BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN INTERKASI SOSIAL ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLBN-A CITEUREUP

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lastarina Andanawari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniarsih, 2014 Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan anak yang berbeda-beda. Begitu pula dengan pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

menyebabkan perkembangan otaknya terhambat, sehingga anak mengalami kurang dapat mengendalikan emosinya.

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena itu mereka termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (Miller, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial. Sebagai makhluk individu ia memiliki sifat dan ciri-ciri yang

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pertama. Sekolah juga sebagai salah satu lingkungan sosial. bagi anak yang dibawanya sejak lahir.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Manusia menurut kodratnya merupakan makhluk sosial yang

DESKRIPSI PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/MAK, atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Noviana Martiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI JURUSAN IPS SMA PGRI 2 KAYEN TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.

2015 UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBANTU PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA, IKLIMSEKOLAH, DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Periode emas atau yang lebih dikenal dengan golden age adalah masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam membantu peserta didik agar mampu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan upaya yang lebih sinerji, memadai, terpadu dan berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. relasi antar individu yang kompleks Selain para penjual dan pembeli yang

BAB I PENDAHULUAN. Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. mencetak generasi penerus bangsa. Apabila output dari proses pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. usia kanak-kanak mulai dari 0-6 tahun adalah masa the golden age atau masa usia. sehingga potensi yang dimilikinya semakin terasah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehadiran anak umumnya merupakan hal yang dinanti-nantikan

BAB I PENDAHULUAN. satu sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam UU No.20 Tahun tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk

BAB I PENDAHULULUAN. di masyarakat terhambat. Seseorang dikatakan mengalami ketunadaksaan apabila

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern pada era globalisasi menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, dalam kesehariannya senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh suatu tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. IPA atau sains merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang alam

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan produktivitas siswa dan memperoleh prestasi yang lebih baik bila

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah TUTI FARHAN, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Nurul Fahmi,2014 EFEKTIVITAS PERMAINAN KELOMPOK UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA

BAB I PENDAHULUAN. yang begitu bahagia dan ceria tanpa lagi ada kesepian. dengan sempurna. Namun kenyataannya berkata lain, tidak semua anak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. yang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan secara

BAB I PENDAHULUAN. yang dijelaskan dalam Undang Undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu unsur sosial yang paling awal mendapat dampak dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bentuk evaluasi yang sering di laksanakan oleh guru di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kemampuan bersaing dengan orang lain dan bangsa lain. Dengan kita

BAB I PENDAHULUAN. untuk menuntut ilmu, tetapi juga untuk mencari teman, dari berteman itulah maka

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. Anak autis merupakan salah satu anak luar biasa atau anak berkebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sejak awal kehidupannya, manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya. Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, di saat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah dan kasih sayang. Hubungan sosial (sosialisasi) ialah proses yang membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berfikir kelompoknya, agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya (Susanto 1983:12). Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas,yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks. Dari pendapat tersebut dapat dimengerti bahwa semakin bertambah usia anak maka semakin kompleks perkembangan sosialnya, dalam arti mereka semakin membutuhkan orang lain. Tidak dipungkiri lagi bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan mampu hidup sendiri, mereka butuh interaksi dengan manusia lainnya, interaksi sosial merupakan kebutuhan kodrati yang dimiliki oleh manusia. Kebutuhan tersebut pun tentu dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus, seperti anak cerebral palsy. Anak cerebral palsy merupakan salah satu anak berkebutuhan khusus yang termasuk dalam kategori anak tunadaksa atau dikenal juga dengan anak yang mengalami hambatan motorik. Anak cerebral palsy dalam kehidupan sehari-hari terkadang tidak hanya mengalami hambatan dalam kondisi fisik yang 1

disandangnya, namun juga cenderung mengalami masalah dalam melakukan interaksi dan penyesuaian diri di tengah-tengah lingkungannya. Pada usia sekolah, masa-masa perkembangan anak cerebral palsy tidak selalu sama dengan anak pada umumnya. Anak cerebral palsy juga memiliki kesempatan yang sama untuk menjalani kehidupan bersama orang lain, seperti dengan guru dan teman yang seusia dengannya. Anak pada umumnya akan memiliki kemampuan penyesuaian diri yang baik. Kemampuan penyesuaian diri yang baik juga banyak dipengaruhi oleh lingkungan yang menerima keberadaan mereka sebagai individu yang hidup di lingkungan sosial. Qadarsih,L (2012) menyatakan bahwa untuk mencapai kematangan sosial, anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya, baik orangtua, saudara, teman sebaya ataupun orang dewasa lain. Penyesuaian dapat diartikan sebagai adaptasi, pertahanan eksistensi, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan sesuai tuntutan sosial. Surya (1985: 16) menyatakan bahwa penyesuaian diri dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu : a. kondisi jasmaniah, yang meliputi pembawaan susunan jasmaniah, kelenjar otot, dan kesehatan. b. perkembangan, kematangan dan penyesuaian diri yang meliputi perkembangan dan kematangan sosial moral dan emosional. c. penentu psikologis yang meliputi pengalaman belajar, kebiasaan determinasi diri, frustasi dan konflik. d. kondisi lingkungan yang meliputi lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. e. faktor budaya dan agama. Dari pendapat tersebut, dapat dilihat bahwa kondisi jasmaniah seseorang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri. Hal ini pun dialami oleh seluruh anak termasuk anak cerebral palsy. Hambatan motorik yang dialami oleh anak cerebral palsy memberikan dampak pada kurangnya kepercayaan diri yang menyebabkan munculnya konsep diri negatif dalam diri anak. Konsep diri yang negatif ini ditunjukkan oleh sikap menutup diri, tidak mau bergaul, serta berbagai sikap negatif lainnya. Banyak anak cerebral palsy yang mengalami kesulitan untuk bersosialisasi dengan teman seusianya, karena merasa kurang percaya diri dengan kondisi yang dialaminya. Namun, dengan kehadiran 2

