EVALUASI JEMBATAN DI SUNGAI BOYONG YOGYAKARTA PASCA ERUPSI GUNUNG MERAPI 2010

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

S. Code. Istiarto JTSL FT UGM 2

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENGENDALIAN SEDIMEN. Aliran debris Banjir lahar Sabo works

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta merupakan gunung paling aktif di dunia. Gunung Merapi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu fungsi pembangunan sabo dam adalah untuk

Kemampuan Tampungan Sungai Code Terhadap Material Lahar Dingin Pascaerupsi Gunungapi Merapi Tahun 2010

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I - 1

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

MIGRASI SEDIMEN AKIBAT PICUAN HUJAN ( KASUS KALI GENDOL GUNUNG MERAPI YOGYAKARTA )

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN AKIBAT ALIRAN LAHAR DINGIN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KALI GENDOL KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KODE-KODE LAPORAN INVENTARISASI JEMBATAN

BAB I PENDAHULUAN. Merapi ditingkatkan dari normal menjadi waspada, dan selanjutnya di tingkatkan

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara dengan jumlah dan variasi bencana

KONTROL KETINGGIAN AIR DI ATAS MERCU BENDUNG KALI BOYONG SEBAGAI PERINGATAN DINI KETINGGIAN LIMPASAN BANJIR DIKALI CODE YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Peristiwa banjir lahar dingin biasanya mengancam daerah-daerah di. yang lalu Gunung Merapi di Jawa Tengah meletus,

KODE-KODE LAPORAN INVENTARISASI JEMBATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Pengantar 1.1. Latar Belakang Erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 merupakan bencana alam besar yang melanda Indonesia dan

STUDI KAPASITAS INFILTRASI SEDIMEN DI KAWASAN RAWAN BENCANA PADA DAS PABELAN PASCA ERUPSI GUNUNG MERAPI TAHUN 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Digunakan untuk kendaraan bermotor. Digunakan untuk publik. Dibiayai oleh badan publik

SESI 9 KERUSAKAN DAN PENANGANAN SIAR MUAI. Kementerian Pekerjaan Umum

DINAS BINA MARGA - PEMERINTAH KOTA SEMARANG SURVEY KONDISI JEMBATAN TAHUN ANGGARAN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara

STANDAR JEMBATAN DAN SNI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN

BAB I PENDAHULUAN. membangun daerah-daerah tertinggal dan terpencil, maka pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PT. Cipta Ekapurna Engineering Consultant

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

DINAS BINA MARGA - PEMERINTAH KOTA SEMARANG SURVEY KONDISI JEMBATAN TAHUN ANGGARAN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Demikian kami sampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih,

ANALISIS PENENTUAN PRIORITAS KERUSAKAN JEMBATAN STUDI KASUS RUAS JALAN MUARA TEMBESI MUARA BULIAN MANDALO DARAT PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. Bab III Metodologi 3.1. PERSIAPAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah pemakai jalan yang akan menggunakan sarana tersebut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

ASSESSMENT MORFOLOGI SUNGAI PROGO (Studi Kasus : Tengah Hilir Sungai Progo Yogyakarta) 1

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN JALAN: 13. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN BERKALA JEMBATAN

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum

KELAYAKAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (SETENGAH BATA) TERHADAP KERUSAKAN AKIBAT GEMPA INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PERUBAHAN MORFOLOGI SUNGAI CODE AKIBAT ALIRAN LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN Dian Eva Solikha

dua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) Kegiatan Pemeliharaan Rutin Jembatan. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Wonosobo

KAJIAN MUATAN SEDIMEN TERSUSPENSI DI SUNGAI CODE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Rutsasongko Juniar Manuhana

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh

II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Definisi Jembatan II.2. Jembatan Gelagar Beton Bertulang

PENGARUH LAHAR DINGIN PASCA ERUPSI MERAPI 2010 TERHADAP KONDISI FISIK SUNGAI PROGO BAGIAN TENGAH. Jazaul Ikhsan 1, Galih Wicaksono 2

ADENDUM DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA

NORMALISASI TAMPANG KALI CODE PASCA ERUPSI MERAPI 2010

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Definisi dan Klasifikasi jembatan serta standar struktur jembatan I.1.1 Definisi Jembatan : Jembatan adalah suatu struktur yang

