IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
CIRI ANATOMI DAN LAJU PENGERINGAN ALAMI TIGA JENIS KAYU CINNAMOMUM ANDIANTO

III. METODOLOGI. Tabel 1 Jenis-jenis pohon sebagai bahan penelitian. Asal Tempat Tumbuh. Nama Daerah Setempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Karakterisitik makroskopis pada enam potongan kayu yang diteliti

CIRI ANATOMI DAN LAJU PENGERINGAN ALAMI TIGA JENIS KAYU CINNAMOMUM ANDIANTO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STRUKTUR ANATOMI KAYU DAUN LEBAR (HARDWOODS) dan KAYU DAUN JARUM (SOFTWOODS)

TINJAUAN PUSTAKA. Pohon Mindi (M. azedarach L.) merupakan jenis pohon cepat tumbuh.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Djapilus dan Suhaendi (1978) dalam Utomo (2008) E. urophylla

SIFAT ANATOMI DAN KUALITAS SERAT JENIS KAYU SANGAT KURANG DIKENAL: SUKU CAPPARIDACEAE, CAPRIFOLIACEAE, CHLORANTHACEAE DAN COMPOSITAE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Air dalam Kayu Pengeringan Kayu

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ekaliptus mempunyai sistematika sebagai berikut: Hutan Tanaman Industri setelah pinus. Ekaliptus merupakan tanaman eksotik

TINJAUAN PUSTAKA. pohon dengan famili Sapindacaeae. Rambutan adalah tanaman tropis yang

BAB II TINJAUAN PUSATAKA

BAB IV PEMBAHASAN. (a) (b) (c) Gambar 10 (a) Bambu tali bagian pangkal, (b) Bambu tali bagian tengah, dan (c) Bambu tali bagian ujung.

STRUKTUR DAN SIFAT KAYU SUKUN ( Artocarpus communis FORST) DARI HUTAN RAKYAT DI YOGYAKARTA. Oleh: Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada INTISARI

TINJAUAN PUSTAKA. : Cinnamomum burmanii. Panjangnya sekitar 9-12 cm dan lebar 3,4-5,4 cm, tergantung jenisnya. Warna

V HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI DAN KUALITAS SERAT LIMA JENIS KAYU ANDALAN SETEMPAT ASAL JAWA BARAT DAN BANTEN

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

C10. Oleh : Titik Sundari 1), Burhanuddin Siagian 2), Widyanto D.N. 2) 1) Alumni Fakultas Kehutanan UGM, 2) Staf Pengajar Fakultas Kehutanan UGM

Kayu. Umum. TKS 4406 Material Technology I. (wood or timber)

HASIL DAN PEMBAHASAN

KADAR AIR KESEIMBANGAN DAN POLA REGANGAN/TEGANGAN PADA BEBERAPA JENIS KAYU YANG DIKERINGKAN KE KADAR AIR TAHAP AKHIR PENGERINGAN (OVER DRY)

BABII TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini berisi tentang teori dari beberapa sumber buku seperti buku - buku

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 STRUKTUR ANATOMI SALURAN RESIN PADA PINUS MERKUSII KANDIDAT BOCOR GETAH

PENENTUAN AIR DALAM RONGGA SEL KAYU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 8 CONTOH UJI MUATAN KAYU YANG DIKERINGKAN

KAITAN POLA PENYEBARAN SALURAN GETAH

BAB 3 HUBUNGAN ANTARA KAYU DAN AIR: PENYUSUTAN KAYU

STRUKTUR DAN SIFAT KAYU TREMBESI ( Samanea saman MERR) DARI HUTAN RAKYAT DI YOGYAKARTA

TINJAUAN PUSTAKA. Asal usul kelapa belum ada kesepakatan para ahli. Child (1974) dalam