sekolah penyelenggara pendidikan inklusif, memberikan kesempatan bagi anak berkebutuhan khusus, termasuk anak cerebral palsy untuk memperoleh pendidikan yang layak sesuai dengan haknya serta belajar menyesuaikan dirinya dengan tuntutan yang ada di lingkungan sosialnya. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bukan hanya memberikan bimbingan dalam pembelajaran, namun juga dapat menjadi salah satu tempat untuk mengembangkan potensi anak, baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, emosi, maupun sosial. Lingkungan sekolah haruslah menciptakan budaya yang tidak menganggap bahwa anak berkebutuhan khusus tidak mungkin dan tidak akan pernah dapat berdiri sendiri tanpa pertolongan orang lain. Budaya sekolah haruslah menciptakan suasana yang mampu saling menerima satu sama lain di ditengah-tengah lingkungan sosial. Namun pada kenyataan nya, masih banyak hal yang belum terealisasi sesuai dengan yang diharapkan. Sekolah, penyelenggara pendidikan inklusif dengan berbagai kebijakan di dalamnya, belum mampu memberikan kemajuan yang sesuai dengan harapan orangtua tanpa adanya keinginan dari diri anak cerebral palsy tersebut untuk mau menyesuaikan dirinya dengan berbagai tuntutan yang ada di lingkungan sosialnya. Berdasarkan hasil observasi serta pengamatan di SDN Tunas Harapan Bandung, diantara 37 anak berkebutuhan khusus yang bersekolah disana, terdapat seorang anak cerebral palsy di kelas tiga berusia sembilan tahun mengalami hambatan dalam aspek sosial, terutama dalam hal penyesuaian diri. Perilaku seperti menarik diri, jarang berkomunikasi dengan teman sekelasnya, terlihat takut untuk mengenal orang yang baru dikenalnya serta terlalu bergantung dengan keberadaan guru pendamping. Perilaku seperti itu semakin tampak jelas, saat anak lebih sering berkomunikasi dengan guru pendamping kelas daripada dengan teman-teman sekelasnya. Semenjak kelas tiga, anak tersebut belajar pada dua kondisi berbeda. Saat sekolah pagi, anak belajar di ruang bimbingan, sedangkan saat sekolah siang, anak belajar bersama dengan teman-teman sekelasnya. Hal ini disebabkan oleh penempatan kelas, saat sekolah pagi yang terdapat di lantai 2. Dampak dari penempatan kelas tersebut berpengaruh cukup besar terhadap aspek 3

sosial dalam diri anak. Ini dapat dilihat dari sikap tertutup yang ditunjukkan oleh anak terhadap teman sebayanya. Penyesuaian diri memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Karena manusia sejak lahir telah dihadapkan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk selalu dapat melakukan penyesuaian dimanapun manusia berada. Kegagalan penyesuaian diri akan memberikan dampak bukan hanya pada saat kegagalan tersebut terjadi, namun juga akan menjadi salah satu pemicu kegagalan penyesuaian diri di masa selanjutnya. Sehingga permasalahan dalam penyesuaian diri perlu disikapi lebih lanjut. Terlebih jika hal tersebut dialami oleh anak cerebral palsy yang masih pada usia perkembangan sekolah. Sehingga anak cerebral palsy memiliki tuntutan yang sama untuk dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekitarnya, baik itu di rumah, sekolah, ataupun lingkungan sosial lainnya. Berbagai hal yang dialami oleh anak cerebral palsy saat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, akan menjadi satu hal menarik bagi berbagai pihak. Bagi pihak sekolah, saat anak cerebral palsy menyesuaikan dirinya, akan ada beberapa hal positif serta negatif yang dialaminya selama berada di sekolah. Hal tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk sekolah dalam memberikan pelayanan bagi anak berkebutuhan khusus, termasuk anak cerebral palsy. Bagi pihak keluarga, dalam hal ini orangtua, akan menjadi satu informasi baru mengenai kemampuan anak dalam menyesuaikan diri di lingkungan sosial. Apabila di dalamnya terdapat kekurangan, maka pihak keluarga dapat mengetahui mengapa hal tersebut dapat terjadi. Dari berbagai kondisi tersebut, peneliti memiliki ketertarikan untuk banyak mengkaji bagaimana anak tersebut menyesuaikan diri di lingkungan sekolah. Hal ini disebabkan agar dapat terlihat, saat anak menyesuaikan dirinya di dalam kelas yaitu dalam situasi pembelajaran, serta saat anak menyesuaikan dirinya di luar situasi pembelajaran. Selain itu, untuk dijadikan perbandingan, peneliti pun akan meneliti penyesuaian diri anak cerebral palsy di rumah. 4

