KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

dokumen-dokumen yang mirip
KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL. JUDUL KARYA : Sunset. PENCIPTA : Alit Kumala Dewi, S.Sn.,M.Ds

tersebut antara lain: garis, bentuk, warna, komposisi, kedalaman, keseimbangan, kesatuan/ keutuhan, kontras, dan fokus perhatian (focus of interest).

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN. PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perahu adalah salah satu alat transportasi bagi manusia yang berada di

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition

Esensial Tip Memotret Foto dengan Tablet

W, 2015 #INSTAMOMENT KARYA CIPTA FOTOGRAFI MENGGUNAKAN MEDIA SMARTPHONE ANDROID DENGAN APLIKASI INSTAGRAM

DESKRIPSI KARYA FOTOGRAFI DESCENDANT S SPIRIT NI KADEK DWIYANI, S.S., M.HUM

I. PENDAHULUAN. Dunia fotografi sangatlah luas, perkembangannya juga sangat pesat. Di

Karya Seni. Judul karya : Ngéntung Pajéng. PENCIPTA : Ida Bagus Candra Yana S.Sn.,M.Sn. PAMERAN "Festival Fotografi Surabaya" Ciputra, Surabaya 2015.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Teknik Dasar Fotografi. Daniar Wikan Setyanto, M.Sn

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan dapat terekam dan terus terkenang. Di era kemajuan

BAB V PENUTUP. fotografi pada akhirnya semakin luas peranannya di semua disiplin Ilmu

Rest AREA Perupa Membaca Indonesia

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

HARMONI ALAM. (Karya Fotografi)

2014 SENI FOTOGRAFI BODY PAINTING DENGAN TEKNIK PENCAHAYAAN ULTRAVIOLET

Komposisi dalam Fotografi

JUDUL KARYA: NAGA SESA Di pamerkan di Museum Puri Lukisan Ubud tanggal 7-25 Oktober 2010

DESKRIPSI KARYA FOTOGRAFI CHILD IN YELLOW WITH WATERMELON

INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

APA ITU FOTOGRAFI menurut Evin Global

BAB V PENUTUP. Kondisi trotoar di Kota Yogyakarta tidak difungsikan dengan baik. Jalur

FOTOGRAFI TAK LAGI SEKADAR ALAT DOKUMENTASI

PERJUANGAN ANAK-ANAK SEKOLAH DASAR DI TANAH ARON DALAM KARYA FOTOGRAFI DOKUMENTER

BAB V PENUTUP. kreatif dalam melihat benda-benda vintage baik secara fungsi dan estetikanya.

BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prio Rionggo, 2014 Proses Penciptaan Desain Poster Dengan Tema Bandung Heritage

INSTITUT SENI INDONESIA

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: VILLA LALU PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si PAMERAN. International exhibition ISACFA

DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (kriya Seni): Predator. Pencipta I Made Sumantra, S.Sn, M.Sn

BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA. memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa

BERINGIN GROUP. Learn, Share and Profit HUMAN INTEREST. A. Pendahuluan

PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA BAB V PENUTUP. Melakukan aktivitas berkesenian sudah selayaknya terkait dengan hal

Foto landscape natural lebih menampakkan tempat apa adanya tanpa adanya perubahan maupun imajinasi yang aneh bagi mata manusia.

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Naga Banda PENCIPTA : Ni Ketut Rini Astuti, S.Sn., M.Sn PAMERAN

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang ada di sekitar kita tidaklah sesusah zaman dahulu. Hal

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

IMPIAN FOTOGRAFER PEMULA

Proses kreatif fotografi dengan teknik fill in flash pada brand Dirty Dumb

KONSEP KARYA MONUMENTAL JUDUL KARYA: OLD MASK. PENCIPTA: A. A. GDE BAGUS UDAYANA, S.Sn., M.Si

BAB IV ANALISIS DATA. bersamaan dengan pengumpulan data pada penelitian ini. pengamatan lapangan yang sudah direduksi dan di buat kategori-kategorinya

GALLERY PHOTOGRAPHY IN YOGYAKARTA

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan Penciptaan karya seni Representasi Bunga dalam Fotografi Ekspresi

BAB I PENDAHULUAN. pengorbanan yang telah diberikan baik dari jiwa dan raga. membawa ilmu fotografi melalui sekolah-sekolahyang didirikan Belanda.

