BAB I PENDAHULUAN. tantangan pembangunan dimasa yang akan datang. Pembentukan sumber daya. yang saling berhubungan dalam pembentukan kualitas manusia.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2015 PELAKSANAAN PROGRAM BINA KELUARGA BALITA D ALAM PENINGKATAN PERAN PENGASUHAN IBU UNTUK ANAK USIA D INI D I BKB D AHLIA PURWAKARTA

prestasi saat ini siswa cenderung dituntut oleh pihak sekolah untuk memenuhi target pencapaian prestasi, sehingga mereka cenderung jenuh terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2011). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanah dari Allah SWT, Setiap orang tua menginginkan anakanaknya

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman didunia pendidikan yang terus berubah secara signifikan

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kemandirian Anak Usia Dini 5-6 Tahun Di Lingkugan Keluarga

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vera Nurfadillah, 2014 Optimalisasi Peran Orangtuapekerja Dalam Pembentukan Kemandirian Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh pasangan muda yang usianya masih dibawah 15 tahun. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa belajar maka tidak ada ilmu

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari tiga ciri utama yaitu derajat kesehatan, pendidikan dan. bertumbuh dan berkembang (Narendra, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk

KELUARGA HARAPAN. Judul Esai PERAN DAN FUNGSI PENDIDIKAN KELUARGA (INFORMAL) DALAM MENCIPTAKAN KELUARGA HARAPAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan seorang anak dipengaruhi oleh tiga lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Grafik 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia, 2014 (ribu orang)

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB I PENDAHULUAN. ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi keluarga yang utama ialah mendidik anak-anaknya.

BAB I PENDAHULUAN. pada kejahatan dan dibiarkan seperti binatang, ia akan celaka dan binasa.

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban antara orang tua dan anak. Disebutkan dalam Undang-undang No 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. empiris yang mendasari perubahan kurikulum adalah fakta di lapangan. menunjukkan bahwa tingkat daya saing manusia Indonesia kurang

BABI PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, fenomena pernikahan dini kian lama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia 0-6 tahun disebut juga sebagi usia kritis dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bisri Fitriani Afina Meiti Eka Isdhiyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

I. PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas, Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keunikan dan istimewa. Anak-anak sangat membutuhkan orang tua

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang

BAB I PENDAHULUAN. No. 20/2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Pasal I Ayat I,

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. membawa bangsa menuju bangsa yang maju. Masa kanak-kanak adalah masa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetensi yang baik maka seorang guru terutama guru TK dapat memenuhi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dapat dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: Pendidikan formal,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga karena setiap manusia besar dan dididik di dalamnya. Tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. i Solo B ru

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya,

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersikap tenang dalam menghadapi ujian nasional. Orangtua dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Istilah pendidikan sudah tidak asing lagi bagi manusia, Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini. Sebelumnya tidak tahu menjadi mengerti tata cara hidup yang baik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implementasi Pembelajaran Orang Dewasa Dalam Penyelenggaraan Program Parenting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang DwiMurtiningsih,2014

BAB I PENDAHULUAN. cepat di berbagai aspek perkembangannya dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk itu. Perkawinan merupakan faktor untuk membina kerja sama antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. satu sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam UU No.20 Tahun tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Negara yang maju, kuat dan makmur tidak hanya membutuhkan kekayaaan alam yang banyak dan pemimpin yang hebat, tetapi yang terpenting adalah sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu menghadapi berbagai tantangan pembangunan dimasa yang akan datang. Pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas tersebut dapat dilakukan melalui pembinaan secara terpadu disetiap lingkungan pendidikan, baik itu lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Ketiga lingkungan tersebut merupakan tripusat pendidikan yang saling berhubungan dalam pembentukan kualitas manusia. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan bangsa, mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, handal dan mandiri. Setiap orang mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya. Menurut Undang- Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab I, pasal 1, ayat 1 menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara.

