BAB I PENDAHULUAN. (Oktariana, 2009). Mutalazimah (2009) menambahkan bahwa GAKI merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGELOLAAN GARAM DI DESA JONO KECAMATAN TAWANGHARJO KABUPATEN GROBOGAN

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk di Indonesia. Faktor yang ditimbulkan akibat kurang

BAB I PENDAHULUAN. wanita hamil mempunyai risiko terjadinya abortus, lahir mati, sampai cacat bawaan. menghambat pembangunan (Depkes RI, 2005 ).

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1. Kerangka konsep penelitian pemeriksaan kadar iodium pada garam. 18

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan setiap manusia atau masyarakat pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan manusia saat ini menjadi hal yang sangat kompleks dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang memiliki dampak yang sangat besar terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. Tetrajodotyronin (T4) yang terakhir disebut juga tiroksin (Sediaoetama,

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era globalisasi karena harus bersaing dengan negara-negara lain dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. proses metabolisme di dalam tubuh. Gangguan akibat kekurangan yodium

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMILIHAN, PENYIMPANAN DAN KUALITAS GARAM BERIODIUM PADA TINGKAT KELUARGA DI KELURAHAN TIMBULHARJO, KECAMATAN SEWON, KABUPATEN BANTUL, YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) masih merupakan. masalah kesehatan yang membutuhkan perhatian dan penanganan yang serius.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan masyarakat baik di Indonesia maupun di dunia. Masalah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi menurunkan tingkat kecerdasan atau biasa disebut Intelligence Quotient

LYDIA NURVITA RACHMAWANTI J

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA, HARGA DAN KEMUDAHAN MEMPEROLEH GARAM BERIODIUM DENGAN PERILAKU KONSUMSI GARAM BERIODIUM DI TINGKAT

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PEMANTAUAN GARAM BERYODIUM DI SEKOLAH UPTD PUSKESMAS PUCANGSAWIT

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN GARAM BERYODIUM PADA RUMAH TANGGADI DESA JATIBARANG BARU KABUPATEN INDRAMAYU

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENGHENTIAN SUPLEMENTASI KAPSUL IODIUM DI KABUPATEN MAGELANG. Styawan Heriyanto

Apa yang dimaksud dengan Yodium?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang mengalami masalah gizi ganda. Sementara gizi buruk

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, 2012

BAB I PENDAHULUAN. dan Kusuma, 2011). Umumnya, masa remaja sering diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan menurun. Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi pada anak pra sekolah akan menimbulkan. perbaikan status gizi (Santoso dan Lies, 2004: 88).

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

PERKEMBANGANN SITUASI GAKI DAN GARAM BERIODIUM DI KABUPATEN TRENGGALEK SAMPAI DENGAN TAHUN 2014

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENANGGULANGAN MASALAH GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN GARAM BERYODIUM DI RUMAH TANGGA DI KELURAHAN ULAK KARANG SELATAN KOTA PADANG TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ASI merupakan susu yang tepat untuk bayi karena susu ini khusus diproduksi ibu

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data

BAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

STUDI TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT GONDOK PADA LANSIA DI DESA ARJOSARI KECAMATAN JABUNG MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia.

RENCANA AKSI NASIONAL KESINAMBUNGAN PROGRAM PENANGGULANGAN GAKY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditentukan sebesar ppm dalam bentuk KIO 3 hal ini dikaitkan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. ganda yaitu masalah kurang gizi dan gizi lebih. Kurang energi protein (KEP) pada

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

Gangguan Akibat kekurangan Yodium (GAKY)

GAMBARAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DALAM PENGGUNAAN GARAM BERIODIUM DI DESA BANGUN I KECAMATAN PARBULUAN KABUPATEN DAIRI TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

BAB I PENDAHULUAAN. Masa balita adalah masa kehidupan yang sangat penting dan perlu

BAB I PENDAHULUAN. atau calon ibu merupakan kelompok rawan, karena membutuhkan gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Program perbaikan gizi masyarakat telah berjalan puluhan tahun, namun

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara. berkembang termasuk di Indonesia, masalah yang timbul akibat asupan gizi

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada

Unnes Journal of Public Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB I PENDAHULUAN. rangka mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas, terlebih pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Garam Beriodium Ibu Rumah Tangga di Desa Kecepak Kecamatam Batang Kabupaten Batang

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan di Indonesia dewasa ini masih diprioritaskan pada upaya

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. kebutuhan sehari-hari sesuai dengan standar SNI ppm.