EKSPLORASI KEHIDUPAN DALAM SENI LUKIS A.A. NGURAH PARAMARTHA

DESKRIPSI KARYA MONUMENTAL SENI PATUNG

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

Basic Photography. Setting & Composition PART II

BAB I PENDAHULUAN. memang sudah umum dilakukan oleh semua orang. Hal ini dilakukan agar

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat cepat. Begitu pula dengan gaya hidup masyarakat yang juga

LCC LP3I Balikpapan 20 Maret

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis

BAB V PENUTUP. Aplikasi Kaca Hitam pada Pemotretan Still Life Produk Perak HS Silver

BAB I PENDAHULUAN. Fotografi merupakan bahasa Yunani yang dikenalkan oleh Sir John Herschel pada tahun

COLOUR SPLASH UNTUK MODEL PEREMPUAN DALAM FOTOGRAFI EKSPRESI

BAB 2 DATA DAN ANALISA

Fungsi Produk Seni Kerajinan Ukir Kayu Guwang

BAB V KESIMPULAN. membuat karya ini juga sangat sederhana. karakter yang diharapkan dapat terlihat dari foto tersebut.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

SEKILAS TENTANG PHOTOGRAPHY

concept&creation Tips Jitu Memotret Hanya Dengan Kamera Ponsel. SUMBER Tips Jitu Memotret Hanya Dengan Kamera Ponsel

DESKRIPSI KARYA KRIYA PRODUK BASKOM KAYU

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: ENERJIK. PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn

PERTEMUAN I FOTOGRAFI dan ILMU KOMUNIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan perkembangan zaman dan teknologi, dampak fotografi

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berbagai busana tari Bali dalam hal ini dapat di kembangkan dengan berbagai

BAB V PENUTUP. biasa yang hanya berisi gambar-gambar masa lalu yang pernah dibuat. Lewat arsip

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bentuk kesenian keramik sampai saat ini. 1. Menurut The Concise Colombia Encyclopedia (1995) kata keramik berasal

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

Tips Dasar Black & White Photography

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FOTO PREWEDDING DENGAN KONSEP LEVITASI DALAM FOTOGRAFI KOMERSIAL

DISKRIPSI KARYA. Pameran Keragaman Seni Budaya Sebagai Pemersatu Bangsa Judul Karya: Keharmonisan

BAB 5 PENUTUP. penuh sesak oleh bangunan dan pemukiman yang padat penduduk. Karakteristik yang kuat menunjukkan adanya urbanfitness yang terjadi di

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

BAB I PENDAHULUAN. Seni grafis sudah jarang diminati, terutama yang masih menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Seni Fotografi Semarang. Ilham Abi Pradiptha Andreas Feininger, Photographer,

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

METODE PERANCANGAN. A. Orisinalitas

terhenti begitu saja karena adanya sebuah halangan. Saat halangan menjadi sebuah

Modul. SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA (SMKM-Atjeh) JURNALISTIK MEDIA ELEKTRONIK (FOTOGRAFI) 1 Kamaruddin Hasan 2

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS DI BIDANG FOTOGRAFI OLEH : ARTHA GILANG SAPUTRA

FOTOGRAFI MODEL SEBAGAI BAGIAN PROMOSI LEMBAGA PENDIDIKAN MODEL STUDIO MODEL SOLO

Transkripsi:

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Pelebon PENCIPTA : I Kadek Puriartha, S.Sn., M.Sn PAMERAN : Pameran Seni Rupa Truly Bagus II Harmony in Diversity Cullity Gallery, Faculty of Architecture, Landscape and Visual Arts The University of Western Australia, 22 September 5 Oktober 2012 FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2013

DESKRIPSI KARYA SENI FOTOGRAFI Pelebon Judul Karya Media Ukuran : Pelebon Tahun : 2012 : I Kadek Puriartha, S.Sn., M.Sn : Photo Paper : 60cm x 40cm Dipamerkan pada acara Pameran Seni Rupa Truly Bagus Harmony in Diversity, Cullity Gallery Faculty of Architecture, Landscape and Visual Arts The University of Western Australia 22 September 5 Oktober 2012 A. Pendahuluan Perkembangan fotografi yang pesat telah menjadikan fotografi sebagai angin segar bagi setiap kebutuhan manusia saat ini. Kehadiran kamera poket atau saku dan kamera ponsel berbagai merek kian terjangkau oleh masyarakat umum, dengan fasilitas yang canggih dan resolusi yang besar memberikan kemudahan-kemudahan bagi masyarakat awam terhadap fotografi. Kehadiran fotografi di kalangan masyarakat umum lebih bersifat kepada dokumentatif 1