Dalam pendidikan dikenal dengan tiga jalur pendidikan yaitu pendidikan formal, nonformal dan informal. Ketiga jalur pendidikan tersebut dapat saling melengkapi dan memperkaya dalam upaya meningkatkan mutu sistem pendidikan nasional. Dalam jalur pendidikan informal dikenal dengan jalur pendidikan yang ada didalam suatu keluarga dan lingkungannya. Dalam pelaksanaannya pendidikan anak dalam keluarga mempunyai peran menentukan bagi pencapain mutu sumber daya manusia. Hal ini dikarenakan melalui pendidikan keluarga, individu pertama kali mempelajari dan mengenal sistem nilai budaya yang berwujud aturan aturan khusus, norma, kebiasaan, dan teladan dari masyarakat lain. Ki Hajar Dewantara menyebutkan bahwa keluarga adalah pusat pendidikan yang utama dan pertama bagi anak. Pendidikan yang berlangsung didalam keluarga yang dilaksanakan oleh orang tua sebagai tugas dan tanggung jawabnya dalam mendidik anak dalam keluarga. Pendidikan dalam keluarga ini dapat tecapai dan diharapkan adanya kesadaran setiap masyarakat tentang pentingnya pendidikan anak usia dini dalam keluarga. Serta kecerdasan orang tua mempunyai kesadaran bahwa mereka memiliki peran penting dalam mendidik anak di dalam keluarga. Keluarga berperan sebagai faktor pelaksana dalam mewujudkan nilainilai, keyakinan-keyakinan dan persepsi budaya sebuah masyarakat.oleh karena itu keluarga mempunyai peranan penting dalam mengembangkan potensi anak.

Robandi (2007 : 175) menyatakan bahwa: Disebut sebagai lembaga pertama karena pada umumnya setiap anak dilahirkan dan kemudian dibesarkan pada awal pertama dalam lingkungan keluarga. Kemudian disebut sebagai lembaga utama bagi anak, karena keberhasilan pendidikan dalam keluarga ketika anak berada dalam usia dini atau sering disebut masa golden age, karena itulah lembaga dipandang sebagai lembaga pertama dan utama bagi anak. Keluarga memiliki berbagai fungsi yang hanya dapat dibedakan antara satu dengan yang lainnya tetapi tidak dapat dipisahkan, sejalan dengan fungsifungsi keluarga Sudjana (1990) mengemukakan Sembilan fungsi keluarga. Pertama fungsi biologis yang bertujuan untuk memelihara kesehatan jasmaniah anggota keluarga,kedua fungsi edukatif untuk menumbuhkembangkan keluarga sebagai wahana pendidikan pertama dan paling utama. Ketiga fungsi religius berkaitan dengan kewajiban orang tua, sebagai pendidik utama, untuk menciptakan iklim keagamaan dalam kehidupan keluarga. Keempat fungsi kasih sayang menyiratkan bahwa interaksi dalam keluarga dibina atas dasar hubungan emosional dan spiritual yang kondusif untuk tumbuh kembangnya silih asih silih asah dan silih asuh. Kelima fungsi perlindungan tujuan untuk mengembangkan potensi-potensi ketahanan mental dan fisik anak-anak dan anggota keluarga yang lainnya kearah yang lebih baik. keenam fungsi sosialisasi yang bertujuan untuk mempersiapkan anak-anak dan anggota keluarga lainnya menjadi anggota masyarakat. Ketujuh fungsi ekonomi berkaitan dengan upaya mencari nafkah, membina dan mengembangkan usaha keluarga. Kedelapan fungsi rekreasi

bertujuan untuk mengkondisikan rumah tangga sehingga tumbuh suasana keluarga yang tenang, sakinah, warahmah. Kesembilan fungsi kepedulian terhadap lingkungan baik lingkungan social budaya maupun lingkungan alam bertujuan agar keluarga memperhatikan dan memberikan manfaat secara optimal kepada sesama manusia dan membina serta melestarikan budaya. Fungsi-fungsi tersebut harus menjadi tanggung jawab dari keluarga karena pembekalan pengetahuan yang di dapat anak adalah dari keluarga. Keluarga memiliki peran yang sangat besar dalam hal menentukan karakter dan memaksimalkan kecerdasan anak. Pendampingan orang tua dalam pendidikan anak diwujudkan dalam suatu cara-cara orang tua mendidik anak. Cara orang tua mendidik anak inilah disebut dengan pola asuh, setiap orang tua berusaha menggunakan cara yang paling baik menurut mereka dalam mendidik anak. Oleh karena itu diperlukan pola asuh yang dapat memaksimalkan kecerdasan yang harus dimiliki oleh seorang anak, fungsi-fungsi keluarga tersebut dapat membantu memberikan kekuatan motivasi bagi anak agar ia dapat melakukan kegiatan berdasarkan dorongan yang diarahkan oleh dirinya sendiri dengan cara berfikir dan berbuat didalam dan terhadap dunia kehidupannya. Dengan demikian dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan belajar selama hidupnya merupakan esensi pendidikan sepanjang hayat. (Sudjana 2004:226).

