Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pengelolaan Sampah Di Pasar Banjarsari Kota Pekalongan

dokumen-dokumen yang mirip
KINERJA PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA GOMBONG KABUPATEN KEBUMEN

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA MAUMERE

EVALUASI PENGELOLAAN SAMPAH PASAR JOHAR BERDASARKAN PERSEPSI PENGELOLA DAN PEDAGANG SERTA ARAHAN PENGELOLAANNYA TUGAS AKHIR (TKP 481)

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota

PROPOSAL PROYEK AKHIR. Yayuk Tri Wahyuni NRP Dosen Pembimbing Endang Sri Sukaptini, ST. MT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. open dumping atau penimbunan terbuka, incenerator atau di bakar, sanitary landfill

E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di

BAB III PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA CIREBON DALAM PENGOLAHAN SAMPAH TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sampah sebagai material sisa aktivitas manusia maupun proses alam

KINERJA PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA GOMBONG KABUPATEN KEBUMEN TESIS

INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi

ANALISIS PENGELOLAAN SAMPAH DI TEMPAT PEMBUANGAN SEMENTARA KELURAHAN BERINGIN DAN KELURAHAN NGALIYAN KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG TAHUN 2015

PERAN KELUARGA DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA PALANGKA RAYA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA

PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KECAMATAN GAJAH MUNGKUR KOTA SEMARANG Elysa Nur Cahyani *), Wiharyanto Oktiawan **), Syafrudin **)

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.

Kajian Timbulan Sampah Domestik di Kelurahan Sukamenak Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama

KAJIAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN MATARAM

BAB II DESKRIPSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO Sejarah Singkat Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

BAB I PENDAHULUAN. diikuti oleh peningkatan perpindahan sebagian rakyat pedesaan ke kota dengan

PERENCANAAN TEKNIS OPERASIONAL PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KECAMATAN JATIASIH, KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. tidak terjadi dengan sendirinya (Mukono, 2006). Pertambahan penduduk,

KAJIAN KINERJA PELAYANAN PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KARANGANYAR DITINJAU DARI ASPEK TEKNIK OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahlah yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI SISTEM PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN BANDA RAYA, JAYA BARU DAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH

EVALUASI DAN OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA SUNGAI ANDOK KOTA PADANG PANJANG

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN ASET DI KABUPATEN KARAWANG

PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

Lampiran IA Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/SE/M/2011 Tanggal : 31 Oktober 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PEMBIAYAAN SAMPAH DALAM MENDUKUNG PENGELOLAAN SAMPAH DI PASAR JOHAR KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: Andrik F. C. A.

HAK MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI PROGRAM BANK SAMPAH DI KOTA DENPASAR

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii INTISARI... iv ABSTRACT

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

Elsa Martini Jurusan PWK Universitas Esa Unggul, Jakarta Jl. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk Jakarta

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

STRATEGI PENGELOLAAN ASET SISTEM PERSAMPAHAN DI KOTA POSO

1. BAB I PENDAHULUAN. diikuti kegiatan kota yang makin berkembang menimbulkan dampak adanya. Hasilnya kota menjadi tempat yang tidak nyaman.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGELOLAAN SAMPAH GEDUNG GEOSTECH

KATA PENGANTAR. Laporan Akhir PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

EVALUASI UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KOTA MARTAPURA DARI SEGI PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN

OLEH : SIGIT NUGROHO H.P

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MELALUI ANALISIS SWOT (Studi Pengelolaan Limbah Padat Di Kabupaten Jember)

KUESIONER UNTUK PEDAGANG

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas manusia tidak terlepas dari kegiatan yang menghasilkan limbah

EVALUASI PENGANGKUTAN SAMPAH DAN PENGEMBANGAN SARANA PERSAMPAHAN DI KOTA PALANGKA RAYA

Surahma Asti Mulasari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia menuntut Pemerintah Daerah untuk

PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI KELURAHAN BAGAN BARAT KECAMATAN BANGKO, KABUPATEN ROKAN HILIR, PROPINSI RIAU TAHUN 2007

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasi dan waktu penelitian yaitu :

BAB III METODE PENELITIAN. sistem pengelolaan sampah di Pasar Dwikora kota Pematangsiantar.

PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP

STUDI KINERJA TEKNIK OPERASIONAL DALAM MANAJEMEN PERSAMPAHAN DI KOTA MARTAPURA KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN TUGAS AKHIR

SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KOTA DI KABUPATEN BEKASI JAWA BARAT

PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KECAMATAN KALIWUNGU, KABUPATEN KUDUS

Evaluasi Sistem Transportasi Sampah Kota Pasir Pengaraian

ANALISA SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DAN PERILAKU PEDAGANG DI PASAR HORAS KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2013

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i BAB I DESKRIPSI maksud dan tujuan ruang lingkup pengertian... 1

HUBUNGAN PARTISIPASI MASYARAKAT DENGAN KEBERFUNGSIAN TEMPAT PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU (TPST) SAEMAN PADANGSARI, KOTA SEMARANG

PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH KAWASAN KECAMATAN JEKULO-KUDUS

KONDISI SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH DI WILAYAH PESISIR PUGER KABUPATEN JEMBER

Kajian Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Secara Terpadu Di Kampung Menoreh Kota Semarang. Tugas Akhir

Kata kunci : manajemen sampah, sistem pengangkutan, Kecamatan Tabanan dan Kecamtan Kediri, kebutuhan armada pengangkut sampah

UPAYA PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI APLIKASI SWAT OLEH DINAS KEBERSIHAN DAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA SURABAYA

BAB III METODE PENELITIAN. mempelajari dinamika kolerasi antar faktor-faktor risiko dengan efek, dengan

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

PENANGANAN SAMPAH BERDASARKAN KARAKTERISTIK SAMPAH DI KOTA SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo.. sampai dengan tanggal 25 Desember tahun 2012.

SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KECAMATAN SEMARANG TENGAH, KOTA SEMARANG Hamida Syukriya*), Syafrudin**), Wiharyanto Oktiawan**)

ANALISIS PENGELOLAAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG

BAB IV STRATEGI KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI SSK

PERENCANAAN TEKNIS PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU STUDI KASUS KELURAHAN JABUNGAN, KECAMATAN BANYUMANIK, KOTA SEMARANG

IDENTIFIKASI PREFERENSI MASYARAKAT DALAM SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN PERMUKIMAN (Studi Kasus: Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon) TUGAS AKHIR

PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KECAMATAN GAYAMSARI, KOTA SEMARANG

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI PESISIR DI KELURAHAN LEMBANG KABUPATEN BANTAEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung

III. METODOLOGI PENELITIAN

SUMMARY. PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA GORONTALO (Studi Kasus di UD. Loak Jaya)

Implementasi Perda No 02 Tahun 2011 Di Kota Samarinda (Ghea)

PENGELOLAAN LIMBAH PADAT / SAMPAH ( REDUCE, RECYCLING, REUSE, RECOVERY )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MODEL OPTIMASI ALOKASI PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN PENDEKATAN INEXACT FUZZY LINEAR PROGRAMMING ( STUDI KASUS: PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA MALANG )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN PONOROGO ( STUDI KASUS KECAMATAN BUNGKAL )

PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU DI KAWASAN PASAR FLAMBOYAN KOTA PONTIANAK

I Made Arnatha Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

ABSTRAK. Kata kunci :Volume timbulan sampah, kebutuhan armada pengangkut sampah, BOK Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana,

KATA PENGANTAR. Mohd. Gempur Adnan

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang tinggi dengan pertumbuhan cepat di kota bila

MANAJEMEN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN BANGLI

Transkripsi:

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pengelolaan Sampah Di Pasar Banjarsari Kota Pekalongan *) **) Rondiyah *), Sulistiyani **), Mursid Rahardjo **) Mahasiswa Bagian Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Staf Pengajar Bagian Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro ABSTRACT Market envionment is dirty and leaves garbage problems indicate less than optimal performance of waste management. The aims of this study are to evaluate solid waste management done by managers and many kind of influence in it. The methods used are quantitative desciption methodology. This research is using stratified random sampling which divided in to several homogeny groups amount in 94r respondents. The result of study, there are solid waste amount is 30,2 m 3 /day with the amount of solid waste which is in the service only 22 m 3 /day, there fore solid waste management performance only 72,85%. Of these conditions, solid waste management performance is still uneffective and far from the public expectation. Technical aspect such as placement, collection and transport of waste, awareness and the number of personal are influencing solid waste management performance, also lack of merchant participation in waste management and payment of levies, lack of capacity and the number of bins, lack of budget, and overseeing of waste management. Recommendations of this research is managers need to improve the area solid waste service in market by adding the number of personal, equipment, and need more socialization of solid waste management to the merchant. Keywords : Waste Management Performance, performance factors 192

