BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. perdebatan telah disampaikan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Beberapa peneliti

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan

BAB 1 PENDAHULUAN. populasi dan pendapatan per kapita negara-negara anggota ASEAN. Dimana, Indonesia

TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS. Garment Factory. Automotive Parts

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. ADB (Asian Development Bank) dan ILO (International Labour. Organization) dalam laporan publikasi ASEAN Community 2015: Managing

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian yang secara terus menerus tumbuh akan menimbulkan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB I PENDAHULUAN. ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

BAB I PENDAHULUAN. dana yang berasal dari dalam negeri, seringkali tidak mampu mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia tiga tahun terakhir lebih rendah dibandingkan Laos dan Kamboja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

MEMBANGUN TIM EFEKTIF

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi

KATA PENGANTAR. Terima kasih. Tim Penyusun. Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing Infrastruktur

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

BAB I PENDAHULUAN. dengan munculnya perjanjian kerjasama perdagangan antar dua negara atau yang

BAB I PENDAHULUAN. jasa, aliran investasi dan modal, dan aliran tenaga kerja terampil.

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengelola anggaran, bahkan legislatif dan yudikatif yang memiliki peran

Menghindari jebakan penghasilan menengah di Indonesia melalui pasar tenaga kerja yang lebih inklusif dan integrasi ASEAN yang lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB I PENDAHULUAN. yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana. pergaulan yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENINGKATKAN DAYA SAING DAN PRODUKTIVITAS MELALUI PEKERJAAN YANG LAYAK. Oleh : 9 Juli 2015 DPN APINDO

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Inti dari adanya MEA adalah untuk

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap

GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY. (Nugraha Adi) I. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang mencerminkan kuatnya perekonomian suatu negara. Jika

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, perdagangan internasional merupakan inti dari ekonomi global dan mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan Internasional dilakukan ketika suatu negara tidak memiliki kapasitas sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri karena keterbatasan (Higson, 2011). Dengan mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki, maka negara akan dapat mendapatkan keuntungan saat melakukan perdagangan. Perdagangan memberikan kontribusi untuk efisiensi global. Ketika suatu negara membuka perdagangan, maka modal dan tenaga kerja digunakan secara lebih efisien. Masyarakat memperoleh tingkat yang lebih tinggi dari kesejahteraan ekonomi (Baldwin, 2008). Perdagangan internasional juga akan mampu meningkatkan alokasi sumber daya untuk produksi barang dan jasa sehingga menyerap tenaga kerja dan mengurangi penggangguran (Weder, 2010). Para pakar ekonomi mencoba menjelaskan mengapa perdagangan dunia telah tumbuh lebih cepat dari output dunia, mereka umumnya menawarkan beberapa penjelasan. Penjelasan yang paling populer adalah menekankan efek teknologi: biaya transportasi yang rendah dan kecepatan perkembangan komunikasi telah membuat dunia menjadi tempat yang lebih kecil. Hal lain yang penting untuk disadari bahwa volume perdagangan internasional juga tergantung pada bagaimana batas-batas diambil untuk geografi tertentu dari produksi dunia (Krugman, 1995). 1

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Gambar 1.1 Volume Perdagangan Ekspor dan Impor ASEAN, 1995-2013 1,800,000,000,000 1,600,000,000,000 1,400,000,000,000 1,200,000,000,000 1,000,000,000,000 800,000,000,000 600,000,000,000 400,000,000,000 200,000,000,000 - Ekspor Impor Sumber: World Bank, diolah Gambar 1 menunjukkan pertumbuhan volume perdagangan ASEAN. Seperti yang kita lihat pada gambar, tren perdagangan negara ASEAN mengalami peningkatan selama tahun 1995-2013. Walaupun pada tahun 2009 sempat mengalami penurunan disebabkan karena dampak krisis global. Rata-rata total perdagangan di ASEAN adalah 1.573 miliar dollar. Negara-negara yang berada di atas rata-rata total perdagangan di ASEAN yaitu Singapura, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Kemudian yang menjadi masalah adalah dengan adannya perdagangan internasional apakah dapat mengurangi penggangguran atau justru menambah pengangguran? Seperti yang kita ketahui, masalah yang dihadapi semua negara adalah masalah pengangguran dan dengan adanya perdagangan internasional ini diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja sehingga mengurangi pengangguran. 2

