BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia ke tengah-tengah persaingan global ialah dengan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alfitra Salam, APU, Makalah Simposium Satu Pramuka Untuk Satu Merah Putih,

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR 43 TAHUN 1997 PETUNJUK PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAMUKA PENEGAK DAN PANDEGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Smith Baden Powell yang kemudian lebih dikenal dengan Bapak Pandu Sedunia

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan kecerdasan,

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya beberapa kasus yang melanda Indonesia dari kalangan

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

Kode Kehormatan Pramuka

PRAMUKA EKSTRAKULIKULER WAJIB DI SEKOLAH. Saipul Ambri Damanik

GERAKAN PRAMUKA IKIP BANDUNG HINGGA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional,

BAB V PENUTUP. 1. Pelaksanaan kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA HASIL MUNASLUB GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 220 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN POKOK-POKOK ORGANISASI GERAKAN PRAMUKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. jalur pendidikan formal, nonformal dan informal, karena dapat dijadikan satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Baden Powell, seorang letnan jendral angkatan bersenjata Britania Raya, dan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai pendidikan.

BAB IV ANALISIS PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA DI MA YMI WONOPRINGGO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penerus, pemuda harus dibina dan dipersiapkan sebaik baiknya untuk

BAB I PENDAHULUAN. bangsa diantaranya yang paling meresahkan adalah penyalahgunaan. narkoba dan bahkan sampai menjerumus kepada seks bebas.

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. di jalan raya, hilangnya rasa sopan santun, minum-minuman. dengan menggunakan pembelajaran di kelas, penanaman nilai-nilai positif

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. hingga tindakan asusila. Hal ini dikaranekan merosotnya nilai-nilai luhur di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Di antara berbagai program kegiatan pembangunan nasional, salah satunya

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI MEDIA PEMBENTUKAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS V SD NEGERI LENCOH SELO BOYOLALI TAHUN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Di antara berbagai program dan kegiatan pembangunan Nasional, salah

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METAMORFOSA TUNAS MUDA DEMI MEWUJUDKAN CITA LUHUR BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. tinggi serta mau bersaing dalam tantangan hidup. Akan tetapi sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebagai propinsi dengan jumlah penduduk tiga

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

REVITALISASI ASET GERAKAN PRAMUKA DALAM MENGANTISIPASI PROGRAM PEMERINTAHAN BARU : H.

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. formal, maupun jaring-jaring kemasyarakatan, merupakan proses memanusiakan. dengan seperangkat potensi dan perilaku kesehariannya.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan diselenggarakan dalam rangka mengembangkan pengetahuan, potensi, akal dan perkembangan diri manuisa, baik itu melalui jalur pendidikan formal, nonformal atau informal, sebab melalui jalur pendidikan dapat dijadikan satu wahana bagi setiap individu dalam mengembangkan potensipotensi yang ada dalam diri individu tersebut. Pada umumnya proses pendidikan banyak dilakukan di sekolah-sekolah melaui jalur pendidikan formal. Namun realitas saat ini sekolah hanya mengedepankan aspek keilmuan dan kecerdasan peserta didik, sedangkan aspek moral dan etis sebagai basis pembina bentukan karakter dan budaya bangsa semakin tersingkirkan. Kendati pendidikan karakter di sekolah merupakan salah satu program yang telah dicanangkan pemerintah Indonesia melalui kementerian pendidikan, yang intinya bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter bangsa. Untuk mewujudkan harapan tersebut maka lembaga pendidikan dalam hal ini sekolah-sekolah melakukan banyak hal, dimulai dari pemberian materi atau pelajaran, penyaluran bakat melalui kegiatan sekolah, mendukung dan menciptakan bakat serta karakter anak. Selain itu pula pemerintah telah melakukan perubahan sistem kurikulum pendidikan yaitu kurikulum berbasis karakter. Kurikulum ini menuntut anak dari evaluasi hasil pendidikan dapat menumbuhkan karakter-karakter tertentu hingga dapat menjadi manusia seutuhnya yang bermartabat berasaskan Pancasila. Penanaman nilai-nilai tersebut dimasukkan (embeded) ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang diharapkan pada setiap pembelajaran terdapat nilai yang berarti dan dapat membentuk karakter anak. Tanggung jawab tersebut mendorong sekolah untuk berpikir dan bekerja keras melakukan program pembelajaran baik melalui kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Di setiap sekolah pastinya terdapat beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang 1

