BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Profesi akuntan publik atau merupakan profesi kepercayaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian bebas dan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara maka akan semakin kompleks masalah bisnis yang terjadi. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang dipercayai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. lain: pemilik (principal), investor, kreditur, lembaga keuangan pemerintah dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. sedangkan pengauditan biasanya tidak menghasilkan data akuntansi, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis dan usaha akan selalu diiringgi dengan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Audit dalam bentuk umum yaitu pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai

BAB II. Tinjauan Pustaka. sebagai tanggapan (penerimaan langsunga dari sesuatu) atau merupakan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi yang dipercaya oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Salah satunya dilakukan dalam penyajian laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal membutuhkan informasi terkait bisnis, dan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. manajemen selaku agen dengan pemilik selaku principal. Principal ingin

BAB I PENDAHULUAN. Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Besarnya fee audit yang ditetapkan oleh kantor akuntan publik merupakan. memihak, perusahaan menggunakan jasa akuntan publik.

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan berbagai pihak, meliputi kepentingan perusahaan (klien) dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Belakangan ini profesi akuntan publik menjadi bagian dari sorotan

BAB I PENDAHULUAN. dikelolanya. Berbagai cara digunakan manajemen perusahaan, tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi. Profesi ini dikenal masyarakat melalui jasa audit yang disediakan

BAB I PENDAHULUAN. pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, dua

DAFTAR PUSTAKA. Agoes, Sukrisno dan Ardana I.C Etika Bisnis dan Profesi. Jakarta: Salemba Empat.

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana pengacara dalam melaksanakan keahliannya akan memperoleh fee dari klien

BAB I PENDAHULUAN. stabil dan menunjukkan perubahan positif dan signifikan, maka perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir, baik kasus di dalam negeri maupun di luar negeri yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya. Namun bagaimana masyarakat dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berhasil mencapai visi dan misinya. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi memiliki dua fungsi dasar yang saling melengkapi, yaitu : untuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis dituntut untuk lebih produktif dan memiliki kinerja yang baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 1999 menyatakan bahwa untuk meningkatkan

BAB I. Pendahuluan. yaitu investor, kreditor dan pemerintah membutuhkan laporan keuangan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. keputusan ekonomi. Profesi akuntan harus memiliki intregitas, independen

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan audit yang dapat diandalkan (Kurnia, dkk, 2014). Profesi

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu sumber informasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan juga merupakan media penting dalam memberikan informasi kinerja

BAB I PENDAHULUAN. seorang auditor adalah melakukan pemeriksaan atau audit dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang dianggap sangat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap awal dan pertengahan tahun halaman-halaman surat kabar sering

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas yang dapat menjamin bahwa laporan (informasi) yang

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan dituntut untuk dapat mengelola perusahaannya secara lebih

BAB I PENDAHULUAN. keputusan. Menurut finally accounting standart board (FASB), laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat terutama dalam bidang audit terhadap laporan keuangan yang dibuat

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan opini atau pendapat terhadap saldo akun dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian (

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Institusi keuangan telah menjadi financial supermarket dengan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. kode etik profesi. Snoeyenbos et al. (1983) telah menggambarkan ini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. Bagi para pengguna laporan keuangan, profesi akuntan publik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah k ti e g n e m r a d e k es na k u b M, O ZC LI

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan Profesi auditor tidak terlepas dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi

Judul : Rotasi Mandatory Sebagai Pemoderasi Pengaruh Non-Audit Services dan Audit Time Time Budget Pressure

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah jasa auditor. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.

BAB 1 PENDAHULUAN. akurat dan dapat di percaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan akuntan. (Arens dan Loebbecke, 1996:4). keputusan. Para pemakai laporan keuangan selalu memeriksa dan mencari

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Financial Accounting Standard Board, terdapat dua karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. investor maupun kreditor untuk melakukan penanaman saham. meningkatnya kebutuhan investor atas laporan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. diterima auditor atas jasa audit yang diberikan terhadap laporan keuangan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleks (Halim, 2008). Peningkatan kompleksitas tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kunci dalam perkembangan dan kemajuan dunia bisnis. Profesi akuntan

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perusahaan-perusahaan go public membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui

