Pengaruh Konsentrasi Cu Terhadap Sifat Mekanis Paduan

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KONSENTRASI Cu TERHADAP SIFAT MEKANIS PADUAN Al Cu PADA PROSES PEMBEKUAN SEARAH (UNIDIRECTIONAL SOLIDIFICATION)

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

PENGARUH KONSENTRASI Cu PADA PROSES PEMBEKUAN Veronica SEARAH 1. TERHADAP SIFAT MEKANIS PADUAN Al-Cu

PROSES PEMBEKUAN SEARAH PADA PRODUK COR PROPELER KUNINGAN

Pengaruh Temperatur Bahan Terhadap Struktur Mikro

ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

PENGARUH JARAK DARI TEPI CETAKAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA CORAN ALUMINIUM

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

K. Roziqin H. Purwanto I. Syafa at. Kata kunci: Pengecoran Cetakan Pasir, Aluminium Daur Ulang, Struktur Mikro, Kekerasan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGUJIAN KEKUATAN TARIK PRODUK COR PROPELER ALUMUNIUM. Hera Setiawan 1* Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kudus 59352

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

PENGARUH TEMPERATUR CETAKAN PADA PENGECORAN SQUEEZE TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALMINIUM DAUR ULANG (Al 6,4%Si 1,93%Fe)

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium (Al) adalah salah satu logam non ferro yang memiliki. ketahanan terhadap korosi, dan mampu bentuk yang baik.

ANALISIS PEMBUATAN HANDLE REM SEPEDA MOTOR DARI BAHAN PISTON BEKAS. Abstrak

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN TEMPERATUR CETAKAN PADA HIGH PRESSURE DIE CASTING (HPDC) BERBENTUK PISTON PADUAN ALUMINIUM- SILIKON

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR

L.H. Ashar, H. Purwanto, S.M.B. Respati. produk puli pada pengecoran evoporatif (lost foam casting) dengan berbagai sistem saluran.

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

PENGARUH UNSUR ALUMINIUM DALAM KUNINGAN TERHADAP KEKERASAN, KEKUATAN TARIK, DAN STRUKTUR MIKRO

TUGAS AKHIR. BIDANG TEKNIK PRODUKSI DAN PEMBENTUKAN MATERIAL PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MnCl2.H2O TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM AA 7075

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN KANDUNGAN SILICON TERHADAP NILAI KEKERASAN PADUAN Al-Si

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

BAB I PENDAHULUAN. tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus

STUDI PENGARUH TEMPERATUR DAN GETARAN MEKANIK VERTIKAL TERHADAP PEMBENTUKAN SEGREGASI MAKRO PADA PADUAN EUTEKTIK Sn Bi

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PISAU HAMMER MILL PADA MESIN PENGGILING JAGUNG PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA CABANG SEMARANG

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal ISSN , e-issn

PENGUJIAN KEKUATAN TARIK, KEKERASAN, DAN STRUKTUR MIKRO PRODUK COR PROPELER KUNINGAN

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN DAN TEMPERATUR CETAKAN TERHADAP SIFAT MEKANIS BAHAN PADUAN Al-Zn

Analisa Pengaruh Penambahan Sr atau TiB Terhadap SDAS, Sifat Mekanis dan Fluiditas Pada Paduan Al-6%Si

Gugun Gumilar Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma Depok. Abstraksi

PENGARUH PUTARAN TERHADAP LAJU KEAUSAN Al-Si ALLOY MENGGUNAKAN METODE PIN ON DISK TEST

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

PENGEMBANGAN MEKANISME DAN KUALITAS PRODUKSI SEPATU KAMPAS REM BERBAHAN ALUMUNIUM DAUR ULANG DENGAN METODE PENGECORAN SQUEEZE

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN

PENGECORAN SUDU TURBIN AIR AKSIAL KAPASITAS DAYA 102 kw DENGAN BAHAN PADUAN TEMBAGA ALLOY 8A

BAB I PENDAHULUAN. Penemuan logam memberikan manfaat yang sangat besar bagi. kehidupan manusia. Dengan ditemukannya logam, manusia dapat

