PROPOSAL PENELITIAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS HIDUP PADA MASYARAKAT LANJUT USIA DI KELURAHAN SEI ULIN BANJARBARU OLEH :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

KUALITAS HIDUP LANJUT USIA. Quality of Life Elderly ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

LAPORAN PENELITIAN HIBAH NON KOMPETITIF FK UNLAM

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih tinggi dari pada populasi lansia di dunia setelah tahun 2010 (Infodatin,

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PROVINSI GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO usia tahun adalah usia pertengahan, usia tahun

HUBUNGAN KARAKTERISTIK LANSIA DENGAN TINGKAT KEMAMPUAN AKTIVITAS DASAR PADA LANSIA DI DESA SIDOAGUNG KECAMATAN GODEAN YOGYAKARTA 2010 NASKAH PUBLIKASI

ABSTRACT. I Komang Yulitridana 2, Andri Purwandari 3, Haerul Anwar 1

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan desain penelitian studi korelasional yang merupakan penelitian

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi fisiologis yang. berkaitan dengan penurunan kemampuan untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan memperbaiki. diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur serta fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ialah melihat usia harapan hidup penduduknya. Dari tahun ke tahun usia harapan

SKRIPSI. DiajukanSebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar sarjana Keperawatan. Oleh: JOKO PURNOMO J

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO. Jurnal yang berjudul

4 METODE. Desain, Tempat dan Waktu. Teknik Penarikan Contoh

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN A.

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA DI DESA KEMBANG KUNING CEPOGO BOYOLALI

FIFI AZISYAH NIM : S

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEMANDIRIAN PEMENUHAN ADL

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

Oleh : R Noucie Septriliyana dan Wiwi Endah Sari Stikes A. Yani Cimahi

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke

HUBUNGAN STATUS GIZI IBU DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT SOEDARSO PONTIANAK ABSTRAK

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN LANSIA DATANG KE POSYANDU LANSIA DI DESA BENERWOJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEJAYAN KABUPATEN PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat 125 juta orang dengan usia 80 tahun bahkan lebih. (World Health

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KESEPIAN PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI DESA SUMBERGONDO KECAMATAN GLENMORE KABUPATEN BANYUWANGI

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

HUBUNGAN PROGRAM PELAYANAN POSYANDU LANSIA TERHADAP TINGKAT KEPUASAN LANSIA DI DAERAH BINAAN PUSKESMAS DARUSSALAM MEDAN

HUBUNGAN FUNGSI KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA DI DESA JIMBARAN KECAMATAN KUTA SELATAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lansia dapat menjadi salah satu tolok ukur kesejahteraan bangsa.

Heni Maryati 1, Achmad Fatoni 1, Hexawan T 2 Program Studi D3 Perawatan STIKES Pemkab Jombang Puskesmas Tapen Kabupaten Jombang ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tingkat depresi terhadap kualitas hidup lanjut usia. Penelitian tersebut

STABILITAS TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI WERDHA MOJOPAHIT KABUPATEN MOJOKERTO. Abdul Muhith *) Abstrak

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN. mempunyai kualitas hidup baik. Hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AGAMA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia adalah masa dimana seseorang mengalami masa

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN MOTIVASI KUNJUNGAN KE POSYANDU. Titiek Idayanti

BAB I PENDAHULUAN. lambat cepatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu.

Skripsi RIKA RAUDHATUL JANNAH NIM : S RINA AGUSTINA NIM: S

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimulai sejak dari awal kehidupan. Usia lanjut adalah sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERGANTUNGAN DALAM ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITIES OF DAILY LIVING (ADL) PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

HUBUNGAN PERUBAHAN PSIKOSOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

SPIRITUALITAS LANJUT USIA (LANSIA) DI UNIT PELAYANAN TEKNIS PANTI SOSIAL LANJUT USIA (UPT PSLU) MAGETAN

DUKUNGAN SOSIAL SUAMI DENGAN MOTIVASI IBU USIA MUDA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

PENGARUH TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI WISMA LANSIA KAB. LUMAJANG

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia didunia sebesar 400 juta berada di Asia (Data Informasi &

