pula kemungkinan hasil panen yang diperoleh oleh petani. Luas lahan 0,95-0,996 Ha dan 1-1,007 Ha pada tanaman kakao memberikan hasil yang maksimal bagi petani kakao. Karakteristik berdasarkan luas lahan petani di Kecamatan Taluditi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 10. Karakteristik Ekonomi Luas Lahan Petani Reponden Luas Lahan Petani(Ha) Pancakarsa I Pancakarsa II 0,9-0,89 3 10 0 0 3 5 0,95-0,996 18 60 0 0 18 30 1-1,007 9 30 30 100 39 65 30 100 30 100 60 100 Berdasarkan Tabel 10 di atas dapat diuraikan bahwa, jumlah petani Kakao yang ada di Kecamatan Taluditi sebanyak 60 orang. Dilihat dari tingkatan luas lahan petani perkebunan khususnya pada komoditi kakao. Hasil di lapangan ditemukan bahwa rata-rata jumlah lahan kakao yang ada di Kecamatan Taluditi adalah 0,95-0,996 Ha dengan jumlah 18 orang dan persentase 30%, sedangkan 1 1,007 Ha hanya berjumlah 39 orang atau 65%. Dengan demikian banyaknya luas lahan di Kecamatan Taluditi berkisar 1-1,007 Ha. 2. Tanaman yang Menghasilkan Banyaknya jumlah pohon yang berproduksi pada tanaman perkebunan terutaman kakao memberikan hasil yang maksimal pada petani dalam melakukan usahatani kakao. Pada satu daerah yang memiliki mayoritas petani kakao dibutuhkan dukungan iklim yang baik dan perawatan yang memungkinkan tanaman kakao dapat berproduksi. Dalam satu hamparan tanaman kakao produksi kakao yang baik berkisar antara 991-1000 Pohon dan 1,100-1015 Pohon jumlah pohon dalam setiap lahan petani kakao dengan melakukan penyesuaian kondisi lahan. Pada hakikatnya tanaman kakao merupakan tanaman tahunan. Karakteristik berdasarkan pohon yang menghasilkan di Kecamatan Taluditi dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 11. Karakteristik Ekonomi Pohon yang Menghasilkan Produksi Kakao yang dimilki Petani Responden Pohon yang Menghasilkan (Pohon) Pancakarsa I Pancakarsa II 850-900 2 6,66 0 0 2 3,33 991 1000 23 76,66 30 100 53 88,33 1.100 1015 5 16,66 0 0 5 8,33 30 100 30 100 60 100 Berdasarkan Tabel 11 di atas dapat diuraikan bahwa, jumlah petani Kakao yang ada di Kecamatan Taluditi sebanyak 60 orang. Dilihat dari tingkatan jumlah pohon yang menghasilkan petani perkebunan khususnya pada komoditi kakao. Hasil di lapangan rata-rata 53 orang dengan persentase 83,33% mempunyai jumlah pohon yang menghasilkan kakao sebanyak 991-1000 pohon dan 5 orang dengan persentase 8,33% petani yang memiliki jumlah pohon lebih 1,100 pohon. Dengan demikian jumlah pohon kakao yang sudah menghasilkan di Kecamatan Taluditi berkisar 991-1000 pohon/angota keluarga. Pohon yang menghasilkan adanya perawatan yang baik dari petani sehingga yang diharapkan petani sesuai harapan dalam mengembangkan pohon kakao. 3. Tanaman yang Belum Menghasilkan Pada tanaman kakao memiliki jenjang waktu dalam melakukan produksi, pada saat penanaman waktu yang diperlukan oleh tanaman kakao dalam melakukan produksi tergantung pada tehnik atau cara bagaimana meberlakukan tanaman kakao. Tanaman kakao yang ditanam melalui sambung samping memerlukan waktu sedikit dalam melakukan produksi dibandingkan dengan penanaman yang tampa melakukan sambung samping. Di Kecamatan Taluditi

