BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizki Panji Ramadana, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya. Segala bentuk kebiasaan yang terjadi pada proses belajar harus. terhadap kemajuan dalam bidang pendidikan mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga

2015 UPAYA GURU D ALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena

BAB I PENDAHULUAN. kuat, dalam bentuk landasar filosofis, landasan yuridis dan landasan empiris.

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk memperoleh pelayanan pendidikan. Hak untuk. termasuk anak yang memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus.

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. itu secara total maupun sebagian (low vision). Tunanetra berhak untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik yang

BAB I PENDAHULUAN. inklusif menjamin akses dan kualitas. Satu tujuan utama inklusif adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya pendidikan tersebut, lebih lanjut diuraikan dalam Undang- Undang Pendidikan Nomor 20 tahun 2003, Pasal 5 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BAB I PENDAHULUAN. harus dapat merasakan upaya pemerintah ini, dengan tidak memandang

BAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Hani Widiyanty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. siswanya menjadi lebih kritis dan kreatif. Pendidikan merupakan wadah untuk berlatih, berkreasi, mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan 9 tahun. Anak-anak yang bersekolah di tingkat Sekolah Dasar (dan

BAB I PENDAHULUAN. anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abdul Majid (2011:78) menjelaskan sabda Rasulullah SAW.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana yang dalam prosesnya akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang telah merubah peradaban manusia, menjadikan manusia menjadi. berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SUMIYATUN SDN Ketami 1 Kec. Pesantren Kota Kediri

BAB I PENDAHULUAN., karena dengan bekal pendidikan khususnya pendidikan formal diharapkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari kegiatan proses belajar mengajar. Keberhasilan dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu ;

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

meningkatkan hasil belajar. Pengertian belajar itu sendiri menurut Morgan

I. PENDAHULUAN. Proses hidup manusia adalah proses berkembang, manusia akan terus

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas

A. Perspektif Historis

BAB I PENDAHULUAN. Atas studi pendahuluan yang dilaksanakan bersamaan Program Latihan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

Tim Pengembang Model Bahan Ajar SDLB Tunarungu. : Dra. Diah Harianti, M.Psi. : Drs. NS Vijaya, KN, MA.

BAB I PENDAHULUAN. mungkin dan berlangsung seumur hidup menjadi tanggung jawab keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. Sejumlah pengalaman yang. dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan peserta didik.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan temuan penelitian dan analisis hasil penelitian tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bukan hanya berfungsi sebagai alat dalam menyampaikan kebudayaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. keahlian dimana program keahlian yang dilaksanakan di SMK disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Pertama Negeri (SMPN) inklusif di Kota Yogyakarta, tema ini penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

warga negara yang memiliki kekhususan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikannya. Salah satu usaha yang tepat dalam upaya pemenuhan kebutuhan khusus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian, minat, dan kemampuan dalam belajar. Segala yang ia lihat, ia

BAB I PENDAHULUAN. besar siswa sehingga, sebagian siswa menghindari pelajaran ini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. untuk membelajarkan siswa. Kemampuan pengelolaan guru sangat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hak dasar bagi setiap Warga Negara Indonesia, tak terkecuali bagi anak berkebutuhan khusus. Semua anak berhak mendapatkan pendidikan. Pendidikan menjadi satu modal bagi seseorang agar dapat berhasil dan mampu meraih kesuksesan dalam kehidupannya. mengingat akan pentingnya pendidikan, maka pemerintah pun mencanangkan program wajib belajar 9 tahun dan melakukan perubahan kurikulum yang mampu mengakomodasi kebutuhan siswa. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 5 mengemukakan bahwa: (1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. (2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. (3) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus. (4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. (5) Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. Anak berkebutuhan khusus memiliki hak yang sama dengan anak pada umumnya untuk memperoleh pendidikan. Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa disebut pendidikan khusus, seperti dijelaskan pada Pasal 32 ayat (1) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa : Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

