BAB I PENDAHULUAN. beriklim tropis dengan jumlah penduduk yang tidak sedikit. Rekapitulasi data kasus hingga 22 Agustus 2011 menunjukkan Case

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penyakit yang masih menjadi fokus utama masyarakat Internasional serta

BAB I PENDAHULUAN. dilaporkan pada WHO setiap tahun, akan tetapi WHO mengestimasi jumlah

I. PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic. nyamuk Aedes aegypti (Kemenkes, 2010). Indonesia merupakan negara

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi di daerah tropis

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

I. PENDAHULUAN. yang ditularkan ke manusia dengan gigitan nyamuk Aedes Aegypty.

BAB I PENDAHULUAN. WHO melaporkan dengue merupakan mosquito-borne disease yang tercepat

BAB I PENDAHULUAN. 2011a). Tahun 2010 Indonesia tercatat sebagai negara dengan angka kejadian

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan di negaranegara. subtropis. Penyakit ini endemik dibeberapa negara

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara negara

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada

I. PENDAHULUAN. serangga yaitu Aedes spesies. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah. penyakit demam berdarah akut, terutama menyerang anak-anak dengan

I. PENDAHULUAN. Nyamuk Aedes Agypti merupakan vektor virus dengue penyebab penyakit

BAB I PENDAHULUAN. provinsi dan 2 kota, menjadi 32 kasus (97%) dan 382 kasus (77%) kabupaten/kota pada

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang. disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk betina

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit

I. PENDAHULUAN. aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat. kejadian luar biasa atau wabah (Satari dkk, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MOJO (Aegle marmelos L.) TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) sampai saat ini. DBD merupakan salah satu masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama kali ditemukan. tahun 1953 di Fillipina. Selama tiga dekade berikutnya,

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Dalam hal upaya pengendalian Aedes aegypti, perlu

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi ekstrak daun

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti

BAB I PENDAHULUAN. salah satu masalah kesehatan yang sangat penting karena kasus-kasus yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

I. PENDAHULUAN. bagi manusia, seperti demam berdarah, malaria, kaki gajah, dan chikungunya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD), merupakan penyakit yang masih sering

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis, dimana negara

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan tanda-tanda tertentu dan disebarkan melalui gigitan

I. PENDAHULUAN. Aedes aegypti L. merupakan jenis nyamuk pembawa virus dengue,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berada di daerah tropis, sehingga. merupakan daerah endemik bagi penyakit-penyakit yang penyebarannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

BAB l PENDAHULUAN. manusia. Nyamuk yang memiliki kemampuan menularkan penyakit ini

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (DBD) Filariasis. Didaerah tropis seperti Indonesia, Pada tahun 2001, wabah demam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disadari. Bahkan telah lama pula disinyalir, bahwa peran lingkungan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) atau Dengue. hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit virus yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan mematikan bagi manusia, seperti demam berdarah (Aedes aegypti L.), malaria

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan didaerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan di. Berdasarkan data Dinas Kesehatan kota Bandar Lampung Januari hingga 14

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. organisme termasuk manusia. Manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan penyakit yang banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dengue adalah salah satu penyakit infeksi yang. dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. hari berikutnya hujan lagi. Kondisi tersebut sangat potensial untuk

Kemampuan Bahan Aktif Ekstrak Daun Mojo (Aegle marmelos L.) dalam Mengendalikan Nyamuk Aedes aegypti, dengan Metode Elektrik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang menjadi vektor dari penyakit Demam Berdarah ini dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. yaitu Den-1, Den-2, Den-3, Den-4 dan yang terbaru adalah Den-5.

BAB I PENDAHULUAN. utama di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, Indonesia UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue. DBD merupakan penyakit dengan jumlah kasus yang tinggi di

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK TEMU LAWAK (Curcuma xanthorrhiza) TERHADAP JUMLAH NYAMUK Aedes aegypti YANG HINGGAP PADA TANGAN MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. memburuk setelah dua hari pertama (Hendrawanto dkk., 2009). Penyebab demam

BAB I PENDAHULUAN. Serangga selain mengganggu manusia dan binatang. melalui gigitannya, juga dapat berperan sebagai vektor