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

PENDAHULUAN. keberadaannya senantiasa harus diperhatikan. Semakin bertambahnya usia, maka kemampuan

ISSN Vol 5, ed 2, Oktober 2014

Jurnal Keperawatan, Vol.1 No.1, Januari

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

HUBUNGAN PELAYANAN POSYANDU X DENGAN TINGKAT KEPUASAN LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga

PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA TERHADAP PENURUNAN FUNGSI PENGLIHATAN DI DAERAH YAYASAN PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA AL- KAUTSAR PALU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA POSYANDU LANSIA DI WILAYAH PUSKESMAS MIROTO SEMARANG

Jurnal Care Vol. 3, No. 3, Tahun 2015 HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN KEJADIAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI PADA LANSIA. Endang Mei Yunalia

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

Transkripsi:

PROPOSAL PENELITIAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS HIDUP PADA MASYARAKAT LANJUT USIA DI KELURAHAN SEI ULIN BANJARBARU OLEH : Naya Ernawati, S. Kep., Ns

2 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... 2 BAB I PENDAHULUAN... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7 BAB III METODE PENELITIAN... 8 DAFTAR PUSTAKA... 15

3 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara berkembang, jumlah penduduk usia 60 tahun ke atas diperkirakan meningkat menjadi 20% antara tahun 2015 2050. Indonesia berada di urutan keempat, setelah China, India, Jepang. Penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tahun 2005 berjumlah 18,2 juta orang atau 8,2%, tahun 2007 penduduk lansia berjumlah 18,7 juta (8,42%), tahun 2010 meningkat menjadi 9,77%, dan pada tahun 2020 diperkirakan menjadi dua kali lipat berjumlah 28,8 juta (11,34%) (1). Pada masa lanjut usia, seseorang akan mengalami perubahan dalam segi fisik, kognitif, maupun dalam kehidupan psikososialnya (1). Sebagian besar lanjut usia mengeluh sesak napas, badan lemas, mudah lelah, dan persendian kaku (11). Usia tua, kesepian, sosial ekonomi yang kurang sejahtera, serta munculnya penyakit-penyakit degeneratif seperti kanker, jantung, reumatik, serta katarak menyebabkan produktivitas menurun serta mempengaruhi kehidupan sosial. Sekitar 10% orang tua yang berusia lebih dari 65 tahun dan 50% pada usia yang lebih dari 85 tahun akan mengalami gangguan kognitif(2). Risiko penurunan fungsi kognitif mengancam kemandirian kualitas hidup lansia yang merupakan tantangan untuk sistem perawatan kesehatan (7). Di pihak lain, kaum muda biasanya enggan melibatkan lansia dalam aktivitas dan urusan rumah tangga (7). Pada masa lanjut usia, seseorang akan mengalami perubahan dalam segi fisik, kognitif, maupun dalam kehidupan psikososialnya (1). Darnton-Hill (1995;

4 Oye Gureje, 2008) juga menekankan pentingnya harapan hidup dan kualitas hidup bagi lanjut usia. Keempat domain dalam kualitas hidup adalah kesehatan fisik, kesehatan psikologi, hubungan sosial, dan aspek lingkungan (28). Empat domain kualitas hidup diidentifikasi sebagai suatu perilaku, status keberadaan, kapasitas potensial, dan persepsi atau pengalaman subjektif (28). Berdasarkan penelitian Noorkamelia (2012) yang meneliti masalah hubungan fungsi kognitif dengan kualitas hidup lansia didapatkan hasil terdapat hubungan antara fungsi kognitif dengan kualitas hidup lansia. Berdasarkan penelitian Ratna (2008) yang meneliti masalah Kesehatan, Ekonomi, dan Hubungan Sosial Terhadap Kemandirian Orang Lanjut Usia menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan di atas tergantung pada diri orang lanjut usia, keluarga, dan lingkungan, jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, akan timbul masalah-masalah dalam kehidupan lanjut usia yang akan menurunkan kualitas hidupnya. Berdasarkan data dari Dinkes Banjarbaru didapatkan kunjungan lansia dari periode Januari-Desember 2011 ada sebanyak 8975, kunjungan lansia dengan kelainan mental emosi sebanyak 933, dan kelainan pada tingkat kemandirian sebanyak 1722. Pemilihan lokasi penelitian di wilayah kerja Puskesmas Sungai Ulin karena berdasarkan data Dinkes Kota Banjarbaru, jumlah kunjungan lansia terbanyak urutan pertama berada di wilayah kerja Puskesmas Sungai Ulin yaitu 1929 orang, kedua di Puskesmas Banjarbaru Utara dan Puskesmas Guntung Payung (8). Dari wawancara dengan petugas posyandu lansia dan beberapa keluarga di wilayah kerja Puskesmas Sungai Ulin Banjarbaru didapatkan gambaran secara umum mereka mengungkapkan dan mengeluh tentang