2 Saat ini muncul perubahan mendasar dalam dunia pendidikan khusus di Indonesia. Perubahan tersebut lahirnya paradigma pendidikan inklusif yang sarat dengan muatan kemanusiaan dan penegakan hak-hak asasi manusia. Perubahan ini sesuai dengan Penjelasan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 sebagai berikut. Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Penyelenggaraan pendidikan khusus secara inklusif yang selanjutnya disebut pendidikan inklusif menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa, Pasal 1 sebagai berikut. Pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus dididik bersama-sama dengan anak pada umumnya dalam setting pendidikan inklusif, bertujuan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat anak pada umumnya dan anak berkebutuhan khusus yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas. Implementasi pendidikan inklusif di Provinsi Jawa Barat berimplikasi terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah regular, antara lain sekolah harus lebih terbuka, ramah terhadap anak, dan tidak diskriminatif. Oleh karena itu, setiap anak berkebutuhan khusus pendidikan dalam setting pendidikan inklusif. termasuk anak tunarungu berhak mendapatkan Anak tunarungu memiliki hambatan perkembangan dan hambatan belajar, hambatan tersebut diakibatkan karena ketidak berfungsiannya alat

3 pendengaran, maka berpengaruh dalam penerimaan informasi, lambatnya anak berbahasa, kosa kata anak yang kurang dan lain-lain. sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan yang bersifat khusus.. Anak tunarungu merupakan anak yang mengalami hambatan perkembangan bahasa dan komunikasi, ini disebabkan karena kurangnya stimulus sejak dini yang dapat ditangkap oleh anak, ketidak mampuan anak untuk menerima informasi yaitu berupa suara, ini berdampak pada lambatnya perkembagan bahasa dan komunikasinya sehingga berdampak juga pada perkembangan yang lainnya seperti perkembangan sosial, kognitif dan lainlain. Didalam pembelajarannya tentunya anak tunarungu membutuhkan beberapa modifikasi untuk menunjang kelancaran belajarnya. Anak tunarungu yang bersekolah di sekolah inklusif tentunya akan menemui beberapa permasalahan, baik dari aspek bahasa, komunikasi, penerimaan informasi dari guru dan temannya. Persoalan tersebut bisa diakibatkan karena beberapa hal, bisa dari ketidaktahuan pendidik tentang bagaimana cara pembelajaran anak tunarungu, penyedian media pembelajaran dan alat peraga yang tidak sesuai dengan kebutuhan anak, penyampaian materi yang tidak menggunakan metode yang sesuai dengan isi materi dan situasi peserta didik. Untuk itu diperlukan beberapa penyesuaian untuk pembelajaran anak tunarungu, baik dalam penyesuaian isi, penyesuaian cara dan penyesuaian evaluasi. Dalam pembelajarannya diperlukan pendekatan yang dapat merangsang motivasi dan stimulus anak untuk belajar. Kegiatan pembelajaran dalam setting inklusif harus berpusat kepada anak (child centered), anak harus aktif belajar (active learning). Maka seyogyanyalah kegiatan pembelajaran menjadi fokus utama untuk terus menerus ditingkatkan kualitasnya. Untuk itu pendekatan pembelajaran PAIKEM harus dilaksanakan di dalam setting pendidikan inklusif. PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Dalam PAIKEM digunakan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran berbasis

4 kompetensi adalah pembelajaran yang dilakukan dengan orientasi pencapaian kompetensi peserta didik. Kegiatan pembelajaran dalam setting pendidikan inklusif harus aktif. Aktif dimaksudkan bahwa dalam kegiatan pembelajarannya guru perlu menciptakan suasana sedemikian rupa, guru tidak hanya berdiri didepan, dan kemudian menceramahi para siswa. Jika suasana yang tercipta kondusif, siswa dapat lebih aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan pendapat. Anak tidak menjadi pasif ketika berada dalam kelas. Peran aktif dari siswa amat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Inovatif, Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan. Learning is fun merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas, anak dapat lebih leluasa ketika sedang mengerjakan tugas dan anak tidak cepat merasa ketika sedang belajar. Selain pembelajaran harus aktif dan inovatif pembelajaran pun harus kreatif, efektif dan menyenangkan. Kreatif, dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam, tidak hanya menggunakan satu metode pembelajaran saja, sehingga memenuhi berbagai tingkat kompetensi siswa dan kelainan siswa. Efektif, dalam pembelajarannya guru harus sedemikian rupa menyampaikan materi seefektif mungkin. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Menyenangkan, adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan, anak dpat lebih nyaman dan aman, sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi, Pembelajaran berbasis PAIKEM membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis merupakan kemampuan siswa yang dapat memecahkan masalah, menarik keputusan terhadap satu permasalahan, kecakapan nalar secara teratur,