PENDAHULUAN Sampah merupakan bahan pencemar lingkungan, yang merupakan bahan yang mempunyai pengaruh menurunkan kualitas lingkungan atau menurunkan nilai lingkungan.hubungan antara lingkungan dan manusia tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karena merupakan suatu kesatuan ekosistem yang memiliki ketergantungan dan hubungan timbal balik. Hubungan timbal balik ini kadang dapat memberikan dampak serta pengaruh, baik yang negatif ataupun yang bersifat positif. Sehingga diperlukan adanya kesadaran, serta tanggung jawab bersama sebagai upaya untuk menjaga hubungan manusia dengan lingkungan. Sampah selama ini dikelola dengan konsep umum seperti, open dumping (penimbunan terbuka), incinerator (di bakar), sanitary landfill (gali tutup), ternyata tidak memberikan solusi yang baik apalagi jika pelaksanaannya tidak disiplin. Pengelolaan sampah yang tidak benar akan menimbulkan pencemaran lingkungan. Apabila sampah dibiarkan menumpuk merupakan tempat yang baik bagi perkembangan lalat, yang dapat berakibat pada kesehatan manusia. Salah satu tempat umum yang menghasilkan sampah adalah pasar. Menurut Mukono (2006) 2 sanitasi tempat umum seperti di pasar sangat penting. Terkait besarnya timbulan sampah dapat mengindikasikan rendahnya tingkat pelayanan pengelolaan sampah disuatu tempat. Pelayanan pengelolaan sampah termasuk dalam pelayanan publik yang bertujuan untuk melayani masyarakat dalam pengelolaan sampah yang dihasilkan. Konsep kinerja pengelolaan sampah yang dimaksudkan dalam penelitian ini dilihat dari aspek pelayanan sampah yaitu dengan mengukur jumlah timbulan sampah yang terangkut dengan prasarana yang tersedia dan luas cakupan wilayah pelayanan dalam hal ini pasar. Berdasarkan keputusan Walikota Pekalongan Nomor 18 Tahun 2000, pasar regional di Kota Pekalongan yaitu Pasar Banjarsari merupakan salah satu pasar yang menghasilkan sampah terbesar di Kota Pekalongan. Dengan jumlah penduduk 278.368 jiwa pada tahun 2010 (BPS Kota Pekalongan), jumlah timbulan sampah juga sangat besar yaitu 725 m 3 (Dinas Pekerjaan Umum Kota Pekalongan). Namun, sampah yang diangkut ke TPA adalah sebesar 82,07% atau sebesar yaitu 595 m 3 sampah. Besarnya timbulan sampah yang dihasilkan dan dalam upaya mencegah permasalahan yang dapat terjadi dari aktivitas perdagangan. Pasar yang berada diatas tanah seluas 17.330 m 2 dengan luas bangunan 51.000 m 2 ini telah melakukan berbagai upaya pengelolaan sampah hal ini terlihat dari dibangunnya tempat pengumpulan sampah sementara di areal pasar dengan harapan sampah yang dihasilkan pedagang atau pengunjung dapat dilayani secara baik. Namun demikian, upaya upaya pengelolaan sampah tersebut masih menyisakan permasalahan. Pasar Banjarsari merupakan pasar yang kondisinya dinilai masih kurang (Dinas Pasar Kota Pekalongan, 2013). Sistem pengelolaan sampah di pasar Banjarsari saat ini mengandalkan pelayanan dari Disperindagkop dan UMKM Kota Pekalongan. Berbagai jenis sampah baik organik maupun anorganik diangkut dan dibuang ke TPA. Didasarkan pada kondisi lingkungan yang masih kurang dengan perannya sebagai pasar terbesar di Kota Pekalongan yang berakibat pula pada meningkatnya timbulan sampah. Pengamatan di lapangan menunjukkan adanya indikasi kurang optimalnya kinerja pengelolaan sampah di Pasar Banjarsari dengan adanya sampah yang terlihat di sudut-sudut kios maupun lorong pasar dan timbulnya bau dari tumpukan-tumpukan sampah tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untukmengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pengelolaan sampah di Pasar Banjarsari Kota Pekalongan. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah Explanatory Research yaitu menjelaskan hubungan antara variabel yang diteliti melalui pengujian hipotesa. Rancangan penelitian yang digunakan adalah 193