5 kehidupannya di masa tua yang sangat susah. Mereka merasa terbatas aktivitasnya, sering sakit, lingkungan kurang bersahabat, mudah lupa dan tidak percaya diri dengan penampilan fisiknya sekarang. Dengan melihat permasalahan tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Faktor faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pada masyarakat lansia di kelurahan sei ulin banjarbaru. 1.2 Perumusan Masalah Faktor dominan apa yang mempengaruhi kualitas hidup pada masyarakat lansia di Kelurahan Sei Ulin Banjarbaru? 1.3 Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Menganalisa faktor dominan yang mempengaruhi kualitas hidup lanjut usia di kelurahan sei ulin Banjarbaru. b. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi kualitas hidup lanjut usia di kelurahan sei ulin Banjarbaru 2. Mengidentifikasi faktor fisik yang mempengaruhi kualitas hidup lanjut usia di kelurahan sei ulin Banjarbaru 3. Mengidentifikasi faktor psikologis yang mempengaruhi kualitas hidup lanjut usia di kelurahan sei ulin Banjarbaru 4. Mengidentifikasi faktor sosial yang mempengaruhi kualitas hidup lanjut usia di kelurahan sei ulin Banjarbaru

6 5. Mengidentifikasi faktor lingkungan yang mempengaruhi kualitas hidup lanjut usia di kelurahan sei ulin Banjarbaru 6. Menganalisis pengaruh faktor fisik terhadap kualitas hidup lanjut usia di kelurahan sei ulin Banjarbaru 7. Menganalisis pengaruh faktor psikologis terhadap kualitas hidup lanjut usia di kelurahan sei ulin Banjarbaru 8. Menganalisis pengaruh faktor sosial terhadap kualitas hidup lanjut usia di. kelurahan sei ulin Banjarbaru 9. Menganalisis pengaruh faktor lingkungan terhadap kualitas hidup lanjut usia di kelurahan sei ulin Banjarbaru 1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat teoritis 1. Hasil penelitian ini dapat menjelaskan apa saja faktor dominan yang mempengaruhi kualitas hidup lanjut usia di kelurahan sei ulin Banjarbaru 2. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan bahan pertimbangan untuk penelitian tentang kualitas hidup lansia. 1.4.2 Manfaat praktis 1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh tenaga kesehatan dalam upaya meningkatkan kualitas hidup pada lanjut usia. 2. Diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan kontribusi yang positif bagi puskesmas kelurahan sei Ulin dalam menyusun program yang sesuai untuk meningkatkan kualitas hidup lanjut usia.

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

8 BAB III KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN Objective Life Condition Kesejahteraan fisik Kesejahteraan Subjective Well-being psikologis Kepuasan dengan: Kesejahteraan sosial Kesejahteraan fisik Kesejahteraan psikologis Kesejahteraan sosial Kesejahteraan Personal values and aspiration Pentingnya dari: Kesejahteraan fisik Kesejahteraan psikologis Kesejahteraan sosial Kesejahteraan lingkungan Pengaruh faktor eksternal, seperti kehidupan keluarga, hubungan intim, persahabatan, kerja, pendidikan, standar hidup, dan lain-lain. Kualitas hidup lanjut usia Keterangan : : Diukur : Tidak diukur Gambar 3.1 Kerangka konseptual Analisis faktor dominan yang mempengaruhi kualitas hidup lanjut usia berdasarkan WHOQOL (The World Health Organization Quality of Life) berdasarkan model teori kualitas hidup Felce dan Perry (1996).

