BAB I PENDAHULUAN. aktivitas kehidupan masyarakat di perkotaan, menyebabkan bertambahnya volume

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebersihan, kemakmuran, ketaatan dan kedisiplinan warga masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dan mutlak. Peran penting pemerintah ada pada tiga fungsi utama, yaitu fungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RINGKASAN ANALISIS PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sampah yang dihasilkan. Demikian halnya dengan jenis sampah,

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.

1. BAB I PENDAHULUAN. diikuti kegiatan kota yang makin berkembang menimbulkan dampak adanya. Hasilnya kota menjadi tempat yang tidak nyaman.

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia merupakan negara yang sedang berupaya

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

PERAN SERTA WANITA DALAM MEMPELOPORI GAYA HIDUP BERWAWASAN LINGKUNGAN DI RW O2 KELURAHAN PASAR MINGGU JAKARTA SELATAN TUGAS AKHIR

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MURUNG RAYA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Limbah padat atau sampah padat merupakan salah satu bentuk limbah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sampah sebagai material sisa aktivitas manusia maupun proses alam

BAB I PENDAHULUAN. dan tanggung jawab di bidang kebersihan, keindahan tata pertamanan kota. Salah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Permukiman Sehat Yang Bersih Dari Sampah

BAB I PENDAHULUAN. pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan

Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

I. PENDAHULUAN. karena kota harus menanggung beban berat akibat tingginya tingkat pertambahan

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

BAB I PENDAHULUAN. mengabaikan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Untuk mencapai kondisi

Optimisasi pengalokasian sampah wilayah ke tempat pembuangan sementara (TPS) di Kota Surakarta dengan model integer linear programming

Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

BAB I P E N D A H U L U A N

Kata Kunci: Evaluasi, Masa Pakai, Reduksi, Pengomposan, Daur Ulang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah di Provinsi DKI Jakarta Tahun

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBUANGAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN I.1

EVALUASI PENGELOLAAN SAMPAH PASAR JOHAR BERDASARKAN PERSEPSI PENGELOLA DAN PEDAGANG SERTA ARAHAN PENGELOLAANNYA TUGAS AKHIR (TKP 481)

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari adalah masalah sampah. Setiap manusia, memiliki potensi untuk

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I. PENDAHULUAN. masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas manusia tidak terlepas dari kegiatan yang menghasilkan limbah

BAB I PENDAHULUAN I-1

S K R I P S I. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh : RIZATUL FAZRIYAH NPM :

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

Elsa Martini Jurusan PWK Universitas Esa Unggul, Jakarta Jl. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk Jakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI POLEWALI MANDAR

EVALUASI PENGANGKUTAN SAMPAH DAN PENGEMBANGAN SARANA PERSAMPAHAN DI KOTA PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai program yang relevan. Peningkatan kualitas lingkungan terdiri dari berbagai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir di seluruh negara dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

dan bertambah kembali menjadi 204,78 juta jiwa pada tahun Jika tingkat pertumbuhan

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR, TAHUN 2014 TENTANG MASTER PLAN PERSAMPAHAN KOTA MOJOKERTO WALIKOTA MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk dan laju ekonomi yang semakin meningkat serta

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia menuntut Pemerintah Daerah untuk

UPAYA PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI APLIKASI SWAT OLEH DINAS KEBERSIHAN DAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN. Review Penyusunan Masterplan Air Limbah. Menyediakan dokumen perencanaan air limbah domestik skala Kabupaten

BAB I. PENDAHULUAN. permukiman, jasa dan pelayanan masyarakat. Pertumbuhan dan. masyarakat. Perkembangan suatu daerah mempengaruhi pola konsumsi dan

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 03 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

Bagi masyarakat yang belum menyadari peran dan fungsi Situ, maka ada kecenderungan untuk memperlakukan Situ sebagai daerah belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk yang semakin cepat dan aktifitas penduduk di suatu daerah membawa perubahan yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan jumlah penduduk di Indonesia menempati urutan ke-4 terbanyak di

