SEKILAS MENGENAI BUKU SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA SIAP UNTUK DILUNCURKAN 2009

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

PENGERTIAN DASAR SEJARAH KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

: Restu Gunawan, Sardiman AM, Amurwani Dwi L., Mestika Zed, Wahdini Purba, Wasino, dan Agus Mulyana.

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SILABUS. I. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini membahas mengenai perkembangan kebudayaan di nusantara pada periode Hindu-Budha.

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

70. Mata Pelajaran Antropologi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

MERUMUSKAN METODE PENGKAJIAN TRADISI LISAN

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok,

BAB I Pendahuluan. 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau

Kebudayaan (2) Pengantar Antropologi. Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

Schedule Pertemuan 2 X teori tentang apresiasi seni 4 X pemahaman materi seni 6X apresesiasi 2 X tugas 1 X ujian sisipan 1 x ujian semester

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ±

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kebudayaan Jawa dengan mengacu pada buku History Of Java dan membandingkannya

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk

Seiring dengan perkembangan zaman, desain kebaya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PEMUKIMAN BUKU PELAJARAN SENI BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

PEDOMAN PRAKTIKUM.

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. kaya di Asia Tenggara. Hal ini begitu tampak dari pakaian, makanan, dan

D. Dinamika Kependudukan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

infografis GERAKAN SENIMAN MASUK SEKOLAH GERAKAN SENIMAN MASUK SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN KESENIAN DAN PERFILMAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

diperoleh mempunyai dialek masing-masing yang dapat membedakannya

Institut Teknologi Sumatera Lampung Selatan, 2018 Pengenalan Lingkungan dan Potensi Daerah (Sumatera)

MUSIK POPULER. Untuk Kelas VIII. Kesenian Nusantara. Penulis: Mauly Purba Ben M. Pasaribu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sejalan dengan perkembangan masyarakatnya. Hal tersebut dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

Etnografi. Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

KEGIATAN TAHUN 2015 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2016

Jurnal Edu Science (JES) (ISSN: X) Vol.1 No.1 Edisi April 2014

I. PENDAHULUAN. utama bagi pengambil kebijakan pembangunan. Laut hanya dijadikan sarana lalu

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB 2 DATA DAN ANALISA

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Elwin Adlian Raharja, 2015

46. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEJARAH INDONESIA SMA/MA/SMK/MAK

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100

Bahan Bacaan 4.1 Kebhinekaan Masyarakat Indonesia dan Dinamika Kehidupan Global

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia seni di Indonesia sudah berkembang sejak zaman prasejarah seni sudah

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan penulis dalam mendapatkan data adalah: Tinjauan pustaka: melalui media buku, dan internet

BAB I PENDAHULUAN. ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing,

PENGELOLAAN KOMUNITAS ADAT

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Pada etnik Simalungun memiliki struktur sosial berbentuk pentangon sehingga

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi.

1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

BAB III PROFIL INSTANSI PENYEDIA DATA SUMBER DAYA AIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan beraneka ragam seni dan budaya, hampir setiap suku

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah membuat game bergenre adventure

BAB I PENDAHULUAN. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

SILABUS DAN PENILAIAN

1. Proses percampuran dua unsur sosial atau budaya yang berlangsung secara damai dan akrab dalam waktu yang sangat panjang disebut... a.

BAB I PENDAHULUAN. Rosyadi (2006) menjelaskan bahwa kebudayaan Cina banyak memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermakna kultural bagi masyarakatnya. Sayang sekali sebagian sudah hilang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

