II. KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Teori Belajar Behaviorisme. melalui proses stimulus dan respon yang bersifat mekanis.

dokumen-dokumen yang mirip
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang. Gerakan yang menggunakan yaitu otot-otot halus atau sebagian anggota

II. KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan

BAB II LANDASAN TEORI. gerakan pada seluruh bagian tubuh. Perkembangan motorik merupakan suatu

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhi Sebagian Syarat Guna MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) PadaProgram Studi PG-PAUD

Hakikat Perkembangan Motorik Anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Utamanya untuk Pendidikan anak Usia Dini. Menurut UU

BAB I1 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. manusia yaitu kebutuhan untuk berdiri sendiri (need for autonomy) dan. kebutuhan untuk bergantung (needs for deference).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

Modul 3 PPG-Konten Kurikulum 1

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE DARI BAHAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH SIMPANG IV AGAM.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

Gambar 4.1 Perkembangan Fisik Manusia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat dan pada usia 5 tahun

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini. kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi.

II. KAJIAN PUSTAKA. kehidupan selanjutnya. Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DI KELOMPOK B TK ABA II PANTOLOAN

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS. Warjiatun

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak. pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

NAMA : ELNI NIM : :

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. usia enam tahun menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.dalam standar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa anak merupakan masa keemasan atau sering disebut masa

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI MENARIK GARIS DALAM POLA DI TAMAN KANAK-KANAK HARAPAN BUNDA

AKTIVITAS PEMBELAJARAN MOTORIK HALUS

ARTIKEL PENELITIHAN OLEH: PENI REJEKI NPM:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Retna Intania, 2014 Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil yang

BAB I PENDAHULUAN. mudah bosan, sulit memecahkan suatu masalah dan mengikuti pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak- Kanak termasuk jenjang Pendidikan Anak Usia

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENIRU GARIS PADA ANAK KELAS A TK ABA MERBUNG KLATEN SELATAN TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

Disusun oleh : WINDITA FITRI ILHAMI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Peningkatan Motorik Halus Melalui Kegiatan Paper Quilling Pada Anak Kelompok B3 Di TK. Darul Falah Cukir Diwek Jombang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN KEGIATAN MONTASE DENGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B1 TK ALKHAIRAAT TONDO PALU

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan

Pengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini *

BAB I PENDAHULUAN. Masa perkembangan anak usia dini yaitu antara usia 4-6 tahun merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Orang tua dan guru belum memahami akan perkembangan potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan perilaku yang belum matang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, motorik, kognitif, sosial emosi serta perkembangan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.2 Rumusan masalah 1.3 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia dini memiliki peran penting bagi perkembangan individu dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neneng Nurhayati, 2014

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGGUNTING GAMBAR PADA KELOMPOK B TK PERINTIS MONGKRONG WONOSEGORO

BAB I PENDAHULUAN. Ea Siti Julaeha, 2014 Meningkatkan keterampilan motorik halus dengan alat peraga edukatip (APE) berbasis bahan lingkungan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. l.1 Latar Belakang. Golden age atau masa keemasan anak adalah masa paling penting pada

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

PENGARUH ALAT PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B3 TK AISYIYAH V PALU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PEMBELAJARAN TARI KREASI BALI

Transkripsi:

7 II. KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar Bagi Anak Usia Dini 1. Pengertian Teori Belajar Behaviorisme Teori belajar behaviorisme adalah perubahan perilaku yang terjadi melalui proses stimulus dan respon yang bersifat mekanis. Menurut Budiningsih, ( 2004:20 ) belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon,dengan kata lain belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami anak dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Melalui belajar anak akan menimbulkan perubahan tingkah laku pada interaksi dengan lingkungan, pada dasarnya stimulus antara individu yang diberikan mempengaruhi respon yang akan diberikan. sedangkan, Menurut Gutrie dalam Mahendra, ( 1998:110 ) belajar adalah latihan dianggap penting sekiranya hal ini menyebabkan lebih banyak terjadinya rangsangan yang menghasilkan perilaku yang diinginkan, karena setiap pengalaman sifatnya unik, maka anak harus mempelajarinya berulang-ulang. Implikasi teori ini terhadap belajar motorik anak adalah keterampilan atau keahlian kegiatan motorik dapat dikembangkan melalui pengulangan

