Buletin IPTEKDA LIPI Komunikasi Info Iptek untuk Daerah Volume 1 No.3 Maret 2001 LIPI IKUT BERKIRAH DALAM BIDANG PEMBIBITAN SAPI



dokumen-dokumen yang mirip
OPERASIONAL PROGRAM TEROBOSAN MENUJU KECUKUPAN DAGING SAPI TAHUN 2005

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU MELALUI PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMIC)

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan.

Menakar Penyediaan Daging Sapi dan Kerbau di dalam Negeri Menuju Swasembada 2014

CARA MUDAH MENDETEKSI BIRAHI DAN KETEPATAN WAKTU INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI INSEMINASI BUATAN(IB).

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN

BAB I PENDAHULUAN. dari Departemen Pertanian, bahwa komoditas daging sapi. pilihan konsumen untuk meningkatkan konsumsi daging sapi.

IV. POTENSI PASOKAN DAGING SAPI DAN KERBAU

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang

KESIAPAN DAN PERAN ASOSIASI INDUSTRI TERNAK MENUJU SWASEMBADA DAGING SAPI ) Oleh : Teguh Boediyana 2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

I. PENDAHULUAN. Permintaan dunia terhadap pangan hewani (daging, telur dan susu serta produk

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

Edisi Agustus 2013 No.3520 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak pemanfaatan sumberdaya pakan berupa limbah pert

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010

PENGANTAR. Latar Belakang. andil yang besar dalam pemenuhan kebutuhan pangan terutama daging.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Lingkungan Eksternal Penggemukan Sapi. diprediksi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia akan pentingnya protein hewani untuk kesehatan dan kecerdasan

PENDAHULUAN. Kemajuan pembangunan nasional tidak terlepas dari peran bidang peternakan.

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

MUNGKINKAH SWASEMBADA DAGING TERWUJUD?

MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PETERNAKAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT*)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

KAWIN SUNTIK/INSEMINASI BUATAN (IB) SAPI

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

MTH Sri Budiastutik, Pengembangan Sistem Insentif Teknologi Industri Produksi Benih dan Bibit. JKB. Nomor 6 Th. IV Januari

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

LAPORAN AKHIR PEMANTAPAN PROGRAM DAN STRATEGI KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI DAGING SAPI

CUPLIKAN BLUE PRINT PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI 2014 KERANGKA PIKIR

SISTEM PEMULIAAN INTI TERBUKA UPAYA PENINGKATAN MUTU GENETIK SAPI POTONG. Rikhanah

KAJIAN PERSEPSI DAN ADOPSI PETERNAK SAPI TERHADAP TEKNOLOGI BUDIDAYA SAPI UNGGUL DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG TAHUN 2018

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem

I. PENDAHULUAN. berubah, semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus. dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

I. PENDAHULUAN. Kontribusi sektor pertanian cukup besar bagi masyarakat Indonesia, karena

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

BAB I PENDAHULUAN. bidang pertanian dan peternakan.pada umumnya sebagian besar penduduk. yang biasanya dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi.

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. nasional sehingga usaha ternak ini berpotensi untuk dikembangkan. Sapi potong telah

POTENSI PERIKANAN DAN PETERNAKAN PURABALINGGA. Jumat 8 Agustus 2014

DEPARTEMEN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN 2007

Impor sapi (daging dan sapi hidup) maupun bakalan dari luar negeri terns. meningkat, karena kebutuhan daging sapi dalam negeri belum dapat dipenuhi

ICASEPS WORKING PAPER No. 98

TUGAS AHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

penampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI PERFORMAN SAPI POTONG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan subsektor peternakan sehingga menjadi sumber pertumbuhan baru

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

Transkripsi:

