PENGANTAR KOMPRESI DATA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) TEKNIK KOMPRESI. Disusun Oleh: Anastasya Latubessy, S.Kom, M.Cs

[TTG4J3] KODING DAN KOMPRESI. Oleh : Ledya Novamizanti Astri Novianty. Prodi S1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi berkembang sangat cepat. Penyimpanan

KOMPRESI FILE MENGGUNAKAN ALGORITMA HUFFMAN KANONIK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN ALGORITMA HUFFMAN DAN ALGORITMA SHANNON-FANO PADA PROSES KOMPRESI BERBAGAI TIPE FILE. Irwan Munandar

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pendahuluan

Penggunaan Pohon Huffman Sebagai Sarana Kompresi Lossless Data

[TTG4J3] KODING DAN KOMPRESI. Oleh : Ledya Novamizanti Astri Novianty. Prodi S1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penerapan Pengkodean Huffman dalam Pemampatan Data

Extreme Programming Melakukan Pengembangan Perangkat Lunak dengan Lebih Sederhana

BAB 2 LANDASAN TEORI

Kompresi. Definisi Kompresi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Konstruksi Kode dengan Redundansi Minimum Menggunakan Huffman Coding dan Range Coding

PEMAMPATAN TATA TEKS BERBAHASA INDONESIA DENGAN METODE HUFFMAN MENGGUNAKAN PANJANG SIMBOL BERVARIASI

Penggunaan Kode Huffman dan Kode Aritmatik pada Entropy Coding

Penyandian (Encoding) dan Penguraian Sandi (Decoding) Menggunakan Huffman Coding

Perbandingan Kompresi Data Dengan Algoritma Huffman Statik dan Adaptif

BAB III METODE KOMPRESI HUFFMAN DAN DYNAMIC MARKOV COMPRESSION. Kompresi ialah proses pengubahan sekumpulan data menjadi suatu bentuk kode

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

DATA COMPRESSION CODING USING STATIC AND DYNAMIC METHOD OF SHANNON-FANO ALGORITHM

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

PEMAMPATAN CITRA (IMA

Kode Huffman dan Penggunaannya dalam Kompresi SMS

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL. foto, bersifat analog berupa sinyal sinyal video seperti gambar pada monitor

KOMPRESI TEKS MENGGUNAKAN ALGORITMA DAN POHON HUFFMAN. Nama : Irfan Hanif NIM :


1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI

TEKNIK KOMPRESI LOSSLESS TEXT

Image Compression. Kompresi untuk apa?

BAB 2 LANDASAN TEORI

IMPLEMENTASI DAN ANALISIS KINERJA ALGORITMA ARIHTMETIC CODING DAN SHANNON-FANO PADA KOMPRESI CITRA BMP

Kata kunci: pohon biner, metode Huffman, metode Kanonik Huffman, encoding, decoding.

Entropy Naskah Bahasa Sunda Dan Bahasa Jawa Untuk Kompresi Teks Menggunakan Algoritma Binary Huffman Code

MULTIMEDIA system. Roni Andarsyah, ST., M.Kom Lecture Series

Teknik Pembangkitan Kode Huffman

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

KOMPRESI DATA DAN TEKS. By : Nurul Adhayanti

ANALISIS KOMPRESI DATA TEKNIK LOSSLESS COMPRESSION

PROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO MULTIMEDIA. Kompresi. Oky Dwi Nurhayati, ST, MT

BAB 2 Tinjauan Teoritis

Perbandingan Kompresi Data Menggunakan Algoritma Huffman dan Algoritma DMC

IMPLEMENTASI DAN ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA PENGKODEAN LZ78 DAN SHANNON FANO PADA KOMPRESI DATA TEKS

Perbandingan Algoritma Kompresi Terhadap Objek Citra Menggunakan JAVA

ANALISIS BEBERAPA TEKNIK CODING RAHMAD FAUZI, ST, MT JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB I PENDAHULUAN

IMPLEMENTASI DAN ANALISIS KINERJA ALGORITMA SHANNON- FANO UNTUK KOMPRESI FILE TEXT

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kuliah 13 Kompresi Citra. Indah Susilawati, S.T., M.Eng.