8 dalam setiap kegiatan. Kegiatan motorik melibatkan sejumlah stimulus yang merupakan dasar pembinaan kebiasaan. Dengan praktek yang banyak, maka akan terbina kebiasaan atau respons yang baik. Pada dasarnya anak belajar melalui bermain dengan aktivitas yang langsung dan spontan dengan berbagai tujuan yang dapat menyenangkan bagi anak. Aktivitas bermain ini memiliki pengaruh pada keterampilan motorik halus anak. Menurut para ahli mengenai aktivitas bermain diantaranya Piaget dalam Yuliani (2010:34) mengatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan atau kepuasan bagi diri seseorang, sedangkan Parten dalam Yuliani (2010:34) memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi di mana diharapkan melalui bermain dapat memberi kesepakatan anak bereksploasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu, kegiatan bermain dapat membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa ia hidup, serta lingkungan tempat di mana ia hidup. Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar melalui bermain merupakan suatu aktivitas yang dilakukan berulang-ulang melalui stimulus yang diberikan dan menghasilkan respons untuk mencapai suatu hasil akhir dan menjadi kebiasaan yang baik.

9 B. Anak Usia Dini 1. Pengertian Anak Usia Dini Anak usia dini adalah seorang anak yang usianya dibawah enam tahun yang masih mengalami masa pertumbuhan untuk mencapai perkembangan selanjutnya. Menurut Montessori dalam Yuliani ( 2010:20 ) menyatakan bahwa usia keemasan merupakan masa di mana anak mulai peka untuk menerima berbagai stimulasi dan berbagai upaya pendidikan dari lingkungannya baik disengaja maupun tidak sengaja. Pada masa peka inilah terjadi pematangan fungsi fisik dan psikis sehingga anak siap merespon dan mewujudkan semua tugas perkembangan yang diharapkan muncul pada pola perilakunya sehari-hari. Anak Usia Dini berada dalam masa keemasan disepanjang rentang usia 0-8 tahun dalam perkembangan manusia. (NAEYC, 1992). Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundemental bagi kehidupan selanjutnya. Menurut Berk dalam Yuliani (2009:4 )Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak. 2. Karakteristik Anak Usia 5-6 Tahun

10 Anak berusia antara 5-6 tahun sedang berada pada akhir dari bagian awal masa kanak-kanaknya. Menurut Yohana dalam Yuliani (2010:25) Karakteristik khusus perkembangan fisik bagi anak dalam kelompok 5-6 tahun adalah : Perkembangan keterampilan fisik Pada usia ini anak menunjukan keingintahuan yang besar dan aktif. Anak bisa mengatur gerakan badannya dengan lebih baik dan lebih luwes. Anak juga bisa berjalan jinjit mundur dan berjalan mundur dengan tumitnya, selain itu anak juga berlari cepat, meloncat, berlari dengan satu kaki, anak pada masa ini sudah bisa mencuci tangannya sendiri tanpa membasahi bajunya, berpakaian dan mengikat tali sepatunya sendiri. Koordinasi motorik yang baik berkembang sampai anak dapat mencontohkan segitiga dan belah ketupat, selain itu anak juga sudah bisa menganyam dan melipat kertas. Berdasarkan pendapat di atas bahwa perkembangan keterampilan fisik anak usia 5-6 tahun sangat pesat, pada masa ini anak mampu mengkoordinasikan gerakan visual fisik motorik, gerakan mata dan tangan, lengan dan tubuh secara bersamaan. 3. Prinsip- Prinsip Perkembangan Anak Usia Dini Prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini berbeda dengan prinsipprinsip perkembangan fase kanak-kanak terakhir dan seterusnya. Menurut Bredekamp dan Coople dalam Siti (2007: 1.17-1.23) bahwa prinsip prinsip perkembangan anak usia dini adalah sebagai berikut : 1. Perkembangan aspek fisik, sosial, emosional, dan kognitif anak saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain.

