BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang memiliki ribuan pulau, tiga ratus lebih suku, budaya,

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sudah setengah abad lebih Indonesia merdeka, masyarakat Indonesia yang merupakan bangsa yang multi

BAB VI PENUTUP. perusakan dan pembakaran. Wilayah persebaran aksi perkelahian terkait konflik

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Konflik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Igneus Alganih, 2014 Konflik Poso (Kajian Historis Tahun )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. berasal dari nama tumbuhan perdu Gulinging Betawi, Cassia glace, kerabat

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan daerah lain di pulau Jawa yang merupakan pusat dari pembangunan

BAB IV DAMPAK DARI KONFLIK DAYAK DAN MADURA DI SAMALANTAN. hubungan yang pada awalnya baik-baik saja akan menjadi tidak baik, hal

BAB I PENDAHULUAN. pikiran negative yang dapat memicu lahir konflik(meteray, 2012:1).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bercumbu Dengan Konflik RUU Penanganan Konflik Sosial Sebagai Solusi Penanggulangan Konflik di Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1

Bercumbu Dengan Konflik RUU Penanganan Konflik Sosial Sebagai Solusi Penanggulangan Konflik di Indonesia

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan data yang ada penduduk Kabupaten Lampung Selatan secara garis

BAB II. Gambaran Umum. A. Konflik Multikulturalisme di Maluku Pasca karya Rustam Kastor (2000:54) menjelaskan bahwa desa-desa di Maluku sebelum

I. PENDAHULUAN. Bentrokan massa kembali terjadi di Kabupaten Lampung Selatan antara Desa

ANALISA PENYEBAB TERJADINYA KONFLIK HORIZONTAL DI KALIMANTAN BARAT. Alwan Hadiyanto Dosen Tetap Program Studi Ilmu Hukum UNRIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang diwarnai dengan

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK

BAB II LATAR BELAKANG KONFLIK DAYAK MADURA DI SAMALANTAN A. Alasan Budaya. berkelompok, memiliki rasa solidaritas tinggi di antara sesama etnisnya dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu instansi atau organisasi Pemerintah Kota. (Kesbangpol dan Linmas) Kota Tanjungbalai memiliki tugas melaksanakan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN ARAH KEBIJAKAN PROLEGNAS TAHUN Ignatius Mulyono 2

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Konflik oleh beberapa aktor dijadikan sebagai salah satu cara

NASKAH PUBLIKASI STRATEGI PEMERINTAH DAERAH POSO PERIODE DALAM MENGHADAPI KONFLIK SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. 1 William Chang, Berkaitan Dengan Konflik Etnis-Agama dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat Ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm 27.

DATA PELANGGARAN HAM DI INDONESIA 1. Kasus Pelanggaran HAM Masa Lalu yang Belum Tersentuh Proses Hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Menjadi Negara dengan masyarakat multikultur adalah tidak mudah.

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya

Raffles City Hotel 5-7 September 2013

BAB I PENDAHULUAN. hingga upah yang tinggi. Proses migrasi juga turut mempengaruhi kondisi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa,

Dinamika Konflik Kekerasan Pasca Orde Baru

BAB I PENDAHULUAN. luas dan sekaligus merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. dari Sabang hingga ke Merauke. Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang

LAPORAN ANALISIS PERDAMAIAN-PEMBANGUNAN PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR: PROMOSI PERDAMAIAN BERKESINAMBUNGAN DAN PEMBANGUNAN MANUSIA SECARA ADIL

Strategi Pemerintah Daerah Poso Periode dalam Menghadapi Konflik Sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. partai politik lokal. partai politik lokal telah menjadi instrumen utama rakyat

Ujian Akhir Sekolah Tahun 2004 Sosiologi

Bab I U M U M 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. melainkan kebutuhan untuk meredakan ketegangan konflik dari salah satu pihak.

I. PENDAHULUAN. Persoalaan konflik termasuk masalah yang menyangkut kepentingan publik

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sosiokultural yang beragam dan geografis yang luas. Berikut adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Tabel I Luas wilayah menurut penggunaan

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan jumlah orang berada di bawah garis kemiskinan (poverty line).

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam keluarga maupun di lingkungan sekitar. Tujuannya untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. hasil berupa suatu karya yang berupa ide maupun tenaga (jasa). Menurut Dinas. kualitas kerja yang baik dan mampu memajukan negara.

Kedua, bila dicermati tindak kekerasan itu tidak diseluruh Papua, tapi berkosentrasi di tiga distrik yaitu Jayapura, Abepura, dan Puncak Jaya.

