BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

dokumen-dokumen yang mirip
Tinjauan tentang disparitas putusan hakim pada tindak pidana perkosaan (studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

I. PENDAHULUAN. dan undang-undang yang berlaku. Meskipun menganut sistem hukum positif,

BAB I PENDAHULUAN. khusus untuk melaporkan aneka kriminalitas. di berbagai daerah menunjukkan peningkatan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

BAB I PENDAHUULUAN. terjadi tindak pidana perkosaan. Jika mempelajari sejarah, sebenarnya jenis tindak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan yang besar. Perubahan tersebut membawa dampak, yaitu munculnya problema-problema terutama dalam lingkungan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan kemajuan budaya dan ilmu pengetahuan (iptek),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannyalah yang akan membentuk karakter anak. Dalam bukunya yang berjudul Children Are From Heaven, John Gray

[

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang cukup menyita waktu, khususnya persoalan pribadi yang

2016, No c. bahwa Presiden telah menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCABULAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK. 1. Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

I. PENDAHULUAN. Perkembangan masyarakat merupakan suatu gejala yang biasa dan bersifat umum

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara hukum berdasarkan Pancasila

I. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan merugikan masyarakat (Bambang Waluyo, 2008: 1). dengan judi togel, yang saat ini masih marak di Kabupaten Banyumas.

2016, No c. bahwa Presiden telah menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

I. PENDAHULUAN. berkaitan satu sama lainnya. Hukum merupakan wadah yang mengatur segala hal

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana diatur dalam. Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. perjuangan bangsa dan juga merupakan sumber daya manusia (SDM) secara terus-menerus demi kelangsungan hidup, pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. seimbang. Dengan di undangakannya Undang-Undang No. 3 tahun Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN. 1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,

Oleh : Didit Susilo Guntono NIM. S BAB I PENDAHULUAN

Kajian yuridis terhadap putusan hakim dalam tindak pidana pencurian tanaman jenis anthurium (studi kasus di Pengadilan Negeri Karanganyar)

BAB I PENDAHULUAN. adanya kehendak untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana. hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. yang positif yang salah satunya meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam konteks Indonesia, anak adalah penerus cita-cita perjuangan suatu

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP PIDANA CABUL KEPADA ANAK DI BAWAH UMUR

BAB I PENDAHULUAN. dipertegas dalam Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen ke-3 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

I. PENDAHULUAN. Disparitas pidana tidak hanya terjadi di Indonesia. Hampir seluruh Negara di

Pelanggaran terhadap nilai-nilai kesopanan yang terjadi dalam suatu. masyarakat, serta menjadikan anak-anak sebagai obyek seksualnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

II. TINJAUAN PUSTAKA. umur harus dipertanggungjawabkan. Dalam hukum pidana konsep responsibility

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Sebagai UU yang Mengatur Tindak Pidana Khusus

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

ANALISIS PUTUSAN HAKIM TERHADAP KASUS ASUSILA PADA ANAK. Sulasmin Hudji. Pembimbing I : Dr. Fence M. Wantu, SH.,MH

BAB I PENDAHULUAN. 36 Tahun Pemerintah juga telah menerbitkan Undang-Undang Nomor 3

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran hak asasi manusia yang berat, korban diperlakukan seolah. barang dagangan yang dapat dibeli dan dijual kembali.

TINJAUAN HUKUM PIDANA MENGENAI TINDAK PIDANA PENIPUAN

BAB II PENGATURAN TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM PECANDU NARKOTIKA. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat) dan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berhak untuk mendapat perlakuan yang sama di hadapan hukum (equality before

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002

Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di dalam masyarakat. Kekerasan itu dapat berupa kekerasan fisik. sebagai pelampiasan nafsu seks.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasal 1 angka 11 Bab 1 tentang Ketentuan Umum Kitab Undang-Undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan mengadakan adaptasi menyebabkan banyak kebimbangan, pribadi yang akibatnya mengganggu dan merugikan pihak lain.