5 kecakapan sistematis dalam menilai, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian, ketajaman pemahaman dalam mengembangkan sesuatu. Kemampuan memecahkan masalah merupakan berpikir tingkat tinggi. Disini dibutuhkan dorangan dan motivasi dari guru yang terus menerus, agar siswa dapat lebih termotivasi dalam pembelajarannya. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan mengetahui lebih dalam lagi mengenai bagaimana pembelajaran bagi anak tunarungu melalui pendekatan pembelajaran PAIKEM di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif. Peneliti ingin mengangkat judul Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Pendekatan PAIKEM Bagi Anak Tunarungu di Kelas V Sekolah Dasar Dewi Sartika Kota Bandung (Studi Deskriptif Tentang Pembelajaran Anak Tunarungu Melalui Pendekatan PAIKEM ). B. Fokus Masalah Fokus dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana pembelajaran bagi anak tunarungu melalui pendekatan PAIKEM di kelas V sekolah dasar Dewi Sartika kota Bandung?. Setelah ditentukan fokus penelitian, selanjutnya dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan PAIKEM bagi anak tunarungu di kelas V Sekolah Dasar Dewi Sartika Kota Bandung? 2. Bagaimana pelaksanaan PAIKEM bagi anak tunarungu di kelas V Sekolah Dasar Dewi Sartika Kota Bandung? 3. Hal-hal apa saja yang mendukung dalam proses PAIKEM bagi anak tunarungu di kelas V Sekolah Dasar Dewi Sartika Kota Bandung? 4. Hambatan apa saja yang dihadapi guru dalam proses PAIKEM bagi anak tunarungu di kelas V Sekolah Dasar Dewi Sartika Kota Bandung?

6 5. Bagaimana upaya guru dalam mengatasi hambatan proses PAIKEM bagi anak tunarungu di kelas V Sekolah Dasar Dewi Sartika Kota Bandung? 6. Bagaimanakah hasil PAIKEM bagi anak tunarungu di kelas V Sekolah Dasar Dewi Sartika Kota Bandung? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian a. Tujuan umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai Pelaksanaan Pembelajaran Bagi Anak Tunarungu Melalui Pendekatan PAIKEM di Kelas V Sekolah Dasar Dewi Sartika Kota Bandung. b. Tujuan khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui perencanaan PAIKEM bagi anak tunarungu di Kelas V Sekolah Dasar Dewi Sartika Kota Bandung? 2. Mengetahui pelaksanaan PAIKEM bagi anak tunarungu di Kelas V Sekolah Dasar Dewi Sartika Kota Bandung? 3. Mengetahui hal-hal apa saja yang mendukung dalam proses PAIKEM bagi anak tunarungu di Kelas V Sekolah Dasar Dewi Sartika Kota Bandung? 4. Mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi guru dalam proses PAIKEM bagi anak tunarungu di Kelas V Sekolah Dasar Dewi Sartika Kota Bandung? 5. Mengetahui upaya guru dalam mengatasi hambatan proses PAIKEM bagi anak tunarungu di Kelas V Sekolah Dasar Dewi Sartika Kota Bandung? 6. Mengetahui hasil PAIKEM bagi anak tunarungu di Kelas V Sekolah Dasar Dewi Sartika Kota Bandung?

7 2. Kegunaan penelitian a. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan sebagai suatu pengembangan ilmu yang dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi ilmu pendidikan, khususnya pendidikan khusus. b. Kegunaan Praktis Secara praktis diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan sabagai salah satu panduan dalam mengoptimalkan pendekatan PAIKEM bagi anak tunarungu di Kelas V Sekolah Dasar Dewi Sartika Kota Bandung.

8