SEKILAS MENGENAI BUKU SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA SIAP UNTUK DILUNCURKAN 2009 Sebuah seri buku Sejarah Kebudayaan Indonesia telah terbit dalam tahun 2009 ini, dan terdiri atas delapan jilid. Penerbitnya adalah P.T. RajaGrafindo Persada, sedangkan yang mengkoordinasikan dan mendanai penulisannya adalah Direktorat Geografi Sejarah, Direktorat Jendral Sejarah dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Seri buku ini, yang keseluruhan jumlah halamannya mencapai 2155, dimaksudkan sebagai semacam pemutakhiran terhadap buku R. Soekmono yang cukup ringkas, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia yang terdiri dari 3 jilid dan terbit tahun 1973. Buku baru tahun 2009 ini diancangkan sebagai buku dasar tentang Sejarah Kebudayaan Indonesia yang mengacu ke hasil-hasil penelitian mutakhir. Editor umum dari keseluruhan seri adalah Mukhlis PaEni, sedangkan masing-masing dari kedelapan buku itu mempunyai seorang Editor Tema dan sejumlah penulis. Terdapat perbedaan susunan dasar antara buku Soekmono dan buku terbitan 2009 ini. Kalau tiga jilid buku Soekmono masing-masing membahas secara umum zamanzaman yang terpisah, yaitu prasejarah, klasik, dan Islam, maka buku 2009 ini memilah delapan aspek kebudayaan yang masing-masing ditinjau secara lintas-zaman. Kalau dibandingkan dengan ketujuh unsur kebudayaan yang diajarkan oleh Prof. Dr. Koentjaraningrat dalam buku-buku dasarnya tentang Antropologi, maka terlihat bahwa dalam buku 2009 ini sistem ekonomi, atau sistem mata pencaharian hidup tidak terdapat, namun sebaliknya sistem kesenian dirinci ke dalam tiga jilid terpisah, yaitu: Arsitektur, Seni Pertunjukan dan Seni Media, dan Seni Rupa dan Desain. Adapun bahasan tentang seni sastra dimasukkan dalam satu jilid dengan persoalan bahasa dan aksara, yang memang merupakan satu rumpun urusan. Adapun catatan khusus mengenai masing-masing jilid yang dapat disebutkan adalah sebagai berikut. Religi dan Falsafah. Jilid ini memusatkan pembahasan pada berbagai sistem religi yang dikenal di Indonesia, baik yang berkembang khusus di dalam suatu satuan etnik (suku bangsa) maupun yang dianut secara meluas lintas etnik. Patut dihargai upaya untuk 1

mengangkat sistem-sistem religi pada beberapa masyarakat etnik, meski belum dapat meliput keseluruhan sistem-sisten religi etnik yang ada di seluruh Indonesia. Adapun yang masih kurang mendapat tempat adalah bahasan tentang falsafah, baik yang terkait dengan, atau bahkan merupakan bagian integral dalam ajaran agama, maupun pemikiran kefilsafatan yang dikembangkan di luar sistem-sistem religi. Adapun secara umum dapat dikatakan bahwa pencantuman referensi kurang ketat, sehingga pembaca tak dapat melacak sumber-sumber yang digunakan. Sistem Sosial. Paparan yang bagus dalam jilid ini adalah sorotan yang tajam tentang Sulawesi dengan berbagai golongan etniknya serta struktur sosial di dalamnya, yang disertai pula dengan catatan tentang hubungan-hubungan budaya dengan masyarakat dari daerah-daerah lain. Secara rinci khususnya diberikan paparan mengenai struktur organisasi sosial pada masyarakat Bugis di berbagai pusat. Gambaran struktural masyarakat di Masa Islam dan Masa Kolonial tampak gamblang, yang tentunya paparan itu dimungkinkan oleh terdapatnya data yang lebih cukup dibandingkan dengan untuk zaman-zaman sebelumnya. Namun sayang gambaran tentang masa Orde Baru terlalu disertai penilaian negatif. Dapat disebutkan di sini 3 contoh berikut.. Dikatakan pula bahwa istilah Jawa Kuna lain, yaitu raka berarti calon raja, padahal istilah itu adalah sebutan bagi banyak putra raja, yang kadang dikaitkan dengan daerah kuasa atau dengan urutan sebutan anak raja yakni hino, halu, sirikan, dan wka.. Arsitektur. Jilid ini memperlihatkan perancangan struktur yang konseptual, di mana tinjauan sinkronik dan diakronik terasa memadu. Bab pertama mengantar dengan diskusi mengenai apakah Sejarah Arsitektur itu. Kemudian menyusul bab yang berancangan sinkronik, berjudul Bermukim di Nusantara, menampilkan prinsip-prinsip dasar tata hunian dan varian-variannya pada berbagai suku bangsa di Indonesia. Suatu aspek diakronik ditampilkan pula dalam bab ini dengan membahas awal-awal hunian di masa prasejarah. Bab-bab berikutnya secara urutan waktu membahas hasil-hasil sentuhan dengan kebudayaan-kebudayaan dari luar Indonesia. Maka ada bab berjudul Perjumpaan dengan Budaya India dan Cina, kemudian Perjumpaan dengan Budaya Islam, lalu Perjumpaan dengan Budaya Eropa. Untuk mengakhiri buku ini ditampilkan bab yang 2