PENGARUH CHILLER PENDINGIN PADA KEKUATAN TARIK PRODUK COR PROPELER ALUMUNIUM

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

PENGUJIAN KEKERASAN DAN KOMPOSISI KIMIA PRODUK COR PROPELER ALUMUNIUM

BAB II LANDASAN TEORI

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMUNIUM PADUAN Al, Si, Cu DENGAN CETAKAN PASIR

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP BEBAN IMPAK MATERIAL ALUMINIUM CORAN

PENERAPAN MODEL SALURAN DAN CAWAN TUANG UNTUK MENGATASI CACAT POROSITAS PRODUK COR DI IKM BUDI JAYA LOGAM JUWANA KABUPATEN PATI

PENGARUH DEOKSIDASI ALUMINIUM TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA MATERIAL SCH 22 Yusup zaelani (1) (1) Mahasiswa Teknik Pengecoran Logam

Analisa Pengaruh Variasi Temperatur Tuang Pada Pengecoran...

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

STUDI PENGARUH NORMALISING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA PLAT JIS SM 41B MENGGUNAKAN ELEKTRODA E 7016 DAN E 6013

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys)

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian. dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH CHILLER PENDINGIN PADA KEKERASAN PRODUK COR PROPELER ALUMUNIUM

7. Pertumbuhan Kristal (Growth of Crystal)

PENGOLAHAN LIMBAH TEMBAGA DAN TIMAH SEBAGAI BAHAN KOMPONEN RADIATOR

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEKNIK PENGECORAN KODE / SKS : KK / 2 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor

Pengaruh Kuat Medan Magnet Terhadap Shrinkage dalam Pengecoran Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron)

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH VARIASI DIMENSI CIL DALAM (INTERNAL CHILL) TERHADAP CACAT PENYUSUTAN (SHRINKAGE) PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061

Jurnal Teknik Mesin, Volume 6, Nomor 1, Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

Analisa Pengaruh Aging 450 ºC pada Al Paduan dengan Waktu Tahan 30 dan 90 Menit Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis

STUDI PENGARUH TEMPERATUR PEMASUKAN DAN PENARIKAN BATANG PENGADUK TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR GLOBULAR PADA PROSES RHEOCASTING

II. KEGIATAN BELAJAR 2 DASAR DASAR PENGECORAN LOGAM. Dasar-dasar pengecoran logam dapat dijelaskan dengan benar

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg

TIN107 - Material Teknik #9 - Metal Alloys 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik

PENGANTAR MATERIAL TEKNIK

ARANG KAYU JATI DAN ARANG CANGKANG KELAPA DENGAN AUSTEMPERING

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

ANALISIS HASIL PENGECORAN MATERIAL KUNINGAN

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA KEKERASAN PADA PISAU BERBAHAN BAJA KARBON MENENGAH HASIL PROSES HARDENING DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA

Materi #2 TIN107 Material Teknik 2013 SIFAT MATERIAL

85%Cu-15%Zn % Cu - 30% Zn % Cu - 40% Zn

ANALISA SIFAT MEKANIK PROPELLER KAPAL BERBAHAN DASAR ALUMINIUM DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Cu. Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH TEKANAN INJEKSI PADA PENGECORAN CETAK TEKANAN TINGGI TERHADAP KEKERASAN MATERIAL ADC 12

PENINGKATAN SIFAT MEKANIS ALUMINIUM BEKAS YANG DIDAUR ULANG MELALUI INOKULASI UNSUR TEMBAGA

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISA PENGARUH SOLUTION TREATMENT PADA MATERIAL ALUMUNIUM TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

ANALISIS KUALIT AS PRODUK CORAN PELEK GOKART DARI P ADUAN ALUMINIUM.

