BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 67

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

No. Kode Nilai No. Kode Nilai 1 E K E K E K E K E K E K-06 36

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadian dan kemampuan belajar baik dari segi kognitif,

hlm Nana Sudjana, Cara Belajar Peserta didikaktif, (Bandung: Sinar Baru Algensind, 1996),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jawab. 3 Penyampaian pelajaran pada peserta didik di sekolah akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta,2004, hlm Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH IBTIDAIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran fiqih di MTs atau SMP merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mempelajari tentang Fiqih ibadah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pustaka Belajar, 2009), hlm Rosdakarya, 2011), hlm

BAB I PENDAHULUAN. Standar Nasional Pendidikan pasal 3 menyebutkan, bahwa: 2

BAB I PENDAHULUAN. pelatihan sebagai istilah-istilah teknis yang kegiatan-kegiatannya lebur dalam

BAB I PENDAHULUAN. makhluk ciptaan Allah yang mulia, maka sangat beralasan jika Allah

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Marno dan M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran, Yogyakarta: Ar-Ruz Media Group, Mukyasa, Kurikiulum Tingkat KTSP, Bandung: PT Remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mempengaruhi secara penuh

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, 2008), hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR FIQH DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD DI MADRASAH

BAB I PENDAHULUAN. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm Endang Poerwanti, dkk, Perkembangan Peserta didik, Malang: UMM Press, 2002, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia. 1

BAB I PENDAHULUAN. konseling. Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang di dalamnya

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), cet. I,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 13. hlm Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, PT Rineka Cipta, Jakarta, Cet ke-1, 2002,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games-Tournament (TGT) dapat

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju sejahtera

BAB I PENDAHULUAN. 1995, hlm Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan 9 tahun. Anak-anak yang bersekolah di tingkat Sekolah Dasar (dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING

BAB V PENUTUP. 1. Hasil belajar siswa yang belajar dikelas eksperimen dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kecakapannya dalam memilih dan menggunakan model

BAB I PENDAHULUAN. ini sesuai pendapat Didi Supriadie yang menyatakan bahwa pendidikan. dapat menjalankan hidup dan kehidupannya sesuai dengan harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan suatu negara pendidikan memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 15 3

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. dan Kompetensi Dasar Tingkat SD, MI, dan SDLB, hlm Berbasis Multiple Intelligences, (Depok: Intuisi Press, 2006), hlm.

B. KETERBATASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIKIH DI MI MA ARIF NGABEAN SECANG MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. agama. 1 Di sekolah umum (SD, SMP, SMA) pengajaran agama dipandang

BAB I PENDAHULUAN. sejak dalam kandungan dan kemudian hendaklah dilanjutkan pembinaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2013, hlm Muhammad Rohman dan Sofan Amri, Strategi & Desain Pengembangan Sistem

BAB I PENDAHULUAN. didik melalui suatu interaksi, proses dua arah antara pendidik dan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. mengajar mencerminkan dua arah, bukan semata-mata memberikan informasi

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan/mendorong/mengantarkan siswa ke arah aktivitas belajar. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. menggunakan metode simulasi melalui media gambar. Adapun metode

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Media Gambar, Prestasi Belajar IPA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2007), hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 173.

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Sinar Baru Al Gensindo, 2005), hlm. 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD, MI, dan SDLB, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia makhluk yang dikarunia akal dan hati oleh Allah SWT.

BAB V PEMBAHASAN. A. Motivasi Belajar Membaca Al-Qur an pada Siswa di Madrasah. karena itu peran seorang guru bukan hanya semata-mata mentransfer ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, 2008), hlm Asep Jihad, Evaluasi Pembelajaran (Yogyakarta: Multi Presindo, 2009), hlm. 24.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat merubah pola pikir yang akan berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Jamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 9.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pengujian hipotesis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36.

BAB I PENDAHULUAN. tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang. pengetahuan, kebiasaan sikap, dan sebagainya.

BAB 1 PENDAHULUAN. terjemahnya, Perca, Jakarta, 1982, hlm Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan setiap siswa, bahkan mempengaruhi berbagai aspek perilaku

IMPLEMENTASI EVALUASI AUTENTIK MATA PELAJARAN FIKIH DI MI NEGERI PURWOKERTO TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SKRIPSI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. menggunakan model Advance Organizer (AO) dibandingkan. 5% yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima.

BAB II KAJIAN TEORI. dapat memberikan hasil belajar yang optimal. 1. strategi pembelajaran itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau

BAB I PENDAHULUAN. memicu timbulnya rasa semangat dan juga mampu merubah tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah.