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kecerdasan terutama pada anak-anak (Arisman, 2004). Gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 adalah mengumpulkan. dan menganalisis data indikator MDG s kesehatan dan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Kadar Iodium dalam Garam Beriodium di Pasar, Warung dan Rumah Tangga di Desa Candirejo Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi masyarakat merupakan salah satu. masalah yang sering dialami oleh negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena konsumsi makanan yang tidak seimbang, mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. ancaman global untuk kesehatan dan perkembangan di seluruh dunia, karena

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Gangguan Akibat Kekurangan Iodium merupakan salah satu masalah gizi masyarakat di Indonesia. GAKI adalah gejala yang terjadi pada tubuh manusia akibat kurangnya unsur iodium secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama (Oktariana, 2009). Mutalazimah (2009) menambahkan bahwa GAKI merupakan masalah kesehatan yang memerlukan perhatian dan penanganan serius karena berdampak pada kelangsungan hidup dan kualitas hidup seseorang. Semua gangguan ini dapat menghambat proses tumbuh kembang anak, rendahnya prestasi belajar anak usia sekolah, rendahnya produktivitas kerja pada orang dewasa serta timbulnya berbagai permasalahan sosial ekonomi masyarakat yang dapat menghambat pembangunan (Mirandati, 2007). GAKI dapat disebabkan karena makanan yang dikonsumsi kurang mengandung iodium, adanya kebiasaan keluarga yang tidak menggunakan garam beriodium dan asupan makanan goitrogenik (penghambat penyerapan iodium) (Almatsier S, 2011 dalam Badri 2011). GAKI dapat menyebabkan kretin, keguguran pada ibu hamil, bayi lahir mati, keterbelakangan mental, gangguan pertumbuhan syaraf penggerak, gangguan pertumbuhan dan gangguan kecerdasan yang sangat mempengaruhi kualitas hidup seseorang (Saputri, 2006; Setiarini dkk, 2010). Terdapat dua macam upaya penanggulangan kekurangan GAKI yaitu penanggulangan jangka pendek yang dilakukan dengan pemberian kapsul beriodium 1

2 sedangkan jangka panjang melalui fortifikasi garam dengan iodium atau iodisasi garam (Setriarini dkk. 2010). Iodisasi garam merupakan program nasional yang di kenal dengan sebutan Universal Salt Iodization (USI) yang telah dimulai sejak tahun 1977 dengan target pencapaian 90% atau lebih rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium sesuai dengan persyaratan yaitu garam beriodium yang mengandung 30-80 mikrogram kalium iodat per kilogram (Yuniati, 2012). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 target nasional Universal Salt Iodization (USI) adalah 90%, dengan cakupan konsumsi garam yang mengandung cukup iodium ( 30 ppm) sebesar 77,1%. Provinsi Bali merupakan provinsi dengan konsumsi garam beriodium terendah nomor dua di Indonesia dengan cakupan sebesar 50,8%. Berdasarkan hasil survei Rencana Aksi Nasional Kesinambungan Program Penanggulangan GAKI (RAN KPP GAKI) tahun 2003, persebaran GAKI di Indonesia dikelompokkan berdasarkan kabupaten, yaitu terdapat 35,8% kabupaten yang endemis ringan, 13,1% Kabupaten endemis sedang dan 8,2% kabupaten endemis berat yang tersebar di beberapa provinsi di Indonesia (Depkes, 2005). Kabupaten Gianyar adalah salah satu kabupaten di Bali yang tidak termasuk kabupaten endemis GAKI (Parwini, 2013). Meskipun demikian pencapaian konsumsi garam beriodium di tingkat rumah tangga di Kabupaten Gianyar masih dibawah target yang ditetapkan Dinkes Provinsi Bali yaitu sebesar 80%. Menurut data yang diperoleh dari Dinkes Provinsi Bali tahun 2013 dan 2014 Kabupaten Gianyar merupakan kabupaten dengan konsumsi garam beriodium terendah nomor empat dari 9 Kabupaten/Kota yang ada di provinsi Bali (Dinkes Provinsi Bali 2013, 2014).

3 Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinkes Kabupaten Gianyar tahun 2013 pencapaian penggunaan garam beriodium di Kabupaten Gianyar berada di bawah target yaitu sebesar 67,0%, sedangkan pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 4,2% menjadi 62,8%. Hasil ini merupakan rata-rata dari hasil pencapaian ke 13 puskesmas yang ada di kabupaten Gianyar, sedangkan jika dilihat lebih spesifik dari hasil pencapaian setiap puskesmas yang ada di kabupaten Gianyar, Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kesehatan Masyarakat Ubud I menunjukkan hasil pencapaian terendah yaitu 39,0% pada tahun 2013 dan pencapaian terendah nomer dua setelah puskesmas Payangan sebesar 50% pada tahun 2014. Berdasarkan data tersebut UPT Kesmas Ubud I mengalami kenaikan sebesar 10,5% namun kenaikan tersebut belum signifikan dan masih termasuk dalam kategori pencapaian rendah. Jika dilihat dari letak geografis dan akses pendistribusian garam beriodium di wilayah Ubud sangat mudah dan dekat, ketersediaan penjualan garam juga termasuk banyak, namun masih sedikit yang mengkonsumsinya. UPT Kesmas Ubud I memiliki lima wilayah kerja salah satunya Desa Petulu. Desa Petulu merupakan desa yang memiliki pencapaian konsumsi garam beriodium paling rendah selama 2 tahun terakhir. Adapun hasil survei pencapaian konsumsi garam beriodium pada tahun 2013 sebesar 23,8%, sedangkan pada tahun 2014 pencapaian sebesar 42,3%. Hasil ini berdasarkan pemantauan yang dilakukan oleh Puskesmas Ubud I dengan cara pemantauan langsung ke rumah tangga (UPT Kesmas Ubud I). Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh Sari (2011) bahwa rendahnya penggunaan garam beriodium di masyarakat disebabkan karena kebiasaan keluarga mengkonsumsi garam non iodium dengan alasan rasa garam beriodium dirasa agak pahit, kurangnya pengetahuan tentang garam beriodium, harga garam, distribusi dan