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan

BAB 5 PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambahan jumlah penduduk, peningkatan konsumsi masyarakat dan aktivitas kehidupan masyarakat di perkotaan, menyebabkan bertambahnya volume dan jenis sampah, serta karakteristik sampah yang semakin beragam. Sampah yang ditimbulkan dari aktivitas dan konsumsi masyarakat perkotaan ini, telah menjadi permasalahan lingkungan yang harus ditangani oleh setiap pemerintah kota dengan dukungan partisipasi aktif dari masyarakat perkotaan itu sendiri. Kota Bandung sebagai ibu Kota Provinsi Jawa Barat yang dahulunya dikenal dengan Paris van Java dengan lingkungannya yang asri sehingga pernah dijuluki sebagai Kota Kembang, namun karena menghadapi permasalahan sampah perkotaan maka dikhawatirkan status yang sudah baik ini menjadi hilang karena menumpuknya sampah diberbagai tempat yang antara lain disebabkan oleh terbatasnya daya tampung tempat pembuangan akhir (TPA). Penanganan sampah di Kota Bandung memerlukan sistem manajemen yang baik dan mampu mengembangkan serta menerapkan paradigma manajemen sampah yang baru dan memiliki potensi yang akan menjadikan basis manajemen moderndi kemudian hari, maka perencanaan dan pengambilan keputusan dalam penanganan sampah tidak saja Pemerintah Kota Bandung atau instansi lainnya yang terkait.pengelolaan persampahan sering diprioritaskan penanganannya di daerah perkotaan.pengelolaan sampah yang sering terjadi antara lain perilaku dan 1

2 pola hidup masyarakat masih cenderung mengarah pada peningkatan timbulan sampah yang sangat membebani pengelola kebersihan, keterbatasan sumber daya, anggaran, sehingga pengelola kebersihan belum mampu melayani seluruh sampah yang dihasilkan, oleh karena itu volume sampah yang ditimbulkan semakin meningkat pula, sehingga terjadilah penumpukan sampah serta volume sampah yang dapat di angkut dan di kelola tidak seimbang dengan volume produksi sampah. Penumpukan sampah tersebut tentunya mempunyai dampak yang negative terhadap lingkungan sekitarnya. Peran masyarakat didalam menangani sampah di Kota Bandung diposisikan hanya sebagai objek sumber pendapatan. Sampah yang berasal dari rumah tangga dikelola oleh lembaga kewilayahan tingkat RW, kemudian dibawa ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang dikelola oleh Perusahaan Daerah.Sampah merupakan suatu tonggak baru bagi kebijakan pengelolaan sampah perkotaan di Kota Bandung yang mengarahkan kebijakan pengelolaan sampah perkotaan pada konsep dengan menekankan pentingnya peran masyarakat dalam pengelolaan sampah. Pemerintah Daerah Kota Bandung dituntut untuk memformulasikan kebijakan pengelolaan sampah perkotaan dalam mengatasi permasalahan sampah khususnya sampah yang berasal dari rumah tangga dengan memberikan konstribusi terbesar (66%) penghasil sampah di Kota Bandung. Maka sampah Kota Bandung cenderung meningkat, sedangkan kategori lain adalah data jumlah timbulan sampah Kota Bandung berdasarkan sumber timbulannya, jumlah sampah terangkut, serta persentase pengangkutannya dapat dilihat bahwa persentase pengangkutan sampah di Kota Bandung rata-rata baru

3 mencapai 60%. Lahirnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah merupakan suatu tonggak baru bagi kebijakan pengelolaan sampah perkotaan di Kota Bandung yang mengarahkan kebijakan pengelolaan sampah perkotaan dengan menekankan pentingnya peran masyarakat dalam pengelolaan sampah. Pada Peraturan Daerah No.12 Tahun 2010 dapat dilihat dimana proses kebijakan pengelolaan sampah di Kota Bandung, sangat jelas bahwa dikatakan sistem pengelolaan sampah harus tertata dengan baik. Jika melihat dari kasus yang sekarang terjadi penumpukan sampah di pinggir jalan Kota Bandung maka kondisi bertolak belakang dengan yang di atur dalam Peraturan Daerah No.12 Tahun 2010. Salah satu Dinas yang berwenang dalam pengelolaan sampah ini adalah Dinas Permukiman Dan Perumahan Provinsi Jawa Barat yang terdapat pada Balai Pengelolaan Sampah Regional.BalaiPengelolaan Sampah Regional mempunyai tugas utama yaitu mengenai pengelolaan sampah di Kota Bandung dan mengenai pergantian TPA Leuwi Gajah ke TPA Sarimukti Cipatat yang terjadi di lapangan ternyata kapasitas penampungan sampah lebih kecil atau debit sampah yang lebih besar seiring bertambahanya penduduk di Kota Bandung semakin bertambah. Sampah di Kota Bandung, akan menghadapi kendala apabila tidak adanya kesadaran yang tinggi dari masyarakat itu sendiri. Penanganan sampah di Kota Bandung memerlukan sistem manajemen yang baik dan mampu mengembangkan serta menerapkan paradigma manajemen sampah yang baru dan memiliki potensi yang akan menjadikan basis manajemen modern di kemudian hari, maka