I. PENDAHULUAN. tidak sesuai dengan perundang-undangan. Sebagai suatu kenyataan sosial,

Jenis Kelamin. Umur : tahun

BAB I PENDAHULUAN. berada disekitar kita. Pemerkosaan merupakan suatu perbuatan yang dinilai

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA ANAK TURUT SERTA DENGAN SENGAJA MEMBUJUK ANAK MELAKUKAN PERSETUBUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB II PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PORNOGRAFI DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA SEBELUM LAHIRNYA UU NO. 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI

Kajian yuridis terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh anak-anak geng nero (studi kasus di Pengadilan Negeri Pati)

BAB I PENDAHULUAN. harus diselesaikan atas hukum yang berlaku. Hukum diartikan sebagai

JAKARTA 14 FEBRUARI 2018

ABSTRAK. Kata kunci : Penerapan sanksi pidana bagi anak, tindak pidana persetubuhan.

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi demi perkembangan dan pertumbuhannya. kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat banyak yang memperbincangkan tentang pornografi yang

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Pasal 378, orang awam menyamaratakan Penipuan atau lebih. (Pasal 372 KUHPidana) hanya ada perbedaan yang sangat tipis.

BAB II PENGATURAN TENTANG TINDAK PIDANA PENCABULAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK A. KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PERBANDINGAN PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERTAMA DAN RESIDIVIS.

I. PENDAHULUAN. karena itu sering timbul adanya perubahan-perubahan yang dialami oleh bangsa

I. PENDAHULUAN. dari masyarakat yang masih berbudaya primitif sampai dengan masyarakat yang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK [LN 2002/109 TLN 4235]

BAB 1 PENDAHULUAN. perbuatan melanggar hukum.penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan saat ini dimana moralitas masyarakat telah dihegomoni oleh perkembangan budaya negatif yang

I. PENDAHULUAN. sehingga banyak teori-teori tentang kejahatan massa yang mengkaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang buruk terhadap manusia jika semuanya itu tidak ditempatkan tepat

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

1.PENDAHULUAN. di zaman era reformasi ini sangat berpengaruh bagi. masyarakat, khususnya terpengaruh oleh budaya-budaya yang modernisasi.

: MEDIASI PENAL DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tindak pidana kriminal di samping ada pelaku juga akan

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 23 TAHUN 2006 T E N T A N G PEMBERANTASAN MAKSIAT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perkembangan era globalisasi ini, yang semuanya serba modern dengan keterbukaan di semua lini, masalah-masalah cenderung meningkat pesat, mulai dari kurang diperhatikannya aspek moral, pendidikan agama dan pendidikan etika di lingkungan keluarga dan masyarakat yang hal tersebut sesungguhnya merupakan sendi pembentukan karakter dan pengenalan hukum atau aturan, di sekolah-sekolah dan di lingkungan masyarakat pada umumnya. Kurang diperhatikannya moral dan etika di lingkungan-lingkungan tersebut menyebabkan banyak terjadi penyimpangan di kalangan anak usia sekolah dan remaja dalam tindakan-tindakan pelanggaran norma, baik norma agama, kesusilaan, kesopanan dan norma hukum. Seiring juga dengan kemajuan budaya dan ilmu pengetahuan dan teknologi perilaku manusia didalam hidup bermasyarakat dan bernegara justru semakin kompleks dan bahkan multikompleks. Perilaku yang demikian apabila ditinjau dari segi hukumnya tentu ada perilaku yang dapat dikatagorikan tidak sesuai dengan norma inilah yang dapat menyebabkan adanya penyelewengan terhadap hukum. Perilaku yang tidak sesuai dengan norma atau dapat disebut sebagai penyelewengan terhadap norma yang telah disepakati ternyata menyebabkan terganggunya ketentraman dan ketertiban terhadap kehidupan manusia itu sendiri. Penyelewengan atas suatu norma yang berlaku biasanya oleh masyarakat umum dinilai sebagai suatu kejahatan dalam ruang lingkup hukum pidana dan kejahatan dalam kehidupan manusia merupakan gejala sosial yang akan selalu dihadapi oleh setiap manusia, masyarakat dan bahkan negara, kenyataannya telah membuktikan bahwa kejahatan hanya dapat dicegah dan