BAB III METODOLOGI 3.1. PERSIAPAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Desa Tlogolele tak Lagi Terisolir Ambrolnya Dam Kali Apu oleh hantaman banjir lahar hujan pasca erupsi Merapi 2010, menyebabkan Desa

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yaitu dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jembatan yang dibahas terletak di Desa Lebih Kecamatan Gianyar

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

Vol 1 Nomor 1 - Agustus 2015 ISSN 2460-7878 EVALUASI JEMBATAN DI SUNGAI BOYONG YOGYAKARTA PASCA ERUPSI GUNUNG MERAPI 2010 Mega Ayundya Widiastuti Fakultas Sains dan Teknologi UINSA Surabaya m_ayundya@yahoo.com Abstrak Gunung Merapi merupakan salah satu dari 129 gunungapi aktif di Indonesia yang sering meletus. Pada 26 Oktober 2010 Gunung Merapi mengalami erupsi kembali. Bencana ini merupakan yang terbesar dibandingkan dengan bencana serupa dalam lima periode waktu sebelumnya yakni tahun 1994, 1997, 1998, 2001 dan 2006. Dampak lanjutan erupsi Gunung Merapi yaitu lahar dingin, berpotensi merusak bangunan-bangunan yang terdapat di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi,seperti jembatan. Salah satu sungai yang berhulu di lereng Gunung Merapi adalah sungai Boyong dimana hilir alur sungai ini melintasi tengah kota Yogyakarta yang dilintasi 19 jembatan, 8 jembatan melintasi sungai Boyong dan 11 jembatanmelintasi sungai Code yang merupakan bagian dari sungai Boyong sebagai induk sungainya. Oleh karena itu penting untuk dilakukan evaluasi kondisi existing jembatan pasca erupsi Gunung Merapi.Adanya keterbatasan dana yang disediakan oleh Pemerintah dalam upaya memulihkan fungsi dan kondisi jembatan dalam satu alur sungai, menjadi penyebab perlunya penyusunan skala prioritas, guna menentukan jembatan yang harus ditangani/diperbaiki terlebih dahulu. Keywords: nilai kondisi, skala prioritas 1. Pendahuluan Gunung Merapi merupakan salah satu dari 129 gunungapi aktif di Indonesia yang sering meletus. Sampai Mei 2006, erupsi yang tercatat sudah mencapai 83 kali kejadian. Rata-rata selang waktu erupsi Merapi terjadi antara 2-5 tahun (periode pendek), sedangkan selang waktu periode menengah setiap 5-7 tahun. Pada tanggal 20 September 2010, status kegiatan Gunung Merapi ditingkatkandari Normal menjadi Waspada, selanjutnya tanggal 21 Oktober 2010 ditingkatkan kembali menjadi Siaga (Level III), dan sejak 25 Oktober 2010, pukul06:00 WIB, status kegiatan Gunung Merapi dinaikkan dari Siaga (Level III) menjadi Awas(Level IV). Pada 26 Oktober 2010 Gunung Merapi mengalami erupsi pertama dan selanjutnya terjadi berturutturut hingga awal November 2010. Bencana ini merupakan yang terbesar dibandingkan dengan bencana serupa dalam lima periode waktu sebelumnya yakni tahun 1994, 1997, 1998, 2001 dan 2006.