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Optimasi Enkripsi Teks Menggunakan AES dengan Algoritma Kompresi Huffman

Kode Huffman. Arya Tri Prabawa Program Studi Teknik Informatika ITB, Bandung 40116,

Image Compression. Tujuan Kompresi Image. Teknik kompresi yang diharapkan. Image Compression. Kompresi untuk apa?

JURNAL IT STMIK HANDAYANI

Kompleksitas Algoritma dari Algoritma Pembentukan pohon Huffman Code Sederhana

Kinerja Dan Performa Algoritma Kompressi Lossless Terhadap Objek Citra Digital

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KOMPRESI STRING MENGGUNAKAN ALGORITMA LZW DAN HUFFMAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Aplikasi Penggambar Pohon Biner Huffman Untuk Data Teks

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN ALGORITMA HUFFMAN DENGAN ALGORITMA SHANNON-FANO

ANALISA DAN PERBANDINGAN ALGORITMA RUN LENGTH ENCODING DAN ALGORITMA LZW ( LEMPEL ZIV WECH ) DALAM PEMAMPATAN TEKS

HUFFMAN CODING. Huffman Coding

Implementasi Algoritma Kompresi Shannon Fano pada Citra Digital

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KOMPRESI TEKS dengan MENGGUNAKAN ALGORITMA HUFFMAN

Implementasi Metode HUFFMAN Sebagai Teknik Kompresi Citra

BAB 2 LANDASAN TEORI

Penerapan Algoritma Huffman dalam Kompresi Gambar Digital

>>> Kompresi Data dan Teks <<<

Kompresi Data dengan Algoritma Huffman dan Perbandingannya dengan Algoritma LZW dan DMC

MKB3383 -TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kompresi Citra. Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Genap, 2016/2017

[TTG4J3] KODING DAN KOMPRESI. Oleh : Ledya Novamizanti Astri Novianty. Prodi S1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

KONSEP. Tujuan Kompresi:

Studi Kompresi Data dengan Metode Arithmetic Coding

Image Compression. Tujuan Kompresi Image. Teknik kompresi yang diharapkan. Image Compression. Kompresi untuk apa?

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam penggunaan sehari-hari data berarti suatu pernyataan yang diterima secara apa

Abstrak. Pendahuluan. pi log2 pi bits (1) Dimana pi adalah probabilitas daro intensitas nilai i, dimana i bernilai diantara 0 sampai 225

BAB II LANDASAN TEORI. Kompresi data atau pemampatan data adalah suatu proses pengubahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

APLIKASI GREEDY PADA ALGORITMA HUFFMAN UNTUK KOMPRESI TEKS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Teknik Kompresi Citra Menggunakan Metode Huffman

Analisa Perbandingan Rasio Kecepatan Kompresi Algoritma Dynamic Markov Compression Dan Huffman

Penerapan Algoritma LZW (Lempel-Ziv-Welch) pada Program Pemampat File

PROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO. Oky Dwi Nurhayati, ST, MT.

METODE POHON BINER HUFFMAN UNTUK KOMPRESI DATA STRING KARAKTER

Yama Fresdian Dwi Saputro

STMIK GI MDP. Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2010/2011

Transkripsi:

PENGANTAR KOMPRESI DATA PUTU WIDHIARTHA widhiartha@yahoo.com http://widhiartha.multiply.com Lisensi Dokumen: Copyright 2003-2008 IlmuKomputer.Com Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara bebas untuk tujuan bukan komersial (nonprofit), dengan syarat tidak menghapus atau merubah atribut penulis dan pernyataan copyright yang disertakan dalam setiap dokumen. Tidak diperbolehkan melakukan penulisan ulang, kecuali mendapatkan ijin terlebih dahulu dari IlmuKomputer.Com. Kompresi Data adalah salah satu subyek di bidang teknologi informasi yang saat ini telah diterapkan secara luas. Gambar-gambar yang anda dapatkan di berbagai situs internet pada umumnya merupakan hasil kompresi ke dalam format GIF atau JPEG. File video MPEG adalah hasil proses kompresi pula. Penyimpanan data berukuran besar pada server pun sering dilakukan melalui kompresi. Sayangnya tidak banyak mata kuliah yang memberikan perhatian pada subyek ini secara memadai. Tulisan berikut ini akan memperkenalkan tentang dasar-dasar Kompresi Data kepada anda. Kompresi Data merupakan cabang ilmu komputer yang bersumber dari Teori Informasi. Teori Informasi sendiri adalah salah satu cabang Matematika yang berkembang sekitar akhir dekade 1940-an. Tokoh utama dari Teori Informasi adalah Claude Shannon dari Bell Laboratory. Teori Informasi mengfokuskan pada berbagai metode tentang informasi termasuk penyimpanan dan pemrosesan pesan. Teori Informasi mempelajari pula tentang redundancy (informasi tak berguna) pada pesan. Semakin banyak redundancy semakin besar pula ukurang pesan, upaya mengurangi redundancy inilah yang akhirnya melahirkan subyek ilmu tentang Kompresi Data. Teori Informasi menggunakan terminologi entropy sebagai pengukur berapa banyak informasi yang dapat diambil dari sebuah pesan. Kata entropy berasal dari ilmu termodinamika. Semakin tinggi entropy dari sebuah pesan semakin banyak informasi yang terdapat di dalamnya. Entropy dari sebuah simbol didefinisikan sebagai nilai logaritma negatif dari probabilitas kemunculannya. Untuk menentukan konten 1