11 2. Perkembangan motorik, emosi, sosial, bahasa dan kognitif anak terjadi dalam suatu urutan tertentu yang relative dapat diramalkan. 3. Perkembangan berlangsung dalam rentang yang bervariasi antara anak dan antar bidang pengembangan dari diri anak. 4. Anak adalah pembelajar yang aktif yang berusaha membangun pemahamannya tentang lingkungan sekitar dari pengalaman fisik, sosial, dan pengetahuan yang diperolehnya. 5. Bermain merupakan sarana penting bagi perkembangan sosial, emosional, dan kognitif anak serta menggambarkan perkembangan anak. Berdasarkan pendapat di atas bahwa anak mempunyai prinsip prinsip dalam perkembangan yang lebih lanjut untuk mengembangkan semua aspek perkembangannya salah satunya yaitu perkembangan fisik motoriknya. C. Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran Media pembelajaran merupakan alat untuk membantu menyampaikan materi dalam setiap proses belajar mengajar. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach dan Ely dalam Azhar, (2011:3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Disamping sebagai sistem pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator menurut Fleming adalah penyebab atau alat turut campur tangan dalam 2 pihak yang mendamaikanya. Dengan istilah mediator media menunjukkan

12 fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara 2 pihak utama dalam proses belajar siswa dan isi pelajaran. Pengetian ini apabila media itu membawa pesan atau yang bertujuan intruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran. Sedangkan menurut Aqib, (2013:50 ) media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan merangsang terjadinya proses belajar pada siswa. Maka media pembelajaran lebih luas adalah alat peraga, alat bantu mengajar, media atau visual. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan alat bantu yang digunakan untuk mempermudah menyampaikan materi kepada peserta didik. 2. Fungsi Media Pembelajaran Dalam suatu proses belajar mengajar, 2 unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembalajaran, jenis, tugas dan respon yang diharapkan siswa dikuasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa

13 salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagi alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang tata dan diciptakan oleh guru. Menurut Hamalik dalam Azhar, (2011:15) mengemukkan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pembelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa mengumpulkan pemahaman, menyajikan data, dengan menarik dan terpecaya, memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi. 3. Melipat Kertas Melipat kertas adalah suatu kegiatan keterampilan tangan dengan menggunakan bahan kertas yang bertujuan untuk melatih jari jemari tangan dalam perkembangan motorik halus. Menurut Sumanto, (2006:97) mengatakan bahwa melipat atau origami adalah suatu teknik berkarya seni atau kerajinan tangan yang umumnya dibuat dari bahan kertas dengan tujuan untuk menghasilkan aneka bentuk mainan, hiasan, benda fungsional, alat peraga dan kreasi lainnya. Bagi anak usia Taman Kanak-Kanak,

14 melipat merupakan salah satu bentuk kegiatan bermain kreatif yang menarik dan menyenangkan. Melalui kegiatan ini dapat mengembangkan kompetensi pikir, imajinasi, rasa seni dan keterampilan anak. Secara khusus kegiatan melipat bertujuan untuk melatih daya ingatan, pengamatan, keterampilan tangan, mengembangkan daya fantasi, kreasi, ketelitian, kerapian dan perasaan keindahan. Melipat dilakukan dengan cara mengubah lembaran kertas berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang, atau segitiga menurut arah atau pola lipatan yang diinginkan. Adapun kreativitas melipat yang dimaksudkan di sini adalah kegiatan berlatih membuat sesuatu bentuk / model lipatan yang hasilnya bisa ditempelkan pada kertas gambar. Hasil dari lipatan yang ditempel ditambahkan hiasan dan guntingan dapat pula dijadikan hiasan gantung dengan ditambahkan tali / benang dan difungsikan sebagai mainan Menurut Sumantri, (2005:150) melipat pada hakikatnya merupakan kegiatan keterampilan tangan untuk menciptakan bentuk-bentuk tertentu tanpa menggunakan bahan perekat (lem). Keterampilan ini membutuhkan keterampilan koordinasi tangan, ketelitian dan kerapian serta kreativitas kegiatan melipat jika disajikan sesuai dengan minat anak akan memberikan keasyikan dan kegembiraan serta kepuasan bagi anak. Melipat merupakan kegiatan yang dapat melatih daya ingatan, pengamatan dan melatih otot-otot tangan atau jari, otot-otot mata termasuk koordinasinya dan keterampilan tangan. Melipat juga dapat mengembangkan daya fantasi dan daya kreasi. Dalam hal ini fantasi anak tetap dikembangkan karena anak tetap berimajinasi terhadap hasil lipatan.