PENGENALAN JENIS KAYU Manfaat Pengenalan Jenis Kayu

STRUKTUR ANATOMI DAN SIFAT FISIS SERTA ALTERNATIF TUJUAN PENGGUNAAN TIGA JENIS KAYU ASAL KALIMANTAN GILANG TEGUH RAHARJO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR ANATOMI DAN KUALITAS SERAT EMPAT JENIS KAYU SANGAT KURANG DIKENAL ANITA ARUMSARI

TEKNOLOGI STABILISASI DIMENSI KAYU

Sri Rulliaty. Keywords: Anatomical properties, fibre quality, pangsor, jengkol, petai, manii, balsa

Oleh: Merryana Kiding Allo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktural yang

VARIASI SIFAT ANATOMI KAYU MERANTI MERAH (Shorea leprosula) PADA 3 KLAS DIAMETER YANG BERBEDA

SISTEM PAKAR UNTUK IDENTIFIKASI KAYU

KEKUATAN BAHAN SAMBUNG PADA TIGA KOMBINASI KELAS KUAT KAYU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGANTAR TENTANG KAYU

.:::: Powered By Ludarubma ::::. KAYU CENDANA

3. KISI-KISI INSTRUMEN SOAL JARINGAN TUMBUHAN. Jenis sekolah. Kurikulum : 2013

KAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

(Anatomical Structure of Surian Wood (Toona sinensis Roem))

PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN

TINJAUAN PUSTAKA. Biji buah pinang mengandung alkaloid, seperti arekolin (C 8 H 13 NO 2 ),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kayu gergajian Bagian 1: Istilah dan definisi

BAB I. PENDAHULUAN. Garis perekat arah radial lurus. (c)

oleh/by Krisdianto Abstract

STRUKTUR ANATOMI ENAM JENIS KAYU BAHAN BAKU PEMBUATAN KAPAL IKAN TRADISIONAL SILVANTO REKSO UTOMO E

(trees). Terdapat perbedaan pengertian antara pohon dan tanam-tanaman

REVISI DAN PROPOSISI MIKRO TEKS DASAR

MEMAHAMI ANTIKLINAL DAN PERIKLINAL DALAM PROSES PERTUMBUHAN POHON DAN KUALITAS KAYU MUHDI

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan target luas lahan yang ditanam sebesar hektar (Atmosuseno,

BAB III BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR ANATOMI LIMA JENIS KAYU KELOMPOK SANGAT KURANG DIKENAL ANGGOTA FAMILI ULMACEAE DAN STERCULIACEAE EFAN FATRA JAYA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Panduan Praktikum. Botani. Tahun Akademik 2015/2016. Oleh : Nurcahyo Widyodaru Saputro, S.Si., M.Sc

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

HASIL DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR, ANATOMI DAN IDENTIFIKASI JENIS KAYU

Jakob Kailola, S.Hut Staf Agroforestri Padamara Tobelo

HASIL DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR ANATOMI DAN KUALITAS SERAT. BATANG KEMENYAN (Styrax spp.) DARI SUMATERA UTARA. (Anatomical Properties and Fibre Quality of Styrax Stem

STRUKTUR ANATOMI, SIFAT FISIS DAN MEKANIS KAYU KAMBELU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STRUKTUR ANATOMI DAN SIFAT FISIS KAYU REAKSI PADA KAYU TERAP (ARTOCARPUS ODORATISSIMUS) ASAL KALIMANTAN SELATAN TRISTIANA DWI NURDHITA SARI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI HALAMAN. vii

KAJIAN STRUKTUR ANATOMI DAN KUALITAS SERAT KAYU NORMAL, KAYU TARIK, DAN KAYU OPPOSITE DARI JENIS KAWISTA

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010) Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763

Beberapa Sifat Anatomi, Dimensi Serat dan Microfibril Angle (MFA) Samama (Anthocephalus Macrophyllus)1

III RANCANGAN DAN PROFIL GIG! GERGAJI A. Tipe Gigi

Latar belakang Seperti layaknya makhluk hidup yang lain tumbuhan pun memiliki organ-organ penyusun tubuh seperti akar, batang, daun, dan bunga.