dikurangi tetapi hal tersebut sangat sulit diberantas secara tuntas ( Bambang Waluyo, 2002 : 2 ). Kehadiran hukum dalam masyarakat diantaranya adalah untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan yang bisa bertubrukan satu sama lain. Pengorganisasian kepentingan-kepentingan tersebut dilakukan oleh hukum dengan jalan salah satunya yaitu melakukan perlindungan terhadap masyarakat. Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut. Dengan hal ini, hukum disini melindungi siapa saja baik orang kuat, orang lemah, laki-laki, perempuan dan anak-anak ( Satjipto Rahardjo, 2006: 53 ). Anak-anak dan kaum perempuan sangatlah rawan menjadi korban kejahatan. Berbagai pembahasan dan penelitian seharusnya sudah cukup untuk menginterprestasi dan memberdayakan hak-hak anak dan perempuan pada khususnya. Hak-hak anak dan wanita menjadi obyek pembahasan seiring dengan beragamnya persoalan sensitif yang melanda kaum anak dan perempuan tersebut. Dalam hal anak yang menjadi korban dari adanya tindak pidana yang terjadi maka dapatlah dipastikan bahwa dalam hal ini terjadi pelanggaran hakhak anak, sehingga anak-anak menjadi kehilangan hak-hak yang seharusnya dinikmatinya. Masa anak-anak adalah masa dimana seseorang anak mulai mengenal tentang kehidupan, masa dimana anak mengalami terjadinya proses pematangan fisik, kecerdasan, emosional, dan juga sosial. Masa ini juga merupakan masa dimana seorang anak akan melewatkan waktunya untuk bermain, belajar dan tumbuh berkembang dengan sehat. Selain itu, anak merupakan cikal bakal yang sangat potensial untuk di didik menjadi manusia dewasa yang berintelektual, handal, kreatif dan produktif, sebab anak merupakan generasi yang merupakan asset bagi pembangunan suatu bangsa (Majda El Muhtaj. 2008: 230-233). Perlindungan pada anak dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, yakni melalui pemberian hak-hak terhadap anak yang dapat dikaitkan dalam hukum, seperti perlindungan atas kesejahteraan, pendidikan, perkembangan, jaminan

masa depan yang cerah, dan perlindungan dari kekejaman, kekerasan dan penganiayaan serta perlindungan-perlindungan lain yang dapat memacu tumbuh berkembangnya anak secara wajar. Di bidang kesusilaan, anak-anak dan kaum perempuan menjadi obyek pelecehan dan hak-haknya tidak berdaya lagi menghadapi kekerasan individual, kultural dan struktural yang tidak dibenarkan. Salah satu langkah antisipasi terhadap kejahatan tersebut dapat memfungsikan instrumen hukum pidana secara efektif melalui penegakan hukum, dan diupayakan bahwa perilaku yang dinilai telah melanggar hukum dapat ditanggulangi secara preventif dan represif, sehingga dalam hal ini melaui payung hukum hak-hak anak secara nyata dilindungi, Namun perlu diingat juga bahwa penjatuhan pidana bukan sematamata sebagai jalan balas dendam atas perbuatan yang telah dilanggar, melainkan adalah suatu upaya pemberian bimbingan pada pelaku tindak pidana sebagai upaya pengayoman atas korban dari tindak pidana yang ada, dan hakim dalam menjatuhkan suatu putusan haruslah mempertimbangkan unsur-unsur obyektif yang tidak bersifat emosi semata. Secara teoritis pilihan-pilihan sanksi dapat dijatuhkan kepada anak adalah jalan untuk mengambil keputusan yang terbaik untuk anak yang berkonflik dengan hukum secara sosiologis tidak dapat dinyatakan bersalah secara individu melainkan banyak aspek yang mempengaruhinya. Pelanggaraan hukum yang dilakukan oleh anak lebih merupakan kegagalan proses sosialisasi dan lemahnya pengendalian sosial terhadap anak, oleh karena itu pertimbangan hakim dalam memutus perkara yang bersangkutan harus juga memperhatikan kondisi anak yang bersangkutan dimana masih rentan untuk menerima penjatuhan suatu pidana terhadapnya atau pemidanaan, dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 telah menjelaskan bahwa setiap anak berhak memperoleh perlindungan, antara lain dalam penjatuhan pidana yang tidak manusiawi, penangkapan, penahanan atau penjatuhan pidana hanya sebagai ultimum remidium atau obat terakhir. Indonesia dengan berbagai macam permasalahannya yang ada, kesemuanya begitu kompleks dan membentuk suatu mata rantai yang

