PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION ¹ ) Oleh. M. Fajar Maulana 2), Pargito 3), Darsono 4)

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN MODEL STAD

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SEMESTER 2 SD

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI PENGGUNAAN STRATEGI ACTIVE SHARING KNOWLEDGE 1. Oleh

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI PENGGUNAAN STRATEGI ACTIVE SHARING KNOWLEDGE 1. Oleh

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI BIAYA 1) Oleh

PEMBINAAN RASA NASIONALISME DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT)¹ ) Oleh

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN IPA DI SD

J. Pijar MIPA, Vol. X No.1, Maret 2015: ISSN (Cetak) ISSN (Online)

ABSTRAK. Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Script, Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa, Mata Pelajaran Geografi ABSTRACT

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION MATA PELAJARAN PKN SD KOTA TEBING TINGGI

Akhmad Suyono *) Dosen FKIP Universitas Islam Riau

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA

HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA MENGGUNAKAN MODEL TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION DAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT 1. Oleh

Implementasi Model Pembelajaran... (Iqbal Wahyu Perdana) 1

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT

THE APPLICATION OF ACTIVE LEARNING STRATEGY INSTANT ASSESSMENT

PEMANFAATAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA 1) Oleh

Fefti Asnia, Jejem Mujamil, M. Hadeli, L (Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sriwijaya)

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS

HURIYAH Program Studi Magister Pendidikan IPS Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SMP

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 BULUKUMBA

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. : SMP ISLAM TERPADU NURUL IMAN : Jl. Pesantren : Purworejo

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KEPADATAN POPULASI MANUSIA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI SMP ARTIKEL PENELITIAN OLEH

Department of Chemistry Education Faculty of Teacher and Education University of Riau

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS V SDN MEJING 2 MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS IIC SDN 91 PEKANBARU

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI USAHA MEMPERTAHANKAN REPUBLIK INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS LINGKUNGAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KANCING GEMERINCING UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN PRESTASI 1) Oleh

Mukarromah et al., Penerapan Model Pembelajaran...

Riwa Giyantra *) Armis, Putri Yuanita **) Kampus UR Jl. Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS DAN MIND MAPPING

Economic Education Analysis Journal

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

Amanda Defi Nuraini Sapir Dwi Wulandari. Abstract. Keywords: Quantum Learning, Mind Mapping, Think Pair Share, Results Learning.

PENERAPAN MODEL GI DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA X2 SMA NEGERI 4 SINGARAJA

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun. Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT. (Jurnal) Oleh. Ahmad Fatih Khakikudin

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

Jurusan Pedidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya Jl. Siliwangi No. 24 Kota Tasikmalaya )

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau

Reni Rasyita Sari Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

Darmawati, Imam Mahadi dan Ria Syafitri Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru ABSTRACT

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research), dimana

Oleh: Nanik Tri Sumarti 05667/2008

Oleh: Lusi Lismayeni Drs.Sakur Dra.Jalinus Pendidikan Matematika, Universitas Riau

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL GROUP INVESTIGATION DI SDN 05 PADANG PASIR KOTA PADANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 003 KOTO PERAMBAHAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA MELALUI PERAN TUTOR SEBAYA SISWA KELAS X.A SMA

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

PENERAPAN STRATEGI THE POWER OF TWO UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 9 PEKANBARU

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika

Kata kunci: aktivitas belajar, discovery learning, kreativitas belajar

PENERAPAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh NI KOMANG MEGASARI SARENGAT MUNCARNO

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Budaya

PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VA SD NEGERI 058 BALAI MAKAM DURI

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN IPA DENGAN METODE DEMONSTRASI BERBANTU MEDIA GAMBAR PADA KELAS IV SDN LOMPIO. Oleh.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA SDN KEBUN BUNGA 6 BANJARMASIN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DI SMP NEGERI 13 PONTIANAK

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian tindakan ( classroom action research) yang bersifat

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1

Fandi Ahmad* STKIP Pembangunan Indonesia, Makassar. Received 15 th May 2016 / Accepted 11 th July 2016 ABSTRAK

Abstrak. Kata Kunci : Metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS), aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa.