BAB 2 HUBUNGAN AIR DAN KAYU: AIR DI DALAM KAYU

Macam Kayu Menurut Susunannya. Pengetahuan Bahan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

KATA PENGANTAR. Bogor, Januari 2015 Kepala Pusat, Dr. Ir. Rufi ie, M.Sc. NIP iii

Grace Siska 1, Bandi Supraptono 2 dan Edy Budiarso 3

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

XILEM SEKUNDER. Merupakan jaringan pembuluh pengangkut air & garam2 mineral yg dihasilkan sebagai aktifitas kambium pembuluh.

REVISI PROPOSISI MIKRO DAN PROPOSISI MAKRO TEKS DASAR

BAB 4 DASAR TEORI PROSES PENGERINGAN KAYU

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil identifikasi herbarium yang dilakukan mempertegas bahwa ketiga jenis kayu yang diteliti adalah benar burmanii Blume, C. parthenoxylon Meissn., dan C. subavenium Miq. 4.1 Struktur Anatomi 4.1.1 burmanii Blume Ciri umum Kayu: Lingkar tahun jelas, warna coklat kekuningan, beda warna antara kayu gubal dan kayu teras tidak jelas, tekstur agak halus dan merata, arah serat lurus, agak mengkilap, kesan raba agak licin, keras, bau harum kayu manis pada kayu yang masih segar. Kulit: Warna kelabu kehijauan, agak halus, ketebalan sekitar 3 mm. Ciri anatomi Batas lingkar tumbuh: jelas ditandai dengan perbedaan ketebalan dinding sel pada lapisan serat. Pembuluh: baur dengan frekuensi agak banyak, 16 per mm 2, soliter 83% dan lainnya berganda radial 2(-3-4), ditemui bergerombol; bentuk umumnya bulat; panjang 531±41 (490-572) mikron; ukuran diameter agak kecil, rata-rata 125±7 (118 132) mikron; bidang perforasi sederhana; noktah antar pembuluh selang-seling dengan diameter besar, rata-rata 11 mikron; noktah antar pembuluh dengan jari-jari dengan halaman yang sempit sampai sederhana, noktah bundar atau bersudut; tilosis biasa dijumpai. Trakeida vaskular tidak dijumpai. Parenkim: axial paratrakea sepihak hingga vasisentrik, parenkim axial apotrakea baur jarang; panjang untai 3-4 sel. Jari-jari: heteroseluler; dengan 1 jalur sel tegak dan atau sel bujur sangkar marjinal, terkadang sel baring, sel bujur sangkar dan sel tegak bercampur; sempit (-1)2 seri (29 mikron), pendek (627 mikron), frekuensi sangat banyak, 25 per mm. Serat: bersekat tidak dijumpai; serat dengan noktah sederhana sampai berhalaman sangat kecil, panjang 1455±46,17 (1409-1502) mikron, diameter 27,55±1,34 (26,20-28,89) mikron, tebal dinding 2,19±0,23 (1,95-2,42) mikron, ada penebalan ulir. Sel minyak/lendir: bergabung dengan parenkim aksial dan hadir di antara serat. Saluran interselular: tidak dijumpai. Inklusi mineral: tidak dijumpai. 58