15 Langkah-Langkah Pelaksanaan Kegiatan Melipat Kertas: a. Guru membagikan kertas kepada anak. b. Guru memperlihatkan contoh dan menerangkan bentuk lipatan yang akan dibuat. c. Guru memberi contoh cara melipat. d. Anak-anak diberi kesempatan untuk melipat menurut contoh yang sudah jadi. e. Anak diberi petunjuk dan bimbingan apabila diperlukan. f. Guru menghargai dan memberi pujian dan nilai hasil karya anak. 4. Menganyam Menganyam adalah suatu kegiatan keterampilan yang bertujuan untuk menghasilkan aneka benda atau barang pakai dan benda seni, yang dilakukan dengan cara saling menyusupkan atau menumpang tindihkan bagian-bagian pita anyaman secara bergantian. Adapun kreativitas menganyam di PAUD yang di maksud adalah keterampilan dalam melakukan aktivitas praktek membuat Motif anyaman dasar sederhana, anyaman kombinasi dengan menggunakan bahan kertas berwarna, pita, janur, daun pisang, dan lainya. Dalam penerapannya di perlihatkan bahan dan motif anyaman yang di sesuaikan dengan kondisi setempat dan tingkat kemampuan anak di PAUD.

16 Bahan dan alat untuk kerajinaan kertas warna ini yaitu: a. Kertas warna Kertas yang di gunakan untuk praktek menganyam di PAUD adalah Jenis kertas yang cukup tebal sehingga akan lebih mudah dalam penggunaannya dan biasa menghasilkan bentuk anyaman yang baik. Dan jenis kertas tersebut yaitu kertas gambar, kertas manila, kertas buffalo, kertas asturo, kertas berwarna / hias, kertas kalender dan lainnya juga bisa. b. Alat Peralatan untuk menganyam di PAUD yang di gunakan yaitu : 1. Gunting di gunakan untuk memotong lembaran kertas yang akan di gunakan untuk membuat bagian-bagian anyaman. 2. Alat ukur yaitu penggaris yang digunakan untuk menentukan ukuran panjang dan lebar sewaktu menyiapkan bagian-bagian anyaman. 3. Lem kertas yaitu alat pengerat atau penempel, yang mana bisa juga di sebut alat pembantu untuk perekat anyaman. Manfaat menganyam Manfaat menganyam banyak kegunaannya bagi anak-anak yang ada di PAUD, selain sebagai unsur pendidikan juga untuk mengembangkan koordinasi mata dan tangan, antara lain : a. Anak dapat mengenal kerajinaan tradisional yang di tekuni oleh masyarakat Indonesia. b. Guna untuk melatih motorik halus anak.

17 c. Melatih sikap emosi anak. d. Dapat terbina ekspresinya yang tumbuh dari pribadinya sendiri, bukan pengaruh dari orang lain. e. Dapat mengungkapkan perasaannya yang selama ini masih mengendap. f. Dapat membangkitkan minat anak. g. Dapat membantu tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya. h. Dapat bermanfaat bagi perkembangan anak. D. Motorik Halus 1. Pengertian Motorik Halus Motorik halus merupakan salah satu aspek perkembangan yang melibatkan keterampilan gerakan otot-otot kecil. Menurut Santrock dalam Sujiono (2009:216) menyatakan bahwa keterampilan motorik halus anak merupakan keterampilan yang melibatkan gerakan yang lebih diatur dengan halus seperti keterampilan tangan. Sedangkan Motorik halus menurut Arthur S. Rober dalam Rosmala Dewi (2005) diartikan sebagai gerakan yang dilakukan dengan menggunakan otot otot halus seperti menggambar, menggunting, dan melipat. Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. Setiap fase, anak membutuhkan rangsangan untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya. Semakin banyak yang dilihat dan didengar anak, semakin