BAB I PENDAHULUAN. 2005, Hlm, 28

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidik selama proses pembelajaran berusaha agar proses belajar mengajar mencerminkan dua arah, bukan semata-mata memberikan informasi tanpa mengembangkan ketrampilan mereka. Tetapi proses pembelajaran harus dapat mengembangkan cara belajar peserta didik untuk memperoleh, mengolah, dan menggunakan apa yang telah diperoleh dari proses belajar tersebut. Peserta didik membutuhkan motivasi yang stabil saat belajar. Peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi akan merasa terdorong perhatian dan minatnya untuk konsentrasi pada pelajaran. Dan sebaliknya peserta didik yang tidak memiliki motivasi dalam belajar, maka dia tidak akan mungkin melakukan aktifitas belajar. Maka dari itu motivasi sangat diperlukan dalam proses belajar. Namun setiap individu pasti memiliki motivasi yang berbedabeda karena sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik menurut orang-orang tertentu. Upaya untuk meningkatkan motivasi belajar tentu memerlukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat. Sebagai seorang pendidik sangat dianjurkan untuk dapat memilih strategi ataupun metode pembelajaran yang bervariasi, sesuai dengan kemampuan peserta didik dan banyak melibatkan peserta didik dalam setiap tindakan proses pembelajaran. 1 Dengan adanya peningkatan motivasi dalam mengikuti pelajaran maka hasil belajar yang dicapai pun maksimal. Dalam memilih metode pembelajaran harus melihat sisi kelebihan dan kekurangan metode yang hendak diterapkan. Jumlah peserta didik di kelas dan kelengkapan fasilitas juga mempunyai andil tepat atau tidaknya 1 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 70 71. 1

suatu metode yang hendak diterapkan. Apabila diperlukan, penggabungan metode pun tidak luput dari pertimbangan berdasarkan kelebihan dan kelemahan dari metode yang manapun juga. Pemilihan yang terbaik adalah mencari kelemahan suatu metode untuk kemudian dicarikan metode yang dapat menutupi kelemahan metode tersebut. 2 Akibat dari penggunaan metode yang monoton adalah peserta didik cenderung pasif, jenuh, motivasi belajar menurun dan hasil belajar kurang maksimal. Dalam kaitannya dengan peserta didik yang pasif difirmankan Allah dalam al-qur an Surat ar-ra d/13 ayat 11: Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (Q.S. ar- Ra d/13: 11). 3 Pendidikan agama Islam (PAI) merupakan mata pelajaran yang mempelajari tentang ajaran juga hukum-hukum dalam agama Islam itu sendiri. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di setiap lembaga pendidikan Islam adalah Fiqih. Mata pelajaran Fiqih merupakan mata pelajaran yang pembahasannya menyangkut dua aspek, yaitu Fiqih ibadah dan Fiqih muamalah. Mata pelajaran ini memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami dan menghayati tentang garis-garis hukum Islam. Dewasa ini masih banyak pendidik yang menggunakan metode konvensional. Menurut hasil wawancara dengan salah satu pendidik di MI NU 56 Krajankulon hampir semua tenaga pendidik di sana masih menggunakan metode tradisional tersebut. Alasannya adalah metode konvensional lebih mudah diaplikasikan dan tidak membutuhkan banyak persiapan. 2 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 19. 3 M. Quraish Shihab, Tafsir al-mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2008), hlm. 564 572. 2

Hal ini tidak efektif karena akan mempengaruhi keaktifan dan motivasi belajar peserta didik. Saat pembelajaran berlangsung sering dijumpai peserta didik yang sibuk dengan aktifitas mereka sendiri-sendiri, misalnya bercerita dengan teman sebangku, bermain sendiri, tertidur karena merasa jenuh sehingga mereka kurang fokus dalam mengikuti pembelajaran. Apabila hal ini diabaikan, tujuan pembelajaran dan juga tujuan mata pelajaran Fiqih itu sendiri tidak bisa tercapai secara maksimal. Suasana belajar yang kurang menyenangkan dapat juga menyebabkan tidak adanya kesadaran untuk melaksanakan dan mengamalkan pengetahuan dari hasil pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu perlu diadakannya penelitian sebagai tolak ukur metode mana yang lebih efektif dalam meningkatkan keaktifan belajar peserta didik. Melihat dari permasalahan dan gambaran di atas maka peneliti tertarik untuk mengkaji masalah tersebut dan mengadakan penelitian dengan judul EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN LISTENING TEAM TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS III SEMESTER GASAL PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MI NU 56 KRAJANKULON KALIWUNGU KENDAL TAHUN AJARAN 2014/2015. Adapun hal-hal yang perlu dijelaskan sehingga terbentuk suatu pengertian sesuai dengan maksud yang sebenarnya dari judul penelitian. Beberapa hal tersebut diantaranya yaitu: 1. Metode Pembelajaran Listening Team Metode listening team merupakan salah satu metode yang biasa diterapkan dalam cooperative learning. Metode ini lebih menekankan pada diskusi tanya jawab dengan perspektif pendapat yang berbeda. Tujuan dari penerapan metode ini yaitu membentuk kelompok yang mempunyai tugas atau tanggung jawab tertentu berkaitan dengan materi pelajaran sehingga akan diperoleh partisipasi aktif oleh peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. 3