menunjang kegiatan intrakurikuler yang dapat dimanfaatkan peserta didik untuk mengisi waktu luangnya seperti kegitan pramuka. Kegiatan pramuka merupakan proses kegiatan belajar yang progresif bagi anak untuk mengembangakan diri pribadi seutuhnya baik fisik, nonfisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat. Proses kepramukaan merupakan proses pembinaan dan pengembangan potensi peserta didik agar menjadi warga negara yang berkualitas serta mampu memberikan sumbangan positif bagi peserta didik. Ekstrakurikuler kepramukaan secara luas diartikan sebagai proses pembinaan karakter yang berkesinambungan bagi anak, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, yang sasaran akhirnya adalah menjadikan peserta didik sebagai manusia yang mandiri, peduli, bertanggungjawab dan berpegang teguh pada nilai dan norma bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Para pelaksana ekstrakurikuler kepramukaan harus menghayati dan menyadari bahwa: 1) Karya di bidang pendidikan adalah karya peningkatan mutu mental, moral, spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik, 2) Pendidikan berbeda dengan pengajaran, proses pendidikan lebih mendalam dalam mengembangkan dan membentuk nilai-nilai, sikap, perilaku dan pengetahuan, 3) Pada hakekatnya pendidikan adalah memberdayakan peserta didik agar mampu mengembangkan karakter ataupun potensi diri yang dimilikinya secara optimal, dan 4) Dasar dan landasan pendidikan adalah keteladanan, untuk itu para pelaksana pendidikan ekstrakurikuler kepramukaan wajib menjadi teladan. (Chaedar A, 2008). Kegiatan pramuka sebagai ekstrakurikuler sebenarnya dapat juga langsung mendukung kegiatan belajar di sekolah. Beberapa materi yang ada dalam kegiatan latihan ekstrakurikuler pramuka berkaitan dengan beberapa mata pelajaran di sekolah. Sebagai contoh materi tentang mengucapkan kalimat Syahadat dan tahu artinya, mengerti rukun Iman dan rukun Islam, serta melakukan shalat berjamaah terdapat pada mata pelajaran Agama. Kemudian materi tentang hafal Pancasila dan tahu artinya terdapat pada mata pelajaran PPKn, selanjutnya materi tentang pembiasaan menggunakan bahasa yang baik dan benar, menyampaikan pesan secara lisan, merencanakan dan mempersiapkan rapat kecil terdapat pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, dan materi tentang menaksir jarak, tinggi, luas, isi, berat, kecepatan, suhu dan sebagainya terdapat pada mata pelajaran Matematika.