Meski sudah padam, tapi tidak ada jaminan tidak akan meletus lagi kan?

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan meningkatnya ketergantungan ekonomi,

I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. juga multikultural, dimana dalam kehidupan tersebut terdapat berbagai macam

I. PENDAHULUAN. Geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada

parameter nominal Dapat menyebabkan disintegrasi sosial/budaya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan macam-macam suku bangsa, agama, ras, dan sumber daya manusia. Dibalik itu semua Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tidak diragukan lagi Indonesia memiliki kekayaan alam yang

ETNIK KONFLIK DAN PERDAMAIAN DI KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bagian hidup manusia serta menjadi pendorong dalam dinamika dan

Pemahaman Multikulturalisme untuk Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN JULI 2016

TUGAS AKHIR KONFLIK DI INDONESIA DAN MAKNA PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang memiliki sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

ISLAM DAN KEBANGSAAN. Jajat Burhanudin. Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM)

PEDOMAN OBSERVASI. No Aspek yang diamati Keterangan. dalam menjaga hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi peranan sumber daya manusia adalah. sumber penentu atau merupakan faktor dominan dalam pembangunan suatu

Penanggulangan Kemiskinan & Upaya Mensinergikan Peran Multipihak

BAB I PENDAHULUAN. berjalan lancar jika didukung oleh adanya kondisi yang aman dan tenteraman. Salah satu hal

BAB I PENDAHULUAN. tersedia (Pemerintah Republik Indonesia, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan manusia dalam masyarakat sangatlah majemuk. orang pendatang yaitu korban kerusuhan Sampit.

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENANGANAN BENCANA

Modul ke: 09TEKNIK GEOPOLITIK. Nanang Ruhyat. Fakultas. Program Studi Teknik Mesin

I. PENDAHULUAN. bermacam-macam pula kebudayaan,adat istiadat, ciri-ciri, kehendak, kebiasaan, bahasa, dan kepercayaan di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Bentrok antara kedua desa, yaitu Desa Balinuraga dengan Desa Agom, di

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara yang memiliki ribuan pulau, tiga ratus lebih suku, budaya, agama, serta aliran kepercayaan menempatkan Indonesia sebagai negara besar di dunia dengan tingkat multikultural yang tinggi. Jika potensi yang sangat besar ini dapat dikelola secara baik akan memberikan kesejahteraan kepada bangsa ini, tetapi sebaliknya jika tidak baik dalam mengelolanya dan diperburuk lagi dengan efek negatif yang terdapat pada era modern seperti sekarang ini maka hal tersebut akan menghasilkan konflik sosial (Tan, 2006:36). Konflik dalam kehidupan sosial berarti benturan kepentingan, keinginan, pendapat, dan lain-lain yang paling tidak melibatkan dua pihak atau lebih. Konflik sosial tidak hanya berakar pada ketidakpuasan batin, kecemburuan, kebencian, masalah perut, masalah tanah, masalah tempat tinggal, masalah pekerjaan, dan masalah kekuasaan, tetapi emosi manusia sesaat pun dapat memicu terjadinya konflik (Noer dan Syam, 2008:424). Konflik pada hakikatnya terbagi atas dua jenis, yakni konflik vertikal atau konflik antara kelas atas (penguasa) dan kelas bawah (yang dikuasai), serta konflik horizontal atau konflik yang terjadi di antara kelas yang sama. Lebih lanjut, untuk membahas setiap situasi konflik, Coser membedakan konflik menjadi dua tipologi, yakni konflik realistis dan konflik non-realistis. Konflik realistis (konflik yang digunakan untuk mendapatkan atau memenuhi 1