LIPI IKUT BERKIRAH DALAM BIDANG PEMBIBITAN SAPI Berbagai usaha peternakan di Indonesia belum mencapai tingkat perkembangan yang menggembirakan, walaupun sampai saat ini pemerintah telah melakukan bermacam-macam upaya. Kenyataan menunjukkan bahwa subsektor peternakan belum mampu memenuhi kebutuhan/konsumsi domestik. Padahal keberhasilan pengembangan subsektor ini erat kaitannya dengan kemampuan nasional terhadap penyediaan protein hewani untuk menunjang program peningkatan kualitas sumber daya manusia, antara lain melalui program perbaikan gizi masyarakat. Sementara itu seiring dengan semakin membaiknya kondisi kesejahteraan masyarakat, permintaan akan daging sapi dan susu cenderung meningkat.produksi daging sapi dan kerbau pada tahun 1998 mencapai 398 ribu ton atau sebesar 31,7% total produksi daging sebesar 1,2 juta ton, sedangkan konsumsi daging sapi dan kerbau pada tahun yang sama mencapai 419 ribu ton, sehingga terdapat kekurangan sekitar 30 ribu ton (Laporan Ditjen Peternakan, Januari 2000). Untuk memenuhi kebutuhan dan kekurangan daging sapi tersebut, terpaksa dilakkan impor ternak sapi bakalan dan daging beku. Sebelum krisis moneter, impor sapi bakalan dari Australia mencapai 400 ribu ekor per tahun. Pada tahun 1998, impor sapi bakalan jumlahnya menurun menjadi kurang lebih 50 ribu ekor. Selain impor ternak sapi hidup, juga dilakukan impor daging beku sekitar 3,5 ribu ton per tahun. Impor sapi hidup dan daging beku merupakan upaya terobosan supaya tidak terjadi kesenjangan antara produksi dan tingkat konsumsi ternak di dalam negeri yang dapat menimbulkan terjadinya pengurasan atau eksploitasi yang tidak terkendali terhadap ternak-ternak lokal. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mencapai swasembada daging. Selama ini pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan populasi sapi potong melalui berbagai program antara lain bantuan presiden, intensifikasi pasca usaha ternak potong, proyek kredit pedesaan, program kawin suntik (inseminasi buatan), bahkan di beberapa daerah sudah dilakukan intensifikasi transfer embrio (TE). Denganupaya-upaya ini, diharapkan kita mampu melestarikan sumber daya ternak nasional dan mengurangi ketergantungan impor. Dengan demikian kesejahteraan masyarakat petani/peternak dapat ditingkatkan sehingga terjadi keseimbangan pasokan dan permintaan. Mengatasi Ketertinggalan Subsektor peternakan perlu dibenahi. Berbagai ketertinggalan akibat kesalahan kebijakan selama ini harus diperbaiki. Impor sapi hidup dan daging beku niscaya tak diperlukan lagi bila Indonesia mampu meningkatkan populasi ternak. Pasokan daslam negeri akan terpenuhi, andaikan setiap peternakan menerapkan sistem pembibitan (breeding) dan penggemukan sapi secara terpadu.

Sangat disayangkan, proses breeding masih dilakukan secara tradisional. Tidak satu pun perusahaan swasta yang tergerak melakukan breeding sapi. Selama ini para pengusaha hanya mengimpor atau sebatas melakukan usaha penggemukan. Padahal Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, pernah mengeluarkan peraturan agar impotir sapi melakukan breeding sedikitnya 10% dari jumlah sapi impor. Pelaksanaan kebijakan ini sampai sekarang tidak jelas kelanjutannya. Para importir lebih suka menggemukkan sapi ala kadarnya, asal cepat menghasilkan uang. Kalau ingin tuntas, pemerintah harus mempertemukan seluruh pihak terkait, mulai dari pedagang, breeder sapi, sampai lembaga penelitian (termasuk perguruan tinggi). Pengusaha boleh mengimpor sapi, tetapi jangan lupa memproduksi sapi di dalam negeri. Populasi sapi lokal diperkirakan berjumlah sekitar 12 juta ekor. Dari jumlah ini, 500 ribu ekor jenis sapi perah, sisanya 11,5 juta ekor adalah sapi potong. Apabila setengah dari jumlah sapi potong itu terdiri dari sapi jantan, berarti sapi potong betina sekitar 6 juta ekor. Bila sapi betina produktif sekitar 4 juta ekor bisa beranak setengahnya, maka populasi bisa naik sekitar dua juta ekor per tahun. Padahal, kebutuhan hanya dua juta ekor per tahun, tetapi kenyataan di lapangan hal ini tidak pernah terjadi. Sehingga timbul pertanyaan mengapa demikian. Banyak faktor penghambat pertumbuhan populasi sapi lokal, salah satu diantaranya yaitu proses seleksi tidak benar. Contoh sederhana adalah praktek perdagangan tradisional. Peternak tradisional selalu menjual sapi kualitas tinggi ke pasar termasuk sapi-sapi betina yang masih produktif. Akibatnya pemotongan sapi tak terkendali, karena hanya sapi-sapi bermutu jelek yang tertinggal. Kecenderungan merugikan ini harus dihentikan dan pemerintah harus turun tangan. Solusi terbaik adalah memberikan insentif kepada para peternak. Apabila peternak mau menjadikan sapi betina sehat untuk dijadikan sapi induk pembibitan, mereka diberi imbalan yang sepadan seperti misalnya dalam bentuk uang. Untuk jangka panjang, pemerintah perlu juga mendukung penguasaan teknologi tinggi dalam proses breeding antara lain proses inseminasi buatan, transfer embrio dan kloning. IPTEKDA Sapi Bibit di Lombok Untuk skala riset dan pengembangan dalam penyediaan bidang bibit sapi unggul baik sapi perah maupun sapi potong LIPI telah memulai sejak tahun 1990 di beberapa daerah seperti Jawa Barat (Bogor, Garut, dan Lembaga khusus sapi perah), Bengkulu, Madura, polmas, dan Lombok. Khusus produksi sapi potong telah diupayakan mengembangkan teknik transfer embrio dan beberapa teknik manipulasinya. Pada tahun 1999 telah dimulai program iptekda LIPI untuk pengembangan bibit sapi potong di Lombok dengan melakukan persilangan-persilangan sapi lokal dengan teknik transfer embrio pada sapi potong seperti Brangus, Brahman, Limousin dan Simental. Sampai sekarang teknik ini telah dikembangkan menjadi 85 ekor (dari 45 ekor dapi populasi awal, dengan melibatkan sebanyak 25 peternak) dan membentuk satu populasi pembibitan sapi lokal yang dikelola oleh satu kelompok peternak. Program ini