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE

III. METODE PENELITIAN. (Classroom Action Research). Menurut Suharsimi Arikunto penelitian tindakan

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh

I. PENDAHULUAN. SMA Negeri 12 Bandar Lampung terletak di jalan H. Endro Suratmin

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EKONOMI POKOK BAHASAN KETENAGAKERJAAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Susilawati, Suarman, Rina Selva Johan . ( ),

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III

Model Pembelajaran kooperatif dengan tipe Group Investigation ini masih. asing bagi siswa kelas XI 6 Program Keahlian Multi Media SMK Kristen BM

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DI KELAS IV SD

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV MELALUI MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER ARTIKEL JURNAL

Pendahuluan. Keywords: Mastery Learning, Student Activities, Result Of Learning

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ORGANISASI KEHIDUPAN DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK, TALK, WRITE

METODE PENELITIAN. kelas (classroom action research). Pargito (2011: 20) menyatakan bahwa

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TADULAKO TAHUN 2014

Kata Kunci: aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, model kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)

Dwi Ambarwati 1. PENDAHULUAN

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang

Transkripsi:

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION ¹ ) Oleh M. Fajar Maulana 2), Pargito 3), Darsono 4) This research dilatar like problem the low study result. Research the act of this class aims to improve performance studied history.learning method applied is learning cooperative type group investigations. The results showed that success indicator learning method Group Investigation on cycle I have not succeeded because of the many students who get average value of 56,35 while the new students achieve learning exhaustiveness 32,43% (minimum requirement is said to be successful) (75%). in cycle II has not been successful because of the many students who get average grades 65,13 while new students achieve learning ketuntasan 59,46% (minimum requirement is said to be successful) (75%). in cycle III succeeds because of the many students who get average value of 67,43 while the exhaustiveness student learning has reached 75,67% already eligible students can study a minimum exhaustiveness (75%). Penelitian ini dilatar belakangi masalah rendahnya hasil belajar siswa. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar Sejarah. Metode pembelajaran yang diterapkan yaitu pembelajaran kooperatif tipe Group Investigations. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa indikator keberhasilan pembelajaran metode Group Investigation pada siklus I belum berhasil karena banyaknya siswa yang mendapat nilai rata-rata 56,35 sedangkan ketuntasan belajar siswa baru mencapai 32,43% (syarat minimal dikatakan berhasil) (75%). pada siklus II belum berhasil karena banyaknya siswa yang mendapat nilai rata-rata 65,13 sedangkan ketuntasan belajar siswa baru mencapai 59,46% (syarat minimal dikatakan berhasil) (75%).pada siklus III berhasil karena banyaknya siswa yang mendapat nilai rata-rata 67,43 sedangkan ketuntasan belajar siswa sudah mencapai 75,67% sudah memenuhi syarat ketuntusan minimal belajar siswa (75%). Kata kunci: group investigations, kooperatif, prestasi belajar 1) 2) 3) 4) Tesis Pascasarjana Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Tahun 2014. M Fajar Maulana. Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Email: fajarmaulana101@yahoo.co.id HP 089650802141 Pargito. Dosen Pascasarjana Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Jln. Soemantri Brojonegoro No.1 Gedungmeneng Bandar Lampung 35145 Tlp. (0721) 704624 Fax (0721) 704624. Email: pargito@yahoo.com. Darsono. Dosen Pascasarjana Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Jln. Soemantri Brojonegoro No.1 Gedungmeneng Bandar Lampung 35145 Tlp. (0721) 704624 Fax (0721) 704624. Email: darsono@yahoo.com.