pendekatan Cross Sectional, dimana pengumpulan data dilakukan sekaligus pada suatu saat (point time approach). Data primer diperoleh dari survey dan wawancara langsung menggunakan kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari pencatatan dan pelaporan yang ada di Pasar Banjarsari Kota Pekalongan serta dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekalongan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software statistik SPSS. Dan diiukuti dengan kegiatan cleaning(pengecekan data tidak konsisten), editing (melengkapi data), coding (pemberian kode masing-masing data atau variabel), entry (memasukan hasil data untuk dianalisis), tabulating (pengelompokkan data). Sampel yang diperoleh mewakili jumlah populasi yang ada yaitu 94 responden dari total 3855 pedagang di Pasar Banjarsari Kota Pekalongan. Dengan menggunakan Stratified Random Sampling. Secara umum jumlah penentuan sampel dapat dihitung menggunakan rumus (Lemeshow, 2010). 30 n = 2 Z α 1. P 1 P N z d 2 2 N 1 + Z α 1. P 1 P z Keterangan: n = Besar sampel N = Jumlah populasi Z = Nilai standar deviasi normal (1,96) D = Penyimpangan ditolerir (0,1) P = Asumsi proporsi (0,5) HASIL DAN PEMBAHASAN Pengelolaan Sampah Pasar Pengelolaan sampah Pasar Banjarsari Kota Pekalongan dikelola oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM (Disperindag) Kota Pekalongan. Kepala UPT Pasar Banjarsari Kota Pekalongan berada dibawah KepalaBidang Pasar Disperindag Kota Pekalongan. Disperindag Kota Pekalongan juga secara resmibertanggung jawab terhadap pengelolaan sampah yang berasal dari seluruh pasar dan diangkut ke TPA Degayu Kota Pekalongan. Pasar Banjarsari memiliki tempat penampungan sampah sementara yang dibangun bertingkat 3 lantai yang saling terhubung melalui lubang pembuangan sampah. Personil penanggung jawab pelaksanaan pengelolaan sampah di Pasar Banjarsari berjumlah 1 orang. Pelaksana kebersihan berjumlah 12 orang sebagai penyapu, pengumpul, pengangkut sampah ke TPS dan pengangkut sampah ke TPA. Untuk menciptakan kondisi lingkungan yang bersih, pihak pengelola menyediakan sarana dan prasarana seperti, tempat sampah, gerobak pengumpul, kontainer pengangkut sampah. Penyediaan tempat sampah dimaksudkan untuk memudahkan dalam mengumpulkan sampah. Pengumpulan sampah dari tempat pembuangan sampah dilaksanakan 2 kali dalam sehari, yaitu pada pagi dan siang hari menggunakan gerobak sampah (transfer depo). Setiap lantai dibersihkan oleh 2-3 orang petugas kebersihan, selain menyapu lantai pasar, petugas sekaligus mengumpulkan sampah dari tempat sampah kedalam gerobak untuk ditampung di TPS pasar yang terletak dibelakang pasar. Sampah dikumpulkan tidak hanya dari tempat sampah yang tersedia dipasar, melainkan dari lapak-lapak pedagang dengan sampah yang sudah dikumpulkan kedalam kantong plastik besar oleh masing-masing pedagang. Sampah yang terkumpul di TPS kemudian dimanfaatkan oleh petugas untuk dilakukan pemilahan antara sampah yang bernilai ekonomis seperti plastik, kardus, dll. Setelah sampah selesai dipilah, kemudian dipindahkan menuju kontainer pengangkut yang berada di lantai dasar pasar. Sampah kemudian diangkut menuju ke TPA Degayu Kota Pekalongan. Pengangkutan sampah menuju ke TPA dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Analisis Produksi Sampah Besarnya produksi sampah di Pasar Banjarsari Kota Pekalongan dapat dihitung berdasarkan total luas wilayah dikalikan dengan besarnya timbulan sampah rata-rata per orang 194