Suatu keluarga terdiri atas sekumpulan orang yang hidup bersama untuk jangka waktu selama mungkin, bahkan kalau mungkin untuk selama-lamanya. Kehidupan keluarga berawal dari adanya pernikahan.soelaeman (1994:14). Pernikahan merupakan hal yang sakral, di Negara kita masih banyak ditemukan pernikaha dini atau sering di sebut dengan kawin muda. Kawin muda ini berkisar usia 15-20 tahun. Orang tua mereka menikahkan anak-anaknya pada usia remaja karena berbagai faktor salah satunya faktor pendidikan. Banyak remaja yang putus sekolah dan akhirnya memilih menikah. Padahal menikah di usia dini tidak baik untuk hubungan rumah tangga yang akan dijalani dan berpengaruh pada pola asuh anak. kurangnya pengetahuan pada masyarakat mengenai pernikahan, banyak remaja yang menikah dan berujung cerai, secara tidak langsung usia remaja masih di bilang usia yang labil emosi pasangan satu sama lain masih sangat egois. Pola asuh pada anak pun cenderung menelantarkan anaknya atau di titipkan pada sang nenek. Fakta saat ini, banyak usia remaja yang menikah karena pergaulan mereka yang melampui batas. Pada saat itu, remaja merasa bahwa pacaran akan terasa lebih baik apabila disatukan dengan jalinan pernikahan, memang betul tetapi pada usia remaja ini perjalanan masih sangat panjang tidak hanya berujung pada pernikahan, dan pada masa itu juga belum saatnya remaja untuk hamil dan belum mengerti arti berumah tangga yang sesungguhnya.

Hal tersebut diperkuat dengan adanya Undang-Undang Pernikahan Pasal 6 Ayat 2 yang menyatakan bahwa untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapatkan izin dari orang tua. Pernikahan dini atau menikah dalam usia muda, menurut Edi Nur Hasmi, psikolog yang juga Direktur Remaja dan Kesehatan Reproduksi BKKBN, memiliki dua dampak cukup berat. "Dari segi fisik, remaja itu belum kuat, tulang panggulnya masih terlalu kecil sehingga bisa membahayakan proses persalinan. Oleh karena itu pemerintah mendorong masa hamil sebaiknya dilakukan pada usia 20-30 tahun. Dari segi mental pun, emosi remaja belum stabil (BKKBN, 2002). Kestabilan emosi umumnya terjadi pada usia setelah usia 20 tahun, karena pada saat itulah orang mulai memasuki usia dewasa. Masa remaja, boleh di bilang baru berhenti pada usia 19 tahun. Dan pada usia 20-24 tahun dalam psikologi, dikatakan sebagai usia dewasa muda atau lead edolesen. Pada masa ini, biasanya mulai timbul transisi dari gejolak remaja ke masa dewasa yang lebih stabil. Maka, jika pernikahan dilakukan di bawah 20 tahun secara emosi si remaja masih ingin berpetualang menemukan jati dirinya. Dalam pernikahan dini sulit membedakan apakah remaja laki-laki atau remaja perempuan yang biasanya mudah mengendalikan emosi. Situasi emosi mereka jelas labil, sulit kembali pada situasi normal terlebih setelah hamil dan menjadi ibu dari anak yang dikandungnya.