PENDAHULUAN Suatu proses interaksi yang mempengaruhi siswa dalam mendorong terjadinya belajar disebut pembelajaran. Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal berasal dari lingkungan, teman, keluarga, tenaga pendidik, dan metode pembelajaran. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti motivasi, minat, perhatian, dan aktivitas siswa. Prestasi belajar dan proses belajar adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Karena prestasi belajar pada hakikatnya adalah hasil akhir dari sebuh proses belajar. Untuk mengetahui prestasi belajar seorang peserta didik biasanya dilakukan evaluasi terhadap materi belajar yang telah diberikan. Idealnya, kriteria pencapaian kompetensi yang ditetapkan adalah minimal 75% dari nilai maksimal. Sebagai contoh, apabila nilai maksimal dalam suatu evaluasi pembelajaran adalah 100 maka nilai minimal yang harus diperoleh siswa untuk lulus adalah 75. Namun, penetapan tersebut bisa berubah disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti kemampuan siswa dan guru serta ketersediaan prasarana dan sarana. Untuk di SMA Negeri 1 Punggur, kriteria keberhasilan belajar untuk mata pelajaran Sejarah kelas XI.IPS.4 adalah 70. Jadi, siswa yang mendapat nilai kurang dari 70 dinyatakan belum tuntas dan wajib mengikuti remedial agar tuntas. Penetapan ini telah disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah serta kemampuan siswa. Berdasarkan hasil observasi awal serta pengamatan langsung yang penulis lakukan di SMA Negeri 1 Punggur Lampung Tengah, bahwa proses belajar mengajar disekolah tersebut sudah berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari kondisi nyata yang ada di sekolahan tersebut antara lain (1) tersedianya waktu belajar yang cukup panjang dari jam 07.15 14.00, kecuali hari Jum at dari jam 07.15 11.15, (2) adanya kemampuan dan kompetensi guru yang sudah memadai, dari 54 personil guru yang ada, guru IPS nya berjumlah 16 orang, sedangkan guru yang berlatar belakang pendidikan sejarah berjumlah 5 orang dan dari 54 personil guru yang ada satu orang yang berijazah S2, 44 orang yang berijazah S1 dan 9 orang yang berijazah D3/Sarmud, yang mana pelaksanaan tugas mengajarnya sebagian besar telah sesuai dengan latar belakang pendidikan yang diampuhnya, (3) mayoritas guru dalam proses pembelajaran sudah menggunakan alat bantu komputer/laptop dengan program

power pointnya dan penggunaan berbagai media, baik berupa media gambar, peta dan lain sebagainya maupun media elekronik yang dapat diakses langsung dari internet via Hotspot SMA Negeri 1 Punggur, (4) aktivitas siswa dalam belajar dinilai sudah cukup baik, (5) adanya tata tertib siswa berupa point pelanggaran, sehingga disiplin siswa dalam belajar cukup terkendali, dan (6) tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung baik berupa perlengkapan LCD, ruang belajar maupun laboratorium, antara lain; Laboratorium Komputer, Laboratorium IPA, IPS dan Bahasa maupun perpustakaan dimana memiliki koleksi buku pelajaran yang memadai, kesemuanya ini sangat memungkinkan tercapainya hasil belajar yang baik. Berdasarkan hasil observasi awal tersebut penulis menemukan beberapa permasalahan yang terjadi di SMAN 1 Punggur Lampung Tengah, khususnya di kelas XI IPS.4 mengenai prestasi belajar sejarah siswa pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013, yang mana nilai mata pelajaran sejarah siswa kelas XI IPS.4 pada saat ulangan mid semester genap tersebut hasilnya dikatagorikan masih rendah. Berdasarkan pembetasan masalah di atas, maka rumusan masalah dari penelitian bahwa bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Group Investigation pada siswa kelas XI.IPS.4 di SMA Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2013/2014? dan apakah dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah pada siswa kelas XI.IPS.4 di SMA Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2013/2014? Adapun yang menjadi tujuan penelitian tindakan kelas ini bahwa menganalisis penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Group Investigation, mengetahui prestasi belajar siswa dan menganalisis penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dalam meningkatkan prestasi belajar Sejarah pada siswa kelas XI.IPS.4 di SMA Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2013/2014. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan. Penelitian ini berusaha mengkaji, merefleksikan secara kritis dan kolaboratif