berhubungan dan tidak dapat diputuskan, menyisakan cerita tragis tentang nasib anak-anak bangsa ini, sehingga tidak sedikit anak-anak yang menjadi pelaku tindak pidana. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002, anak yang melakukan tindak pidana dapat diistilahkan dengan anak yang berhadapan dengan hukum, bagi yang dipidana atau dijatuhi hukuman penjara akan ditempatkan di lembaga permasyarakatan anak, sebagaimana diatur dalam pasal 60 UU Nomor 3 Tahun 1997 jo. UU Nomor 23 Tahun 2002, selain anak sebagai pelaku tindak pidana, dalam UU Nomor 23 Tahun 2002 juga menjelaskan anak menurut ketentuan pasal ini ialah seorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan ( Nandang Sambas, 2010: 80 ). Salah satu permasalahan dalam hukum pidana yang dimungkinkan mendapat perhatian besar dari kalangan bidang hukum pidana adalah mengenai masalah disparitas pidana yang terlalu mencolok yang dijatuhkan oleh hakimhakim terhadap para pelaku tindak pidana yang sama, serupa, sejenis tanpa pembenaran yang jelas. Disparitas pidana yang mencolok dalam pemidanaan menurut penulis, selain dapat menimbulkan rasa ketidakpuasan di pihak korban maupun pelaku atau narapidana dan juga di kalangan masyarakat. Disparitas pidana dimungkinkan terjadi hampir diseluruh Indonesia, demikian juga terhadap delik perkosaan. Sering kita baca di berbagai media massa akhir-akhir ini. Ketakutan terhadap perkosaan menghantui setiap perempuan, hal ini dapat membatasi kebebasannya, mempengaruhi cara berpakainnya, jam kerjanya, dan rute perjalanannya. Namun disadari atau tidak, terjadi gambaran baru mengenai fenomena perkosaan ini dapat dipengaruhi hubungan antara peningkatan jumlah dengan beragamnya tayangan di televisi yang mengundang nafsu birahi orang, gambar di media massa, dan situs-situs porno yang sepenuhnya belum diblokir dengan baik. Begitu pula gaya hidup yang cenderung liberal dapat dikatakan sudah mulai diikuti kaum generasi muda saat ini sudah marak dan semua itu dapat memicu timbulnya kekerasan seksual terhadap perempuan, salah satu bentuknya adalah pemerkosaan (Muladi dan Barda Nawawi, 1998: 52).