TIN107 - Material Teknik #10 - Metal Alloys (2) METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu. sehingga tercipta alat-alat canggih dan efisien sebagai alat bantu dalam

Pengaruh Variasi Komposisi Kimia dan Kecepatan Kemiringan Cetakan Tilt Casting Terhadap Kerentanan Hot Tearing Paduan Al-Si-Cu

Analisis Coran Kuningan dari Limbah Rosokan dan Gram-Gram Sisa Permesinan untuk Komponen Permesinan

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam skor:0-100 (PAN). b. Tugas: Studi kasus penggunaan besi tuang di industri

Pembahasan Materi #11

Transkripsi:

Pengaruh Konsentrasi Cu Terhadap Sifat Mekanis Paduan PENGARUH KONSENTRASI Cu TERHADAP SIFAT MEKANIS PADUAN Al-Cu PADA PROSES PEMBEKUAN SEARAH (UNIDIRECTIONAL SOLIDIFICATION) S. Slamet 1 dan Suyitno 2 1 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus Gondangmanis Bae Kudus 59324 2 Program Studi Teknik Mesin dan Industri Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Jl. Jl. Grafika No. 2 Kampus UGM, Yogyakarta 55281 E-mail: sugeng_hanun@yahoo.co.id; suyitno@ugm.ac.id Abstrak Meningkatkan sifat mekanis bahan logam dapat ditempuh dengan beberapa cara, salah satunya adalah melalui rekayasa pembekuan searah (unidirectional solidification). Proses ini dilakukan dengan cara mengatur gradien temperatur sehingga terjadi laju pendinginan lambat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh konsentrasi Cu pada paduan Al-Cu terhadap sifat mekanis melalui pengujian tarik dan pengujian kekerasan. Material utama adalah Al- dengan paduan (2.2, 3.1, 4.4,dan 4.7 %Cu) dilebur pada temperatur 7-71 C menggunakan dapur listrik dengan media pendingin air. Pengujian spesimen dilakukan dengan membandingkan struktur mikro yang terbentuk pada masingmasing konsentrasi. Pengujian sifat mekanis dilakukan dengan membandingkan nilai kekerasan dan kekuatan tarik pada material awal terhadap hasil pembekuan searah pada masing-masing konsentrasi Cu. Hasil pengujian menunjukkan bahwa struktur kolumnar terlihat lebih jelas pada konsentrasi 4,4 %Cu dan 4,7 %Cu, sedangkan pada konsentrasi 2,2 %Cu dan 3,1 %Cu sturktur kolumnar cenderung sulit terbentuk. Sifat mekanis bahan yang meliputi kekuatan tarik dan kekerasan bahan meningkat dari material awal untuk semua konsentrasi Cu. Al-4,4%Cu mempunyai kekuatan tarik dan kekerasan bahan lebih tinggi dibandingkan dengan Al-(2,2 ; 3,1 dan 4,7% Cu). Hal ini juga dipengaruhi oleh kelarutan unsur Magnesium dan Silikon yang ada dalam paduan. Kata kunci: pembekuan searah; kolumnar-dendrit; sifat mekanis PENDAHULUAN Perbaikan sifat mekanis suatu bahan dapat dilakukan melalui beberapa cara baik melalui perlakuan panas, pengerasan endapan maupun rekayasa pembekuan (Amstead, 1989). Metode pembekuan searah adalah proses untuk meningkatkan terbentuknya dendrite arm spacing dan menurunkan kekasaran butir terutama pada daerah hypoeutectic (Oakwood dkk, 22) serta mengarahkan pertumbuhan butir menjadi searah dengan mengatur laju aliran kalor (Smith dkk,1967). Metode ini dapat meningkatkan sifat mekanis material dalam hal ketangguhan, kekuatan tarik dan kekuatan mulur (creep) (Axmann, 1983). Aluminium murni memiliki kekuatan dan sifat mekanis yang rendah, maka untuk memperbaiki sifat-sifat mekanisnya harus dipadu dengan unsur lainnya. Paduan Al-Cu mempunyai kelebihan antara lain ketahanan korosi yang baik, sangat ringan, tahan terhadap retak, mampu mesin dan las, koefisien pemuaian yang kecil ( Saito dan Surdia,1992). Paduan Al-Cu digunakan untuk konstruksi keling, konstruksi badan pesawat terbang, impeller pompa dan sudu turbin. Untuk aplikasi dimana membutuhkan kemampuan yang tinggi untuk menahan beban aksial dan kekuatan mulur (creep) rendah sangat dibutuhkan orientasi butir searah (Robert, 2). KERANGKA TEORI Al-Cu adalah kombinasi dari logam aluminium yang mempunyai sifat ringan, tahan korosi, mudah dimesin, dengan tembaga yang mempunyai sifat penghantar listrik yang baik, keuletan yang tinggi dan juga sifat tahan korosi (Surdia dan Saito,1992).. Paduan Al-Cu dapat digolongkan dalam tiga jenis yaitu hypoeutectic, eutectic dan hypereutectic. Pada paduan Al-Cu dengan komposisi tembaga < 33% disebut hypoeutectic. Titik eutectic pada paduan Al-Cu terdapat pada kandungan Cu sebesar 31,9 sampai 32,9%. Sedangkan kandungan tembaga >33,% disebut hypereutectic (Murray, 1985). Diagram fase biner paduan Al-Cu ditunjukkan pada Gambar 1.1. Fase yang terjadi selama proses pembekuan dari ketiga golongan paduan Al-Cu dapat dijelaskan 18 ft-unwahas SEMARANG