Vol 1 Nomor 1 - Agustus 2015 33 Sebagai upaya mitigasi bencana erupsi Gunung Merapi, telah dibangun 245 sabo dam yang tersebar di 15 sungai yang berhulu di lereng Gunung Merapi. Sungai-sungai tersebut antara lain sungai Apu, sungai Pabelan, sungai Trising, sungai Senowo, sungai Lamat, sungai Blongkeng, sungai Putih, sungai Batang, sungai Bebeng, sungai Krasak, sungai Boyong, sungai Kuning, sungai Opak, sungai Gendol dan sungai Woro. Dilihat dari peta KRB (Kawasan Rawan Bencana) Gunung Merapi tahun 2010, beberapa sungai di Propinsi D.I. Yogyakarta yang penting diperhatikan seperti sungai Gendol karena alur sungainya melewati lokasi situs budaya, sungai Kuning karena alur sungainya menuju arah bandara, dan sungai Boyong karena alur sungainya melewati tengah kota. Gambar 1 Peta KRB (Kawasan Rawan Bencana) Gunung Merapi tahun 2010 (sumber: Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah Pascabencana Erupsi Gunung Merapi di Provinsi D.I. Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2013) Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 menghasilkan sekitar 150 juta m 3 material vulkanik yang terdiri atas abu, pasir, kerikil dan batu. Dampak lanjutan erupsi Gunung berapi berupa banjir lahar dingin mengakibatkan aluralur sungai yang berhulu di lereng Gunung Merapi mengalami agradasi dan beberapa jembatan rusak bahkan putus. Hilangnya akses antar wilayah karena putus atau tidak berfungsinya jembatan mengakibatkan transportasi terganggu atau jalan yang harus ditempuh semakin jauh. Sedangkan pada jembatan-jembatan yang masih berdiri atau berfungsi, kemungkinan tidak aman dilewati karena terjadi pergeseran elemen jembatan atau perubahan bentuk elemen dan atau kerusakankerusakan lain pada elemen jembatan yang disebabkan oleh aliran debris ketika banjir lahar dingin. Mengingat jembatan merupakan sarana yang sangat dibutuhkan sebagai akses masyarakat baik untuk kepentingan sosial maupun ekonomi, maka perlu dilakukan evaluasi kondisi existing jembatan pasca erupsi Gunung Merapi tahun 2010. Penelitian dilaksanakan terhadap jembatanjembatan yang melintasi Sungai Boyong-Code di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. Lokasi dan objek penelitian dipilih karena lahar dingin

Vol 1 Nomor 1 - Agustus 2015 33 yang mengaliri Sungai Boyong hingga Sungai Code berdampak pada perubahan kondisi alur Sungai dan material lahar dingin dikhawatirkan merusak elemen tertentu dari struktur jembatan. Selain itu, beberapa jembatan yang melintasi Sungai Boyong dan Sungai Code termasuk dalam kelas jalan Nasional. Seringkali keterbatasan dana menjadi penyebab pemeliharaan jembatan tidak optimal sehingga jembatan tidak berfungsi sesuai umur rencana. Dalam upaya memulihkan fungsi dan kondisi jembatan perlu disusun langkah optimasi, guna menentukan jembatan-jembatan yang harus ditangani / diperbaiki terlebih dahulu. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan penilaian kondisi jembatan dan kebijakan pengambilan keputusan pemeliharaan jembatan. 2. Metode Penilaian jembatan dimulai dari inventarisasi jembatan kemudian pemeriksaan detail dengan survey lapangan untuk mencatat jenis dan lokasi kerusakan elemen-elemen jembatan, selanjutnya kerusakan tersebut dinilai kondisinya sesuai dengan standar penilaian Bridge Management System (Dirjen Bina Marga, 1993). Setelah dilakukan penilaian kemudian dievaluasi terhadap kerusakan-kerusakan yang terjadi pada jembatan, kemudian disusun skala prioritasnya. 3. Pembahasan 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah jembatanjembatan yang melintasi Sungai Boyong dan Sungai Code. Sungai Boyong merupakan sungai utama dari Sungai Code sehingga memiliki arah aliran yang sama dimana Sungai Boyong merupakan bagian hulu dari Sungai Code. Jembatan-jembatan yang melintasi Sungai Boyong ada 9 jembatan dengan urutan dari hulu ke hilir, yaitu jembatan Kemiri, jebatan Pulowatu, jembatan Wonosobo, jembatan Rejodani, jembatan Ngentak, jembatan Krikilan, jembatan Plemburan, dan jembatan Boyong. Sedangkan jembatan-jembatan yang melintasi Sungai Code ada 11 jembatan dengan urutan dari hulu ke hilir, yaitu jembatan Gemawang, jembatan Wreksodiningrat, jembatan Sarjito, jembatan Sudirman, jembatan Kewek, jembatan Jambu, jembatan Juminahan, jembatan Sayidan, jembatan Tungkak, jembatan wirosaban dan jembatan Code. 3.2. Pemeriksaan Detail Jembatan 3.2.1. Sistem Pemeriksaan Detail Jembatan Dasar dari sistem pemeriksaan secara detail adalah penilaian kondisi elemen dan kelompok elemen menurut keadaannya dan keseriusan / kelemahannya. Untuk tujuan pemeriksaan secara detail dan evaluasi dari kondisi jembatan secara menyeluruh, struktur suatu jembatan dibagi atas hierarki elemen yang terdiri atas 5 level. Level tertinggi adalah level 1, yaitu jembatan itu sendiri dan level terendah adalah level 5, yaitu elemen kecil secara individual dari bagian-bagian jembatan. Untuk setiap elemen yang memiliki kerusakan yang berarti, ditentukan dengan 5 nilai, yaitu nilai struktur, nilai kerusakan, nilai perkembangan (volume), nilai fungsi, dan nilai pengaruh. Setiap nilai diberi angka 0 atau 1, sehingga subjektivitas selama pemeriksaan dapat dihilangkan dan penilaian menjadi lebih konsisten. Sistem penilaian kondisi elemen dapat dilihat pada tabel 1. Dalam menggunakan sistem ini, nilai kondisi diberikan pada level 5, level 4 atau level 3. Bila penilaian awal dari suatu elemen (individual) diberikan pada level 5, maka kelompok dari