4 perencanaan dan pengambilan keputusan dalam penanganan sampah tidak saja Pemerintah Kota Bandung atau instansi lainnya yang terkait. Berdasarkan tingginya beban penimbunan sampah pada Tahun 2012, volume timbulan sampah sebagai indikasi kualitas lingkungan hidup di Kota Bandung periode Tahun 2004-2011, setiap tahunnya menghasilkan rata-rata sebesar 1.369.659 m³, dengan ratarata pertambahan sebesar 17,29%/tahun atau sebesar 81.394 m³/tahun, namun demikian volume sampah yang bisa diolah baru sekitar 10%. (http://www.junjunbandung.com, 10/05/2013). Data dari Balai Pengelolaan sampah regional ini memperlihatkan pula bahwa setiap penduduk berpotensi menghasilkan sampah sekitar 3 liter per hari, sehingga dengan jumlah penduduk Kota Bandung sekitar 2,5 juta jiwa, beban sampah dapat mencapai sekitar 7.500 m³/hari. Beban kualitas lingkungan hidup berupa sampah ini memiliki konstribusi terbesar utama berasal dari rumah tangga yaitu sekitar 66% atau 4.952 m³. Kemudian sektor industri merupakan penghasil sampah yang memiliki konstribusi terbesar kedua dengan produksi sampah sekitar 798,50m³/hari atau hampir 11%, dan sisanya sekitar 23% berasal dari pasar, sektor komersial, jalan, non komersial, serta sampah saluran. Sumber permasalahan sampah selalu hadir, baik ditempat pembuangan sementara (TPS), tempat pembuangan akhir (TPA), maupun saat pendistribusiannya.permasalahan yang muncul pada umumnya adalah system distribusi atau system Tempat Pembuangan Akhir (TPA).Sistem distribusi menyangkut masalah sarana transportasi pengangkut dan kendaraan yang mengangkut atau bongkar muat sampah dari rumah ke rumah, dari rumah ke

5 Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan dari TPS ke TPA Sarimukti, karena kenyataan di lapangan tidak seperti yang diharapkan yaitu hanya 1-2 rit/hari dikarenakan banyak kondisi truk dari PD kebersihan yang sudah tidak layak jalan disamping itu jumlahnya yang sangat minim, jumlah sarana alat transportasi yang dimiliki 103 truk dan yang melakukan operasi pengangkutanhanya 77 truk. Sedangkan sistem di TPA menyangkut pengelolaan sampah yang berkaitan dengan kecepatan daya tamping Tempat Pembuangan Akhir terhadap pertambahan jumlah sampah setiap harinya. Setelah terjadinya longsornya TPA Leuwi Gajah pada hari Senin tanggal 21 Februari 2005 dini hari, Ternyata musibah yang terjadi telah merenggut korban jiwa lebih dari 100 orang meninggal dunia. TPA Leuwi Gajah yang terletak di perbatasan Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung menyisakan persoalan sampah di Kota Bandung dan Kota Cimahi. Sampai sekarang memang masih meninggalkan banyak permasalahan karena penataan dan penanganannya belum maksimal, sehingga menimbulkan banyak penumpukan sampah di beberapa ruas jalan Kota/Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi. Dampak pencemaran udara ataupun air dari gunungan sampah sangat membahayakan karena menyebabkan timbulnya permasalahan lain bagi masyarakat Kota/Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi. (http://www.itb.ac.id/news/trackback/452, 28/03/2013). Pengelolaan sampah dalam penanganan sampah yang berkesinambungan dan berwawasan lingkungan terbukti berjalan melalui pendekatan service-profitoriented dan terintegrasi. Profesionalisme yang menjadi syarat berjalannya pendekatan melalui swastanisasi, dimana pemerintah baik pusat maupun daerah hanya berfungsi sebagai regulator, sedangkan pengelolaannya diserahkan ke swasta melalui mekanisme tender yang transparan untuk dijadikan pendapatan asli daerah. Perkembangan dan arah kebijakan dalam penanganan masalah sampah masih menjadi keprihatinan masyarakat khususnya di kota Bandung. Pola penyelesaian masalah sampah di kota Bandung masih bersifat sementara dan