Momentum, Vol. 9, No. 1, April 213, Hal. 18-22 ISSN 216-7395 sebagai berikut: sebagai contoh pada paduan Al-Cu hypoeutectic dengan kandungan 5,7% Cu, dengan menurunkan temperatur dibawah garis liquidus maka fase yang terjadi adalah L + α dimana pada fase ini sudah mulai terbentuk pengintian dendrit aluminium. Ketika temperaturnya diturunkan lagi dibawah garis solidus (548 o C) maka semua fase cair akan berubah menjadi fase padat dan berujung dengan terbentuknya struktur berbentuk dendrit, fase yang terjadi pada kondisi ini adalah α + θ. Gambar 1. Diagram fase binary Al-Cu (Surdia dan Saito, 1992). Titik eutectic pada paduan Al-Cu terjadi pada temperatur 548 o C dengan kandungan tembaga 33,%. Ketika temperatur diturunkan dibawah titik eutectic maka reaksi yang terjadi adalah L α + θ, dimana L adalah fase cair, α adalah fase aluminium dan θ adalah fase tembaga. Pada kondisi ini pengintian terjadi secara cepat dan menghasilkan struktur akhir berbentuk dendrit. Pada paduan Al-Cu dengan kandungan Cu >33,% disebut hypereutectic. Ketika temperatur diturunkan dibawah garis liquidus maka fase yang terbentuk adalah L + θ, dimana pada fase ini sudah mulai terbentuk pengintian fase tembaga. Selanjutnya dengan menurunkan temperatur lebih rendah lagi sampai melewati garis solidus maka semua fase cair akan berubah menjadi fase padat dan berakhir dengan menghasilkan struktur dendrit α + θ. Proses pembekuan coran sebagaimana pada Gambar 1.2 dimulai dari bagian logam yang bersentuhan dengan cetakan, yaitu ketika panas dari logam cair diambil oleh cetakan sehingga bagian logam yang bersentuhan dengan cetakan itu mendingin sampai titik beku, kemudian inti kristal tumbuh (Fleming,1974). Gambar 2. Struktur mikro logam pada cetakan (Colton, 1992) Bentuk butir dan ukurannya sangat tergantung pada pertumbuhan butir selama proses pembekuan. Meski besar butir dinyatakan dalam ukuran diameter, sangat sedikit sekali butiran logam fasa tunggal yang bentuknya bulat. Bentuk butir lain adalah bentuk pipih, kolumnar dan dendritik (Van Vlack dan Sriati, 1983). Struktur selular terjadi melalui proses pendinginan superkomposisi dengan bentuk butir saling sejajar dan searah pertumbuhan kristal. Adanya gradien temperatur, menyebabkan bidang antar permukaan menjadi kurang stabil dan cenderung tumbuh kearah lain. Proses ini berlangsung terus-menerus sampai akhirnya terbentuk sederetan struktur selular yang disebut juga struktur closed packed. Struktur Selular dendrit terjadi bila gradien temperatur berkurang dan luas daerah pendinginan superkomposisi semakin dominan, karakteristiknya akan berubah menjadi struktur dendrit. Bentuk selular dengan ujung semilingkaran akan berubah menjadi struktur dendrit dengan ujung berbentuk piramid dan bahkan berbentuk kubah. Secara keseluruhan struktur selular dendrit membentuk cabang dari jaringjaring yang saling berhubungan satu dan lainnya. Kolumnar-dendrit merupakan bentuk butir kristal yang menyerupai cabang pohon. Struktur kolumnar-dendrit ditunjukkan pada Gambar 1.3 Gambar 3. Struktur kolumnar dendrit Struktur ini terjadi jika gradien temperatur pada permukaan coran besar, misalnya pada ft-unwahas SEMARANG 19