4.1.2 parthenoxylon Meissn Ciri umum Kayu: Lingkar tahun jelas, warna coklat kekuningan, beda warna antara kayu gubal dan kayu teras tidak jelas, textur agak kasar, arah serat lurus, mengkilap, kesan raba agak kesat, agak keras, bau harum pakanangi pada kayu yang masih segar. Kulit: berwarna hijau kelabu, permukaan kasar beralur dengan bintik-bintik (lentisel) yang jelas, ketebalan sekitar 4 6 mm Ciri anatomi Batas lingkar tumbuh: jelas ditandai perbedaan ketebalan dinding sel pada lapisan serat. Pembuluh: baur dengan frekuensi agak jarang, 7 per mm 2, soliter 78% dan lainnya berganda radial 2(-3) dan ada yang bergerombol; bentuk bulat; panjang 650±41,12 (609-691) mikron; diameter agak besar, rata-rata 182±11 (171-193) mikron; bidang perforasi sederhana; noktah antar pembuluh selang-seling dengan diameter sedang, rata-rata 9 mikron; noktah antar pembuluh dengan jari-jari dengan halaman yang sempit sampai sederhana; noktah horisontal atau vertikal; tilosis tidak dijumpai. Parenkim: axial paratrakea vasisentrik, parenkim axial apotrakea tersebar jarang; panjang untai 4-7 sel. Jari-jari: heteroseluler; 1 jalur sel tegak dan atau sel bujur sangkar marjinal; agak sempit (1)-2 seri (33 mikron), luar biasa pendek (308 mikron), frekuensi agak banyak, 9 per mm. Serat: bersekat dijumpai; serat tanpa sekat dijumpai; pita serat mirip parenkim selangseling dengan serat biasa; serat dengan noktah sederhana sampai berhalaman sangat kecil, panjang 1318±30 (1288-1349) mikron, diameter 40±1 (39-41) mikron, tebal dinding 2,5±0,18 (2,68-2,31) mikron. Sel minyak/lendir: bergabung dengan jari-jari; sel minyak/lendir bergabung dengan parenkim aksial. Inklusi mineral: tidak dijumpai. 4.1.3 subavenium Miq Ciri umum Kayu: Lingkar tahun jelas, warna coklat kekuningan, perbedaan antara warna kayu gubal dan kayu teras tidak jelas, tekstur halus, arah serat lurus, keras, 59

mengkilap, bau kayu segar harum kayu manis, kesan raba agak kesat. Kulit: warna kelabu kehijauan, agak halus, ketebalan sekitar 3 mm. Ciri anatomi Batas lingkar tumbuh: jelas ditandai dengan adanya perbedaan ketebalan dinding sel pada lapisan serat. Pembuluh:baur dengan frekuensi agak banyak 16 per mm 2, soliter 87% dan lainnya berganda radial 2 (-3); bentuk umumnya bulat; panjang 440±26 (414-466) mikron; ukuran diameter agak kecil, rata-rata 128±7 (121-135) mikron; bidang perforasi sederhana; noktah antar pembuluh selang-seling bersegi banyak dengan diameter kecil, rata-rata 7 mikron; noktah antar pembuluh dengan jari-jari dengan halaman yang sempit sampai sederhana; noktah horisontal atau vertikal; tilosis umum dijumpai. Trakeida vaskular tidak dijumpai. Parenkim: axial paratrakea sepihak dan vasisentrik, parenkim axial apotrakea tersebar jarang; panjang untai 4 (-7) sel. Jari-jari: heteroseluler; dengan 1 jalur sel tegak dan atau sel bujur sangkar marjinal; agak lebar 1-3 seri (55 mikron), sangat pendek (610 mikron), frekuensi agak banyak, 9 per mm. Serat: bersekat dijumpai, serat tanpa sekat dijumpai; serat dengan noktah halaman yang jelas, panjang 1242±33 (1208-1274) mikron, diameter 27,12±1,54 (25,57-28,66) mikron, tebal dinding 2,07±0,23 (1,84-2,30) mikron. Sel minyak/lender: bergabung dengan jari-jari dan parenkim aksial. Inklusi mineral: tidak dijumpai. Bentuk pohon dan batang, serta foto mikroskopis pada ketiga bidang sayat masing-masing jenis dapat dilihat pada Gambar 5 hingga 12. 60

a a b c d e Gambar 5 Bentuk pohon dan batang C. burmanii Blume Keterangan: (a) dan (b) lokasi tumbuh, (c) bentuk batang dan tajuk pohon, (d) kayu segar bagian dalam batang, (e) tumpukan batang yang sudah kering a b c Gambar 6 d e g f Bentuk pohon dan batang C. parthenoxylon Meissn. Keterangan: (a) tajuk, (b) batang hasil pertunasan pohon yang tumbang (panah), (c) lentisel pada permukaan kulit, (d) alur pada kulit luar (e) potongan lintang batang, (f) dan (g) potongan akar dan tunggak 61