18 banyak yang ingin diketahuinya. Jika kurang mendapatkan rangsangan anak akan bosan. Motorik halus merupakan keterampilan keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil/halus untuk mencapai pelaksanaan keterampilan yang berhasil. Pengembangkan motorik halus anak akan berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menulis (mengembangkan bahasa), kegiatan yang melatih koordinasi antara mata dan tangan. Menurut Sujiono, dkk (2005:11) Motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian- bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. oleh karena itu gerakan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi seperti : melipat kertas, menggunting kertas, mewarnai, menyatukan dua lembar kertas, menganyam kertas. Namun tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini.melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik lain serta kematangan mental. Gerakan motorik halus anak sudah mulai berkembang pesat di usia kirakira 3 (tiga) tahun, namun demikian kemampuan seorang anak untuk melakukan gerak motorik tertentu tidak akan sama dengan anak lain walaupun usia mereka sama.

19 Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motorik halus adalah kemampuan yang berhubungn dengan keterampilan fisik yang melibatkan mata dan tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan secara rutin. Seperti, membuat garis, melipat kertas, menganyam dan sebagainya. 2. Gerakan Motorik Halus Pada usia 5-6 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak berkembang sangat pesat, dilihat pada mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan dan tubuh secara bersamaan Menurut Sujiono, (2005:11) Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Oleh karena itu, gerakan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Karena koordinasi antara mata dan tangan sudah semakin baik maka anak sudah dapat mengurus diri sendiri dengan pengawasan orang yang lebih tua. Gerakan motorik halus yang terlihat saat usia TK, antara lain adalah anak mulai dapat menyikat giginya, menyisir, membuka dan menutup retsluiting, memakai sepatu sendiri, mengancingkan pakaian, serta makan sendiri dengan menggunakan sendok dan garpu. Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus, menggambar gambar sederhana dan mewarnai, menggunakan klip untuk menyatukan dua lembar kertas, menjahit, menganyam kertas serta

20 menajamkan pensil dengan rautan pensil. Namun, tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama. Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan ketrampilan fisik lain serta kematangan mental, misalnya ketrampilan membuat gambar. Dalam membuat gambar, selain anak memerlukan ketrampilan menggerakkan pergelangan dan jari-jari tangan, anak juga memerlukan kemampuan kognitif yang memungkinkan terbentuknya sebuah gambar. Misalnya, untuk menggambar lingkaran, anak perlu memahami konsep lingkaran terlebih dahulu sebelum menerjemahkannya dalam bentuk gambar. Contoh lain, saat anak berlatih bermain balok dengan menumpuk balok-balok kayu atau lego, anak memerlukan keterampilan mengambil balok, dan anak harus mengetahui apa yang akan diperbuatnya dengan balok-balok itu. Menurut Sumantri, ( 2005:143) Gerakan motorik halus anak sudah mulai berkembang pesat di usia kira-kira 3 tahun. Di usia itu, anak dapat meniru cara ayahnya memegang pensil. Namun, posisi jari-jarinya masih belum cukup jauh dari mata pensil. Namun, saat anak berusia 4 tahun, ia sudah dapat memegang pensil warna atau crayon untuk menggambar. Gerakan motorik halus, seperti menulis dan menggambar akan diperlukan anak saat ia bersekolah nanti. Namun demikian, kemampuan seorang anak untuk melakukan gerak motorik tertentu tak akan sama dengan anak lain walaupun usia mereka sama. Misalnya, Ani seorang anak berusia 4 tahun, sudah dapat membuka baju sendiri, sedangkan