34 Mega Ayundya Widiastuti: Evaluasi Jembatan di Sungai Boyong Yogyakarta Pasca Erupsi Gunung Merapi 2010 elemen yang mirip dinilai pada level yang lebih tinggi, yaitu level 4 dan level 3 Tabel 1 Sistem Penilaian Kondisi Elemen Nilai Kriteria Nilai Kondisi Struktur (S) Berbahaya 1 Tidak berbahaya 0 Kerusakan Parah 1 (R) Tidak parah 0 Kualitas (K) >50% 1 <50% 0 Fungsi (F) Elemen tidak berfungsi 1 Elemen masih berfungsi 0 Pengaruhi Mempengaruhi elemen lain 1 (P) Tidak berpengaruh pada 0 elemen lain Nilai Kondisi, NK = (S+R+K+F+P) 0 s.d. 5 Sumber: BMS, 1993. 3.3. Kelas Jembatan Jembatan-jembatan di sungai Boyong mempunyai kelas jembatan yang berbeda-beda, maka jembatan-jembatan tersebut dikelompokkan kedalam kelas-kelas jembatan. Kelas jembatan yang digunakan dalam penentuan prioritas penanganan, di bagi menjadi 3 kelas, yaitu kelas A, kelas B dan kelas C. Kelas A merupakan jembatan pada ruas jalan nasional yang didasarkan pada Rencana Muatan (RM) Binamarga 100% dengan lebar minimal (1+7+1). Kelas B merupakan jembatan pada ruas jalan kabupaten yang didasarkan pada Rencana Muatan (RM) Binamarga 70% dengan lebar minimal (0,5+6+0,5). Kelas C merupakan jembatan pada ruas jalan pedesaan yang didasarkan pada RM Binamarga 50% dengan lebar minimal (0,5+5+0,5). 3.4. Penentuan Skala Prioritas Pengurutan prioritas jembatan dalam suatu kelas jembatan didasarkan pada nilai kondisi jembatan yang diperoleh. Nilai kondisi jembatan yang digunakan dalam penentuan skala prioritas adalah nilai kondisi pada level 1 kemudian di breakdown terhadap nilai kondisi pada level di bawahnya (level 2 dan level 3). Penggunaan nilai kondisi pada level 1 karena nilai tersebut menggambarkan nilai jembatan secara keseluruhan. Nilai kondisi pada level 2 sebagai pertimbangan kondisi jembatan terhadap komponen utama jembatan yaitu aliran sungai / timbunan (AS), bangunan bawah (BB), bangunan atas (BA) dan perlengkapan (P). Komponen utama jembatan tersebut mempunyai kepentingan yang sama terhadap keamanan pengguna jembatan sehingga pengurutan prioritas berdasarkan pada nilai kondisi tertinggi (kondisi terparah) di ke 4 komponen utama tersebut. Bila terdapat nilai kondisi yang sama pada level 2 dari beberapa jembatan, maka penentuan prioritas ditinjau kembali terhadap nilai kondisi jembatan di level 3. 4. Analisis 4.1. Hasil Pemeriksaan Kerusakan Jembatan yang Melintasi Sungai BoyongPasca Erupsi Gunung Merapi 2010 Pasca erupsi Gunung Merapi yang diawali letusan pada tanggal 26 Oktober 2010, terjadi hujan deras di wilayah Yogyakarta yang mengakibatkan banjir lahar dingin. Banjir lahar dingin ini mengalirkan debris vulkanik di sepanjang alur sungai yang mengakibatkan sejumlah elemen jembatan rusak. Hasil pemeriksaan jembatan di Sungai Boyong pasca erupsi Gunung Merapi tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 2. Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab kerusakan pada komponen-komponen jembatan. Kerusakan-kerusakan tertentu pada jembatan yang ada di sepanjang alur Sungai