selain membantu masyarakat peternak meningkatkan taraf hidup mereka, juga sekaligus membantu pemerintah dalam hal penyediaan bibit sapi unggul. Dalam hal ini tidak tertutup kemungkinan bibit sapi yang dihasilkan tidak hanya dimiliki oleh anggota kelompok iptekda, tetapi juga kemungkinan dapat disebarluaskan kepada peternak lainnya. KEGIATAN IPTEKDA MENDORONG USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) DI BIDANG ELEKTRONIKA Penyebaran kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi di daerah merupakan kebijakan pemerintah yang salah satu tujuannya adalah mendorong pemberdayaan UKM untuk mampu berkembang dan maju dengan menggunakan iptek yang sesuai dengan kebutuhannya. Kegiatan diseminasi ini telah dilakukan pula oleh pusat penelitian dan pengembangan telekomunikasi, komponen dan material (puslitbang Telkoma)-LIPI, melalui pelatihan tenaga trampil pembuatan printed circuit boards (PCB). Kegiatan ini dilaksanakan pada tahun anggaran 2000, yang telah membuahkan hasil dalam mengembangkan kemampuan tetnaga personil menjadi Unit Usaha Kecil atau kelompok yang bergerak dibidang proses pembuatan PCB. Kelompok inilah yang membuat PCB dan memasok UKM setempat yang bergerak di bidang perakitan barang elektronika, khususnya Power Amplifier. Di Kabupaten Indramayu telah tumbuh UKM yang bergerak dalam bidang perakitan komponen elektronika. Untuk itu dibutuhkan PCB dalam jumlah yang relatif banyak. Kebutuhan akan komponen ini diperoleh dari kelompok PCB yang ada di Indramayu, diantaranya kelompok hasil binaan Puslitbang Telkoma-LIPI. Dengan demikian seluruh hasil produksi kelompok PCB dapat diserap oleh UKM setempat. Namun, jumlah permintaan yang lebih besar dari kemampuan pasokan PCB yang ada di daerah tersebut, mendorong dibentuknya kelompok PCB di daerah lain yaitu Tasikmalaya, yang juga mempunyai potensi untuk pengembangan usaha sejenis. Peran PCB dalam Industri Powe Amplifier Bahan baku yang digunakan untuk proses produksi PCB yaitu dengan memanfaatkan papan PCB dari sisa potongan dari pabrik-pabrik barang-barang elektronik. Dengan demikian diperoleh bahan baku dengan harga yang murah walaupun mempunyai ukuran yang berbeda-beda. Papan PCB yang beredar di pasar mempunyai ukuran tertentu (1x1 meter) persegi dengan harga relatif lebih mahal apabila digunakan untuk keperluan kegiatan iptekda ini. Dengan memanfaatkan sisa potongan dari industri besar, didapat papan PCB yang mempunyai kualitas sama namun sudah tidak dimanfaatkan lagi oleh industri besar tersebut, karena sudah dianggap sebagai limbah. Papan inilah yang selanjutnya dimanfaatkan untuk menjadi rangkaian PCB, dengan desain yang disesuaikan dengan ukuran papan yang ada. Untuk membuat power amplifier komponen yang diperlukan di antaranya tiga macam PCB, yaiut rangkaian