Pengaruh Konsentrasi Cu Terhadap Sifat Mekanis Paduan pengecoran dengan cetakan logam (Surdia dan Saito, 1992; Rusli, 1995). Sementara struktur equiaxed terjadi karena laju pendinginan yang sangat tinggi, sehingga mudah terjadi makro segregasi. Laju pembekuan sangat menentukan struktur butir yang terbentuk. Laju pembekuan antara,1-,5 μm/detik didapatkan pertumbuhan butir kolumnar-dendrit dari dasar sepanjang 2 inci pada baja karbon rendah. Butiran dendrit semakin kasar dengan penambahan laju pembekuan (Smith dkk, 1967 ; Oakwood dkk, 22 ; Amauri dkk, 22). Penurunan laju pembekuan antara,3,2 μm/detik didapatkan bentuk butir primary dendrite arm spacing, secondary dendrite arm spacing, dendrite tipe radius dan mushy zone depth yang lebih jelas ( Gunduz dkk, 21). Konsentrasi unsur pada paduan akan mempengaruhi pembentukan struktur butir dendrit. Pada paduan Al-Cu dengan variasi konsentasi, perubahan struktur dendrit mulai terjadi pada temperatur 973 K (Gunduz dkk, 21). Konsentrasi Zn yang rendah (<3 % berat) pada paduan Al-Zn, lebih sulit terbentuk struktur butir dendrit pada daerah eutektik (Gonzales dan Rappaz, 26). Pengaruh gradien temperatur (G) dan laju pembekuan (V) yang rendah pada masingmasing konsentrasi akan meningkatkan primary dendrite arm spacing (λ 1 ), secondary dendrite arm spacing (λ 2 ), dendrite tipe radius (R), dan mushy zone depth (d) (Kou, 1987; Gunduz dkk, 21). Proses pembekuan searah meningkatkan sifat mekanis material seperti : kekerasan, kekuatan mulur, kekuatan bending dibandingkan dengan proses pengecoran konvensional (Smith dkk, 1967; Axmann, 1983; Piwonka, 1992; Kim, dkk, 2). METODOLOGI Al-4,7%Cu dalam bentuk ingot sebagai material dasar, untuk membuat beberapa variasi konsentrasi Cu dilakukan dengan menambahkan Al 99% dengan perbandingan berat. Tabel 1. menunjukkan komposisi paduan Al-(2.2, 3.1, 4.4, 4.7%Cu) setelah dilakukan uji dengan spectrometer. Tabel 1. Komposisi kimia paduan (%),1,2242 2,221,89,52,65,147,43,8,2,43 97,35,12,2866 3,189,9,63,78,15,6,14,41,79 96,28,46,986 4,45,,4978,345,26,47,3,36,81 94,39,12,1468 4,767,135,71,868,85,82,13,39,89 94,83 Proses untuk menurunkan komposisi sampai dengan menuang ke dalam cetakan dilakukan dengan menggunakan dapur peleburan konvensional dengan temperatur tuang 7 C. Proses pembekuan searah dilakukan dengan cara melebur kembali logam yang telah ada dalam cetakan dengan menggunakan dapur listrik sampai temperatur 7-71 C. Besarnya pengaruh komposisi yang ada pada paduan mulai terjadi pada temperatur tinggi yaitu 973 K (Gunduz dkk, 21). Setelah itu cetakan diturunkan untuk melakukan proses pendinginan sampai batang chill masuk kedalam media air sepanjang 5 cm dan ditahan selama ± 1 menit. Gambar 1.4 dan 1.5 menunjukkan peralatan dan mekanisme pembekuan searah. Gambar 4. Peralatan pembekuan searah Cetakan terbuat dari logam dengan diameter dalam 5 mm, diamater luar 6 mm dan panjang 1 mm. Untuk menghambat pembekuan dari arah samping digunakan tanah liat (clay) yang menyelimuti seluruh permukaan cetakan. Gambar 1.6 menunjukkan desain cetakan untuk pembekuan searah. 2 ft-unwahas SEMARANG