suatu rencana pembelajaran terhadap kinerja guru serta interaksi antara guru dan siswa. Penelitian tindakan kelas atau biasa disebut dengan classroom action research ialah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam kelas secara bersama (Arikunto, 2007: 3). Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas XI IPS.4 SMA Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2013/2014, yang terdiri dari 38 siswa, dengan jumlah anak laki-laki 18 siswa dan anak perempuan 20 siswi. Kelas ini dipilih sebagai subjek penelitian karena berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, diketahui bahwa pada kelas ini merupakan kelas yang bermasalah dalam proses belajar dengan indikator aktivitas siswa yang rendah dan prestasi belajarnya juga rendah. HASIL PENELITIAN Siklus I Perencanaan Tahap perencanaan ini dilaksanakan oleh guru itu sendiri dengan beberapa persiapan sebagai berikut. 1) Mempersiapkan program pengajaran yang terdiri dari program semester, program satuan pengajaran dan program rencana pengajaran yang disesuaikan denngan materi yang akan disampaikan. Program pengajaran terlampir. 2) Mempersiapkan pembagian kelompok belajar siswa yang terdiri dari 7 kelompok. Data terlampir. 3) Mempersiapkan soal-soal tes yang akan diberikan pada akhir proses mengajar untuk mengetahui hasil belajar setelah dilakukanya penggunaan metode belajar kelompok. Soal uji siklus terlampir. Pelaksanaan Kegiatan yang dilakukan oleh guru saat pelaksanaan, antara lain sebagai berikut. a) Guru terlebih dahulu mengabsen siswa b) Guru mengumumkan pembagian kelompok siswa c) Guru menjelaskan prosedur pelaksanaan tugas kelompok

d) Guru melaksanakan proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. e) Guru memberikan tugas kelompok. f) Guru mengawasi kegiatan masing-masing anggota kelompok. g) Setelah selesai berdiskusi dan siswa sudah menemukan jawabanya, siswa diminta dengan suka rela untuk maju mempresentasikan jawabanya di depan kelas, kalau tidak ada yang mau untuk maju kedepan kelas guru mengambil inisiatif untuk menunjuk kelompok yang akan mempresentasikan di depan kelas. h) Setelah selesai mempresentasikan jawaban, diberi kesempatan untuk kelompok lain memberikan kritik, saran dan pertanyaan mengenai hal yang sudah dipresentasikan. Guru menambahkan materi dan menyimpulkannya. Observasi (Pengamatan) Data hasil belajar siswa pada siklus I diperoleh dari nilai tes secara individu yang dilakukan pada pertemuan kedua setelah jam pelajaran pertama selesai untuk mengatahui tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran dengan jumlah soal yang diberikan pada tes akhir siklus pertama ini sebanyak 15 soal, yang terdiri dari 10 soal pilihan ganda dan 5 soal esai. Setelah data dianalisis, dapat dilihat nilai rata-rata siswa pada siklus I adalah 60,00 dengan skor tertinggi 80 dan skor terendah 40. Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 60 sebanyak 12 orang siswa atau 36,36% siswa telah tuntas dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan indikator keberhasilan, maka pembelajaran pada siklus I belum berhasil karena banyaknya siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 65 belum mencapai 75% (syarat minimal dikatakan berhasil). Refleksi Berdasarkan hasil aktivitas dan hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus I, masih belum sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Hal tersebut dikarenakan ada kendala dan kekurangan yang dihadapi pada siklus I. kendalan dan kekurangan pada siklus I antara lain sebagai berikut. a. Siswa masih belum terbiasa dengan Model Group Investigation sehingga siswa masih banyak yang pasif dibandingkan dengan siswa yang aktif saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