9 Hipotesis Penelitian H1 : Ada pengaruh faktor fisik terhadap kualitas hidup lanjut usia di Kelurahan Sei Ulin Banjarbaru H1 : Ada pengaruh faktor psikologis terhadap kualitas hidup lanjut usia di di Kelurahan Sei Ulin Banjarbaru H1 : Ada pengaruh faktor sosial terhadap kualitas hidup lanjut usia di di Kelurahan Sei Ulin Banjarbaru H1 : Ada pengaruh faktor lingkungan terhadap kualitas hidup lanjut usia di di Kelurahan Sei Ulin Banjarbaru

10 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian, Sampel, Teknik Sampling Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional Rancangan Cross Sectional, dilakukan dengan cara mengidentifikasi dan mengukur kualitas hidup lanjut usia di Keluarahan Sei Ulin Banjarbaru pada waktu hanya satu kali pada satu saat tanpa adanya follow up, kemudian dihubungkan dengan faktor fisik, faktor psikologis, faktor sosial, dan faktor lingkungan. Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup lanjut usia menurut WHOQOL (World Health Organization Quality of Life), yaitu faktor fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang tinggal di Kelurahan Sei Ulin Banjarbaru. Peneliti mengambil sampel yang mewakili yaitu lanjut usia yang tinggal di Kelurahan Sei Ulin Banjarbaru dengan kriteria sebagai berikut: 1. Kriteria Inklusi 1) Lanjut usia yang tinggal di Kelurahan Sei Ulin Banjarbaru 2) Berusia 60 tahun ke atas 3) Lanjut usia yang tidak sedang mengalami sakit berat, demensia, tuli, kelainan psikologis, dan penurunan kesadaran. 2. Kriteria Eksklusi 1) Mengalami gangguan berkomunikasi

11 2) Lanjut usia yang tidak bersedia menjadi responden. Pada penelitian ini menggunakan teknik Nonprobability Sampling tipe Purposive Sampling. Mula-mula peneliti melakukan survey awal untuk mengidentifikasi karakteristik populasi dan mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan populasi. Peneliti menetapkan sampel yang akan diteliti didasarkan pada suatu pertimbangan berusia 60 tahun ke atas, dan lanjut usia yang tidak sedang mengalami sakit berat, demensia, tuli, kelainan psikologis, dan penurunan kesadaran 4.2 Variabel Penelitian a. Variabel Bebas (Independent) Variabel bebas pada penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup menurut WHOQOL yaitu faktor fisik, psikologis, sosial, dan faktor lingkungan. b. Variabel terikat (Dependent) Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kualitas hidup lanjut usia. 4.3 Definisi Operasional a. Kualitas hidup lanjut usia adalah suatu bentuk evaluasi multidimensional yang melibatkan kriteria sosial normatif intrapersonal, dan sistem lingkungan lanjut usia yang dinilai secara tertulis. Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner dengan skala data ordinal. Data diklasifikasikan: 0-11= rendah, >11-21=sedang, >21-30=tinggi.

12 b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup: - Faktor fisik: Aspek-aspek fisik dari kesehatan, termasuk kesehatan jasmani, mobilitas, dan derajat kebebasan dari perlukaan dan kecelakaan. Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner dengan skala data ordinal. Data diklasifikasikan: 25% = kurang, 26-50% = cukup, 51-75% = baik, 76-100% = sangat baik - Faktor psikologis: Kemampuan lanjut usia untuk memperoleh kepercayaan diri, kontrol diri, cara mengatasi kecemasan dan pemunculan perilaku positif yang dinilai secara tertulis. Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner dengan skala data ordinal. Data diklasifikasikan: 25% = kurang stabil, 26-50% = cukup stabil, 51-75% = stabil, 76-100% = sangat stabil. - Faktor sosial: Aktivitas sosial yang dapat dilakukan oleh lanjut usia baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain di sekitarnya yang dinilai secara tertulis. Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner dengan skala data ordinal. Data diklasifikasikan: 25% = kurang aktif, 26-50% = cukup aktif, 51-75% = aktif, 76-100% = sangat aktif. - Faktor lingkungan: Sarana hubungan yang dimiliki oleh lanjut usia dengan sumber yang dimiliki oleh suatu komunitas (kelurahan sei ulin) yang dinilai secara tertulis. Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner dengan skala data ordinal. Data diklasifikasikan: 25% = kurang memadai, 26-50% = cukup memadai, 51-75% = memadai, 76-100% = sangat memadai