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Terdapat perdebatan teori antara Ricardian dan H-O tentang dampak adanya perdagangan internasional dengan pengangguran. Teori Ricardian menyatakan adanya perdagangan internasional akan menciptakan lapangan kerja sehingga pengangguran berkurang. Sedangkan teori H-O menyatakan adanya perdagangan internasional akan menyebabkan pengangguran bertambah banyak (IMF, 2009). Gambar 1.2 Rata-Rata Perdagangan, Pengangguran dan Pertumbuhan GDP di ASEAN, 1995-2013 180,000,000,000 160,000,000,000 140,000,000,000 120,000,000,000 100,000,000,000 80,000,000,000 60,000,000,000 40,000,000,000 20,000,000,000-10 8 6 4 2 0-2 -4 Rata-Rata Volum perdagangan Pengangguran Pertumbuhan Ekonomi Sumber: World Bank, diolah Gambar di atas menunjukkan selain total perdagangan yang mengalami peningkatan, tren pertumbuhan GDP di ASEAN juga mengalami peningkatan. Untuk tren pengangguran cendurung menurun. Rata-rata pertumbuhan GDP di ASEAN tahun 1995-2013 adalah 5,12 %. Negara yang memiliki pertumbuhan GDP di atas rata rata adalah Kamboja, Laos, Singapura, Vietnam. Sedangkan Tingkat pengangguran di ASEAN selama 1995-2013 mengalami tren penurunan, dari 3,20 % pada tahun 1995 menjadi 3,06 % pada tahun 2013. 3

Rata-rata total pengangguran di ASEAN adalah 3,69% Negara-negara yang memiliki total pengangguran di atas rata-rata adalah Indonesia dan Filipina. Rincian lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Tabel 1.1 Rata-Rata Perdagangan, Pengangguran dan Pertumbuhan GDP di ASEAN, 1995-2013 No Negara Total Perdagangan (juta dollar) Total Pengangguran (%) Total Pertumbuhan GDP (%) 1 Brunei 9.899 3,66 1,46 Darussalam 2 Kamboja 8.579 1,28 7,66 3 Indonesia 208.655 7,39 4,43 4 Laos 3.098 1,74 7,04 6 Malaysia 291.470 3,23 5,09 7 Filipina 105.487 8,71 4,63 8 Singapura 568.262 3,44 5,64 9 Thailand 275.444 1,52 3,45 10 Vietnam 97.233 2,27 6,70 Sumber: World Bank, diolah Pada tahun 2007, para pemimpin negara ASEAN telah menandatangani deklarasi cetak biru ekonomi ASEAN untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi dari dinamika ekonomi, kemakmuran berkelanjutan, pertumbuhan inklusif, dan pembangunan terpadu. Pada tahun 2015, cetak biru AEC akan mengubah ASEAN menjadi pasar dan basis produksi tunggal. Sebuah pasar tunggal ASEAN dan basis produksi terdiri dari lima elemen inti: (i) aliran bebas barang; (ii) aliran bebas jasa; (iii) arus bebas investasi; (iv) arus modal; (v) arus bebas tenaga kerja terampil. Selain itu, pasar tunggal dan basis produksi juga mencakup dua komponen penting, yaitu, sektor integrasi prioritas, dan makanan, pertanian dan kehutanan. 4

Dalam menghadapi AEC 2015, Das (2015) berpikir bahwa ASEAN menghadapi beberapa tantangan internal yang berkaitan dengan hambatan non-tarif, hukum tenaga kerja, kurangnya infrastruktur, dan kesenjangan pembangunan. Ia berpendapat bahwa ASEAN menderita karena hukum domestik yang tidak selaras dengan inisiatif regional. Serupa dengan Basu (2012), Menon (2014) berpikir bahwa tantangan terbesar yang dihadapi AEC adalah menciptakan pasar tunggal dan basis produksi. Untuk mempercepat kemajuan, ASEAN perlu memprioritaskan berikut: (i) menghilangkan hambatan non-tarif, dan menggantikan tarif sebagai upaya perlindungan; (iii) memperkuat fasilitasi perdagangan dengan memastikan pelaksanaan langsung dari ASEAN Single Window; (iii) melanjutkan liberalisasi investasi dan perdagangan jasa dengan meningkatkan iklim usaha dan mengurangi biaya dalam melakukan bisnis, termasuk mengatur perizinan dan peraturan lainnya; dan (iv) memperluas jumlah perjanjian dan memastikan bahwa perjanjian itu diimplementasikan dengan cara yang mengarah ke peningkatan mobilitas tenaga kerja terampil. Boulhol (2009), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa negara-negara mempertimbangkan liberalisasi modal dan arus perdagangan, harus memperhitungkan deregulasi pasar tenaga kerja sebagai akibat liberalisasi. Jika tidak, negara-negara yang mementingkan peraturan pasar tenaga kerja dapat menghadapi situasi yang sulit setelah mereka terlibat dalam proses liberalisasi. Untuk pemerintah yang ingin liberalisasi di semua lini, pilihan yang menarik adalah mulai dengan pasar modal. Hal ini akan memberikan dukungan untuk keterbukaan perdagangan, sebagai kombinasi mobilitas modal dan regulasi pasar tenaga kerja yang relatif ketat menyebabkan capital outflows. Jika serikat yang sedang 5