a b c d e Gambar 7 Bentuk pohon dan batang C. subavenium Miq (kayu manis/ Aju cening) Keterangan: (a) tajuk dan batang pohon, (b) daun, (c) tunggak yang mudah bertunas, (d) dan (e) permukaan potongan lintang batang C. burmanii (50 x) sel pembuluh/pori baur, soliter dan gandaan 2(-3-4), bergerombol ada, parenkim sepihak, vaskisentrik, tersebar jarang C. Gbr parthenoxylon 1 C. burmanii (50 (50 x) sel x) pembuluh/pori baur, soliter sel pembuluh/pori dan gandaan radial 2(-3), baur, parenkim soliter dan vaskisentrik gandaan 2(-3-4), dan tersebar bergerombol ada, parenkim sepihak, Gambar 8 Penampang lintang C. subavenium (50 x) sel pembuluh/pori baur, soliter dan gandaan radial 2(-3), parenkim sepihak, vaskisentrik, tersebar jarang 62

C. burmanii (50 x) jari-jari heteroseluler dgn 1 jalur sel tegak/sel bujur sangkar marjinal, terkadang sel baring, sel bjr skr dan/sel tegak bercampur, sel minyak/lendir bergabung dgn parenkim C. parthenoxylon (50 x) sel jari-jari heteroseluler dgn 1 jalur sel tegak atau sel bujur sangkar marjinal, sel minyak/lendir bergabung dgn parenkim aksial C. subavenium (100 x) sel jari-jari heteroseluler dgn 1 jalur sel tegak dan/sel bujur sangkar marjinal, minyak/lendir bergabung dgn parenkim aksial Gambar 9 Penampang radial C. burmanii (50 x) sel jari-jari dgn lebar (-1)2 seri, parenkim 3-4 untai/utas C. parthenoxylon (50 x) sel jari-jari dgn lebar (-1)2 seri, parenkim 4-7 untai/utas C. subavenium (100 x) Sel jari-jari dgn lebar 1-3 seri, parenkim 4(-7) untai/utas Gambar 10 Penampang tangensial 63

C. burmanii (100 x) Noktah antar pembuluh selangseling C. parthenoxylon (100 x) Noktah antar pembuluh selang-seling, dan ada serat bersekat C. subavenium (200 x) Noktah antar pembuluh selang-seling bersegi banyak, dan ada serat bersekat Gambar 11 Noktah antar pembuluh dan serat bersekat (pada penampang tangensial) C. burmanii (200 x) Noktah antar pembuluh dengan jarijari dengan halaman yang sempit sampai sederhana; noktah bundar atau bersudut C. parthenoxylon (200 x) Noktah antar pembuluh dengan jarijari dengan halaman yang sempit sampai sederhana; noktah horisontal atau vertikal Gambar 12 Noktah antar pembuluh dengan jari-jari (pada penampang radial) 64