Salah satu masalah utama yang dihadapai dari dampak pernikahan dini adalah bagaimana mendidik anak dengan pola asuh yang tepat dan benar, karena hingga saat ini banyak ditemukan kasus yang sering terjadi pada anak dan orang tua yang menikah diusia muda menjadikan orang tua sebagai sosok yang penelantar, permisif dan otoriter. Sedangkan orang tua yang demokratis atau yang mempriorotaskan kepentingan anak sangat jarang ditemukan. Dilihat dari penjelasan diatas bahwa orang tua yang melaksanakan pernikahan pada masa usia dini terlihat belum adanya kestabilan emosi sedangkan orang tua adalah teladan pertama bagi pembentukan kepribadian anak,keyakinankeyakinan pemikiran dan perilaku orang tua dengan sendirinya memiliki pengaruh yang sangat dalam terhadap pemikiran dan perilaku anak. Peran orang tua dalam membesarkan dan membingbing anak berpengaruh besar dibandingkan dengan hal apapun juga, apa yang orang tua lakukan jauh lebih penting dari apapun juga. Richard (2004:24). Pola asuh secara umum diarahkan pada cara orang tua memperlakukan anak dalam berbagai hal, baik dalam berkomunikasi, mendisiplinkan, memonitor, mendorong dan mendidik. Menurut Harlock (1995) orang tua harus dapat memberikan pola asuh yang tepat sesuai dengan perkembangan anaknya, agar anak dapat mempersepsikan pola asuh yang diberikan kepadanya dengan baik. Orangtua dan pola asuh memiliki peran yang besar dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut menentukan corak dan gambaran kepribadian

seseorang pada masa anak-anak yang akan dibawa setelah dewasa kelak. Orangtua memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan membimbing anak. Cara dan pola tersebut tentu akan berbeda antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya. Pola asuh orangtua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orangtua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Dalam kegiatan memberikan pengasuhan ini, orangtua akan memberikan perhatian, peraturan, disiplin, hadiah dan hukuman, serta tanggapan terhadap keinginan anaknya. Sikap, perilaku, dan kebiasaan orangtua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau tidak sadar akan diresapi kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya. Tuntunan berperilaku orang tua adalah uapaya orang tua dalam mengintegrasikan anak dalam kehidupan keluarga dan masyarakat melalui tuntunan berperillaku mendewasa, supervise, penerapan disiplin, dan konfrontasi dengan anak. Intensitas perwujudan kedunia dimensi tersebut menurut akan menghasilkan pola asuh yang berbeda-beda, sikap tanggap tinggi dan tuntunan berperilaku tinggi menghasilkan pola asuh demokratis, sikap tanggap tinggi dan tuntunan berperilaku rendah menghasilkan pola asuh permisif. Sikap tanggap rendah dan tuntunan berperilaku tinggi menghasilkan pola asuh otoriter. Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti di wilayah RW.17 Desa Cigugur Girang masih banyak ditemukan orang tua yang menikah antara 15-20 tahun, data yang diperoleh setahun terakhir ini sudah terjadi pernikahan usia dini

sebanyak 45 pernikahan (data Kaur Kesra Desa Cigugur Girang). Kemudian diketahui pula data tingkat pendidikan orang tua yang memiliki anak usia dini. Orang tua yang berpendidikan SD berjumlah 29 orang, berpendidikan SMP berjumlah 17 orang, SMA berjumlah 11 orang, perguruan tinggi berjumlah 3 orang.(sumber data : Pos Yandu Pelamboyan). Selain itu ditemukan pula bahwa hampir sebagian besar anak memiliki orang tua yang menikah dini dan berpendidikan rendah cenderung mengabaikan pola asuh yang diterima oleh anak. Pada saat bersamaan peneliti mencoba melakukan wawancara terhadap beberapa orang tua yang melakukan pernikahan pada saat usia dini serta berpendidikan rendah yang memiliki anak usia 1-5 tahun. Studi pendahuluan yang didapat bahwa sebagian besar orang tua mengatakan tidak mengetahui dampak terhadap kesehatan apabila menikah pada usia muda dan tidak tahu bagaimana memberikan pola asuh yang baik dan benar pada anaknya. Selain itu peneliti melihat tampak sebagian anak memiliki kuku yang panjang dan kotor, rambut yang jarang dipotong, jajan selalu sembarangan, berbicara kasar dan jarang menyikat gigi. Hasil penelitian Nureni (2006) menunjukan bahwa orang tua yang memiliki pendidikan tinggi umumnya mengetahui bagaimana perkembangan anak dan pengasuhan yang baik dalam perkembangan tersebut. Sedangkan orang tua yang mempunyai latar belakang