Vol 1 Nomor 1 - Agustus 2015 35 Boyong pada Tabel 2 tersebut kemungkinan sudah ada sebelum erupsi Gunung Merapi tahun 2010 terjadi. Namun dapat dilihat dalam Tabel 2, jenis kerusakan dan komponen jembatan yang rusak berkaitan dengan dampak sekunder erupsi Gunung Merapi tahun 2010 yang secara umum ditemui pada jembatan yaitu endapan lumpur yang berlebihan, scouring dan atau bagian yang pecah/hilang pada dinding penahan tanah. Kerusakan pada komponen jembatan oleh volume angkutan sedimen banjir lahar dingin di alur Sungai Boyong sampai di jembatan paling hilir Sungai Boyong (Jembatan Code). Sedangkan kerusakan pada komponen jembatan oleh daya rusak material debris yang terbawa aliran banjir lahar hanya sampai di Jembatan Gemawang. Tabel 2 Jembatan dan elemen yang mengalami kerusakan No. Nama Jembatan Elemen yang Rusak Jenis kerusakan Timbunan oprit Scouring Kepala jembatan Pecah 1. Kemiri Pelat lantai Aus Kasar Hilang Sandaran horizontal Hilang Parapet Hilang 2. Pulowatu Scouring Bronjong Pondasi langsung Berputar 3. Wonosobo 4. Rejodani 5. Ngentak Struktur rangka baja Penurunan mutu cat dan karat Pelat lantai (deck) Spalling, retak, karat pada besi tulangan Siar muai Batas-batas ukuran Hilang, rusak Penurunan mutu cat, karat, pecah Sandaran horizontal Penurunan mutu cat, karat, perubahan bentuk pada komponen Parapet Hilangnya sebagian dari bahan Air sungai yang macet yang mengakibatkan terjadinya banjir Dinding penahan tanah Scouring Pipa cucuran Terlalu pendek (kesalahan pemasangan) Sambungan Bagian yang longgar Hilangnya sebagian dari bahan

36 Mega Ayundya Widiastuti: Evaluasi Jembatan di Sungai Boyong Yogyakarta Pasca Erupsi Gunung Merapi 2010 Tabel 2 Jembatan dan elemen yang mengalami kerusakan (lanjutan1) No. Nama Jembatan Elemen yang Rusak Jenis kerusakan 6. Krikilan 7. Plemburan 8. Boyong 9. Gemawang 10. Wrekso diningrat 11. Sardjito 12. Sudirman 13. Kewek 14. Jambu Trotoar Dinding penahan tanah Tembok sayap Bantalan mortar/pelat dasar Dinding penahan tanah Expansion join Sandaran horozontal Papan Nama Dinding penahan tanah Gelagar Papan Nama Expansion joint Kerb Sandaran Parapet Gelagar Abutmen Pipa cucuran Expansionjoint Bagian yang pecah/hilang, retak Permukaan yang kasar/berlubang Mortar dasar retak Berlubang aspal Penurunan mutu cat Tulisan tidak nyata/jelas Lubang Karat Sampah yang menumpuk Berlubang, retak aspal, sampah menumpuk aspal Beton keropos Kualitas buruk Berlubang

Vol 1 Nomor 1 - Agustus 2015 37 Tabel 2 Jembatan dan elemen yang mengalami kerusakan (lanjutan2) No. Nama Jembatan 15. Juminahan 16. Sayidan 17. Tungkak 18. Wirosaban 19. Code Elemen yang Rusak Baut gelagar Plat lantai Lapis Permukaan Expansionjoin Abutmen Trotoar Pipa cucuran Expansionjoint Abutmen Gelagar Expansionjoint Sandaran horizontal Sandaran horizontal Jenis kerusakan, sampah Karat Kualitas buruk Lubang, retak Karat Pecah Penurunan mutu cat Berlubang Penurunan mutu cat 4.2. Nilai Kondisi Jembatan Nilai kondisi akhir jembatan adalah nilai kondisi pada level 1 yang menggambarkan kondisi jembatan secara keseluruhan. Hasil penilaian kondisi eksisting jembatan yang melintasi sungai Boyong pasca erupsi Gunung Merapi tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 3. 4.3. Prioritas Penanganan Jembatan Prioritas penanganan terhadap jembatan didasarkan pada nilai kondisi jembatan dan kelas jembatan. Jika dilihat pada Tabel 3, sejumlah jembatan mempunyai nilai kondisi yang sama, maka untuk menentukan jembatan yang lebih diprioritaskan yaitu dengan mempertimbangkan nilai kondisi jembatan pada level di bawahnya (level 2 dan level 3). Prioritas penanganan jembatan-jembatan yang melintasi alur Sungai Boyong sesuai dengan kelas masing-masing jembatan dapat dilihat pada Tabel 4.