Perbandingan ciri anatomi (mikroskopis) dari ketiga jenis kayu dituangkan dalam Tabel 3. Tabel 3 Perbandingan ciri anatomi Ciri anatomi burmanii Blume parthenoxylon Meissn subavenium Miq A. Batas lingkar tumbuh??? B. Pembuluh 1. Bentuk bulat bulat bulat 2. Persen soliter (%) 83 78 87 3. Pembuluh gandaan 2(-3-4) 2(-3) 2(-3) 4. Diameter (mikron) agak kecil, 125 ± 7 Agak besar, 182 ± 11 Agak kecil, 128 ± 7 5. Frekuensi per mm 2 Agak banyak, 16 Agak jarang, 7 Agak banyak,16 6. Panjang (mikron) 531 ± 41 625 ± 41 470 ± 26 7. Noktah antar pembuluh a. Susunan selang-seling, bersegi selang-seling selang-seling banyak b. Diameter (mikron) Besar, 11 sedang, 9 kecil, 7 8. Noktah antar pembuluh dengan jari-jari dengan halaman yang sempit sampai sederhana;ceruk bundar atau bersudut dengan halaman yang sempit sampai sederhana; noktah horisontal atau vertikal dengan halaman yang sempit sampai sederhana; noktah horisontal atau vertikal 9. Tilosis biasa +? + 10. Endapan??? C. Parenkim 1. Paratrakea paratrakea sepihak, vaskisentrik paratrakea vaskisentrik paratrakea sepihak, vaskisentrik 2. Apotrakea baur jarang baur jarang baur jarang 3. Panjang utas sel 3-4 4-7 4(-7) 4. Parenkim fusiform/gelendong??? D. Jari-jari 1. Homoselular??? 2. Heteroselular + + + 3. Lebar (seri) / (mikron) sempit, (1)-2/29 (1)-2/33 1-3/56 4. Tinggi rata-rata (mikron) sangat pendek, 627 luar biasa pendek, 308 sangat pendek, 610 5. Tinggi maksimum 490 996 810 (mikron) 6. Frekuensi per mm 2 sangat banyak, 25 agak banyak, 9 Agak banyak, 9 E. Serat (Serabut) 1. Bersekat? + + 2. Tanpa sekat + + + 3. Noktah halaman + + + 4. Tebal dinding (mikron) 2,19 ± 0,23 2,5 ± 0,18 2,07 ± 0,23 5. Diameter (mikron) 27,55 ± 1,34 40 ± 1,17 27,12 ± 1,54 6. Panjang (mikron) 1455 ± 46 1 318 ± 30 1 242 ± 33 F. Sel minyak + + + G. Inklusi mineral??? Keterangan :? = batas jelas + = ada? = tidak ada ( ) = jarang 65

Ketiga jenis ini memiliki persamaan ciri umum berupa warna kayu coklat kekuningan; tidak jelas batas antara kayu teras dan kayu gubal; serat kayu lurus hingga berpadu; tekstur kayu agak halus dan biasanya mengeluarkan bau harum; lingkar tumbuh umumnya jelas. Persamaan ciri anatomi diantara ketiga jenisnya yaitu pori tersebar, soliter dan ganda radial 2(-3); bidang perforasi sederhana; noktah antar pembuluh susunannya selang-seling; parenkim axial paratrakea sepihak hingga vasisentrik (selubung), parenkim axial apotrakea baur jarang; jari-jari heteroseluler; serat dengan noktah sederhana sampai berhalaman sangat kecil; dan dijumpai sel minyak/lendir. Sebagian besar persamaan ciri mikroskopis tersebut juga terdapat pada diskripsi anatomi jenis C. iners, C. porrectum, C. sintoc dan C. verum dalam Lemmens (1995), disebutkan bahwa jenis-jenis tersebut memiliki ciri mikroskopis batas lingkar tumbuh tidak jelas hingga samar, susunan pembuluh baur, frekuensi pembuluh 20-50-/mm 2, pengelompokan pembuluh soliter dan ganda radial 2-3(- 4), rata-rata diameter tangensial 80-170 (-200) mikron, bidang perforasi sederhana, noktah antar pembuluh selang-seling, tilosis biasanya ada, parenkim jarang hingga banyak, vaskisentrik hingga aliform; parenkim apotrakeal baur, jarijari 2-3(-5) seri, heteroseluler dengan 1(-2) jalur sel tegak hingga sel bujur sangkar marjinal. Menurut Kikata et al (2002), pada C. porrectum ditemukan parenkim apotrakea baur, vaskisentrik dan jarang aliform; jarang yang memiliki lingkar tumbuh jelas, memiliki bau harum; serat jarang bersekat dengan noktah sederhana sampai berhalaman sempit; sel minyak/lendir berasosiasi dengan parenkim axial atau jari-jari. Dalam Martawijaya et al (2005) disebutkan bahwa C. parthenoxylon memiliki pori soliter dan bergabung radial 2-4, kadang bergerombol; parenkim jarang hingga banyak, selubung lengkap, terkadang parenkim terminal. Perbedaan ciri anatomi dapat dilihat melalui susunan noktah antar pembuluh selang-seling yang bersegi banyak, serta rata-rata diameter dan panjang pembuluh masing-masing 131 mikron dan 470 mikron yang hanya ditemui pada C. subavenium. Sedangkan kedua jenis lainnya dapat dibedakan diantaranya melalui bentuk noktah antar pembuluh dengan jari-jari bundar atau bersudut, komposisi jari-jari heteroselular yang terkadang dijumpai sel baring dan sel bujur sangkar/sel tegak bercampur, serta tidak ditemuinya serat bersekat pada C. burmanii, pada C. 66