Nilai kekerasan (BHN) Nilai kekerasan (BHN) Momentum, Vol. 9, No. 1, April 213, Hal. 18-22 ISSN 216-7395 24 4,±,5 2,±,4 R 4 Heater L SL Media pendingin Cetakan Chill Gambar 5. Cetakan pembekuan searah Pengujian kekerasan Brinell menggunakan indentor bola baja dengan diamater 2,5 mm dan beban 6 kg. Mesin yang digunakan untuk pengujian ini adalah Weinheim-Birkenau tipe 3855. Pengujian dilakukan pada lima titik yang berbeda mulai dari dasar cetakan ke atas pada spesimen potongan melintang sepanjang 6 mm dan tiga titik pada potongan membujur dengan diameter 5 mm, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 6. Gambar 7. Spesimen uji tarik ( ASTM, 22) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil nilai kekerasan yang dilakukan pada potongan membujur berdasar titik pengujian, menunjukkan terjadi penurunan nilai kekerasan dari pangkal hingga ke atas cetakan akibat makin cepatnya laju pendinginan. Paduan Al- 4,4% Cu menurun nilai kekerasannya sebesar 7,73%, Al-4,7% Cu menurun nilai kekerasannya 5,7%, sedangkan Al-3,1% dan 2,2 % Cu nilai kekerasannya relatif stabil dari dasar hingga atas cetakan. Gambar 8. menunjukkan hubungan antara titik pengujian dari pangkal ke atas cetakan terhadap nilai kekerasan paduan. 12 1 8 6 4 2 1 2 3 4 5 3 1 2 3 4 5 Titik pengujian 5 mm Al-4,7%Cu Al-4,4%Cu Al-3,1%Cu Al-2,2%Cu 6 mm (a) (b) 2 1 Gambar 8. Nilai kekerasan Al-Cu dari pangkal hingga jarak 6 mm Gambar 6. Pengujian kekerasan (a) potongan membujur (b) potongan melintang Pengujian kekuatan tarik menggunakan Servopulser SHIMADZU tipe EHF-EB2. Spesimen uji tarik ini dibuat berdasarkan standar ASTM B 557M (ASTM, 22) sebagaimana di tunjukkan pada Gambar 7.. Beban maksimal yang diberikan pada spesimen sebesar 2 kg. 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2,2 3,1 4,4 4,7 Konsentrasi Cu (% ) Material awal Hasil pembekuan searah Gambar 9. Nilai kekerasan paduan Al-Cu arah membujur ft-unwahas SEMARANG 21