pendidikan rendah, kurang memperhatikan perkembangan anak karena orang tua masih awam dan kurang menhgetahui perkembangan anak. Berdasarkan latar belakang dan fenomena di atas, maka peneliti sangat tertarik untuk meneliti tentang Pengaruh persepsi tentang anak dan usia pernikahan terhadap pola asuh anak. (studi pada keluarga yang menikah di usia muda di wilayah RW.17 Desa Cigugur Girang Kecamatan Parongpong Kabupaten Barat). B. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas yang didukung pula oleh hasil pengamatan dilapangan fenomena-fenomena yang diamati adalah sebagai berikut: 1. Di daerah RW 17 masih terdapat anak-anak yang memiliki kuku panjang, rambut tidak terurus, gigi kuning, jajan sembarangan, hal tersebut setelah ditelusuri berasal dari keluarga yang menikah di usia muda. 2. Dilihat dari prestasi peserta didik di sekolah cenderung sulit untuk menerima rangsangan pembelajaran yang diberikan oleh guru, setelah di telusiri lebih mendalam ternyata anak-anak tersebut berasal dari keluarga yang menikah di usia muda. 3. Kurangnya pemahaman orang tua terhadap pola asuh yang digunakan sehingga masih banyak terlihat anak yang tidak mendapatkan bimbingan dari orang tua.

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi yang telah dituliskan maka perumusan masalahnya adalah: Apakah persepsi orang tua tentang anak dan usia pernikahan memberikan pengaruh terhadap pola asuh anak. Merujuk pada hasil identifikasi masalah dan rumusan masalah diatas peneliti membatasi permasalahan dalam bentuk beberapa pertanyaan, yaitu: 1. Apakah persepsi orang tua tentang anak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pola asuh anak? 2. Apakah usia pernikahan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pola asuh anak? 3. Apakah terdapat pengaruh secara bersama-sama dari persepsi orang tua tentang anak dan usia pernikahan terhadap pola asuh anak? C. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan pernyataan penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis persepsi orang tua tentang anak memberikan pengaruh terhadap pola asuh. 2. Untuk mendeskripsikan dan mengnalisis usia pernikahan memberikan terhadap pola asuh. 3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara bersama pengaruh persepsi orang tua tentang anak dan usia pernikahan terhadap pola asuh anak. D. KEGUNAAN PENELITIAN Kegunaan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah dapat memberikan kotribusi bagi beberapa pihak yang terkait. Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kegunaan teoritik Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya teori-teori pendidikan serta dapat menjadi salah satu referensi untuk mengembangkan program pendidikan luar sekolah, khususnya pada jalur pendidikan informal, yang berkaitan dengan pemberian pola asuh pada anak usia dini. 2. Kegunaan praktis a. Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dan pengembangan pola pikir peneliti khususnya dalam bidang pendidikan non formal dan informal. b. Bagi Pihak keluarga Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti bagi para orang tua dalam memberikan pola pengasuhan untuk anak usia dini. c. Bagi Dunia Pendidikan Pada Umumnya Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan sumber inspirasi untuk lebih memperdalam permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan dalam keluarga dan pola asuh dalam keluarga. E. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I : Pendahuluan, didalamnya membahas Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II : Kajian pustaka yang terdiri dari Konsep Persepsi, Konsep pernikahan Usia Muda, Konsep Pola Asuh, Konsep Keluarga. BAB III : Prosedur Penelitian, berisi tentang uraian Metode Penelitian, subjek penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Prosedur Pengolahan dan Analisis Data. BAB IV : Deskripsi analisis data hasil penelitian, pengolahan data hasil penelitian pengaruh persepsi orang tua tentang anak terhdap pola asuh, pengaruh

usia pernikahan terhadap pola asuh, serta pengaruh persepsi orang tua tentang anak dan usia pernikahan terhadap pola asuh, serta pembahasannya. BAB V : Kesimpulan dan saran.