parthenoxylon ditemukan rata-rata diameter dan panjang pembuluh masingmasing sebesar 172 mikron dan 625 mikron, serta tidak ditemui tylosis. Dari persamaan dan perbedaan ciri struktur anatomi dapat dibuat kunci identifikasi seperti tertera pada Tabel 4. Tabel 4 Kunci identifikasi tiga jenis 1 2A 2B 3A 3B Susunan pori tersebar, soliter dan ganda radial 2(-3); bidang perforasi sederhana; noktah antar pembuluh susunannya selang-seling; parenkim axial paratrakea sepihak hingga vaskisentrik (selubung), parenkim axial apotrakea baur jarang; jari-jari heteroseluler; serat dengan noktah sederhana sampai berhalaman sangat kecil; dijumpai sel minyak/lendir yang bergabung dengan parenkim aksial Diameter rata-rata pembuluh 125 mikron, panjang rata-rata pembuluh 531 mikron, terdapat tilosis biasa; serat tanpa sekat, tebal rata-rata dinding serat 2,19 mikron, panjang rata-rata serat 1455 mikron; komposisi jari-jari heteroseluler dengan 1 jalur sel tegak dan atau sel bujur sangkar marjinal, terkadang sel baring, sel bujur sangkar dan sel tegak bercampur; noktah antar pembuluh dengan jari-jari dengan halaman yang sempit sampai sederhana, noktah bundar atau bersudut Komposisi jari-jari heteroseluler dengan 1 jalur sel tegak dan atau sel bujur sangkar marjinal; noktah antar pembuluh dengan jari-jari dengan halaman yang sempit sampai sederhana, noktah horisontal atau vertikal Diameter rata-rata pembuluh 182 mikron, panjang rata-rata pembuluh 650 mikron, tilosis tidak ada; serat bersekat, tebal rata-rata dinding serat 2,5 mikron, panjang rata-rata serat 1318 mikron Diameter rata-rata pembuluh 128 mikron, panjang rata-rata pembuluh 440 mikron; tilosis ada; noktah antar pembuluh susunannya selang-seling, bersegi banyak; serat bersekat, tebal rata-rata dinding serat 2,07 mikron, panjang rata-rata serat 1242 mikron 2 burmanii Blume 3 parthenoxylon Meissn subavenium Miq 67