2. Motivasi Belajar Motivasi belajar merupakan sebuah dorongan yang kuat pada diri peserta didik, baik berupa minat atau kemampuan belajar, keaktifan belajar, tujuan atau hasrat belajar, dorongan guru atau orang tua dan teman maupun fasilitas keluarganya dalam proses belajar mengajar sehingga tujuan yang dikehendaki tercapai secara optimal. Motivasi belajar menurut Agus Suprijono adalah suatu proses memberi semangat belajar, arah dan kegigihan perilaku yang termotivasi, penuh energi, terarah dan bertahan lama. 4 Indikator motivasi belajar dalam penelitian ini yaitu: a. Menunjukkan keuletan dalam menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) b. Menunjukkan ketekunan menghadapi tugas. 5 c. Menunjukkan partisipasi di dalam kelas 3. Mata Pelajaran Fiqih Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di setiap lembaga pendidikan Islam yaitu mata pelajaran Fiqih. Ruang lingkup mata pelajaran Fiqih mencakup dua aspek, yaitu Fiqih ibadah tentang pengenalan dan pemahaman tetang cara pelaksanaan rukun Islam, seperti tata cara thaharah, shalat, puasa, zakat, ibadah haji. Dan Fiqih muamalah tentang pengenalan dan pemahaman mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, tata cara jual beli dan pinjam meminjam. 4 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 163. 5 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Dalam Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 83. 4

Mata pelajaran ini memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami dan menghayati tentang garis-garis hukum Islam. Berhubung waktu penelitian yang terbatas menjadikan penelitian ini hanya dilakukan ketika membahas materi tentang ketentuan-ketentuan shalat Jum at. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang sebagaimana yang telah dipaparkan di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana motivasi belajar peserta didik yang diajar menggunakan metode listening team? 2. Bagaimana motivasi belajar peserta didik yang diajar menggunakan metode konvensional? 3. Motivasi belajar peserta didik manakah yang lebih baik antara yang diajar menggunakan metode listening team dan yang diajar menggunakan metode konvensional di kelas III semester gasal mata pelajaran Fiqih di MI NU 56 Krajankulon Kaliwungu Kendal tahun ajaran 2014/2015? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui motivasi belajar peserta didik yang diajar menggunakan metode listening team. b. Untuk mengetahui motivasi belajar peserta didik yang diajar menggunakan metode konvensional. c. Untuk mengetahui motivasi belajar peserta didik manakah yang lebih baik antara yang diajar menggunakan metode listening team dan yang diajar menggunakan metode konvensional di kelas III semester gasal mata pelajaran Fiqih di MI NU 56 Krajankulon Kaliwungu Kendal tahun ajaran 2014/2015. 5

2. Manfaat Penelitian a. Bagi peserta didik 1) Suasana pembelajaran menyenangkan dan peserta didik tidak merasa jenuh dengan metode-metode yang diterapkan. 2) Penelitian ini menjadi wahana informasi bagi peserta didik untuk selalu termotivasi dalam belajar. 3) Melatih peserta didik untuk tetap konsentrasi dan aktif saat mengikuti pelajaran. b. Bagi pendidik 1) Dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas dengan baik. 2) Membantu pendidik berkembang secara profesional. 3) Meningkatkan kreatifitas dalam memilih strategi pembelajaran yang bervariasi. c. Bagi madrasah 1) Dapat dijadikan bahan kajian bersama agar dapat meningkatkan kualitas madrasah. 2) Sebagai informasi tentang alternatif metode pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Fiqih di madrasah. 3) Dapat digunakan sebagai acuan penelitian. d. Bagi peneliti 1) Mengetahui efektivitas metode pembelajaran listening team terhadap motivasi belajar peserta didik. 2) Penelitian ini dapat menambah pengalaman yang baru dan dapat digunakan dalam proses belajar mengajar dimasa mendatang. 3) Mengaplikasikan dan menyebarluaskan pengetahuan ke dalam proses pembelajaran yang sebenarnya. 6