Kegiatan Pramuka kian memegang peranan penting, apalagi sejak Pramuka diundangkan. Oleh karena itu perlu dukungan banyak pihak, agar pendidikan kepramukaan dapat terlaksana secara efektif dalam mendukung program pendidikan formal dan pendidikan karakter bangsa di sekolah. Dewasa ini anak-anak sekolah sebagai tunas harapan bangsa yang nantinya akan menggantikan untuk memimpin negara ini moralnya sudah sangat memprihatinkan. Bukan cuma pada kenakalan ramaja saja. Pergaulan bebas remaja berdampak buruk bagi moral generasi sekarang. Oleh karenanya, melalui pendidikan karakter ini diharapkan anak sekolah sebagai calon generasi muda dapat membentengi dirinya dalam mengarungi derasnya informasi sekarang ini dan perubahan budaya bangsa serta lunturnya nilai-nilai luhur bangsa. Pendidikan yang sekarang seharusnya perlu diupgrade lagi menjadi pendidikan yang tidak hanya mencerdaskan aspek kognitif belaka tetapi juga pada ranah afektif. Jika kepramukaan dapat diintegrasikan pada setiap mata pelajaran akan dapat memberikan sumbangan yang besar pada perbaikan aspek afektif pada pendidikan bangsa ini selain pendidikan agama. Dalam upaya mewujudkan harapan tersebut, gerakan Pramuka menyelenggarakan pendidikan nonformal melalui kepramukaan sebagai bagian dari pendidikan nasional dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan. Prinsip ini ditegaskan dalam Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang ditetapkan dengan keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 34 tahun 1999, sebagai berikut: Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan merupakan ciri khas yang membedakan kepramukaan dari pendidikan lain. Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan merupakan dua unsur proses pendidikan terpadu yang harus diterapkan dalam setiap kegiatan. Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan dilaksanakan sesuai dengan kepentingan, kebutuhan, situasi dan kondisi masyarakat. (AD/ART Gerakan Kepramukaan, 1996: 9). Berdasarkan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan tersebut, dalam mendidik dan membina anggotanya, gerakan Pramuka menghimpun peserta didiknya dalam gugus depan. Gugus Depan disingkat GUDEP adalah suatu satuan di dalam gerakan Pramuka yang merupakan jalinan wadah untuk

menghimpun dan membina peserta didik pramuka yang meliputi semua golongan usia, siaga, penggalang, penegak dan pandega. Sekalipun idealnya sebuah gugus depan terdiri dari satu perindukan siaga, satu pasukan penggalang, satu ambalan penegak, dan satu racana pandega, namun karena kondisi gugus depan di daerah kita dapat dikatakan seluruhnya berpangkalan di sekolah, keadaan ini dapat memungkinkan satu gugus depan hanya terdiri dari satu atau dua golongan peserta didik pramuka. Sebagai basis pendidikan dan pembinaan peserta didik pramuka, gugus depan mempunyai peran penting dalam mengembangkan kepramukaan guna mewujudkan tujuan gerakan Pramuka sebagaimana diamanatkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka sebagai berikut: Gerakan Pramuka mendidik dan membina kaum muda Indonesia dengan tujuan agar mereka menjadi: (1). Manusia berperibadian, berwatak, dan berbudi pekerti luhur yang (a) beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kuat mental, dan tinggi moral, (b) tinggi kecerdasan dan mutu keterampilannya, (c) kuat dan sehat jasmaninya, (2). Warga Negara Republik Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna yang dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri, memiliki kepedulian terhadap sesame hidup dan alam lingkungan, baik lokal, nasional, maupun internasional (AD/ART Gerakan Kepramukaan, 1999: 6). Gugus Depan SDN 1 Posso Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara menyelenggarakan pendidikan kepramukaan sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler. Pendidikan kepramukaan di Gugus Depan SDN 1 Posso dikemas dalam kegiatan yang menarik dan meyenangkan tetapi juga mengandung nilainilai pendidikan. Pendidikan kepramukaan dilaksanakan di luar ruangan sehingga memberikan unsur rekreatif untuk peserta didik setelah seharian penuh melalui proses pembelajaran. Pembina pramuka memberikan permainan-permainan yang mengandung unsur pendidikan dan dilanjutkan dengan materi kepramukaan. Banyak sekali kegiatan kepramukaan yang dilakukan di Gugus Depan SDN 1 Posso, seperti outbound, berkemah, menjelajah, baris berbaris, api unggun, tali temali, diskusi dan masih banyak lagi kegiatan yang dilakukan untuk membentuk kepribadian yang berkarakter. Kegiatan Pramuka bukan hanya sekedar kegiatan