menghadapi modal dan liberalisasi perdagangan ingin mempertahankan tingkat signifikan regulasi pasar tenaga kerja, mereka mungkin harus bekerja sama secara internasional. Penelitian mengenai hubungan perdagangan internasional dengan pengangguran telah banyak dilakukan namun ditemukan hasil yang berbeda. Dutt et al. (2009) menyajikan model perdagangan dan pengangguran, di mana pengangguran dan perdagangan timbul sebagai akibat dari teori Heckscher-Ohlin (HO) yaitu perbedaan keunggulan komparatif pada faktor proporsi dan teori Ricardian yaitu perbedaan keunggulan komparatif berdasarkan teknologi relatif. Hasil cross-sectional mereka memberikan bukti yang cukup kuat untuk prediksi steady state yang timbul saat perdagangan terutama didorong oleh keunggulan komparatif Ricardian: perlindungan menambah tingkat pengangguran di 20 negara OECD. Hubungan ini kuat untuk mengendalikan hukum ketenagakerjaan, daya serikat pekerja, kebebasan sipil, dan ukuran angkatan kerja. Ketika mereka menganggap liberalisasi perdagangan permanen, mereka mengamati kenaikan langsung pengangguran; dalam jangka panjang menyiratkan penurunan pengangguran pada steady state. Secara keseluruhan, mereka menemukan perbedaan yang mencolok dalam jangka pendek dibandingkan respon jangka panjang pengangguran sebagai akibat liberalisasi perdagangan. Demikian pula, Felbermayr et al. (2011) juga berpendapat bahwa liberalisasi perdagangan mengurangi pengangguran asalkan meningkatkan produktivitas agregat. Matusz (1986) juga setuju dengan fakta bahwa perdagangan dapat meningkatkan produktivitas ekonomi yang luas dan dengan demikian mengurangi tingkat pengangguran. Namun hasil berbeda ditemukan oleh Brecher (1974) dan Davis (1998) menggabungkan upah minimum menjadi model Heckscher-Ohlin dan menemukan bahwa liberalisasi perdagangan dapat memperburuk pengangguran. Helpman & Itskhoki (2010). 6

Mereka menyatakan bahwa hambatan perdagangan yang lebih rendah dapat menyebabkan peningkatan pengangguran. Hal ini disebabkan karena berkurangnya hambatan perdagangan, menyebabkan profitabilitas ekspor sehingga mengarah ke perluasan sektor perdagangan. Egger dan Kreickemeier (2009) dalam penelitianya juga menemukan bahwa liberalisasi perdagangan dapat meningkatkan pengangguran. Ada juga studi teoritis yang menyimpulkan bahwa efek dari perdagangan pada agregat pengangguran ambigu. Sener (2001) menyatakan bahwa liberalisasi perdagangan menyebabkan peningkatan pengangguran pekerja terampil, tetapi memiliki effek ambigu pada agregat pengangguran. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa liberalisasi perdagangan meningkatkan permintaan untuk tenaga kerja terampil. Di sisi lain, frekuensi yang lebih tinggi dari inovasi meningkatkan tingkat pengangguran friksional pekerja terampil. Moore dan Ranjan (2005) berpendapat bahwa pengangguran agregat cenderung menurun ketika negara memiliki tenaga kerja terampil yang melimpah dan peningkatan pengangguran jika negara memiliki tenaga kerja tidak terampil yang lebih banyak. 1.2 Perumusan Masalah Perdagangan merupakan faktor yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga mampu untuk mengurangi masalah pengangguraan di masing-masing negara. Namun, arah hubungan perdagangan internasional dan pengangguran masih kontroversial secara empiris. Oleh karena itu penelitian hubungan perdagangan internasional dengan pengangguran di ASEAN menarik untuk diteliti. 7

1.3 Pertanyaan Penelitian Berikut beberapa pertanyaan penelitian yang akan dianalisis lebih lanjut: a. Bagaimana posisi openness dengan pengangguran di ASEAN tahun 1995-2013? b. Sejauh mana pengangguran dipengaruhi oleh openness, pertumbuhan ekonomi dan inflasi di ASEAN tahun 1995-2013? c. Apakah pertumbuhan ekonomi dan inflasi berpengaruh terhadap kategori negara berdasarkan hasil tipologi? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Mengetahui bagaimana posisi openness dengan pengangguran di ASEAN tahun 1995-2013 b. Mengidentifikasi sejauh mana pengangguran dipengaruhi oleh openness, pertumbuhan ekonomi dan inflasi di ASEAN tahun 1995-2013. c. Mengetahui apakah pertumbuhan ekonomi dan inflasi berpengaruh terhadap kategori negara berdasarkan hasil tipologi 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini terbatas pada ruang lingkup negara ASEAN yaitu Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam, Laos, Brunai Darussalam, Myanmar, Filipina dan Kamboja. Rentang waktu penelitian terbatas pada tahun 1995 sampai dengan 2013 dengan tujuan dapat mengetahui hubungan perdagangan internasional yang dilihat dari tingkat openness dan pengangguran. 8