setiap hari adalah sebesar 0,10-0,16 liter/m 2 /hari (SK SNI S-04-1993-03). Dan total luas wilayah aktif pasar seluas 50.400 m 2, sehingga total timbulan sampah yang dihasilkan sebesar 30,2 m 3 /hari. Besar sampah yang terangkut diperoleh melalui pengamatan terhadap operasional kendaraan pengangkut sampah ke TPA. Menggunakan 1 buah dump truck bervolume 8 m 3 dengan 2 kali setiap hari, sampah terangkut aktif per hari sebesar 16 m 3 ditambah sisa sampah yang tidak terangkut di kontainer pada hari sebelumnya mencapai 6 m 3 sehingga total sampah terangkut mencapai 22 m 3 /hari. Analisis Kinerja Pengelolaan Sampah Pasar harus memiliki tingkat pelayanan sampah sebesar 100% (Departemen Pekerjaan Umum). Berdasarkan kriteria tersebut, sampah yang terangkut dari Pasar Banjarsari setiap hari sebanyak 30,2 m 3. Apabila dibandingkan dengan besarnya sampah yang terangkut sebesar 22 m 3 /hari maka dapat diketahui tingkat pelayanan sampah di Pasar Banjarsari Kota Pekalongan 22/30,2 X 100% = 72,85%. Dengan tingkat pelayanan sebesar 72,85% maka dapat disimpulkan bahwa kinerja pengelolaan sampah di Pasar Banjarsari Kota Pekalongan dinilai masih kurang. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pengelolaan Sampah Pasar Banjarsari Faktor-faktor dianalisis berdasarkan wawancara mengenai teknis operasional, partisipasi pedagang dan ketersediaan petugas kebersihan. Pewadahan Kegiatan pewadahan adalah upaya penampungan sampah sementara di masingmasing sumber. Alat pewadahan yang biasa digunakan berupa kantong plastik dengan penempatan tempat sampah yang masih dinilai kurang mencukupi dan kurang terjangkau karena prinsip penempatan yang kurang memenuhi syarat operasional yang memudahkan petugas pengumpulan dalam pelaksanaan pengumpulan sampah. Dengan hasil analisis 54,3% dari total responden kegiatan pewadahan dinilai masih kurang. Hal ini dipengaruhi oleh terbatasnya fasilitas tempat sampah, sehingga penggunaan kantong plastik sebagai tempat sampah mandiri dinilai tidak memenuhi syarat karena mudah robek yang dapat menyebabkan sampah mudah berserakan. Penempatan tong sampah (bin) juga mempengaruhi hasil penilaian kinerja, karena akan menghambat pelaksanaan pengumpulan sampah oleh petugas kebersihan. Kegiatan pewadahan dalam penelitian ini dinilai merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja pengelolaan sampah. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Niken Susanawati (2004), penelitian menunjukkan rendahnya pewadahan sampah oleh pedagang tidak mempengaruhi hasil evaluasi kinerja pengelolaan sampah di Pasar Johar yang dinilai sudah baik. Pengumpulan Upaya penanganan sampah dengan cara mengumpulkan sampah dari sumbernya dianggap berpengaruh terhadap jumlah keterangkutan sampah di Pasar Banjarsari. Hasil kuesioner diperoleh 62,8% dari total responden,kegiatan pengumpulan dinilai baik. Hal ini dipengaruhi oleh petugas kebersihan yang secara aktif melakukan pengumpulan sampah dari sumber sampah dan fasilitas sarana pengumpulan sampah yang cukup memadai. Sistem pengumpulan menggunakan pola individual tidak langsung dengan frekuensi waktu pengumpulan 2 kali yaitu pagi dan siang hari menggunakan gerobak pengumpul sampah berukuran 1 m 3. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengumpulan sampah di Pasar Banjarsari Kota Pekalongan menggunakan pola komunal tidak langsung dan dengan menggunakan sarana gerobak sampah dapat mempengaruhi jumlah sampah yang terangkut ke TPS pasar. Hasil ini sejalan dengan penelitian Widi Hartanto (2006) yang menunjukkan kegiatan pengumpulan sampah di Kota Gombong dengan sistem pola 195