4.2 BJ, TJS, KA dan Laju Pengeringan Udara BJ, KA, TJS dan lamanya waktu pengeringan hingga tercapai KAK dengan lingkungan sekitar pada suhu antara 26-27ºC dan kelembaban antara 79-73%, serta laju pengeringan secara lengkap tertera pada Tabel 5. Tabel 5 BJ, KA, lamanya hari dan laju pengeringan udara Jenis Pengukuran/ Pengamatan burmanii Blume parthenoxylon Meissn subavenium Miq BJ 0,52 0,31 0,51 KA (%) segar 75,72 115,18 79,55 awal 55,53 101,6 58,66 setimbang 14,86 14,19 15,23 TJS 22,58 32,15 23,25 Lama pengeringan (hari) dari KA awal ke KA TJS 8 6 7 dari KA TJS ke KA 10 12 11 setimbang dari KA awal ke KA setimbang 17 17 17 Laju pengeringan/laju penurunan KA (% / hari) di atas TJS 4,11 11,57 5,05 di bawah TJS 0,77 1,49 0,72 dari KA awal pengeringan ke KA setimbang 2,40 5,14 2,55 BJ kayu C. burmanii, C. parthenoxylon, dan C. subavenium berturut-turut adalah 0,52; 0,31; dan 0,51. Nilai ini masuk dalam selang sebagaimana Oey Djoen Seng (1950), kecuali C. parthenoxylon. BJ kayu dari marga berkisar antara 0,36 hingga 0,65. Meskipun dinding seratnya lebih tebal dari dua jenis yang lain, rendahnya BJ kayu C. parthenoxylon disebabkan karena tingginya porsi rongga sel yang dimiliki. Hal ini dibuktikan dari ukuran diameter rongga serabut dan pembuluh yang lebih besar. Nilai KAK pada ketiga jenis kayu yang diteliti berkisar antara 14-15%. Nilai ini masuk dalam kisaran hasil penelitian Kadir (1973) yang menyatakan bahwa KAK untuk wilayah Bogor dan sekitarnya sebesar 14,75%. Laju keluarnya air disajikan pada Gambar 13. Dari gambar tersebut terlihat bahwa penurunan KA pada periode di atas TJS (KA > 22-31%) menukik tajam, 68

kemudian melambat pada periode di bawah TJS hingga konstan pada KA 14-15% (setimbang) di hari ke 17. Hal ini dikarenakan yang keluar selama periode di atas TJS adalah air bebas, sedangkan untuk mengeluarkan air terikatnya (untuk periode di bawah TJS) butuh energi yang lebih besar. Lamanya pengeringan dari KA awal ke KA TJS berlangsung selama 6 hingga 8 hari. Dari KA TJS ke KAK berlangsung selama 10 hingga 12 hari. Kecepatan pengeringan dari KA awal hingga mencapai KAK paling tinggi terjadi pada C. parthenoxylon. Hal ini diperkuat dengan tidak dijumpainya tilosis atau endapan lain dalam rongga sel pembuluh kayu C. parthenoxylon yang dapat menghambat keluarnya air dari kayu. Selain itu banyaknya jumlah sel parenkim yang berasosiasi dengan sel minyak/lendir pada C. parthenoxylon diduga juga menyebabkan kecepatan pengeringan yang terjadi lebih tinggi dibanding jenis lainnya. Kadar air (%) 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Hari ke C. burmanii C. subavenium C. parthenoxylon Gambar 13 Grafik penurunan kadar air selama pengeringan Bentuk parenkim pita tangensial dan sel jari-jari lebar yang tidak dimiliki oleh ketiga jenis ini sebenarnya juga merupakan keuntungan dalam menghindari retak dan pecah selama pengeringan. Menurut Basri dan Mandang (2002), retak dan pecah pada kayu selama proses pengeringan biasanya terjadi lewat jari-jari, apalagi bila kayunya berat dan sel jari-jarinya lebar. Pada sel parenkim bentuk pita dan rapat beraturan sangat memudahkan keluarnya air ke arah tebal atau lebar. Jika di lihat pada gambar grafik di atas, maka penurunan KA selama pengeringan udara yang tidak terlalu tajam menunjukkan bahwa proses 69

pengeringan pada kayu C. burmanii dan C subavenium diperkirakan tidak menyebabkan keretakan maupun pecah kayu. Jika penguapan air bebas lebih cepat, maka penguapan air terikat memerlukan energi lebih besar yang dapat menimbulkan retakan-retakan pada permukaan kayu (Karnasudirdja dan Hidayat, 1985). 70