b. Guru masih belum bisa menguasai kelas, sehingga masih banyak siswa yang bermain-main dan ngobrol sendiri-sendiri serta tidak memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru. c. Ketika berdiskusi hanya beberapa siswa yang mengerjakan tugas kelompok, sedangkan yang lainnya hanya diam dan tidak ikut serta dalam diskusi. Bahkan ada yang mengganggu kelompok lain dan ada yang berlari-lari. d. Ada beberapa kelompok yang tidak selesai dalam mengerjakan tugas kelompok, dikarenakan mereka tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru tetapi dengan asyiknya mereka ngobrol masalah mereka sendiri. Berdasarkan hal tersebut, peneliti harus memperbaiki dan mempunyai strategi yang jitu guna mendapatkan hasil yang lebih optimal pada siklus selanjutnya. Siklus II Perencanaan Untuk menyempurnakan kekurangan pada siklus I, peneliti lebih mempersiapkan diri dan materi yang akan di sampaikan. Perencanaan yang perlu dipersiapkan, antara lain sebagai berikut. 1. Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta dengan skenario pembelajaran. 2. Guru menyiapkan materi yang akan disampaikan. 3. Guru menyiapkan lembar pengamatan dan soal-soal untuk uji siklus. 4. Guru menyiapkan strategi dan teknik untuk mengkondisikan kelas ketika saat penerapan metode diskusi. 5. Peneliti berharap pada siklus II ini mendapatkan hasil yang lebih optimal dengan rencana yang sudah dipersiapkan di atas. Pelaksanaan Langkah-langkah dalam pelaksanaan siklus II tidak jauh berbeda dengan siklus I. Kegiatan yang dilakukan oleh guru saat pelaksanaan, antara lain sebagai berikut. a) Guru terlebih dahulu mengabsen siswa. b) Guru mengumumkan pembagian kelompok siswa.

c) Guru menjelaskan prosedur pelaksanaan tugas kelompok. d) Guru melaksanakan proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. e) Guru memberikan tugas kelompok. f) Guru mengawasi kegiatan masing-masing anggota kelompok. g) Setelah selesai berdiskusi dan siswa sudah menemukan jawabanya, siswa diminta dengan suka rela untuk maju mempresentasikan jawabanya di depan kelas, kalau tidak ada yang mau untuk maju kedepan kelas guru mengambil inisiatif untuk menunjuk kelompok yang akan mempresentasikan di depan kelas. h) Setelah selesai mempresentasikan jawaban, diberi kesempatan untuk kelompok lain memberikan kritik, saran dan pertanyaan mengenai hal yang sudah dipresentasikan. i) Guru menambahkan materi dan menyimpulkannya. Observasi (Pengamatan) Data hasil belajar siswa pada siklus kedua diperoleh dari nilai tes secara individu yang dilakukan pada pertemuan kedua setelah jam pelajaran pertama selesai untuk mengatahui tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran dengan jumlah soal yang diberikan pada tes akhir siklus kedua ini sebanyak 15 soal, yang terdiri dari 10 soal pilihan ganda dan 5 soal esai. Setelah data dianalisis, dapat dilihat nilai rata-rata siswa pada siklus kedua adalah 65,13 dengan skor tertinggi 80 dan skor terendah 55. Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari sama dengan 65 sebanyak 22 orang siswa atau 65,13% siswa telah tuntas dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan indikator keberhasilan, maka pembelajaran pada siklus kedua belum berhasil karena banyaknya siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 65 belum mencapai 75% (syarat minimal dikatakan berhasil). Refleksi Berdasarkan hasil pembelajaran yang telah diterapkan terdapat kelebihan dan kekurangan yang dijumpai pada siklus II. Pembelajaran IPS siklus II belum sesuai dengan harapan akan tetapi sudah mendekati dengan indikator keberhasilan, untuk mendapat hasil yang lebih maksimal maka penelitian dilanjutkan sampai siklus III.