13 4.4 Prosedur Penelitian Prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Meminta rekomendasi dari dinas kesehatan setempat, dilanjutkan kepada puskesmas keluarahan sei ulin b. Menentukan subyek penelitian yaitu lansia yang tinggal di kelurahan sei ulin banjarbaru dengan kriteria yang sudah ditentukan c. Seluruh populasi penelitian diberi penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan untuk memperoleh persetujuan. d. Mengumpulkan data dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui e. Menganalisis data yang telah terkumpul 3.6 Analisis Data Data yang telah diperoleh peneliti dari kuesioner yang telah dijawab oleh responden kemudian dikelompokkan menggunakan tabulasi (faktor dominan, antara faktor fisik, faktor psikologis, faktor sosial, dan faktor lingkungan terhadap kualitas hidup lanjut usia) dan dianalisis secara statistik yang sesuai dengan rancangan penelitian, yaitu uji regresi linier sederhana (pengaruh faktor fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan terhadap kualitas hidup lanjut usia) menggunakan estimasi toleransi sebesar 0,05 (d=0,05), derajat kemaknaan (level of significance) α= 0,05 dan level of confidence= 95%. Keeratan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dapat dijelaskan dengan menggunakan nilai r. Nilai r merupakan multiple coefficient correlation. Nilai r berkisar antara -1 sampai 1. Jika nilai semakin mendekati -1 atau 1, menunjukkan hubungan

14 semakin kuat. Jika nilai semakin mendekati 0 (nol) menunjukkan hubungan semakin lemah. Sedangkan nilai r 2 (koefisien determinasi) menunjukkan seberapa besar keragaman variabel independen dapat menjelaskan keragaman variabel dependen. Nilai koefisien determinasi antara 0-1. Semakin mendekati 1 (100%) artinya model sangat baik karena semua keragaman variabel independen dapat menjelaskan keragaman variabel dependen. Seluruh pengolahan data statistik dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan Software Product and Service Solution 16. Selanjutnya membahas dan menyimpulkan berdasarkan hasil uji statistik tersebut.

15 DAFTAR PUSTAKA 1. Ariyanti, Rismaida Pariang. (2009). Dance/Movement Therapy dalam Kehidupan Sosial Lansia di Panti Werdha. http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabid=61&src=k&id=159535. Tanggal 11 April 2010. Jam 12.34 WIB 2. Bonomi, Amy E., dkk. (2000). Validation of The United States Version of The World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) Instrument. Journal of Clinical Epidemiology 53. Page: 1-2, 11 3. Brown, Jackie, dkk. (2004). Models of Quality of Life: A Taxonomy, Overview and Systematic Review of The Literatur. European Forum on Population Ageing Research. Page: 6, 8, 46 4. Brown, Roy I. (1997). Quality of Life for People with Disabilities second Edition: Models, Research and Practice. Cheltenham United Kingdom: Stanley Thornes (Publishers) Ltd. Page: 56, 60, 61 5. Elvinia. (2006). Quality of Life pada Lanjut Usia Studi Perbandingan pada Janda atau Duda Lansia Antara Yang Tinggal di Rumah Bersama Keluarga Dengan Yang Tinggal di Panti Werdha. Tesis Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Tidak dipublikasikan 6. Gureje, Oye, dkk. (2008). Determinant of Quality of Life of Elderly Nigerians: result from the Ibadan Study of Ageing. http://ukpmc.ac.uk/classic/articlerender.cgi?accid=pmc2820711. Tanggal 23 Mei 2010. Jam 10.23 WIB 7. Hamid, A. Y, (2000). Aspek Spiritual dalam Keperawatan. Jakarta: Widya Medika. Hal: 2 8. Hoyer, William J., Paul A. Roodin. (2003). Adult Development and Aging, 5th edition. New York: Mc Graw and Hill 9. Hurlock, E. B. (2002). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima (Terjemahan). Jakarta: Erlangga. Hal: 10, 381, 386-402, 397, 398 10. Hwang, Hei-Fen. (2003). Suitability of The WHOQOL-BREF For Community-Dwelling Older People In Taiwan. Journal of Age and Ageing Vol.32. Page: 595 11. Marniyah. (2007). Pengaruh Senam Yoga Terhadap Peningkatan Kebugaran Pada Lansia di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya. Skripsi Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Tidak dipublikasikan 12. Nenk. (2010). Masalah Kesehatan Jiwa pada Lanjut Usia. http://www.epsikologi.com/epsi/lanjutusia_detail.asp?id=182. Tanggal 14 April 2010. Jam 20.43 WIB 13. Notoatmodjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 102-106, 110 14. Nugroho, (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC. Hal: 1 15. Nuran. (2009). Quality of Life of Elderly People Aged 65 Years and Over Living at Home in Sivas, Turkey. Turkish Journal of Geratrics. Page: 182