berpetualang saja melainkan juga berisi materi-materi yang nantinya dapat dijadikan sebagai bekal bagi setiap anggota pramuka seperti P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan), Semaphore, Morse dan masih banyak lagi yang dapat dilakukan sesuai dengan kurikulum kepramukaan yang mencakup aspek nilai sebagaimana yang tertera dalam pasal 8 Undang-undang No 12 tahun 2010 adalah: (1) Keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; (2) Kecintaan pada alam dan sesama manusia; (3) Kecintaan pada tanah air dan bangsa; (4) Kedisiplinan, keberanian, dan kesetiaan; (5) Tolong menolong; (6) Bertanggung jawab dan dapat dipercaya; (7) Jernih dalam berfikir, berkata, dan berbuat; (8) Hemat, cermat dan bersahaja; (9) Rajin dan terampil. Melalui kegiatan kepramukaan ini pula diharapkan peserta didik di Gugus Depan SDN 1 Posso yang mengikuti kegiatan kepramukaan memiliki kepribadian dan jiwa kepemimpinan yang menjadi contoh pada peserta didik yang lainnya. Berdisiplin dan juga bertingkah laku yang baik, selain itu memiliki kemampuan untuk berkarya dengan semangat kemandirian, kebersamaan, kepedulian, tanggung jawab dan berani menghadapi berbagai tugas dan memiliki komitmen. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Gugus Depan SDN 1 Posso, peserta didik yang mengikuti kegiatan pendidikan kepramukan berkarakter lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang tidak mengikuti kegiatan pendidikan kepramukaan. Peserta didik yang mengikuti kegiatan pendidikan kepramukaan lebih menghargai guru maupun teman sebaya dibandingkan dengan peserta didik yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tasripin (2011: 102), bahwa pengembangan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler berkontribusi positif terhadap pembentukan dan pengembangan karakter peserta didik. Dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kegiatan Kepramukaan terhadap Pembentukan Karakter Anak di Gugus Depan SDN 1 Posso Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara.

1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. Kegiatan kepramukaan di sekolah sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler belum sepenuhnya mendapatkan dukungan dari orang tua. 2. Masih terdapat peserta didik yang belum termotivasi untuk ikut dalam kegiatan kepramukaan. 3. Karakter peserta didik yang ikut dalam kegiatan kepramukaan sangat terlihat menonjol dibandingkan dengan peserta didik yang tidak ikut. 4. Peserta didik yang tidak mengikuti kegiatan pendidikan kepramukaan kurang menghargai guru maupun teman sebaya. 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh kegiatan kepramukaan terhadap pembentukan karakter anak di Gugus Depan SDN 1 Posso Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara? 1.4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kegiatan kepramukaan terhadap pembentukan karakter anak di Gugus Depan SDN 1 Posso Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara 1.5. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu kegiatan non formal yang dilaksanakan di luar jam pembelajaran formal. Sebagai cakupan Pendidikan Luar Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan sebagai sarana belajar untuk mendapatkan keterampilan dan pengetahuan tentang pengaruh kegiatan ekstrakurikuler gerakan kepramukaan dalam membentuk karakter anak di sekolah.

2. Manfaat Praktis a. Bagi guru: Sebagai motivasi untuk lebih memperdalam ilmu kepramukaan agar berhasil membina dan mengembangkan karakter anak. b. Bagi Lembaga pendidikan: 1) Dapat dijadikan bahan informasi tentang kebutuhan pembina pramuka yang sangat minim. 2) Dapat dijadikan bahan pertimbangan terutama bagi lembaga perguruan tinggi yang mencetak para calon guru bahwa keterampilan kepramukaan sangatlah penting dan dibutuhkan di dunia pendidikan. 3) Dapat dijadikan rujukan untuk memasukkan materi kepramukaan pula pada setiap lembaga pendidikan perguruan tinggi ke dalam mata kuliah. 4) Sebagai bahan acuan tentang pentingnya pembelajaran ekstrakurikuler pramuka di sekolah. c. Bagi Pemerintah Daerah: 1) Dapat dijadikan sebagai bahan informasi dalam mengambil kebijakan terutama dalam bidang pendidikan ekstrakurikuler. 2) Dapat dijadikan rujukan dalam pengembangan pendidikan gerakan pramuka di seluruh Gugus Depan khususnya di Kabupaten Gorontalo Utara.