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Filariasis limfatik atau lebih dikenal dengan. penyakit kaki gajah adalah salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati (Sastrodiharjo et al.,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena. rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pemberian ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan UKDW. data dari World Health Organization (WHO) bahwa dalam 50 tahun terakhir ini

MORTALITAS LARVA 58 JAM

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. menghasilkan tingkat penolakan yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UJI EFEKTIFITAS MINYAK ATSIRI BUNGA MELATI (Jasminum sambac L) TERHADAP DAYA BUNUH LARVA NYAMUK CULEX (Culex quinquefasciatus)

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah cukup besar yang menyangkut kesehatan masyarakat di negara-negara dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Nyamuk merupakan serangga yang seringkali. membuat kita risau akibat gigitannya.

PEMANFAATAN LIMBAH ROKOK DALAM PENGENDALIAN NYAMUK Aedes aegypty

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) SEBAGAI LARVASIDA NYAMUK Aedes spp. PADA OVITRAP

BAB I PENDAHULUAN. klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang masih menjadi fokus utama masyarakat internasional serta merupakan jenis penyakit yang berpotensi mematikan. World Health Organization (WHO) saat ini memperkirakan ada 50 juta infeksi dengue di seluruh dunia setiap tahun (WHO, 2012). Tahun 2010, Indonesia tercatat sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara dengan jumlah kasus 156.086 dan kasus kematian 1.358 (Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, 2011). Hal ini dapat terjadi karena Indonesia beriklim tropis dengan jumlah penduduk yang tidak sedikit. Angka kejadian DBD meningkat memasuki musim penghujan. Rekapitulasi data kasus hingga 22 Agustus 2011 menunjukkan Case Fatality Rate (CFR) akibat DBD di beberapa wilayah tidak sesuai target nasional sebesar 1%, dengan Provinsi Lampung memiliki nilai CFR 3,51% (Ditjen PP & PL, 2012). Pemantauan Dinas Kesehatan Provinsi Lampung selama 6 tahun terakhir, terdapat 1.425 kasus DBD, 13 orang diantaranya meninggal (Dinkes Provinsi Lampung, 2013).

2 Demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti yang telah terinfeksi virus dengue. Aedes aegypti merupakan vektor pembawa virus dengue sehingga pengendalian vektor menjadi sangat penting (Soedarmo, 2005). Untuk menanggulangi bahaya DBD pemerintah mencanangkan gerakan 3M untuk pencegahan dan fogging untuk membasmi nyamuk yang ada. Namun hal ini dirasa belum cukup karena kedua hal diatas tidak bisa dilakukan setiap saat dan cenderung menunggu adanya kasus baru. Masyarakat cenderung menggunakan antinyamuk bakar pasaran yang murah dan cepat bekerja namun mengandung bahan kimia yang kurang aman jika terhirup terlalu sering karena merupakan insektisida buatan. antinyamuk bakar (pemberantas nyamuk) adalah bahan padat yang terdiri dari 2 (dua) buah lingkaran yang saling mengisi apabila akan digunakan kedua buah lingkaran tersebut lebih dahulu dipisahkan satu sama lain. Bahan yang sering digunakan dalam pembuatan antinyamuk bakar adalah serbuk kayu, tepung tempurung dan tepung sejenis kayu yang dicampur dengan zat pewarna, bahan perekat, pengawet, bahan aktif, dan wangiwangian. Campuran bahan ini kemudian dibentuk menjadi lempengan dan selanjutnya dicetak lalu dikeringkan. Satu koil antinyamuk bakar ini ternyata bahayanya sama dengan 100 batang rokok sehingga haruslah dicari alternatif bahan alami yang murah sebagai substitusi bahan kimianya (Cahyana dkk., 2011).