power amplifier, rangkaian tone control dan rangkaian pre amplifier untuk mic. Ketiga jenis PCB ini dirakit dalam suatu kotak bersama komponen lain membentuk alat Power Amplifier. Teknologi yang digunakan untuk membuat papan PCB tadi yaitu teknologi screen printing atau teknologi sablon. Jenis teknologi ini ada kelebihannya kecepatan produksinya sangat tinggi dan harganya yang relatif sangat murah. Disamping itu jenis bahan PCB yang digunakan adalah jenis single layer atau satu lapis. Dengan demikian produk akhir yang akan dijual mempunyai harga yang dapat bersaing di pasar dibandingkan dengan barang sejenis dikelasnya. PEMBESARAN IKAN GURAMI Untuk melaksanakan proses pembesaran ikan gurami ada beberapa tahap kegiatan sebagai berikut: a. Pengelolaan Kolam Dalam pengelolaan kolam, kegiatannya diawali dengan pembenahan kolam yaitu mulai dari dinding kolam hingga dasar kolam. Dinding/pematang kolam dibuat sedemikian kuat agar tidak terjadi kebocoran karena ulah ketam atau hewan-hewan pembuat lubang lainnya. Kebocoran kolam selain dpat mengakibatkan hilangnya ikan yang dipelihara juga dapat dipacu dari pupuk yang diintroduksi ke dalam kolam, karena adanya kebocoran dapat mengakibatkan pupuk hanyt keluar. Dasar kolam merupakanhal yang penting untuk mendapat perhatian. Pengangkatan dasar kolam setelah paenen merupakan kegiatan yang tidak boleh diabaikan. Hal ini untuk menghindari terjadinya proses dekomposisi yang mengeluarkan gas-gas beracun pada pemeliharaan berikutnya. Kowen (sebagian dasar kolam yang dibuat lebih dalam) perlu disiapkan untuk penampungan ikan ketika saat dilakukan pemanenan. Pengeringan kolam dilakukan agar bakteri dan organisme patogen terputus siklus hidupnya, dan pengeringan kolam dilakukan hingga tanah dasar kolam pecah-pecah. Pengapuran dan penebaran dasar pupuk organik dimaksudkan untuk meningkatkan keasaman tanah dan meningkatkan produktivitas. Selanjutnya pengisian air kolam dilakukan secara bertahap agar pengkayaan air kolam berlangsung secara baik, hingga kedalaman yang dikehendaki, minimum 80 cm. b. Penebaran Benih Keslahan dan kecerobohan dalam penebaran benih ikan gurami dapat mengakibatkan kegagalan awal dari budidaya pembesaran ikan gurami. Oleh karena itu penebaran benih harus dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum benih ditebarkan ke kolam pembesaran dilakukan penyesuaian dengan air kolam tempat pemeliharaan dan disanitasi dalam air yang mengandung garam (10-15 kg/m3)selama 15 menit. Hal ini dimaksudkan agar ikan-ikan yang luka saat transportasi dapat dicegah dari penyakit, disamping dapat merontokkan hewan-hewan parasit yang

menempel pada tubug ikan. Benih yang digunakan berukuran sekitar 5 ekor/kg, dengan masa pemeliharaan paling lama 6 bulan. Hasilnya sudah dapat dipasarkan sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan oleh pasar. c. Pemberian Pakan Pemberian pakan buatan/pelet bukan hal yang pokok, karena ikan gurami dewasa bersifat herbivora. Namun, peran pelet adalah sebagai stimulans, yaitu sebelum diberi pakan daun. Pemberian pakan pelet sebanyak 2% dari berat total, dengan cara pemberian pakan, 2/3 bagian diberikan pada pagi hari dan 1/3 bagian sore hari, sedangkan pakan nabati diberikan secukupnya.