informasi dari sebuah pesan dalam jumlah bit dapat digunakan rumus sebagai berikut: number of bits = -log base 2 (probability) Entropy dari keseluruhan pesan adalah jumlah dari keseluruhan entropy dari seluruh symbol. Teknik Kompresi Data dapat dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu: 1. Lossy Compression Lossy compression menyebabkan adanya perubahan data dibandingkan sebelum dilakukan proses kompresi. Sebagai gantinya lossy compression memberikan derajat kompresi lebih tinggi. Tipe ini cocok untuk kompresi file suara digital dan gambar digital. File suara dan gambar secara alamiah masih bisa digunakan walaupun tidak berada pada kondisi yang sama sebelum dilakukan kompresi. 2. Lossless Compression Sebaliknya Lossless Compression memiliki derajat kompresi yang lebih rendah tetapi dengan akurasi data yang terjaga antara sebelum dan sesudah proses kompresi. Kompresi ini cocok untuk basis data, dokumen atau spreadsheet. Pada lossless compression ini tidak diijinkan ada bit yang hilang dari data pada proses kompresi. Secara umum kompresi data terdiri dari dua kegiatan besar, yaitu Modeling dan Coding. Proses dasar dari kompresi data adalah menentukan serangkaian bagian dari data (stream of symbols) mengubahnya menjadi kode (stream of codes). Jika proses kompresi efektif maka hasil dari stream of codes akan lebih kecil dari segi ukuran daripada stream of symbols. Keputusan untuk mengindentikan symbols tertentu dengan codes tertentu adalah inti dari proses modeling. Secara umum dapat diartikan bahwa sebuah model adalah kumpulan data dan aturan yang menentukan pasangan antara symbol sebagai input dan code sebagai output dari proses kompresi. Sedangkan coding adalah proses untuk menerapkan modeling tersebut menjadi sebuah proses kompresi data. Dengan menggunakan Huffman coding sebagai contoh, sebuah proses kompresi akan nampak seperti gambar berikut ini: 2

Symbols Probabilities Codes Input Stream Model Encoder Output Stream Gambar I Diagram Statistical Model dengan Huffman Code Pada Huffman coding, symbols yang sering muncul akan diubah menjadi code dengan jumlah bit kecil, sedangkan yang jarang muncul akan menjadi code dengan jumlah bit besar. I.Coding Melakukan proses encoding dengan menggunakan ASCII atau EBDIC yang merupakan standar dalam proses komputasi memberikan kelemahan mendasar apabila dilihat dari paradigma kompresi data. ASCII dan EBDIC menggunakan jumlah bit yang sama untuk setiap karakter, hal ini menyebabkan banyak bit yang terbuang untuk merepresentasikan karakter-karakter yang sebenarnya jarang muncul pada sebuah pesan. Salah satu cara mengatasi permasalahan di atas adalah dengan menggunakan Huffman-coding. Huffman-coding yang dikembangkan oleh D.A. Huffman mampu menekan jumlah redundancy yang terjadi pada sebuah pesan yang panjangnya tetap. Huffman-coding bukanlah teknik yang paling optimal untuk mengurangi redundancy tetapi Huffman-coding merupakan teknik terbaik untuk melakukan coding terhadap symbol pada pesan yang panjangnya tetap. Permasalahan utama dengan Huffman-coding adalah hanya bisa menggunakan bilangan bulat untuk jumlah bit dari setiap code. Jika entropy dari karakter tersebut adalah 2,5 maka apabila melakukan pengkodean dengan Huffman-coding karakter tersebut harus terdiri dari 2 atau 3 bit. Hal tersebut membuat Huffman-coding tidak bisa menjadi algoritma paling optimal dalam mengatasi redundancy ini. Pada contoh berikut ini dapat diamati contoh dari Huffman-code dengan asumsi bahwa karakter yang sering muncul seperti E,A dikodekan dengan jumlah bit lebih pendek daripada karakter yang jarang muncul seperti X,Q, dan Z. 3