3 Pengendalian vektor yang ada saat ini masih menggunakan bahan sintetis yang menyebabkan gangguan pernapasan dan pencernaan pada manusia (Fatmawati, 2012) serta dapat menimbulkan resistensi nyamuk Aedes aegypti (Widawati et al, 2013). Berdasarkan hal tersebut pemanfaatan ekstrak tumbuhan sebagai insektisida botani yang lebih alami dan ramah lingkungan dirasa lebih aman karena memiliki residu yang pendek dan efek samping yang jauh lebih kecil bagi manusia (Nurhayati, 2011). Penelitian mengenai ekstrak suatu tumbuhan sebagai insektisida botani dalam menghambat vektor DBD dari fase telur, larva, dan nyamuk dewasa telah banyak dilakukan. Pada penelitian Cahyana dkk., (2011) yaitu pembuatan antinyamuk bakar berbahan kulit gemor dan limbah kulit kemiri yang berfungsi sebagai insektisida alami terbukti dengan uji fitokimianya yang mengandung alkaloid, tannin, fenolik, flavonoid, triterpenoid, dan glikosida. Pada penelitian tersebut didapatkan hasil efektif dari penentuan LT 50 selama 6 hari terhadap 100 ekor nyamuk yaitu pada konsentrasi kulit gemor 50% dan kulit kemiri 50% yang memiliki daya bunuh nyamuk sebanyak 59 ekor. Dan penelitian Widiani dkk., (2011) meneliti mengenai efektifitas minyak atsiri dari daun legundi (Vitex trifolia L) sebagai insektisida Aedes aegypti dengan sediaan obat semprot yang diujikan terhadap 25 ekor nyamuk mendapatkan hasil efektif pada konsentrasi 17% yang memiliki daya bunuh nyamuk sebanyak 22 ekor.

4 Senyawa tumbuhan dengan fungsi insektisida diantaranya golongan saponin, tanin, flavonoid, alkaloid, steroid, dan minyak atsiri (Naria, 2005). Saponin merupakan senyawa entomotoxicity yang dapat menyebabkan kematian pada larva, kerusakan pada membran telur, gangguan reproduksi dan pencernaan pada tingkat larva, pupa, dan dewasa (Chaieb, 2010). Terpenoid, flavonoid, dan alkaloid memiliki aktivitas hormon juvenile yang menyebabkan gangguan pada perkembangbiakan telur Aedes aegypti menjadi larva (Elimam dkk., 2009). Minyak atsiri menghasilkan bau yang sangat menyengat dan tidak disukai nyamuk sebab bisa mempengaruhi syaraf nyamuk yang akan menyebabkan nyamuk mengalami kelabilan dan akhirnya mati (Widiani dkk., 2011). Saat ini penggunaan daun jambu biji sudah banyak digunakan oleh masyarakat sebagai antidiabetik, antimikrobial, dan antiinflamasi, namun penggunaan daun jambu biji sebagai insektisida terhadap nyamuk dewasa Aedes aegypti belum pernah dilakukan. Tanaman jambu biji diduga memiliki potensi sebagai insektisida alami dikarenakan pada daun jambu biji memiliki kandungan zat insektisida antara lain alkaloid, saponin, polifenol, flavonoid, tannin, minyak atsiri (eugenol), minyak lemak, dammar, zat samak, triterpenoid, dan asam malat. Pemilihan jambu biji dikarenakan tanaman ini sudah umum dan diketahui masyarakat, mudah diperoleh dan banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari (Dalimartha, 2006; Daud, 2011; Afizia, 2012).

5 Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai efektivitas ekstrak daun jambu biji merah (Psidium guajava Linn) sebagai insektisida terhadap Aedes aegypti dalam sediaan antinyamuk bakar. 1.2. Perumusan Masalah Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat (WHO, 2012). Case Fatality Rate (CFR) provinsi Lampung 3,51% melebihi dari target nasional yang hanya 1% (Ditjen PP dan PL, 2012). Saat ini pengendalian vektor yang masih banyak digunakan merupakan bahan sintesis yang dapat menimbulkan gangguan pernafasan dan pencernaan (Fatmawati, 2012). Selain itu, gerakan 3M dan fogging yang dicanangkan oleh pemerintah dalam menanggulangi bahaya DBD dirasa belum cukup karena kedua hal tersebut tidak bisa dilakukan setiap saat dan cenderung menunggu adanya kasus baru sehingga masyarakat cenderung menggunakan antinyamuk bakar pasaran yang murah dan cepat bekerja namun mengandung bahan kimia yang kurang aman jika terhirup terlalu sering karena merupakan insektisida buatan (Cahyana dkk., 2011). Oleh karena itu, dibutuhkan insektisida botani dengan efek samping yang lebih kecil (Nurhayati, 2011). Telah banyak dilakukan penelitian mengenai ekstrak tumbuhan sebagai insektisida botani seperti kayu gemor, kulit kemiri, dan daun legundi (Vitex trifolia L) yang memiliki kandungan zat insektisida yang didapatkan dari uji fitokimia antara lain alkaloid, tannin,