Kekuatan tarik (Mpa) Pengaruh Konsentrasi Cu Terhadap Sifat Mekanis Paduan Nilai kekerasan hasil pembekuan searah yang dilakukan pada spesimen yang dipotong membujur sepanjang 6 mm ditunjukkan pada Gambar 9. Pada gambar tersebut memperlihatkan peningkatan kekerasan pada semua konsentrasi Cu. Material awal Al-4,4%Cu menunjukkan peningkatan nilai kekerasan yang relatif besar mencapai 58,24% dibanding Al-3,1%Cu, hal ini disebabkan adanya konsentrasi magnesium yang relatif besar sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1. Sedangkan nilai kekuatan tarik gambar 1. memperlihatkan dengan jelas hubungan antara konsentrasi Cu (%) dengan kekuatan tarik, dimana kekuatan tarik dari paduan berbanding lurus dengan nilai kekerasannya. Konsentrasi Cu akan meningkatkan kekuatan tarik paduan lebih tinggi dari kekuatan tarik material awalnya. Hasil pengujian tarik yang dilakukan menunjukkan bahwa struktur hasil pembekuan searah butir kolumnar-dendrit pada paduan Al- Cu akan meningkatkan kekuatan mekanis (Kim, dkk, 2; Axmann, 1983). 25 2 15 1 5 2,2 3,1 4,4 4,7 Konsentrasi Cu(%) Material awal Hasil pembekuan searah Gambar 1. Hasil uji tarik paduan Al-Cu DAFTAR PUSTAKA Amstead B.H. dkk, 1989, Teknologi Mekanik edisi 7, Erlangga, Jakarta, pp.156-157. Axmann.W, 1983, Dynamic Directional Solidification, Workshop RWTH Aachen, pp.71-95. Fleming,M.C, 1974, Solidification processing, Mc Graw-Hill Book Company, New York,pp.181-183. Gunduz.M and Cadirh.E,21, Directional solidification of Aluminium-Copper alloys, Elsevier,pp.167-185. Murray J.L,1985, Binary Alloy Phase Diagrams, Int. Met. Rev. Trans. Metal. Soc. AIME. Oakwood T.G, Goodrich G.M,22, Role of Gravity Forces on the Directional Solidification of Gray Cast Iron, American Foundry Society, USA, pp. 1-17. Robert S.G, 2, High Performance Alloys, Trans Tech Publications LTD,USA. Rappaz, Michel, Beckermann,C, dan Trivedi,R, 24, Solidification Processes and Microstructures, TMS, USA, pp. 225, Smith.L and Beeley P.R, 1967, Controlled directional solidification of steel, Leeds University, pp.33-333. Surdia dan Saito, S., 1992, Pengetahuan bahan teknik, P.T. Pradnya Paramitha, Jakarta. pp. 135. Sindo Kou,1987, Welding Metallurgy, John Wiley and Sons, Wisconsin, pp.129-14. Van Vlack. H, Lawrence, dan Djaprie, S,1983, Ilmu dan Teknologi Bahan, Erlangga, Jakarta, pp. 225-231 KESIMPULAN Konsentrasi Cu juga mempengaruhi sifat mekanis paduan. Proses pembekuan searah meningkatkan sifat mekanis paduan dari material awal pada semua variasi konsentrasi Cu. Paduan Al-4,4%Cu hasil pembekuan searah menunjukkan peningkatan kekerasan yang tinggi 85,41 BHN dan kekuatan tarik sebesar 179,28 MPa. Peningkatan kekerasan dan kekuatan tarik Al-4,4%Cu juga disebabkan adanya unsur magnesium dan silikon yang relatif besar. Penambahan konsentrasi 4,7%Cu menyebabkan peningkatan segregasi yang dapat menyebabkan penurunan sifat mekanisnya. 22 ft-unwahas SEMARANG