21 Dede yang juga berusia 4 tahun masih memerlukan bantuan untuk melepas bajunya jika ia akan mandi atau Adi seorang anak berusia 5 tahun masih belum dapat menangkap bola yang dilemparkan padanya, padahal Anto teman sebayanya sudah sangat terampil melakukan kegiatan lempar dan tangkap bola bersama teman- temannya. Keadaan tersebut menunjukkan ada anak-anak yang masih kurang menguasai gerakan motorik halus atau kasarnya. Perbedaan jenis kelamin juga berpengaruh pada perkembangan motorik anak TK. Anak perempuan lebih sering melatih keterampilan yang membutuhkan keseimbangan tubuh, seperti permainan melompati tali (skipping), atau melompat-lompat dengan bola besar (hoping). Sedangkan anak laki-laki lebih senang melatih ketrampilan melempar, menangkap dan menendang bola atau berperilaku yang mementingkan kecepatan dan kekuatan. Anak laki-laki juga lebih senang berpartisipasi pada kegiatan yang melatih ketrampilan motorik kasar, sedangkan anak perempuan lebih suka pada ketrampilan motorik halus. Ada beberapa kegiatan yang dapat mengembangkan gerakan motorik anak, misalnya aktivitas berjalan di atas papan, olahraga (melompat tali, renang, sepak bola, bulu tangkis, senam, bersepeda), menari atau bermain drama. Kegiatan-kegiatan tersebut selain menyenangkan untuk anak-anak juga dapat melatih rasa percaya diri anak. Selain perkembangan motorik kasar yang meningkatkan perkembangan motorik halus juga meningkat. Pada usia ini koordinasi mata, tangan anak semakin baik. Anak sudah

22 dapat menggunakan kemampuan untuk melatih diri dengan bantuan orang dewasa. Anak dapat menyikat gigi, menyisir, mengancingkan baju, membuka dan memakai sepatu, melipat, menganyam, dan lain-lain. Kelenturan tangannya juga semakin baik. Anak dapat menggunakan tangannya untuk berkreasi. Faktor-faktor pendukung dalam meningkatkan perkembangan motorik kasar maupun motorik halus antara lain adalah mainan atau lingkungan yang memungkinkan anak untuk melatih ketrampilan motoriknya. Salah satunya kegiatan dengan menggunakan media kertas dapat menstimulus motorik halus anak seperti melipat kertas dan menganyam. 3. Prinsip Perkembangan Motorik Halus Prinsip perkembangan motorik halus anak adalah salah satu bagian yang penting dalam perkembangan anak untuk mencapai perkembangan motorik halus yang lebik baik lagi. Menurut Rudyanto, ( 2005:114) Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun psikis sesuai dengan masa pertumbuhannya. Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh gizi, status kesehatan dan perlakuan motorik yang sesuai dengan masa perkembangannya. Nilai-nilai yang didapat dari perkembangan motorik pada anak antara lain mendapatkan pengalaman yang berarti, hak dan kesempatan beraktivitas, keseimbangan jiwa dan raga serta mampu berperan menjadi dirinya sendiri. Tujuan dan fungsi perkembangan motorik adalah

23 penguasaan keterampilan yang tergambar dalam kemampuan menyelesaikan tugas motorik tertentu. Kualitas motorik terlihat dari seberapa jauh anak tersebut mampu menampilkan tugas motorik yang diberikan dengan tingkat keberhasilan tertentu. Jika tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas motorik tinggi, berarti motorik yang dilakukan efektif dan efisiensi. Perkembangan yang melibatkan perubahan pada motorik halus anak seperti ditandai dengan perubahan fisik maupun psikis anak dalam masa pertumbuhannya, dengan demikian anak dapat melakukan aktivitas motorik halusnya dengan baik dan dapat mendapatkan pengalaman yang berarti. 4. Faktor Faktor dan Fungsi Motorik Anak Faktor-faktor yang membantu meningkatkan motorik anak yang dapat dilakukan oleh guru : a. Menyediakan peralatan atau lingkungan yang memungkin anak melatih keterampilan motoriknya b. Setiap anak memiliki jangka waktu sendiri dalam menguasai suatu keterampilan Aktivitas fisik anak bervariasi yaitu, aktivitas fisik untuk bermain dan bergembira sambil menggerakan anggota tubuh, selain itu aktivitas fisik anak juga dapat mencapai kemampuan yang di harapkan sesuai dengan perkembangannya.