BAB I PENDAHULUAN. keputusan pada perusahaan tersebut. Akuntan publik atau auditor berfungsi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan di setiap akhir periode akuntansi perusahaan dan akhirnya menjadi sebuah

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. pengguna laporan keuangan. Laporan keuangan ini akan digunakan untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena yang dihadapi dunia pengauditan global beberapa tahun terakhir

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi akuntan publik pada saat ini merupakan profesi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan laporan hasil audit atas laporan keuangan oleh akuntan publik

BAB 1 PENDAHULUAN. Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari menteri UKDW

Pengaruh Pengalaman Auditor Dan Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik

BAB I PENDAHULUAN. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan eksistensinya dalam dunia bisnis. Setiap perusahaan harus selalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik atau merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dengan adanya profesi tersebut, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi, 1998: 3). Profesi akuntan publik mempunyai tanggung jawab dalam meningkatkan keandalan laporan keuangan perusahaan, sehingga informasi keuangan tersebut dapat digunakan oleh manajemen dan investor sebagai dasar pengambilan keputusan bisnis. Oleh sebab itu, sebagai seorang akuntan publik atau auditor independen dituntut untuk tegas dalam bersikap dan tidak memihak siapapun dalam memberikan opini atau pendapatnya terhadap laporan keuangan dan juga wajib memutakhirkan kompetensi serta meningkatkan profesionalismenya supaya bisa memenuhi kebutuhan para pengguna jasa, seperti yang dinyatakan dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam standar umum kedua, yaitu suatu hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan. Guna menunjang profesionalismenya dan pelaksanaan tugas auditnya sebagai akuntan publik maka auditor harus berpedoman pada standar audit yang telah ditetapkan oleh Intitut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yaitu : 1

2 standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Menurut Mulyadi (1998:15), Standar umum menekankan pada pentingnya kualitas pribadi yang harus dimiliki auditor baik pelatihan dan kecakapan teknis yang memadai dalam pelaksanaan prosedur audit, sedangkan standar pekerjaan lapangan berkaitan dengan pengumpulan bukti yang kompeten sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit, dan standar pelaporan berkaitan dengan aktivitas lain selama pelaksanaan audit yang sebenarnya serta auditor harus menyiapkan laporan mengenai laporan keuangan secara keseluruhan termasuk pengungkapan informatif. Salah satu tugas auditor adalah memeriksa atau mengaudit laporan keuangan klien berdasarkan penugasan atau perikatan antara klien dengan auditor. Dalam penugasan audit sering terjadi konflik kepentingan yang bisa mempengaruhi independensi auditor dimana klien yang memberi pekerjaan berusaha untuk mengkondisikan agar laporan keuangan yang dibuat mempunyai opini baik, sedangkan disisi lain sebagai auditor harus bisa menjalankan tugasnya secara profesional, yaitu auditor harus bisa mempertahankan sikap independen dan sikap objektif (Rimawati, 2011:2). Masyarakat menaruh kepercayaan besar terhadap laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor, karena masyarakat beranggapan bahwa laporan keuangan yang telah diaudit memiliki tingkat kewajaran yang lebih dipercaya jika dibandingkan dengan laporan keuangan yang tidak atau belum diaudit. Namun sesuai dengan tanggung jawabnya untuk

3 menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan, maka auditor tidak hanya memiliki kompetensi atau keahlian saja tetapi auditor juga harus memiliki sikap independensi dalam melaksanakan tugasnya, karena tanpa independensi masyarakat tidak bisa mempercayai hasil auditannya, dengan kata lain keberadaan auditor ditentukan oleh independensinya (Indah, 2010). Independensi merupakan sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan pihak lain dan juga tidak tergantung pada orang lain (Mulyadi, 2009:26). Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan pertimbangan obyektif serta tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Sikap mental independensi sama pentingnya dengan keahlian dibidang praktik akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh auditor. Oleh karena itu auditor harus menghindari keadaan-keadaan yang dapat mengakibatkan masyarakat meragukan independensinya. Selain auditor harus benar-benar independen, juga harus menimbulkan persepsi di kalangan masyarakat bahwa auditor benar-benar independen. Independensi dalam auditing berarti berpegang pada pandangan yang tidak memihak dalam pelaksanaan pengujian audit, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit (Arens, 2000: 85). Akhir - akhir ini memburuknya independensi auditor menjadi penyebab utama terjadinya kebangkrutan dan permasalahan korporasi di berbagai perusahaan di dunia. Hal ini dikarenakan pihak auditor (akuntan