pengumpulan tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja pengelolaan sampahnya. Pengangkutan Proses atau kegiatan membawa sampah yang akan dibuang ke TPA dapat mempengaruhi jumlah keterangkutan sampah di Pasar Banjarsari. Hasil pengukuran tingkat kegiatan pengangkutan sampah di Pasar Banjarsari dinilai kurang oleh 53,2% dari total responden. Hal ini disebabkan oleh waktu pelaksanaan pengangkutan yang tidak konsisten, kurang adanya pengawasan dari pihak pengelola, tenaga pengangkut yang harus bekerja sekaligus sebagai pengumpul sampah sehingga karena beban yang berlebih membuat kegiatan ini dinilai kurang dan secara tidak langsung dapat mempengaruhi jumlah sampah yang terangkut ke TPS pasar. Sistem pengangkutan di Pasar Banjarsari menggunakan peralatan dump truck dengan volume penampung 8 m 3 dan frekuensi pengangkutan 2 kali dalam sehari, hal ini sesuai dengan SNI T-13-1990-F dimana setiap dump truck dapat beroperasi 2-3 rit/hari. Sehingga diketahui bahwa jumlah timbulan sampah yang terangkut adalah sebesar 22 m 3. Kendaraan dump truck yang digunakan saat ini, berdasarkan pengamatan di lapangan, satu dump truck membutuhkan tenaga pengangkutan sebanyak 3-4 orang yang bertugas memindahkan sampah dari TPS ke dalam truk.menurut SK SNI T-13-1990-F, dump truck cocok untuk menangani sampah yang ada di pasar, dapat melakukan ritasi 2-3 rit/hari serta cepat dalam pembongkaran. Sehingga disimpulkan penggunaannya sudah tepat, namun kekurangan dalam operasionalnya di Pasar Banjarsari adalah tidak adanya penutup pada truk untuk menghindari sampah berterbangan saat diangkut menuju TPA. Kegiatan pengangkutan dinilai mempengaruhi kinerja pengelolaan sampah di Pasar Banjarsari Kota Pekalongan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Widi (2006), kegiatan pengangkutan sampah mempengaruhi kinerja pengelolaan sampah di Kota Gombong. Hasil penelitian menunjukkan kegiatan pengangkutan meliputi kondisi sarana, waktu serta frekuensi pengangkutan dapat mempengaruhi baik buruknya kinerja, dengan kondisi sarana pengangkutan yang baik (54,5 %) dan waktu juga frekuensi yang kurang memadai (44,4%) dapat mempengaruhi kinerja pengelolaan sampahnya yang masih sangat kurang di Kota Gombong. Kesadaran Penanganan Sampah Individu Pedagang sangat diharapkan memiliki motivasi untuk bisa membuang dan memilah sampah, dan memiliki kesadaran untuk dapat menyediakan tempat sampah individu secara semi permanen.hasil pengukuran kesadaran responden dalam penanganan sampah dinilai masih kurang 73,4%. Seluruh responden (100%) diketahui tidak melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan ketersediaan sarana yang kurang mendukung bagi pelaksanaan pemilahan sampah di sumber sampah. Dan tidak mematuhi aturan pembuangan sampah ditempatnya, masih banyak petugas yang meletakkan sampah di sudut-sudut pasar tanpa pewadahan dan sangat mengganggu serta tidak mendukung terlaksananya upaya pengelolaan sampah di Pasar Banjarsari. Sebagian besar responden tidak mengupayakan reduce, reuse, dan recycle untuk pemanfaatan kembali material untuk meminimalisir penggunaan barang menjadi sampah (78,37%), hanya 60,6% pedagang yang mempunyai kesadaran untuk menyediakan tempat sampah semi permanen di lingkungan pasar. Banyak pedagang yang tidak berpartisipasi dalam pelaksanaan pengelolaan sampah (77,7%) dengan tidak bertanggung jawab pada kebersihan kios/toko masing-masing. Sehingga kondisi kebersihannya kurang terawat. Penggunaan kantong plastik sebagai tempat untuk media penampungan sampah oleh pedagang di Pasar Banjarsari Kota Pekalongan dinilai dapat mempengaruhi jumlah sampah yang terangkut petugas. Sehingga kesadaran atau partisipasi pedagang secara tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja pengelolaan sampah di Pasar Banjarsari Kota Pekalongan. 196