Symbol Huffman Code E 100 A 101...... X 01101111 Q 01101110001 Z 01101110000 Tabel 1 Contoh Coding dengan Algoritma Huffman Huffman-coding memang kurang efisien karena untuk melakukan pengkodean kita harus menggunakan bilangan bulat. Walaupun demikian Huffman-coding sangat mudah digunakan dan sampai awal era 90-an di mana prosesor komputer masih sulit untuk melakukan komputasi bilangan pecahan Huffman-coding dianggap paling rasional untuk diaplikasikan pada proses kompresi data. Setelah kelahiran prosesor yang mampu melakukan operasi bilangan pecahan dengan cepat maka banyak algoritma coding baru bermunculan dan salah satunya adalah Arithmatic-coding. Arithmatic coding lebih kompleks dan rumit dibandingkan Huffman-coding, tetapi di sisi lain Arithmatic-coding memberikan optimalisasi yang lebih tinggi. Arithmatic-coding memungkinkan jumlah bit dalam pecahan karena arithmatic coding tidak bekerja per karakter dari pesan tetapi langsung pada keseluruhan pesan. Misalnya entropy dari karakter e pada pesan adalah 1,5 bit maka pada output code pun jumlah bit-nya adalah 1,5 dan bukan 1 atau 2 seperti pada Huffman-coding. Contoh berikut ini dapat memberikan gambaran optimalisasi yang didapatkan antara menggunakan Huffman-coding dan Arithmatic-coding: Symbol Frekuensi Entropy Jumlah Bit Total Bit dengan Total Bit dengan Kemunculan dengan Huffman Arithmatic pada Pesan Huffman E 20 1.26 bit 1 bit 20 25.2 A 20 1.26 bit 2 bit 40 25.2 X 3 4.00 bit 3 bit 9 12.0 Y 3 4.00 bit 4 bit 12 12.0 Z 2 4.58 bit 4 bit 8 9.16 89 83.56 Tabel 2 Perbandingan antara Huffman Coding dan Arithmatic Coding 4

Algoritma Shannon-Fano dan Algortima Huffman Walaupun saat ini sudah bukan lagi proses coding yang menghasilkan kompresi paling optimal namun algoritma Shannon-Fano dan Algoritma Huffman adalah dua algoritma dasar yang sebaiknya dipahami oleh mereka yang mempelajari tentang kompresi data. 1. Algoritma Shannon-Fano Teknik coding ini dikembangkan oleh dua orang dalam dua buah proses yang berbeda, yaitu Claude Shannon di Bell Laboratory dan R.M. Fano di MIT, namun karena memiliki kemiripan maka akhirnya teknik ini dinamai dengan mengggabungkan nama keduanya. Pada dasarnya proses coding dengan algoritma ini membutuhkan data akan frekuensi jumlah kemunculan suatu karakter pada sebuah pesan. Tiga prinsip utama yang mendasari algoritma ini adalah: a. Simbol yang berbeda memiliki kode yang berbeda b. Kode untuk symbol yang sering muncul memiliki jumlah bit yang lebih sedikit dan sebaliknya symbol yang jarang muncul memiliki kode dengan jumlah bit lebih besar. c. Walaupun berbeda jumlah bit-nya tetapi kode harus tetap dikodekan secara pasti (tidak ambigu). Berikut adalah langka-langkah Algoritma Shannon-Fano 1. Buatlah tabel yang memuat frekuensi kemunculan dari tiap karakter. 2. Urutkan berdasar frekuensi tersebut dengan karakter yang frekuensinya paling sering muncul berada di atas dari daftar (descending). 3. Bagilah 2 tabel tersebut dengan jumlah total frekuensi pada bagian atas mendekati jumlah total frekuensi pada bagian bawah (lihat tabel 3). 4. Untuk bagian paro atas berikan kode 0 dan pada paro bawah berikan kode 5. Ulangi langkah 3 dan 4 pada masing-masing paro tadi hingga seluruh symbol selesai dikodekan. 5