4 publik) sebagai pengaudit laporan keuangan klien yang akan dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh pihak pihak eksternal menyangkut dana yang ditanamkan pada suatu perusahaan, ditengarai berperilaku secara tidak profesional. Sorotan tajam diarahkan pada perilaku auditor ketika berhadapan dengan klien yang dianggap gagal dalam menjalankan perannya sebagai auditor independen. Faktor yang mempengaruhi independensi auditor menurut Lanvin (dalam Supriyono, 1988), yaitu : Ikatan keuangan dan usaha dengan klien, Jasa-jasa lain selain jasa audit yang diberikan klien dan Lamanya hubungan kantor akuntan public dengan klien. Sedangkan menurut Shockley (dalam Supriyono, 1988) independensi auditor dipengaruhi oleh : Persaingan antar auditor, Pemberian jasa konsultasi manajemen kepada klien, audit fee, Ukuran kantor akuntan publik dan Lamanya hubungan antara kantor akuntan publik dengan klien. Dari faktor faktor yang mempengaruhi independensi tersebut di atas bahwa independensi dapat dipengaruhi oleh ikatan keuangan dan usaha dengan klien, jasa-jasa lain yang diberikan auditor selain audit, audit fee, persaingan antar kantor akuntan publik dan ukuran kantor akuntan publik. Pada tanggal 2 Juli 2008 Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) menerbitkan Surat Keputusan No. KEP. 024/IAPI/VII/2008 tentang kebijakan penentuan audite fee. Dalam surat keputusan tersebut dijelaskan bahwa panduan ini dikeluarkan sebagai panduan bagi seluruh anggota Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) yang menjalankan praktek

5 sebagai akuntan publik dalam menetapkan besarnya imbalan jasa yang wajar sesuai atas jasa professional yang telah diberikan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam menentukan suatu imbalan jasa yang wajar sesuai dengan martabat profesi akuntan publik dan dalam jumlah yang pantas untuk dapat memberikan jasa sesuai dengan tuntutan standar profesional akuntan publik yang berlaku. Penelitian-penelitian terdahulu yang meneliti tentang hubungan audit fee terhadap independensi auditor yang dilakukan oleh Widodo (2002), Agnes dan Pinnarwan (2003), Setiawati (2004), Janti (2005), Ardiani dan Ricky (2011), Sunasti et al. (2013), Hadi Cahyadi (2013), Simatupang (2014), serta Janti (2015) menunjukkan bahwa audit fee berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor. Sedangkan penelitian yang dilakukan Retty dan Indra (2001), Sulardi (2005), Kasidi (2007), Suryaningtias (2007), dan Yudiasmoro (2007) menunjukkan bahwa audit fee tidak berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor. American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) menggolongkan kantor akuntan publik dalam dua bagian, yaitu kantor akuntan publik besar dan kantor akuntan publik kecil. Menurut AICPA, kantor akuntan publik besar merupakan kantor akuntan yang telah melakukan audit pada perusahaan go public, sedangkan kantor akuntan publik kecil merupakan kantor akuntan yang belum melaksanakan audit pada perusahaan go public (Bamber & Iyer dalam Ardiani & Ricky, 2011:98).

6 Penelitian penelitian terdahulu yang meniliti tentang pengaruh ukuran kantor akuntan publik terhadap independensi auditor yang dilakukan oleh Widodo (2002), Setiawati (2004), Ardiani dan Ricky (2011), Hadi Cahyadi (2013), Sunasti et al. (2013), Simatupang (2014), dan Ferraria (2015) menunjukkan bahwa ukuran kantor akuntan publik berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor. Sedangkan Retty dan Indra (2001), Agnes dan Pinnarwan (2003), Kasidi (2007), dan Yudiasmoro (2007) menunjukkan bahwa ukuran kantor akuntan publik tidak berpengaruh signifikan terhadap independensi akuntan publik. Securities and Exchange Commission (SEC) Practice Section dari AICPA menggolongkan lamanya penugasan audit seorang partner kantor akuntan pada klien tertentu menjadi 2 (dua), yaitu lima 5 (lima) tahun atau kurang, dan lebih dari 5 (lima) tahun. Seorang partner yang memperoleh penugasan audit lebih dari 5 (lima) tahun berturut-turut pada klien yang sama dianggap terlalu lama, sehingga mempunyai pengaruh negatif terhadap independensi karena auditor terlalu cepat merasa puas, kurang inovasi, dan kurang ketat dalam melaksanakan prosedur audit (Ardiani dan Ricky, 2011: 97). Auditor seringkali bersifat subjektif dan memiliki hubungan yang erat antara kantor akuntan publik dan kliennya, auditor yang jujur dan cermat sekalipun akan secara tidak sengaja mendistorsi angka-angka sehingga bisa menutupi keadaan keuangan dari perusahaan yang