Tindak pidana perkosaan secara umum diatur dalam Pasal 285 KUHP, sedangkan tindak pidana perkosaan terhadap anakdiatur secara khusus dalam Pasal 81 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 yang isinya bahwa setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan dan ancaman kekerasan, memaksa melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain diancam dengan pidana penjara paling lama 15 tahun dan paling singkat 3 tahun dan denda paling banyak tiga ratus juta dan paling sedikit enam puluh juta rupiah, di Pengadilan Negeri Sukoharjo dan Boyolali telah terjadi tindak pidana terhadap ketentuan Pasal 81 UU Nomor 23 Tahun 2002, namun ternyata hakim menjatuhkan putusan pidana yang berbeda dengan tindak pidana yang sama. Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian secara lebih seksama dan mendalam dengan mengambil judul : DISPARITAS PEMIDANAAN DALAM PASAL 81 UNDANG- UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK ( STUDI DI PENGADILAN NEGERI SUKOHARJO DAN PENGADILAN NEGERI BOYOLALI ) B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana terjadinya disparitas pemidanaan dalam perkara tindak pidana perkosaan anak? 2. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasi timbulnyadisparitas pidana dalam tindak pidana perkosaan anak?

C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Obyektif a.mengetahui bagaimana terjadinya disparitas pemidanaan dalam perkara perkosaan anak dalam putusan Pengadilan Negeri Sukoharjo dan Pengadilan Negeri Boyolali. b. Mengetahui upaya yang dilakukan untuk mengatasi timbulnya disparitas pidana dalam tindak pidana perkosaan anak dalam Putusan Pengadilan Negeri Sukoharjo dan Pengadilan Negeri Boyolali. 2. Tujuan Subjektif a. Untuk memperoleh data dan informasi dari hasil putusan di kedua wilayah pengadilan tersebut. b. Mengembangkan dan memperluas wacana pemikiran dan pengetahuan penulis, khususnya dalam bidang ilmu hukum pidana. c. Memberikan kontribusi pemikiran bagi hukum pidana khususnya mengenai disparitas pemidanaan dalam Pasal 81 UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak. D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat penelitian dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi teoritis dan praktis. Dari penelitian ini diharapkan akan mendapatkan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Untuk melatih berpikir kritis dan analisis sistimatis.

b. Menghasilkan suatu penjelasan mengenai disparitas hukum pidana dalam kedua putusan pengadilan negeri yang berbeda. c. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu hukum khususnya hukum pidana yang dapat dijadikan data sekunder dan referensi bagi penelitian berikutnya. d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan literatur kepustakaan mengenai permasalahan-permasalahan pada tindak pidana pemerkosaan anak. 2. Manfaat Praktis a. Mengembangkan pola pikir, penalaran dan pengetahuan bagi penulis dalam menyusun suatu penulisan hukum. b. Sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. E. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penulisan hukum ini sebagai berikut : 1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian non doctrinal / empiris, dikarenakan di Pengadilan Negeri Boyolali dan pengadilan Negeri Sukoharjo terdapat putusan tentang tindak pidana pemerkosaan anak dan terdapat beberapa hakim yang pernah menangani perkara perkosaan anak. 2. Sifat Penelitian Sifat konkrit dari penelitian ini adalah empiris, hal tersebut dikarenakan penulis mengkaji dan memberikan penilaian lebih jauh mengenai bagaimana terjadinya disparitas pemidanaan dalam tindak pidana perkosaan anak dan

bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasi timbulnya disparitas pidana khususnya dalam tindak pidana perkosaan anak. 3. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah dengan langkahlangkah observasi dan analisis yang bersifat empiris-kualitatif (berdasarkan data yang terjadi di lapangan). Dalam hal ini penulis mencoba manganalisa berbedanya putusan dalam kasus yang sama di Pengadilan Negeri Sukoharjo dan Pengadilan Negeri Boyolai tersebut dan yang kemudian akan diketahui tentang upaya untuk mengatasi timbulnya disparitas pidana. 4. Jenis dan Sumber Data Penelitian Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam, yaitu : a. Jenis Data Penelitian 1) Data Primer Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari lapangan melalui wawancara langsung kepada responden. Dalam hal ini data primer didapat dari para hakim di Pengadilan Negeri Sukoharjo dan Pengadilan Negeri Boyolali yang pernah menangani perkara perkosaan anak. 2) Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari literatur-literatur, putusan-putusan hakim dalam menangani perkara perkosaan anak dan perundang-undangan yang berkaitan dengan judul dan pokok permasalahan. b. Sumber Data Penelitian Sumber data dalam penelitian ini juga ada dua macam sumber data yaitu sebagai berikut :