Kesadaran Membayar Retribusi Pedagang diharapkan dapat tepat waktu dalam membayar retribusi kebersihan. Sebesar 51,1% dari total responden menunjukkan kurangnya kesadaran dalam pembayaran retribusi pasar. Hal ini dikarenakan biaya yang telah dikeluarkan tidak sesuai dengan kualitas pelayanan yang diberikan. Rendahnya tingkat kesadaran pedagang dalam pembiayaan retribusi akan dapat mengakibatkan minimnya anggaran pembiayaan operasional pengalolaan sampah. Dan secara tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja pengelolaan dengan kurangnya jumlah sampah yang terangkut ke TPS pasar karena berkurangnya anggaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana persampahan seperti gerobak sampah, gaji petugas kebersihan, biaya operasional pengangkutan sampah ke TPA Degayu dan lainlain. Sehingga kesadaran pedagang dalampembayaran reribusi akan mempengaruhi kinerja pengelolaan sampah di Pasar Banjarsari Kota Pekalongan. Ketersediaan Jumlah Petugas Kebersihan Hasil pengukuran tingkat ketersediaan jumlah petugas kebersihan di Pasar Banjarsari Kota Pekalongan adalah sebanyak 66 responden atau sebesar 70,2% menilai kurangnya ketersediaan jumlah personil pelaksana kebersihan. Jumlah personil pengelolaan sampah yang kurang mencukupi, menyebabkan pembagian tugas menjadi belum jelas, seperti adanya petugas pengangkutan yang merangkap sebagai petugas pengumpulan sampah. Keterbatasan jumlah personil juga berdampak pada jangkauan pelayanan, sehingga jumlah sampah yang terkumpul dan terangkut juga rendah. Hasil penilaian kinerja pengelolaan sampah secara kuantitatif telah disimpulkan bahwa jumlah sampah yang terangkut masih belum tercapai seluruhnya (72,85%). Hasil penelitian terhadap ketersediaan jumlah petugas kebersihan di Pasar Banjarsari Kota Pekalongan adalah kurang (70,2%)dengan nilai rata-rata (8,13). Hal ini dinilai merupakan dampak dari luas daerah jangkauan pelayanan sampah masih rendah, dan terbukti adanya sampah-sampah yang masih menumpuk di sudut-sudut area pasar, kurangnya pengawas kebersihan, dan petugas penyapu sama dengan petugas pengumpul yang mengindikasikan bahwa beban kerja juga bertambah seiring dengan luas area yang harus dijangkau. Sehingga dinilai dapat mempengaruhi tingkat keterangkutan sampah di Pasar Banjarsari Kota Pekalongan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Widi Hartanto (2006) yang menunjukkan jumlah petugas kebersihan yang kurang memadai (42,4%) yang secara tidak langsung mempengaruhi efektifitas kinerja pengelolaan sampah di Kota Gombong dari aspek personil. KESIMPULAN Produksi sampah di Pasar Banjarsari Kota Pekalongan berdasarkan jumlah sampah yang terangkut oleh fasilitas dump truck setiap harinya mencapai 22 m 3 /hari, dengan jumlah sampah yang seharusnya terangkut dan terlayani sebesar 30,6 m 3 /hari. Penilaian kinerja pengelolaan sampah berdasarkan jumlah sampah yang terangkut dibandingkan dengan minimal pelayanan persampahan daerah pasar mencapai 72,85%, kinerja pengelolaan sampah di Pasar Banjarsari Kota Pekalongan dinilai kurang. Kegiatan Pewadahan sampah di Pasar Banjarsari Kota Pekalongan dipengaruhi oleh kurangnya ketersediaan wadah/tempat penampungan sampah di tiap los/kios/lorong pasar, jenis penggunaan wadah pembuangan sampah oleh pedagang yang menggunakan kantong plastik hitam yang mudah rusak. Kegiatan pengumpulan sampah di Pasar Banjarsari Kota Pekalongan dipengaruhi oleh adanya keaktifan petugas, kondisi sarana dan prasarana yang dinilai memadai, dan kapasitas alat pengumpulandinilai memadai. Kegiatan pengangkutan sampah di Pasar Banjarsari Kota Pekalongan dipengaruhi oleh waktu pengangkutan dinilai baik, peran 197