6 fenolik, flavonoid, triterpenoid, glikosida, dan minyak atsiri (Cahyana dkk., 2011; Widiani dkk., 2011). Kandungan tersebut juga dimiliki oleh jambu biji sehingga diduga memiliki potensi sebagai insektisida botani (Dalimartha, 2006; Daud, 2011). Senyawa aktif tersebut antara lain alkaloid, saponin, tannin, minyak atsiri, flavonoid, dan polifenol yang terdapat dalam daun jambu biji (Daud, 2011; Afizia, 2012). Berdasarkan deskripsi tersebut, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah ekstrak daun jambu biji merah sebagai antinyamuk bakar efektif terhadap Aedes aegypti? 2. Berapakah konsentrasi paling efektif ekstrak daun jambu biji merah sebagai antinyamuk bakar terhadap Aedes aegypti? 3. Berapakah konsentrasi ekstrak daun jambu biji merah sebagai anti nyamuk bakar yang memiliki daya bunuh 50% dan 95% {lethal doses 50%(LD 50 ) dan lethal doses 95%(LD 95 )} terhadap Aedes aegypti? 4. Berapakah waktu efektif ekstrak daun jambu biji merah yang memiliki angka kejatuhan 50% {knocked down times 50% (KT 50 )} dari total sampel Aedes aegypti sebagai antinyamuk bakar pada tiap konsentrasi? 5. Berapakah waktu efektif ekstrak daun jambu biji merah yang memiliki angka kejatuhan 95% {knocked down times (KT 95 )} dari total sampel Aedes aegypti sebagai antinyamuk bakar pada tiap konsentrasi?

7 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui efektivitas ekstrak daun jambu biji merah sebagai antinyamuk bakar terhadap Aedes aegypti. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui konsentrasi paling efektif ekstrak daun jambu biji merah sebagai antinyamuk bakar terhadap Aedes aegypti. 2. Mengetahui konsentrasi ekstrak daun jambu biji merah sebagai antinyamuk bakar yang memiliki daya bunuh 50% dan 95% {lethal doses 50%(LD 50 ) dan lethal doses 95%(LD 95 )} terhadap Aedes aegypti. 3. Mengetahui waktu efektif ekstrak daun jambu biji merah yang memiliki angka kejatuhan 50% {knocked down times 50% (KT50)} dari total sampel Aedes aegypti sebagai antinyamuk bakar pada setiap konsentrasi. 4. Mengetahui waktu efektif ekstrak daun jambu biji merah yang memiliki angka kejatuhan 95% { knocked down times (KT95)} dari total sampel Aedes aegypti sebagai antinyamuk bakar pada setiap konsentrasi. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi ilmiah mengenai khasiat ekstrak daun jambu biji merah serta dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu parasitologi khususnya bidang entomologi dalam lingkup pengendalian vektor penyebab demam berdarah.

8 1.4.2 Manfaat praktis a. Bagi Peneliti Sebagai wujud pengaplikasian disiplin ilmu yang telah dipelajari sehingga dapat mengembangkan wawasan keilmuan peneliti. b. Masyarakat/Institusi Pendidikan Dapat memberikan informasi kepada masyarakat khususnya pembaca mengenai manfaat dan khasiat lain dari daun jambu biji merah serta diharapkan dapat menambah informasi ilmiah dan dapat dijadikan sebagai referensi atau acuan bagi penelitian serupa. 1.5 Kerangka Penelitian 1.5.1 Kerangka Teori Daun jambu biji merah (Psidium guajava Linn) memiliki kandungan lima senyawa aktif yang diduga dapat berperan sebagai insektisida. Senyawa aktif tersebut adalah alkaloid, flavonoid, polifenol, minyak atsiri, dan saponin. Adapun fungsinya berurutan sebagai berikut: sebagai anticholinesterase, inhibitor pernafasan, proteolisis, mempengaruhi saraf (terutama hidung), dan merusak kulit nyamuk. Kelima senyawa aktif tersebut bekerja terhadap nyamuk Aedes aegypti dewasa sehingga nyamuk Aedes aegypti bisa mati (Bagan 1). Aktivitas saponin ini di dalam tubuh nyamuk adalah mengikat sterol bebas dalam saluran pencernaan makanan dimana sterol itu sendiri adalah zat yang berfungsi sebagai prekursor hormon ekdison, sehingga dengan menurunnya jumlah sterol