kepentingan tertentu), konflik non realistis yaitu konflik hanya sebagai media melepas ketegangan atau mencari kambing hitam (M. Poloma, 2007:106) Pada umumnya di Indonesia didominasi oleh konflik horizontal seperti konflik etnis dan agama yang terjadi di beberapa daerah seperti di Maluku, Sambas, dan Poso. Namun juga terjadi konflik vertikal berupa gerakan separatisme pernah dan sebagiannya masih bergaung di beberapa provinsi seperti di Nangroe Aceh Darussalam dan Papua (Witarti dkk 2012:2). Daerah Poso awalnya dikenal sebagai kota yang tenang di pinggiran pantai Provinsi Sulawesi Tengah. Keadaan berubah menjadi kacau setelah Poso mengalami konflik yang hebat. Konflik ini bermula dari terjadinya penusukan kepada seorang remaja muslim yang dilakukan oleh seorang remaja kristen. Kejadian tersebut diakui oleh banyak pihak sebagai permasalahan yang ditimbulkan oleh minuman keras, akan tetapi permasalahan tersebut menjadi konflik yang serius yang menyebar diseluruh Kabupaten Poso (Klinken, 2007: 120). Konflik yang semula terjadi antar pemuda berubah menjadi konflik antar Agama dan berlangsung beberapa kali hingga menyebabkan banyaknya jatuh korban jiwa. Puncak dari konflik sosial di Kabupaten Poso pada pada tanggal 16 April 2000 ketika Muin Pusadan terpilih menjadi Bupati Poso. Konflik terjadi karena pihak penganut Kristen tidak dapat menerima kemenangan tokoh ini. Pada tanggal 16 April 2000 konflik kembali pecah, aksi saling serang dan bakar terjadi lagi. Pada tanggal 27 April 2000, kelompok muslim melakukan penyerangan dan pembakaran di Kelurahan Lombogia. Serangan balasan dari pihak kelompok 2

Kristen terjadi pada 20 Mei 2000 ke Pesantren Wali Songo di desa Sintuwulemba. Sekitar 100 warga muslim tewas pada kejadian itu (Hendrajaya, 2010:23) Menurut Pamuji dkk (2008:31) persoalan kesenjangan ekonomi adalah masalah yang tidak dapat dilepaskan dalam konflik Poso. Persoalan ekonomi ini ditandai dengan beralihnya kepemilikan tanah masyarakat pribumi ke masyarakat migran, transmigrasi merupakan akar masalah konflik sosial di Kabupaten Poso (Muin, 2008: 3). Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa adanya konflik di Poso dipengaruhi faktor ekonomi. Hal ini terjadi karena adanya peralihan kepemilikan tanah masyarakat pribumi ke masyarakat pendatang. Akar masalah konflik sosial ini sesuai dengan teori penyebab konflik yang disampaikan oleh Fisher yang menyatakan bahwa konflik sosial dapat disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah sosial, budaya dan ekonomi Fisher dkk (2001:8). Berkat komitmen pemerintah akhirnya konflik Poso dapat diselesaikan sehingga Poso sekarang sudah aman dan tentram di Poso pasca perjanjian Malino. Upaya Polri untuk membangun suasana aman dan tentram di Poso pasca perjanjian Malino merupakan bagian dari implementasi Pasal 4 UU No. 2 Tahun 2002 Tentang Polri, sehingga upaya mewujudkan keamanan dalam negeri merupakan bagian dari komitmen Polri sebagai penyelenggara fungsi Keamanan Dalam Negeri pasca pemisahan Polri dari TNI (Muradi, 2012:81) Guna mencegah konflik sosial di Poso tidak terjadi kembali lagi, maka diperlukan strategi yang tepat dalam mencegahnya. Berkaitan dengan hal tersebut, 3

kontribusi berbagai pihak juga dibutuhkan, terutama kontribusi dari pihak pemerintah daerah sebagai pemegang tanggung jawab di daerah. Hal tersebut menarik perhatian penulis untuk membahas lebih lanjut mengenai strategi yang diterapkan pemerintah daerah terhadap permasalahan penanganan konflik sosial di Poso dengan judul penelitian Strategi Pemerintah Daerah Poso Periode 2010-2015 dalam Menghadapi Konflik Sosial. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Bagaimana strategi pemerintah daerah Poso dalam menghadapi konflik sosial di Poso? 2. Apa kendala-kendala yang dihadapi pemerintah daerah Poso dalam menghadapi konflik sosial di Poso? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Peneliti mengacu pada perumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui strategi pemerintah daerah Poso dalam menghadapi konflik sosial di Poso. 2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi pemerintah daerah Poso dalam mengahadapi konflik sosial di Poso. 4

Peneliti mengacu pada perumusan masalah di atas maka manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Secara akademis, penelitian ini bermanfaat untuk memberi kontribusi bagi perkembangan ilmu pemerintahan yang berkaitan dengan analisis politik dan pemerintahan yang fokus pada strategi Negara Indonesia dalam mencegah terjadinya konflik sosial. 2. Secara praktis, penelitian ini menjadi sebuah masukan dan juga rekomendasi bagi pemerintah agar melakukan pencegahan terhadap terjadinya konflik sosial. 5