1) Sumber Data Primer Sumber data primer diperoleh penulis dari keterangan atau fakta-fakta yang diperoleh secara langsung memalui penelitian lapangan. Sumber data dari penelitian ini diperoleh dari para hakim di Pengadilan Negeri Sukoharjo dan Pengadilan Negeri Boyolali, khususnya yang pernah mengadili, menangani dan memutus tindak pidana perkosaan anak. 2) Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder diperoleh dari berbagai kepustakaan, literatur, putusan hakim dan berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Wawancara Penulis melakukan wawancara dengan para hakim di pengadilan Negeri Sukoharjo dan Pengadilan Negeri Boyolali, khususnya yang pernah mengadili dan menangani perkara tindak pidana perkosaan anak. b. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan yang dilakukan penulis dengan mempelajari putusanputusan hakim, dokumen, buku-buku literatur serta perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah penelitian dan data lain yang berkaitan dengan masalah atau hal yang berkaitan dengan materi yang diambil penulis. 6. Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan penulis diawali dengan menentukan populasi, sebagai populasi dalam penelitian ini adalah seluruh hakim di

Pengadilan Negeri Sukoharjo dan Pengadilan Negeri Boyolali, dikarenakan tidak semua hakim dijadikan sampel, maka diambil hakim tertentu dan yang pernah menangani perkara tindak pidana perkosaan anak dan pernah melalukan penjatuhan putusan dengan menggunakan Pasal 81 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002. 7. Teknik Analisis Data Teknik analisis yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah menggunakan teknik analisis data kualitatif dan teknik analisis data isi atau content analysis. Tahap-tahap yang dilakukan penulis dalam teknik analisis data kualitatif yakni dengan menyusun pengertian singkatnya yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang dikemukakan, kemudian dengan memahami inti peristiwanya dimulai pada saat pengumpulan data, penulis membuat reduksi data dan sajian data yang berupa field note yang terdiri bagian deskripsi dan refleksinya.selanjutnya untuk content analysis atau analisis ini, penulis menganalisis dua putusan pengadilan yakni Pengadilan Negeri Boyolali dan Pengadilan Negeri Sukoharjo, penulis membedakan beberapa putusan yang dijatuhkan hakim kemudian memberikan uraian-uraian pendapat penulis apakah kedua putusan tersebut mengakibatkan disparitas pidana.( J.Supranto, 2003: 210) F. SISTEMATIKA SKRIPSI Sistematika dalam penulisan hukum yang penulis susun untuk memberi gambaran secara jelas dan komprehensif mengenai penulis hukum yang selanjutnya penulis bagi dalam 4 ( empat ) bab. Sistematika tersebut sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini penulis menguraikan teori yang menjadi landasan atau memberikan penjelasan secara teoritik berdasarkan literaturliteratur yang berkaitan dengan penulisan hukum ini. Kerangka teori tersebut meliputi tinjauan tentang tindak pidana, tinjauan tentang pemerkosaan, tinjauan tentang anak, tinjauan tentang pemidanaan dan tinjauan tentang disparitas pidana. BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ketiga ini akan berisi hasil penelitian yang dilakukan penulis di Pengadilan Negeri Boyolali dan Pengadilan Negeri Sukoharjo dan pembahasan hasil penelitian dan pokok-pokok permasalahan yang ingin diungkap berdasarkan rumusan masalah yaitu disparitas pemidanaan dalam Pasal 81 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi munculnya disparitas pidana. BAB IV : PENUTUP Bab ini merupakan akhir dari penelitian yang berisikan simpulan yang diambil berdasarkan hasil pembahasan dan proses penelitian.