atau mengabadikan momen atau peristiwa yang hadir dalam kehidupan manusia itu sendiri. Sebaliknya kehadiran fotografi di kalangan seniman foto lebih bersifat sebagai sarana pemenuhan akan hasrat berkesenian yang dapat mendatangkan kepuasan batin pemotretnya atau sarana pengungkapan ekspresi artistik penciptanya. Seni tidak dapat dinilai dari aspek teknis dan komersialnya saja. Ada aspek yang lebih esensial yang membuat suatu karya bisa digolongkan sebagai suatu ekspresi seni, yaitu aspek kreatif-eksploratif-estetik. Dalam urutan ini, aspek estetik dicapai bukan semata karena kelihaian dalam memanfaatkan aspek teknologi, karena adanya aspek kesengajaan dan keinginan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang lahir dari perenungan gagasan yang bersifat eksploratif. Dengan kata lain, perenungan eksploratif melahirkan gagasan untuk mencipta. Gagasan ini kemudian dicarikan bentuknya dengan memanfaatkan aspek teknologi. Jika teknologi yang ada belum memungkinkan untuk memberikan bentuk ekspresi bagi gagasan yang dimiliki oleh seorang seniman, maka seniman akan berusaha menggabungkan beberapa teknologi yang ada, atau memanfaatkan teknologi yang ada secara kreatif untuk mewujudkan gagasannya itu. Jadi aspek teknologi atau kesempurnaan teknis dalam hal ini tidak menjadi unsur utama, tapi hanya pendukung atau alat berkreasi. Fotografi secara nyata telah begitu luas mempengaruhi kehidupan manusia dengan berbagai nilai perkembangannya. Aspek yang terkandung di dalamnya meliputi beragam segi kehidupan baik itu yang menyangkut ilmu pengetahuan, teknologi, sosial, estetis, norma kehidupan, sampai pada nilai rohaniah dan kejiwaan (Soedjono, 2006: 20). Jadi pemanfaatan fotografi berhubungan dengan apa tujuan dan maksud dari si pemegang kamera. Pada mulanya kehadiran fotografi hanya sebatas instrumen perekam atau pemotretan berbagai objek dan peristiwa sejelas-jelasnya sesuai aslinya. Namun seiring perkembangan alat fotografi yang semakin bervariasi, maka berkembang pula pemahaman manusia akan hasil pemotretan yang lebih baik, lebih indah, unik, dan berbeda dari biasanya. B. Pembahasan Pelebon adalah upacara pembakaran jenazah bagi umat Hindu di Bali. Pelebon atau sering juga di sebut ngaben, merupakan kewajiban umat Hindu yang memiliki peran penting untuk menghormati leluhur agar mendapat tempat yang baik di alamnya dan kelangsungan hidup di masa mendatang. Sarana upacara Pelebon merupakan Naga Banda, Lembu, dan Bade. Naga Banda merupakan salah satu sarana upacara Pelebon yang dibuat untuk raja atau keluarganya. Selain Naga Banda, 2

sarana penting lainnya adalah Lembu. Lembu (patung lembu) adalah simbolisasi kesucian kasta Ksatria. Kasta Ksatria yang di dalamnya termasuk raja ini akan mengendarai lembu menuju nirwana. Sebuah bade tumpang solas atau tempat pengusung jenazah memang dibuat sesuai dengan status sosial si jenazah. Bila pada umumnya keluarga kerajaan non raja atau bangsawan biasa memakai bade bertingkat tujuh atau sembilan, rakyat strata terendah memakai bade bersusun hanya satu atau tiga, maka raja memiliki bade bersusun sebelas, yang juga mencerminkan jumlah tingkatan bade paling tinggi dalam strata sosial di Bali. Pelebon sendiri pada hakikatnya adalah pengembalian wujud manusia pada esensinya, yaitu lima elemen yang dikenal dengan Panca Maha Buta (tanah, udara, api, air, dan eter). Melalui media pembakaran, abu yang dihasilkan merepresentasikan tanah, uap dan asap yang dihasilkan adalah manifestasi udara, api yang menjilat jilat adalah amarah (keburukan) yang sirna, dan sisa tulang belulang yang dihaluskan dan dicampur dengan air merepresentasikan air.. Karya Pelebon ini menggambarkan suasana penggarakan bade ke tempat pembakaran mayat di Setra Dalem Puri Peliatan Ubud. Pengarakan bade ini menggunakan tenaga manusia yang melibatkan 14 Banjar yang ada di wilayah Ubud dan di arak secara estafet. Pengambilan gambar dengan Bird eyes view atau pengambilan dari atas bertujuan untuk memberikan kesan kedalaman dan suasana pengarakan bade terlihat secara real. Kesan kedalaman itu timbul dari adanya objek pembandiang antara bade, manusia, dan pohon. Arah pencahayaan dari samping menambah unsur dramartis dan bade menjulang tinggi menjadi point of interst dalam karya ini. Menggunakan white balance daylight memberikan eksposure yang tepat dan warna langit menjadi biru cerah. C. Penutup Dalam menangkap realitas yang ada, seorang fotografer tidaklah harus mengungkapkan apa adanya. Melalui pengamatan yang mendalam, fotografer dituntut untuk berolah kreasi dan menggali ruang-ruang imajiner atas peristiwa yang menjadi objek pemotretannya, yang nantinya dapat ia visualisasikan melalui bahasa ungkap tanda, ikon, simbol, dan sebagainya. Pemilihan objek yang tepat diikuti dengan pertimbangan estetik, kemudian divisualisasikan dengan memanfaatkan aspek teknologi kamera digital dan diproses melalui Adobe Photoshop pasca pengolah gambar, maka terciptalah karya foto yang nilai estetiknya tidak hanya terletak pada wujud penampilan subjeknya saja, namun juga dari makna yang terkandung secara mendalam pada penampilan keseluruhannya 3

D. Daftar Pustaka Soedjono, Soeprapto. (2006), Pot-Pourri Fotografi, Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta. E. Data Teknis Foto Kamera : Nikon D70s Shutter Speed : 1/125 s Aperture : f/5.6 ISO : 200 4