4 ketersediaan garam dipasar. Pendapat lainnya oleh Sudarto (2012) yang menyatakan bahwa rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, kurangnya persediaan dan peredaraan garam beriodium di pasar yang dikarenakan kurangnya produksi dan distribusi oleh sentra garam rakyat. Dari beberapa hasil penelitian di atas dinyatakan bahwa faktor kebiasaan dalam mengkonsumsi garam non iodium masih menjadi faktor internal penghambat penggunaan garam beriodium di masyarakat. Kebiasan tersebut dapat dilihat dari persepsi rasa dari setiap anggota keluarga yang menganggap rasa garam noniodium lebih enak dibandingkan dengan rasa garam beriodium sehingga kebiasaan tersebut menimbulkan persepsi tidak suka pada rasa garam beriodium. Faktor penghambat eksternal penggunaan garam beriodium di tingkat rumah tangga yaitu pendistribusian dan ketersediaan garam beriodium yang dijual di pasar dan di warung-warung sekitar tempat tinggal. Berdasarkan pemaparan diatas diketahui bahwa penggunaan garam beriodium di Desa Petulu wilayah kerja UPT Kesmas Ubud I Tahun 2014 belum memenuhi target puskesmas yaitu sebesr 75%. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui lebih mendalam hubungan antara persepsi rasa, harga, dan kemudahan memperoleh garam dengan perilaku mengkonsumsi garam beriodium di tingkat rumah tangga Desa Petulu Kecamatan Ubud. Rumusan Masalah Masih rendahnya penggunaan garam beriodium di Desa Petulu yang masih dibawah target Bali dipengaruhi oleh persepsi masyarakat tentang penggunaan garam beriodium. Sehingga perlu diteliti hubungan antara persepsi rasa, harga, dan

5 kemudahan memperoleh garam beriodium dengan perilaku menggunakan garam beriodium di tingkat rumah tangga di Desa Petulu Kecamatan Ubud. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimanakah gambaran konsumsi garam beriodium pada rumah tangga di Desa Petulu Kecamatan Ubud? 2. Adakah hubungan antara persepsi rasa garam beriodium, dengan perilaku konsumsi garam beriodium ditingkat rumah tangga desa Petulu Kecamatan Ubud? 3. Adakah hubungan antara persepsi harga garam beriodium dengan perilaku konsumsi garam beriodium ditingkat rumah tangga desa Petulu Kecamatan Ubud? 4. Adakah hubungan antara persepsi kemudahan memperoleh garam beriodium dengan perilaku konsumsi garam beriodium ditingkat rumah tangga desa Petulu Kecamatan Ubud? Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Untuk menganalisis hubungan antara persepsi rasa garam beriodium, persepsi harga garam beriodium dan persepsi kemudahan memperoleh garam beriodium dengan perilaku konsumsi garam beriodium di tingkat rumah tangga Desa Petulu Kecamatan Ubud.

6 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran konsumsi garam beriodium ditingkat rumah tangga Desa Petulu Kecamatan Ubud. 2. Mengetahui hubungan antara persepsi rasa garam beriodium dengan perilaku konsumsi garam beriodium ditingkat rumah tangga Desa Petulu Kecamatan ubud. 3. Mengetahui hubungan antara persepsi harga garam beriodium dengan perilaku konsumsi garam beriodium ditingkat rumah tangga Desa Petulu Kecamatan ubud. 4. Mengetahui hubungan antara persepsi kemudahan memperoleh garam beriodium dengan perilaku konsumsi garam beriodium ditingkat rumah tangga Desa Petulu Kecamatan Ubud. Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi ilimiah di bidang kesehatan masyarakat khususnya gizi kesehatan masyarakat mengenai persepsi masyarakat terhadap konsumsi garam beriodium di rumah tangga. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Dapat digunakan sebagai sumber data ataupun pedoman bagi UPT Kesmas Ubud I dalam program cakupan konsumsi garam beriodium. 2. Sebagai data evaluasi program cakupan konsumsi garam beriodium di tingkat rumah tangga UPT Kesmas Ubud I.

7 Ruang Lingkup Penelitian Lingkup penelitian ini adalah gizi kesehatan masyarakat, yaitu persepsi masyarakat tentang garam beriodium di Desa Petulu Kecamatan Ubud.

8