diberi judul Membangun Watak Bangsa, yang menampilkan pergulatan para arsitek Indonesia, termasuk Bung Karno, untuk menghadirkan karakter Indonesia, dengan harapan akan tampil kuatnya sesuatu yang dapat disebut Arsitektur Indonesia. Bahasa, Sastra, dan Aksara. Uraian mengenai bahasa di jilid ini dimulai dengan tinjauan kebahasaan secara umum, antara lain adanya kemungkinan perbedaan pendapat para ahli mengenai dua sistem kebahasaan: apakah merupakan dua bahasa terpisah ataukah merupakan varian satu sama lain. Dibahas pula tentang jumlah penutur yang tergolong banyak di antara bahasa-bahasa di dunia, sementara terdapat pula ancaman kepunahan bagi bahasa-bahasa lain yang cenderung menyusut penuturnya, antara lain disebabkan oleh penjajahan, kawin campur, emigrasi, dan lain-lain. Suatu jenis bahasa yang tak disebut di sini adalah apa yang disebut bahasa langit dari para bissu di Sulawesi Selatan, yang memang tak dapat dipelajari oleh orang-orang di luar para bissu. Adapun bab mengenai sastra memilah antara sastra tradisional dan sastra modern. Sastra tradisional tertulis dilihat pada beberapa lingkup budaya, yaitu: Melayu, Sunda, Bali, Jawa, dan Sulawesi Selatan. Seni Rupa dan Desain. Jilid ini disertai ilustrasi yang bagus-bagus, yang benar-benar membantu menjelaskan argumen. Liputannya mulai dengan seni rupa masa Prasejarah hingga ke perkembangan mutakhir seni rupa, di mana termasuk ke dalamnya komik maupun berbagai bentuk seni rupa kontemporer. Mengenai yang terakhir ini disebut sepintas mengenai jenis ungkapan seni rupa yang dinamai instalasi dan performanceart, namun pengertian dasar dan kemungkinan-kemingkinan varian wujudnya tidak diberikan contohnya, meski sebenarnya apa yang pernah tersaji di Indonesia di sekitar cara ungkap ini cukup banyak dan beragam. Ada dibahas pula seni rupa dalam tradisi suku-suku bangsa (yang secara kurang pas disebut etnis-etnis, sedangkan yang dimaksud tentunya satuan etnik atau golongan etnik ). Ini terbatas pada Nias dan Dayak, dan masuknya ke dalam sub-bab mengenai Prasejarah Awal, suatu penggolongan yang masih dapat diperdebatkan! Selebihnya, uraian tentang Pengaruh Seni Rupa Hindu-Buddha, Pengaruh Seni Rupa Islam dan Cina, Pengaruh Seni Rupa Barat hingga Kemerdekaan, serta bab berikutnya mengenai komik dan desain sangat baik 3