banyaknya jumlah pohon kakao yang belum berproduksi dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 12. Karakteristik Ekonomi Pohon yang Belum Menghasilkan Produksi Kakao yang dimiliki Petani Responden Pohon Belum Menghasilkan Pancakarsa I Pancakarsa II Produksi Kakao (Pohon) 13 15 0 0 4 13,33 4 6,66 16 20 5 16,66 9 30 14 23,33 21 26 2 6,66 4 13,33 6 10 27 30 5 16,66 7 23,33 12 20 31 40 6 20 3 10 9 15 41 50 5 16,66 3 10 8 13,33 51 60 7 23,33 0 0 7 11,66 30 100 30 100 60 100 Berdasarkan Tabel 12 di atas dapat diuraikan bahwa, jumlah petani Kakao yang ada di Kecamatan Taluditi sebanyak 60 orang. Dilihat dari tingkatan jumlah pohon yang belum menghasilkan petani perkebunan khususnya pada komoditi kakao. Hasil di lapangan bahwa jumlah pohon yang belum menghasilkan lebih banyak 16-20 pohon, dengan jumlah petani rata-rata sebanyak 14 orang atau 23,33%. Sedangkan jumlah antara 27-30 pohon kakao yang belum menghasilkan di miliki oleh petani sebanyak 12 orang atau 20% dan yang paling sedikit jumlah pohon yang belum menghasilkan sebanyak 13-15 pohon dengan hasil persentase 6,66%. Penyebab pohon yang belum menghasilkan atau pertumbuhan tanaman tidak stabil disebabkan kurangnya curah hujan yang tidak memadai dan kurangnya perawatan yang diberikan oleh petani pada saat awal penanaman dan adanya serangan hama pada pengerek batang,buah atau kurangnya pengetahuan sambung samping pada pohon kakao.

4. Tanaman Tidak Menghasilkan Tanaman kakao yang sudah tidak berproduksi dikarenakan banyak faktor antara lain, kurangnya pengetahuan petani dalam berusahatani kakao, faktor lingkungan sehingga dapat menimbulkan hama pada tanaman dan kondisi lahan yang tidak sesuai. Banyaknya jumlah pohon kakao yang tidak berproduksi di Kecamatan Taluditi dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 13. Karakteristik Ekonomi Pohon Tidak Menghasilkan Produksi Kakao yang dimilki Petani Responden Pohon Tidak Pancakarsa I Pancakarsa II Menghasilkan (Pohon) 6 10 0 0 12 40 12 20 11 15 8 26,66 13 43,33 21 35 16 20 10 33,33 1 3,33 11 18,33 21-25 6 20 3 10 9 15 26 30 6 20 1 3,33 7 11,66 30 100 30 100 60 100 Berdasarkan Tabel 13 di atas dapat diuraikan bahwa, jumlah petani kakao yang ada di Kecamatan Taluditi sebanyak 60 orang. Dilihat dari tingkatan pohon yang tidak menghasilkan dalam perkebunan khususnya pada komoditi kakao. Hasil di lapangan jumlah pohon tidak menghasilkan buah kakao di Kecamatan Taluditi rata-rata antara 11-15 pohon yang dimiliki sebanyaknya 21 orang dengan hasil persentase 35% pohon kakao dengan jumlah petani 6-10 pohon dimilki 12 orang petani persentase 20%. Sedikitnya jumlah pohon tidak menghasilkan karena adanya serangan hama pada batang atau buah dan umur pohon lebih dari 20 tahun pohon cepat rusak akibat kondisi lingkungan kurangnya pemeliharaan yang tidak merata terhadap pohon pencangkokan sambung sambing kurang maksimal dalam melakukan penanam pada pohon kakao.