9 bebas dalam tubuh nyamuk akan mengakibatkan terganggunya proses pergantian kulit (moulting) pada serangga. Alkaloid memiliki anticholinesterase yang merupakan senyawa kimia yang menghambat enzim acetylcholinesterase dan akan terjadi penumpukan enzim tersebut pada celah sinaps sehingga meningkatkan penghantaran neurotransmitter yang akan mengakibatkan gangguan transmisi saraf dan dapat menyebabkan kematian pada nyamuk. Aktivitas flavonoid pada nyamuk merupakan inhibitor pada pernafasan dan menyebabkan kerusakan permeabilitas sawar pada sistem pernafasan tersebut. Dengan adanya kerusakan pada permeabilitas sawar sistem pernafasan tersebut akan mengakibatkan penghambatan sistem pengangkatan elektron sehingga mengurangi produksi ATP dan pemakaian O 2 oleh mitokondria. Keadaan tersebut akan mengurangi perfusi jaringan pada sistem pernafasan sehingga mengakibatkan gagal nafas pada nyamuk. Polifenol merupakan senyawa kimia yang memiliki aktivitas proteolisis yaitu penguraian protein pada tubuh nyamuk. Protein di dalam tubuh berfungsi untuk mengatur metabolisme tubuh, pertumbuhan dan perkembangan, serta sintesis hormon, antibodi, dan organel sel lainnya. Dengan adanya peningkatan aktivitas penguraian protein tersebut akan mengakibatkan gangguan metabolisme dan fisiologis sel pada tubuh nyamuk sehingga terjadi kerusakan sel.

10 Minyak atsiri memiliki kandungan monoterpena yang tinggi, menyebabkan minyak atsiri merupakan aromatik yang sangat kuat dan berperan sebagai fumigan (racun inhalasi), yaitu racun yang bekerja melalui sistem pernafasan. Minyak atsiri masuk ke dalam tubuh nyamuk melalui sistem pernafasan dan selanjutnya ditransportasikan ke tempat racun tersebut bekerja yaitu sistem saraf. Senyawa pada minyak atsiri secara cepat berinteraksi dengan sistem saraf pusat dan langsung merangsang sistem olfaktori.

11 Ekstrak daun jambu biji merah (Psidium guajava Linn) Alkaloid Flavonoid Polifenol Minyak Atsiri Saponin Anticholine esterase Ach menumpuk di celah sinaps Inhibitor pernafasan Kerusakan permeabilitas barrier sistem pernafasan Proteolisis Gangguan metabolisme dan fisiologis sel Kandungan monoterpena yang tinggi Aromatik kuat Mengikat sterol bebas dalam saluran pencernaan Menghambat sistem pengangkutan elektron Mengurangi produksi ATP Fumigan Mempenga -ruhi saraf (terutama hidung) Meningkatkan penghantaran neurotransmitter Menurunkan prekursor hormon ekdison Merusak kulit Mengurangi pemakaian O 2 mitokondria Gangguan transmisi saraf Gagal nafas Kerusakan sel Efek psikologis Mudah trauma Kematian Nyamuk Dewasa Bagan 1. Kerangka Teori Mekanisme Insektisida Ekstrak Daun Jambu Biji Merah (Psidium guajava Linn) Sebagai Insektisida Terhadap Nyamuk Aedes aegypti.

12 1.5.2 Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian ini adalah : Ekstrak daun jambu biji merah (Psidium guajava Linn) Dosis I Kontrol negatif Dosis II Dosis III Kelompok I Kelompok II Jumlah Nyamuk betina dewasa Aedes aegypti yang mati Dosis IV Dosis V Kelompok III Kontrol positif Variabel Dependen Variabel Independen Bagan 2. Hubungan Antar Variabel (WHOPES, 2009) 1.6 Hipotesis Ekstrak daun jambu biji merah (Psidium guajava Linn) efektif sebagai antinyamuk bakar terhadap Aedes aegypti.