pengelola dalam hal pengawasan dinilai kurang, kapasitas alat pengangkutdinilai baik. Kesadaran penanganan sampah di Pasar Banjarsari Kota Pekalongan dinilai kurang (73,4%) karena tidak terdapat pemilahan sampah, tidak mengetahui upaya 3R, tidak ada tanggung jawab oleh masing-masing pedagang terhadap kebersihan masing-masing toko/kios, serta tidak adanya upaya pedagang untuk menyediakan tempat sampah semi permanen untuk menjaga kondisi lingkungan pasar dari sampah yang tidak terangkut oleh petugas. Kesadaran dalam pembayaran retribusi daerah Kota Pekalongan dinilai rendah (51,1%), karena pedagang menilai ketidaksesuaian antara biaya yang mereka keluarkan dengan kualitas pelayanan sampah yang diberikan. Ketersediaan jumlah petugas kebersihan dinilai kurang (70,2%) yang dapat mengakibatkan beban kerja yang bertambah sebanding dengan luas jangkauan pelayanan yang bertambah dan akan dapat secara tidak langsung mempengaruhi jumlah sampah yang terangkut oleh petugas. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pengelolaan sampah di Pasar Banjarsari Kota Pekalongan adalah kesadaran atau partisipasi pedagang dalam penanganan sampah individu dan pembayaran retribusi, ketersediaan jumlah petugas kebersihan dalam aspek personil, ketersediaan jumlah tempat sampah dan kapasitas tempat penampungan sampah yang ada, waktu pengangkutan yang kurang efektif, dan peran pengelola untuk mengawasi pelaksanaan pengelolaan sampah. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Pasar Banjarsari Kota Pekalongan bagi terkait adalah untuk lebih meningkatkan pelayanan pengelolaan sampah perlu penambahan jumlah personil petugas kebersihan demi tercapainya jangkauan pelayanan persampahan di Pasar Banjarsari Kota Pekalongan, perlu adanya pembagian tugas yang jelas bagi tiap petugas, agar terwujud pelaksanaan pengelolaan sampah yang efektif, perlu adanya penambahan fasilitas seperti tong sampah (bin), dengan penempatan yang tepat di setiap lorong maupun los untuk meningkatkan partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah di Pasar Banjarsari Kota Pekalongan. Dan bagi Masyarakat khususnya pedagang perlu mendukung program pengelolaan sampah di Pasar Banjarsari dengan meningkatkan kesadaran dalam penanganan sampah, maupun menerapkan pola pengelolaan sampahdengan konsep 3 R (Reduce, Reuse, Recycle), dapat berperan serta dalam kegiatan operasional pengelolaan sampah seperti pewadahan, dan pengumpulan, demi meningkatkan kinerja petugas kebersihan, pedagang perlu memberikan keluhan dan usulan mengenai kondisi kebersihan pasar kepada pihak pengelola. Peneliti berterima kasih kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekalongan yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Pasar Banjarsari Kota Pekalongan. DAFTAR PUSTAKA 1. Mandailing, Musa. Partisipasi Pedagang dalam Program Kebersihan dan Pengelolaan Sampah Pasar. (Kasus di Kota Bogor). Tesis. Program Pasca Sarjana IPB.Bogor. 2001. 2. Mukono. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Airlangga University Press. Surabaya. 2006. 3. Departemen Pekerjaan Umum. Tata Cara Pengelolaan Sampah Perkotaan : SK SNI-T 13-1990-F. Yayasan LPMB Bandung. Jakarta. 1995. 4. Susanawati, Niken. Evaluasi Pengelolaan Sampah Pasar Johar Persepsi Pengelola Dan Pedagang Serta Arahan Pengelolaannya. Tugas Akhir. Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota. Universitas Diponegoro. Semarang. 2004. 5. Buhori, dkk. Hubungan Antara Tingkat Pendapatan dan Sikap Terhadap Kebersihan Dengan Partisipasi Pedagang Dalam Mengelola Sampah. (Studi Kasus di 198

Pasar Sindangkasih Kabupaten Ciamis). Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Siliwangi. Tasikmalaya. 2002. 6. Departemen Pekerjaan Umum. Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil dan Kota Sedang di Indonesia : SK SNI-S 04-1993-03. Yayasan LPMB Bandung. Jakarta. 1995. 7. Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Rineka Cipta. Jakarta. 2003. 8. Lemeshow, S, dkk. Adequacy of Sample Size in Health Studies. WHO. 2010. 9. Hartanto, Widi. Kinerja Pengelolaan Sampah di Kota Gombong Kabupaten Kebumen. Tesis. Program Studi Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota.Universitas Diponegoro. 2006. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal), 199