runutannya. Adapun bab terakhir mengenai seni rupa Modern dan Kontemporer cukup informatif. Seni Pertunjukan dan Seni Media. Jilid ini diawali dengan paparan mengenai unsurunsur dasar estetik pada cabang-cabang seni yang termasuk ke dalamnya, yaitu: musik, tari, teater, dan seni media (rekam). Selanjutnya dibahas pembatasan seni pertunjukan dan seni media : tentang kontinuitas dan perbedaan antara keduanya. Sebelum memulai tinjauan dari zaman ke zaman, terlebih dahulu dikemukakan permasalahan sumber data dan upaya rekonstruksi yang diperlukan mengenai seni pertunjukan di masa lalu. Kemudian dibahas tentang berbagai kemungkinan fungsi seni pertunjukan, yang meliputi fungsi-fungsi sosial, religius, estetik, dan ekonomik. Setelah itu dicobakan suatu tinjauan umum dari zaman ke zaman, dengan fokus pada persoalan konsep, gaya, dan teknik.. Setelah merunuti perkembangan melalui zaman-zaman Hindu-Buddha, Islam dan Kolonial, serta bab sisipan mengenai awal perkembangan seni media rekam, maka jilid ini diakhiri dengan bab tentang masalah-masalah aktual mutakhir, yang antara lain menampilkan tentang apa yang dinamakan sinema independen, tentang animasi (baik untuk iklan maupun cerita), serta tentang Industri Budaya. Terakhir diberikan paparan singkat tentang Art Summit Indonesia, suatu festival internasional tiga-tahunan di bidang seni pertunjukan yang disumbangkan oleh Indonesia untuk dunia, yang dimulai pada tahun 1995. Sistem Pengetahuan. Jilid ini mulai dengan bab Sistem Pengetahuan Tradisional, di mana dibahas beberapa bidang amatan, yaitu: asal mula alam dan kehidupan, musim, perbintangan; penggolongan lingkungan biota dan abiota; pengetahuan tentang ruang dan waktu; pengetahuan tentang tulisan; pengetahuan tentang bangunan; sistem pemerintahan tradisional; serta pengetahuan pengolahan makanan (peragian, pengawetan, pewarnaan). Masing-masing golongan pengetahuan tersebut diberi contoh seadanya dari tradisi beberapa suku bangsa, khususnya yang disebut adalah Dayak, Batak, Timor, Sunda, Bali, dan Jawa. Inilah yang kiranya masih dapat dikembangkan dengan contoh-contoh pada lebih banyak suku bangsa, dan juga bisa berkenaan dengan jenis pengetahuan yang lebih banyak, seperti misalnya berkenaan dengan bercocok tanam, berternak, pengadaan dan 4

penataan busana, dan lain-lain. Sesudah paparan mengenai berbagai aspek sistem pengetahuan tradisional itu menyusul dua bab akhir dalam jilid ini, masing-masing tentang periode kolonial dan kemerdekaan. Pada bagian ini lebih banyak dikemukakan tentang sarana-sarana pengembangan (ilmu) pengetahuan, baik yang berupa organisasi-organisasi maupun instansi-instansi dan badan-badan yang didirikan pemerintah. Di antaranya dapat disebutkan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yang teratur menerbitkan majalah (TBG = Tijdschrift Bataviaasch Genootschap) maupun terbitan tentang topik-topik kajian khusus (disebut seri Verhandelingen). Badan lain yang penting yang didirikan pemerintahan kolonial adalah Volkslectuur untuk tugas menerbitkan buku-buku yang dinilai berguna. Badan penerbit ini berlanjut hingga kini dengan nama Balai Pustaka. Sarana-sarana kelembagaan dari masa Indonesia merdeka yang disebutkan antara lain adalah LBME (Lembaga Biologi Molekuler Eijkman), BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional), Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, dan LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional). Ada dibahas juga tentang hak paten yang dapat diperoleh dari hasil penelitian yang inovatif.. Sistem Teknologi. Jilid ini membahas teknologi yang terkait dengan mata pencaharian hidup, serta dengan permasalahan komunikasi dan transportasi. pencaharian hidup itu dibahas mengenai teknologi berburu-meramu, perladangan, kenelayanan, peternakan, serta pertanian irigasi, dan industri jasa. Uraian pada bab selanjutnya cenderung menghubungkan langsung temuan-temuan prasejarah dengan keadaan masa kini, khususnya pada suku-suku bangsa tertentu. Teknologi etnik yang dimunculkan sebagai contoh mengenai aspek-aspek teknologi yang berbeda-beda adalah dari suku-suku bangsa: Mentawai, Senggi dan Waropen (keduanya di Irian), Sakai, Dayak Rentenukng, Kubu, Talang Mamak, Sunda, Tengger, Banjar, Bugis, Madura, Nusa Tenggara Timur (tak diberi rincian mengenai suku-suku bangsa mana), Bali, dan Jawa. Bab terakhir mengenai industri barang dan jasa dikhususkan pada transportasi dan komunikasi. Gambar-gambar yang disertakan mengenai transportasi sangat menarik karena banyak yang sekarang sudah tidak ada lagi. 5

Demikianlah sekilas catatan mengenai delapan jilid buku Sejarah Kebudayaan Indonesia terbitan tahun 2009 yang merupakan upaya nyata untuk memutakhirkan pengetahuan khalayak pembaca pada umumnya. Buku-buku itu pun enak dilihat karena rupanya telah diupayakan benar untuk menyertakan peta, skema, gambar dan foto yang mendukung teks paparannya. Direktorat Gografi Sejarah Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata 6