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, peneliti melakukan penelitian dengan judul KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI ANAK CEREBRAL PALSY DI SDN TUNAS HARAPAN. B. Fokus Penelitian Fokus masalah dalam penelitian ini yaitu : Kemampuan Penyesuaian diri anak cerebral palsy di SDN Tunas Harapan Selanjutnya, fokus masalah tersebut dirinci ke dalam beberapa pertanyaan penelitian, yaitu sebagai berikut : 1) Bagaimanakah penyesuaian diri anak cerebral palsy di dalam kegiatan pembelajaran SDN Tunas Harapan Bandung? 2) Bagaimanakah penyesuaian diri anak cerebral palsy di luar situasi pembelajaran SDN Tunas Harapan Bandung? 3) Bagaimanakah penyesuaian diri anak cerebral palsy di rumah? 4) Apa saja hambatan yang dialami anak cerebral palsy dalam proses penyesuaian diri di SDN Tunas Harapan Bandung? 5) Bagaimanakah upaya dalam mengatasi hambatan yang dialami selama proses penyesuaian diri anak cerebral palsy di SDN Tunas Harapan? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian tentang penyesuaian diri anak cerebral palsy di SDN Tunas Harapan ini terbagi atas tujuan umum dan tujuan khusus. a) Tujuan umum Tujuan penelitian secara umum adalah untuk mengetahui lebih lanjut dan memperoleh informasi dalam mengetahui sejauh mana anak dapat menyesuaikan dirinya di dalam situasi pembelajaran, di luar situasi pembelajaran serta di rumah. b) Tujuan khusus 5

1) Mengetahui penyesuaian diri anak cerebral palsy saat berada di dalam kegiatan pembelajaran SDN Tunas Harapan Bandung. 2) Mengetahui penyesuaian diri anak cerebral palsy saat berada diluar kegiatan pembelajaran SDN Tunas Harapan Bandung. 3) Mengetahui penyesuaian diri anak cerebral palsy saat berada di rumah. 4) Menganalisis hambatan atau kesulitan apa saja yang dihadapi oleh anak cerebral palsy dalam proses penyesuaian diri di SDN Tunas Harapan Bandung. 5) Mengetahui upaya-upaya dalam mengatasi hambatan yang dialami oleh anak cerebral palsy selama proses penyesuaian diri di SDN Tunas Harapan Bandung. D. Kegunaan Penelitian Keberhasilan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis : 1) Sebagai karya ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan bagi lembaga pendidikan khusus. 2) Untuk menambah wawasan dan pemahaman mengenai permasalahan penyesuaian diri anak cerebral palsy di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif, khususnya di SDN Tunas Harapan Bandung. b. Manfaat Praktis : 1) Bagi Penulis Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan pemahaman mengenai penyesuaian diri anak cerebral palsy di SDN Tunas Harapan Bandung. 2) Bagi Guru Untuk menambah wawasan dan juga masukan dalam meningkatkan kinerja guru dalam memahami kepentingan aspek sosial dalam diri 6

anak-anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di SDN Tunas Harapan Bandung. 3) Bagi Orang tua Sebagai referensi untuk menambah pengetahuan, wawasan dan pemahaman tentang pentingnya kemampuan penyesuaian diri dalam diri anak berkebutuhan khusus, termasuk anak cerebral palsy. 4) Bagi Sekolah Sebagai pertimbangan untuk memperhatikan pelayanan dan fasilitas umum di sekolah untuk memfasilitasi kemampuan penyesuaian diri anak berkebutuhan khusus, termasuk anak cerebral palsy. E. Struktur Organisasi Skripsi Dalam penulisan skripsi ini struktur organisasi yang digunakan terdiri dari lima bab, yaitu : 1) Bab I Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. 2) Bab II Kajian Teoritis. 3) Bab III Metode penelitian berisi penjabaran yang dirinci mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen di dalamnya, yaitu : Lokasi dan subyek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian, pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data. 4) Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan terdiri daru dua hal utama yaitu : pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, dan pembahasan dan analisis temuan. 5) Bab V Kesimpulan dan rekomendasi. 7