38 Mega Ayundya Widiastuti: Evaluasi Jembatan di Sungai Boyong Yogyakarta Pasca Erupsi Gunung Merapi 2010 Tabel 3 Nilai kondisi jembatan di alur Sungai Boyong Pasca Erupsi Gunung Merapi 2010 Kondisi Kondisi No Nama NK Keterangan No Nama NK Keterangan 1 Kemiri 5 Runtuh/tidak berfungsi 11 Sardjito I 2 Rusak sedang 2 Pulowatu 2 Rusak sedang 12 Sudirman 2 Rusak sedang 3 Wonosobo 4 Kritis 13 Kewek 2 Rusak sedang 4 Rejodani 2 Rusak sedang 14 Jambu 2 Rusak sedang 5 Ngentak 3 Rusak berat 15 Juminahan 2 Rusak sedang 6 Krikilan 2 Rusak sedang 16 Sayidan 2 Rusak sedang 7 Plemburan 3 Rusak berat 17 Tungkak 2 Rusak sedang 8 Boyong 2 Rusak sedang 18 Wirosaban 2 Rusak sedang 9 Gemawang 2 Rusak sedang 19 Code 2 Rusak sedang 10 Wreksodiningrat 2 Rusak sedang Tabel 4 Prioritas penanganan jembatan-jembatan di Sungai Boyong Kel as Jm btn Prio ritas Jembatan Nilai Kondisi Level 1 Level 2 A 1 Tungkak 2 2 2 2 2 2 Boyong 2 1 2 1 3 Sudirman 2 2 2 4 Code 2 2 2 B 1 Ngentak 3 3 3 2 Jambu 2 1 2 2 2 3 Sayidan 2 2 1 2 4 Wirosaban 2 1 2 2 5 Juminahan 2 1 2 2 6 Sardjito 2 1 2 2 7 Kewek 2 2 2 8 Wreksodiningrat 2 1 2 9 Krikilan 2 2 1 10 Pulowatu 2 2 C 1 Kemiri 5 5 3 4 2 Wonosobo 4 4 3 4 4 3 Plemburan 3 3 1 2 3 4 Gemawang 2 2 2 2 5 Rejodani 2 2 2 5. Kesimpulan Dari hasil evaluasi jembatan-jembatan di alur sungai Boyong pasca erupsi Gunung Merapi 2010 diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Pasca erupsi Gunung merapi 2010 jembatanjembatan di Sungai Boyong masih aman A S B B B A P untuk dilalui kendaraan, kecuali Jembatan Kemiri dan Jembatan Wonosobo. Kerusakan yang terjadi pada jembatan berkaitan dengan adanya lahar dingin yaitu berkurangnya kapasitas alur sungai hingga di jembatan Code, jembatan paling hilir Sungai Boyong, dan rusaknya dinding penahan tanah yaitu pada Jembatan Ngentak, Jembatan Plemburan, Jembatan Boyong dan Jembatan Gemawang. 6. Daftar Pustaka Dirjen Bina Marga, 1993, Panduan Pemeriksaan Jembatan, (Prosedur pemeriksaan jembatan), BMS, Departemen Pekerjaan Umum RI Australian Internasional Development Asistance Bureau. Hariman, 2007, Evaluasi dan Program Pemeliharaan Jembatan dengan Metode Bridge Management System (BMS) Studi Kasus 4 Jembatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Tesis MPSP UGM Yogyakarta. Kurniawan, R.W, 2009, Penilaian Kondisi Struktur Sebagai Pendukung Strategi Pemeliharaan dan Pengambilan Keputusan Bangunan Sabo di Gunung Merapi Yogyakarta, Tesis MPSP UGM Yogyakarta.