16 16. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Hal: 97, 98 17. Rapley, Mark. (2003). Quality of Life Research: a critical introduction. London: Sage Publications. Page: 53, 54, 92-94, 180-181, 235, 236, 238-242, 244-248 18. Ratna. (2008). Pengaruh Faktor-Faktor Kesehatan, Ekonomi, dan Hubungan Sosial Terhadap Kemandirian Orang Lanjut Usia. http://www.damandiri.or.id/file/ratnasuhartiniunairbab1.pdf. Tanggal 21 April 2010. Jam 09.08 WIB 19. Renwick, R., dan Brown, I. (1996). Quality of Life in Health Promotion and Rehabilitation. California: Sage Publication, Inc. Page: 6, 295 20. Renwick, R., dan Brown, I. (2000). Quality of Life Model. http://www.utoronto.ca/qol/profile/adultversion.htm. Tanggal 25 April 2010. Jam 15.06 WIB 21. Renwick, R., dan Brown, I. (2000). Quality of Life Concepts. http://www.utoronto.ca/qol/profile/adultversion.htm. Tanggal 5 Mei 2010. Jam 20.35 WIB 22. Risdianto. (2009). Hubungan Dukungan Sosial dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia di Desa Kembang Kuning Cepogo Boyolali. Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tidak dipublikasikan 23. Rusilanti dan Clara M. Kusharto. (2006). Model Hubungan Aspek Psikososial dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Lansia. Jurnal Gizi dan Pangan. Hal: 29 24. Santrock, John W. (2002). Life Span Develiopment: Perkembangan Masa Hidup. Jilid 2 Edisi Kelima (terjemahan). Jakarta: Erlangga. Hal: 220 25. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Hal:140-142, 149-153 26. Syamsuddin. (2008). Mencapai Optimum Aging pada Lansia. http://www.depsos.go.id/modules.php?name=news&file=print&sid=797. Tanggal 11 April 2010. Jam 12.26 WIB 27. Titisari Raharjo. 2008. Hubungan Dukungan Sosial dengan Kualitas Hidup pada Lanjut Usia. Skripsi Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga. Tidak dipublikasikan 28. World Health Organization. (2010). WHO Quality of Life-BREF (WHOQOL- BREF). http://www.who.int/substance_abuse/research_tools/whoqolbref/en/. Tanggal 31 Mei 2010. Jam 23.58 WIB 29. World Health Organization. (2004). The World Health Organization Quality of Life (WHOQOL)-BREF. http://www.who.int/substance_abuse/research_tools/en/indonesian_whoqol.p df. Tanggal 31 Mei 2010. Jam 15.04 WIB 30. Yanta Mahareza. (2008). Perbedaan Kualitas Hidup Lanjut Usia yang Tinggal di Panti Werdha dan yang Tinggal Bersama Keluarga. Skripsi Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga. Tidak dipublikasikan

17