Symbol Jumlah A 15 0 B 7 0 Pembagian Pertama C 6 1 D 6 1 E 5 1 Tabel 3 Langkah Pertama Algoritma Shannon Fano Symbol Jumlah A 15 0 0 Pembagian Kedua B 7 0 1 Pembagian Pertama C 6 1 0 Pembagian Ketiga D 6 1 1 0 Pembagian Keempat E 5 1 1 1 Tabel 4 Langkah Awal Algoritma Shannon Fano Dari proses pengkodean tersebut kita mendapatkan serangkaian kode untuk merepresentasikan kelima simbol A, B, C, D, E sebagai berikut: A 00 ; B 01; C 10 ; D 110 ; dan E 111 2. Algoritma Huffman Algoritma Huffman memiliki kemiripan karakteristik dengan Algoritma Shannon-Fano. Masing-masing simbol dikodekan dengan deretan bit secara unik dan simbol yang paling sering muncul mendapatkan jumlah bit yang paling pendek. Perbedaan dengan Shannon-Fano adalah pada proses pengkodean. Jika algoritma Shannon-Fano membangun tree dengan pendekatan top-down, yaitu dengan memberikan bit pada tiap-tiap simbol dan melakukannya secara berurutan hingga seluruh leaf mendapatkan kode bit masing-masing. Sedangkan algoritma Huffman sebaliknyamemberikan kode mulai dari leaf secara berurutan hingga mencapai root. 6

Prosedur untuk membangun tree ini sederhana dan mudah dipahami. Masing-masing simbol diurutkan sesuai frekuensinya, frekuensi ini dianggap sebagai bobot dari tiap simbol, dan kemudian diikuti dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Dua node bebas dengan bobot terendah dipasangkan. 2. Parent node untuk kedua node pada langkah sebelumnya dibuat. Jumlahkan frekuensi keduanya dan gunakan sebagai bobot. 3. Sekarang parent node berperan sebagai node bebas. 4. Berikan kode 0 untuk node kiri dan 1 untuk node kanan. 5. Ulangi langkah di atas sampai hanya tersisa satu node. Sisa satu node ini lah yang disebut sebagai root. Untuk lebih jelasnya tentang algoritma Huffman dapat diamati pada gambar berikut ini: 0 1 0 1 13 11 15 7 6 6 5 A B C D E Gambar II Langkah Awal Algoritma Huffman root 0 1 39 0 1 24 0 1 0 1 13 11 15 7 6 6 5 A B C D E Gambar III Langkah Akhir Algoritma Huffman 7

Dari algoritma Huffman didapatkan hasil pengkodean sebagai berikut: A 0; B 100; C 101; D 110; E 111 Pada kondisi apapun algoritma Huffman akan menghasilkan jumlah bit yang lebih kecil atau sama dengan hasil pengkodean dengan algoritma Shannon-Fano, karena itu Huffman dianggap jauh lebih optimal untuk digunakan pada proses kompresi data. Demikian pula untuk contoh di atas yang hasilnya dapat kita amati pada tabel berikut ini. Symbol Jumlah Kode Kode Ukuran Jumlah Ukuran Jumlah Shannon Huffman Shannon- Bit Hufman Bit Fano Fano Shannon- Huffman Fano A 15 00 0 2 30 1 15 B 7 01 100 2 14 3 21 C 6 10 101 2 12 3 18 D 6 110 110 3 18 3 18 E 5 111 111 3 15 3 15 TOTAL BIT 89 87 Tabel 5 Perbandingan Algoritma Huffman dan Shannon-Fano II. Modeling Jika coding adalah roda dari sebuah mobil maka modeling adalah mesinnya. Sebaik apapun algoritma untuk melakukan coding tanpa model yang baik kompresi data tidak akan pernah terwujud. Kompresi Data Lossless pada umumnya diimplementasikan menggunakan salah satu dari dua tipe modeling, yaitu statistical atau dictionary-based. Statistical-modeling melakukan prosesnya menggunakan probabilitas kemunculan dari sebuah symbol sedangkan dictionary-based menggunakan kode-kode untuk menggantikan sekumpulan symbol. 1. Statistical Modeling Pada bentuk paling sederhananya, statistical-modeling menggunakan tabel statis yang berisi probabilitas kemunculan suatu karakter atau symbol. Tabel ini pada awalnya bersifat universal, sebagai contoh pada bahasa Inggris karakter yang paling sering muncul adalah huruf e maka karakter ini memiliki 8