24 Fungsi perkembangan motorik halus mencatat beberapa alasan tentang fungsi perkembangan motorik halus yaitu : a. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. b. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi helpennes ( tidak berdaya ) pada bulan-bulan pertama kehidupannya. c. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikandirinya dengan lingkungan sekolah. 5. Perkembangan Motorik Kasar dan Perkembangan Motorik Halus Motorik merupakan pengendalian gerakan tubuh melalui aktivitas yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan urat saraf tulang belakangnya ( spinal cord ). Menurut Rahyubi (2012:222) Berdasarkan jenisnya motorik dibedakan menjadi dua yaitu, motorik kasar ( gross motor ) dan motorik halus ( fine motor ). a. Perkembangan Motorik Kasar Perkembangan motorik kasar anak berupa koordinasi gerakan tubuh yang memakai otot-otot besar sebagai dasar utama gerakannya. Motorik kasar meliputi pola lokomotor (gerakan yang menyebabkan perpindahan tempat) seperti berjalan, berlari, menendang, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada usia 5-6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan berbahaya

25 bertambah. Anak pada masa ini menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepedah, balapan lari atau kegiatan lainnya yang mengandung berbahaya. b. Perkembangan Motorik Halus Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi atau mengaturotot-otot kecil/halus. Misalnya,berkaitan dengan gerakan mata dan tangan yang efisien, tepat dan adaptif. Pada usia 5-6 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak berkembang pesat, pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan dan tubuh secara bersamaan antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar. E. Penelitian Relevan 1. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Kiftiyah Maryatun tahun 2009/2010 dalam penelitian yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Metode Pemberian Tugas Melipat Kertas pada siswa kelompok B3 Tk Aisyiyah 01 Kesugihan Kabupaten Cilacap Tahun Pembelajaran 2009/2010. Penelitian ini dilaksanakan pada Semester II dengan subyek penelitian adalah siswa kelompok B3 Tk Aisyiyah 01 Kesugihan dengan jumlah 14 siswa dengan rincian 13 lakilaki dan 1 perempuan. Dalam penelitian ini menggunakan beberapa cara

26 yaitu: dokumentasi, observasi dan tanya jawab. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif prosentase. Kata kunci : Motorik Halus, Melipat Kertas 2. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Ni Ketut Ertamini, I Dewa Kade Tastra, I kadek Suartama tahun 2012/2013 dalam penelitian yang berjudul Penerapan Metode Pemberian Tugas Berbatuan Media Kertas Lipat Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak TK Dewi Kumara Pemaron, Bahwa Kemampuan motorik halus anak TK pada kelompok B di TK Dewi Kumara masih belum optimal, untuk itu diadakan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus anak TK pada kelompok B di TK Dewi Kumara Pemaron Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan menerapkan metode pemberian tugas berbantuan media kertas lipat. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah 16 orang Anak TK pada Kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013. Data penelitian dikumpulkan dengan metode observasi dengan instrumen berupa lembar format observasi. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis statistik kuantitatif. Kata-kata kunci: metode pemberian tugas, motorik halus, media kertas lipat.

27 F. Kerangka Pikir Pembelajaran akan memberikan manfaat kepada anak apabila guru dapat merencanakan pembelajaran dengan metode pembelajaran yang menarik dan aktivitas bermain menggunakan media kertas yang dapat merangsang keterampilan motorik halus anak. Pembelajaran yang diberikan juga harus disesuaikan dengan kebutuhan anak. Pembelajaran dengan menggunakan media kertas seperti menganyam, melipat kertas dll akan menstimulus semua aspek perkembangan anak terutama perkembangan motorik halus anak, dengan media kertas diharapkan dapat meningkakan keterampilan motorik halus anak. Berdasarkan uraian di atas, maka keranga pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini : X Y Gambar 1. Kerangka Pikir Keterangan : X : Aktivitas Bermain Menggunakan Media Kertas Y : Keterampilan Motorik Halus

28 G. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: H O : Tidak ada pengaruh aktivitas bermain dengan menggunakan media kertas terhadap keterampilan motorik halus anak usia 5-6 tahun di TK Negeri Pembina Kalianda tahun pelajaran 2014-2015 H 1 : Ada pengaruh aktivitas bermain dengan menggunakan media kertas terhadap keterampilan motorik halus anak usia 5-6 tahun di TK Negeri Pembina Kalianda tahun pelajaran 2014-2015