4.6 Analisis Pendapatan Usahatani Kakao Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato 4.6.1 Biaya Usahatani Pada perkebunan biaya usahatani adalah modal dalam melakukan penanaman, pemupukan, pemeliharan dalam lahan yang akan menjadikan petani untuk memberikan hasil pendapatan yang maksimal dalam berusahatani di Kecamatan Taluditi lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 14. Biaya Usahatani Kakao Petani Responden di Kecamatan Taluditi Biaya Pancakarsa I Pancakarsa II Usahatani (Rp000/thn) 1.000-2.000 8 26,66 4 13,33 12 20 2.000-3.000 8 26,66 6 20 14 23,33 3.000-4.000 14 46,66 20 66,66 34 56,66 30 100 30 100 60 100 Pada Tabel 14 di atas dapat dijelaskan bahwa, biaya usahatani di Kecamatan Taluditi yang paling Tinggi sebesar Rp 4.000 4.000/tahun dengan jumlah petani sebanyak 34 orang dan hasil persentase sebesar 56,66%, sedangkan biaya usahatani paling rendah sebesar Rp 1.000 2.000/tahun dengan jumlah petani sebanyak 12 orang dan hasil persentase sebesar 20%. Hal ini dikarenakan semakin besar biaya usahatani dikeluarkan maka semakin besar hasil pedapatan dalam berusahatani yang didapat, karena komoditas kakao tanaman perkebunan tahunan. 4.6.2 Produksi Kakao Produksi pertanian merupakan faktor penting dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga petani. produksi petani kakao di Kecamatan Taluditi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 15. Produksi Petani Responden Kakao di Kecamatan Taluditi Produksi Kakao (Kg/Tahun) Pancakarsa I Pancakarsa II 1000 21 70 0 0 21 35 1200 2 6,66 0 0 2 3,33 1300 4 13,33 0 0 4 6,66 1500 3 10 30 100 33 55 30 100 30 100 60 100 Pada Tabel 15 di atas dijelaskan bahwa, produksi kakao di Kecamatan Taluditi dengan jumlah produksi sebesar 1500 Kg/tahun, yang dimiliki oleh petani responden 33 orang dengan hasil persentase 55%, jumlah produksi kakao yang rendah 1200 Kg/tahun yang dimilki oleh petani responden 2 orang atau dengan persentase 3,33%. Penjelasan tersebut menggambarkan banyaknya jumlah produksi tanaman kakao yang ada di Kecamatan Taluditi di peroleh banyaknya jumlah petani, dengan jumlah produksi 1500 Kg/tahun dan jumlah petani 33 orang, sehingga di Kecamatan Taluditi mempunyai peluang besar dimasa yang akan datang dalam meningkatkan produksi tanaman kakao. 4.6.3 Pendapatan Petani Pendapatan petani merupakan salah satu faktor penentu dalam melihat apakah hasil yang di peroleh bisa mensejahterakan keluarga petani atau tidak. Pendapatan petani kakao di Kecamatan Taluditi dapat dilihat pada Tabel 16 berikut.

Tabel 16. Pendapatan dan Rata-rata Biaya Usahatani Petani Responden Kakao di Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato No Pendaptan Kotor Biaya Usahatani Pendpatan Bersih Rata-rata Rata-rata 1. Pancakarsa I 12.186.666 2.845.600 15.032.266 2. Pancakarsa II 16.500.000 3.040.733 19.540.733 28.686.666 5.886.333 34.572.999 Rata-rata 14.343.33 2.943.166 17.286.499 Pada Tabel 16 di atas dapat dijelaskan bahwa rata-rata pendapatan petani sebesar Rp 17.286,499/tahun dimiliki oleh petani responden dan rata-rata biaya petani responden sebesar Rp 2.943,166/tahun, karena didukung dengan pengalaman berusahatani. Hal ini dapat dipastikan pendapatan petani di Kecamatan Taluditi tergolong mampu menafkahi keluarga petani. Pendapatan petani kakao ini lebih tinggi dibandingkan dengan sumber pendapatan lainnya diluar kakao.