7 sebenarnya yang bisa menyesatkan investor, regulator atau manajemen itu sendiri (Bazerman et al., dalam Kasidi, 2007: 15). Penelitian-penelitian terdahulu yang meneliti mengenai lamanya hubungan audit dengan klien yang dilakukan oleh Widodo (2002), Setiawati (2004), Yudiasmoro (2007), Ardiani dan Ricky (2011), Sunarti et al (2013), serta Ferraria (2015) menunjukkan bahwa lamanya hubungan audit dengan klien berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor. Sedangkan Retty dan Indra (2001), Agnes dan Pinnarwan (2003), Kasidi (2007), dan Wulandari (2008), Hadi Cahyadi (2013), dan Simatupang (2014) menunjukkan bahwa lamanya hubungan audit dengan klien tidak berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor. Berdasarkan latar belakang di atas penelitian ini menguji beberapa variabel yang mempengaruhi independensi auditor atau dalam hal ini disebut variabel independen diantaranya adalah audit fee, ukuran kantor akuntan publik dan lamanya hubungan audit dengan klien. Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya dengan mengabungkan beberapa variabel dan menguji kembali dengan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Surabaya, sehingga berdasarkan uraian tersebut diatas maka peneliti mengangkat judul PENGARUH AUDIT FEE, UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP), DAN LAMANYA HUBUNGAN AUDIT DENGAN KLIEN TERHADAP INDEPENDENSI AUDITOR DALAM KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA.

8 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Apakah audit fee berpengaruh terhadap independensi auditor? 2. Apakah ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) berpengaruh terhadap independensi auditor? 3. Apakah lamanya hubungan audit dengan klien berpengaruh terhadap independensi auditor? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini mempunyai tujuan, yaitu : 1. Untuk menganalisis pengaruh audit fee terhadap independensi auditor pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya. 2. Untuk menganalisis pengaruh ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) terhadap independensi auditor pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya. 3. Untuk menganalisis pengaruh lamanya hubungan audit dengan klien terhadap independensi auditor pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya

9 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini, antara lain: 1. Kontribusi Teoretis a. Melalui penelitian ini, peneliti mencoba memberikan bukti empiris tentang pengaruh audit fee, ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) dan lamanya hubungan audit dengan klien terhadap independensi auditor. b. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi dan memberikan sumbangan konseptual bagi peneliti lainnya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan. 2. Kontribusi Praktis a. Bisa digunakan sebagai masukan bagi pimpinan Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam rangka menjaga dan meningkatkan independensi auditor b. Sebagai bahan evaluasi bagi para auditor sehingga dapat meningkatkan independensinya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian merupakan suatu batasan studi yang menjelaskan fokus studi. Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas dan tidak terarah, bahkan menimbulkan perbedaan presepsi maka diperlukan adanya pembatasan ruang lingkup penelitian yang jelas, agar

10 penelitian ini bisa terfokus pada topik pembahasan yang ingin disajikan penulis. Dengan demikian,penelitian akan dilakukan terhadap masing-masing variabel guna mendapatkan penjelasan dan pemahaman mengenai pengaruh tiap-tiap variabel tersebut dengan independensi auditor. Karena adanya keterbatasan waktu, dana, tenaga, teori-teori, dan agar penelitian dapat dilakukan secara mendalam, maka penelitian ini dibatasi pada permasalahan sebagaimana yang telah dirumuskan di atas. Fokus penelitian ini untuk meneliti pengaruh audit fee, ukuran kantor akuntan publik dan lamanya hubungan audit dengan klien terhadap independensi auditor pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Surabaya.