probabilitas tertinggi pada file teks yang berbahasa Inggris. Menggunakan tabel universal pada akhirnya tidak memuaskan para ahli kopresi data karena apabila terjadi perubahan pada subyek yang dikompresi dan tidak sesuai dengan tabel universal maka akan terjadi penurunan rasio kompresi secara signifikan. Akhirnya muncul modeling dengan menggunakan tabel yang adaptif, di mana tabel tidak lagi bersifat statis tetapi bisa berubah sesuai dengan kode. Pada prinsipnya dengan model ini, sistem melakukan penghitungan atau scan pada keseluruhan data setelah itu barulah membangun tabel probabilitas kemunculan dari tiap karakter atau symbol. Model ini kemudian dikembangkan lagi menjadi adaptive statistical modeling di mana sistem tidak perlu melakukan scan ke seluruh symbol untuk membangun tabel statistik, tetapi secara adaptif melakukan perubahan tabel pada proses scan karakter per karakter. 2. Dictionary Based Modeling Jika statistical model pada umumnya melakukan proses encode simbol satu per satu mengikuti siklus: baca karakter hitung probabilitas buat kodenya maka dictionary-based modeling menggunakan mekanisme yang berbeda. Dictionary-based modeling membaca input data dan membandingkannya dengan isi dictionary. Jika sekumpulan string sesuai dengan isi dictionary maka indeks dari dictionary entry lah yang dikeluarkan sebagai output dan bukan kodenya. Sebagai perumpamaan dari dictionary-based dapat digunakan makalah ilmiah sebagai contoh. Saat kita membaca makalah ilmiah kita sering membaca nomor-nomor referensi yang bisa kita cocokkan dengan daftar pustaka di belakang. Hal ini mirip dengan proses pada dictionary-based modeling. Demikianlah tulisan ini sebagai sebuah upaya mengenalkan subyek Kompresi Data. Sangat banyak yang bisa dipelajari lebih lanjut tentang subyek ini. Pengembangan dan riset lanjutan pun bisa dilakukan apabila kita tertarik untuk mempelajarinya lebih lanjut. Berbagai algoritma untuk proses coding maupun modeling terus bermunculan dan menimbulkan berbagai harapan untuk kompresi data dengan rasio yang lebih optimal dan proses yang lebih cepat. 9

Referensi: Nelson, M., Gailly, J.L., The Data Compression Book, Second Edition. M&T Books, New York, 1996 Blelloch, G.E., Introduction to Data Compression. Computer Science Department, Carnegie Mellon University, 2001 Profil Penulis Putu Ashintya Widhiartha lahir pada bulan Juli tahun 1977, meraih gelar sarjana Komputer dari Teknik Informatika Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya tahun 2000. Gelar Master of Engineering bidang Computer Science diraih dari Ritsumeikan University Jepang tahun 2006 dengan beasiswa JICA JDS. Profesi utama sejak tahun 2001 hingga saat ini adalah pegawai negeri sipil (PNS) dengan jabatan fungsional sebagai pamong belajar pada kelompok studi teknologi informasi di Balai Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal (BPPNFI) Regional IV Surabaya. Selain itu juga merangkap sebagai dosen luar biasa pada jurusan Teknik Informatika Universitas Widya Kartika Surabaya, Teknik Informatika Institut Informatika Indonesia Surabaya dan Teknik Komputer Politeknik NSC Surabaya. Pada tahun 2008 menjadi salah satu nominator peraih Indonesia ICT Award (INAICTA) untuk kategori e-education. 10