6 setiap tahun memerlukan biaya yang sangat besar dengan target penyelesaiannya yang masih bersifat teoritis tanpa arah keberlanjutan yang jelas dan kurang menyentuh pada pola hidup masyarakat. Untuk menunjang penanganan sampah yang relevan dengan sisi ekonomi dan ekologi maka diperlukan penanganan sampah secara terpadu (integrated waste management) yaitu penanganan sampah perkotaan menunjukan bahwa beberapa kegiatan perlu dilakukan untuk mengatasi tingginya pertambahan penduduk dan arus urbanisasi ke perkotaan yang menyebabkan semakin tingginya volume sampah, ditambah keterbatasan lahan untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah, pengangkutan sampah ke TPA yang terkendala karena jumlah kendaraan yang tidak mencukupi dan kondisi peralatan yang telah tua serta pengelolaan TPA yang tidak sesuai dan sudah tidak ramah lingkungan. Dengan demikian, dalam masalah sampah bukan hanya menjadi urusan Pemerintah Kota Bandung dan instansi lainnya, karena dalam penyelesaian penanganan sampah tersebut membutuhkan keterlibatan semua pihak terkait di Kota Bandung. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti mengambil dengan judul Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Regional di Kota Bandung. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam usulan penelitian ini adalah bagaimana implementasi kebijakan pengelolaan sampah regionaldi Kota Bandung?

7 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan bagaimana Implementasi Kebijakan pengelolaan sampah di Kota Bandung, adapun tujuan dari usulan penelitian ini antara lain: 1. Untuk mengetahui komunikasi Balai Pengelolaan Sampah Regionaldi Kota Bandung. 2. Untuk mengetahui sumber daya (resources) Balai Pengelolaan Sampah Regionaldi Kota Bandung. 3. Untuk mengetahui Disposisi/sikap (disposition) Balai Pengelolaan Sampah Regional di Kota Bandung. 4. Untuk mengetahui Struktur Birokrasi (bureaucratic structure) yang terjadi pada Balai Pengelolaan Sampah Regional di Kota Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini dapat bermanfaat baik untuk diri sendiri dan umumnya untuk orang lain. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan yang bersifat teoritis dan praktis, sebagai berikut: 1. Secara Teoritis a. Dapat menambah ilmu pengetahuan melalui penelitian yang dilaksanakan sehingga memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan ilmu sosial dan ilmu politik khususnya tentang implementasi kebijakan tentang pengelolaan sampah.

8 b. Sebagai bahan pemahaman dan pembelajaran bagi peneliti untuk menambah pengetahuan umum tentang implementasi kebijakan pengelolaan sampah regional di Kota Bandung. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menjadi masukan atau referensi mengenai implementasi kebijakan pengelolaan sampah regional di Kota Bandung. 2. Secara Praktis a. Bagi pemerintah daerah, dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan membantu dalam pengambilan keputusan serta bermanfaat bagi perkembangan pemerintah daerah tersebut. Serta dapat mengetahui permasalahan yang terjadi terutama tentang implementasi kebijakan pengelolaan sampah regional di Kota Bandung ataupun permasalahan lainnya. Selain itu dapat menjadikan bahan masukan untuk mencari jalan keluar dalam memecahkan masalah yang terjadi dan mengatasi serta memperbaiki hal-hal yang berkenaan dengan pengelolaan sampah regional di Kota Bandung. b. Bagi masyarakat, diharapkan nantinya dapat membuka ruang untuk kesadaran dalam ikut serta menangani pengelolaan sampah yang sedang berjalan. c. Bagi peneliti, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasaan serta pengetahuan mengenai implementasi kebijakan pengelolaan sampah regional di Kota Bandung. Selain itu penelitian ini berguna sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan skripsi.