Siklus III Perencanaan Perencanaan pada siklus III tidak jauh berbeda dengan siklus II. Persiapan yang dilakukan pada siklus III antara lain sebagai berikut. 1. Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta dengan skenario pembelajaran. 2. Guru menyiapkan materi yang akan disampaikan. 3. Guru menyiapkan lembar pengamatan dan soal-soal untuk uji siklus. 4. Guru menyiapkan strategi dan teknik untuk mengkondisikan kelas ketika saat penerapan metode diskusi. Pelaksanaan Kegiatan yang dilakukan oleh guru saat pelaksanaan, antara lain sebagai berikut. a) Guru terlebih dahulu mengabsen siswa b) Guru mengumumkan pembagian kelompok siswa c) Guru menjelaskan prosedur pelaksanaan tugas kelompok d) Guru melaksanakan proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. e) Guru memberikan tugas kelompok. f) Guru mengawasi kegiatan masing-masing anggota kelompok. g) Setelah selesai berdiskusi dan siswa sudah menemukan jawabanya, siswa diminta dengan suka rela untuk maju mempresentasikan jawabanya di depan kelas, kalau tidak ada yang mau untuk maju kedepan kelas guru mengambil inisiatif untuk menunjuk kelompok yang akan mempresentasikan di depan kelas. h) Setelah selesai mempresentasikan jawaban, diberi kesempatan untuk kelompok lain memberikan kritik, saran dan pertanyaan mengenai hal yang sudah dipresentasikan. i) Guru menambahkan materi dan menyimpulkannya. Observasi (Pengamatan) Data hasil belajar siswa pada siklus ketiga diperoleh dari nilai tes secara individu yang dilakukan pada pertemuan kedua setelah jam pelajaran pertama

selesai untuk mengatahui tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran dengan jumlah soal yang diberikan pada tes akhir siklus ketiga ini sebanyak 5 soal esai. Setelah data dianalisis, dapat dilihat nilai rata-rata siswa pada siklus ketiga adalah adalah 69,00 dengan skor tertinggi 100 dan skor terendah 55. Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 65 sebanyak 28 orang siswa atau 75,67% siswa telah tuntas dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan indikator keberhasilan, maka pembelajaran pada siklus ketiga dapat dikatakan berhasill karena banyaknya siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 65 telah mencapai 75% (syarat minimal dikatakan berhasil). Refleksi Berdasarkan hasil pembelajaran yang telah diterapkan terdapat kelebihan dan kekurangan yang dijumpai pada siklus III. Pembelajaran IPS siklus III sesuai dengan harapan oleh karena itu tindakan cukup diakhiri sampai siklus III. PEMBAHASAN Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode Group Investigation yang dilaksanakan guru relatif masih kurang, hal ini terlihat dari tiap langkah dalam menggunakan metode Group Investigation tersebut, dimana dalam seleksi topik materi siswa kurang diajak aktif dalam menentukan topik yang akan dibahas, guru sudah cukup memberi pengarahan tentang kerjasama kelompok dalam mendiskusikan topik yang dibahas, implementasi dari kegiatan pembelajaran pun masih kurang karena aktivitas/interaksi antar siswa masih rendah, dan analisis dari topik yang dibahas masih kurang tepat serta penyajian hasil akhir pun masih kurang menarik. Selain hal tersebut, berdasarkan hasil refleksi dan diskusi yang telah dilakukan guru dengan guru mitra, terdapat kekurangan dalam pengelolaan pembelajaran. Kekurangan tersebut antara lain; guru masih kurang dalam memotivasi siswa, guru belum memaksimalkan perannya untuk mengawasi dan membimbing siswa dalam kegiatan diskusi kelompok. Guru juga belum efektif dalam menggunakan waktu, sehingga terdapat beberapa langkah pembelajaran yang terlewatkan. Berdasarkan refleksi

siklus pertama, agar pembelajaran dapat sesuai dengan kondisi yang diharapkan, maka prosesnya harus diperbaiki dan diulang pada siklus kedua. Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Adapun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun, banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Prestasi belajar merupakan tingkat keberhasilan seseorang dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai pada setiap bidang studi setelah mengalami proses pembelajaran. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. Prestasi adalah segala usaha yang dicapai manusia secara maksimal dengan hasil yang memuaskan. Prestasi belajar Sejarah merupakan prestasi belajar yang dicapai siswa dengan kegiatan belajar mengajar yang efektif di sekolah, khususnya setelah siswa mempelajari mata pelajaran Sejarah yang diberikan oleh guru Sejarah untuk mencapai tujuan pengajaran Sejarah. Tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran Sejarah di sekolah dapat diukur dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes, ini nantinya dapat digunakan untuk menilai hasil proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Pemberian tes dilakukan dengan mengacu pada indikator dan keterampilan berpikir tertentu. Prestasi belajar dalam penelitian ini adalah prestasi belajar Sejarah, dimana prestasi tersebut diperoleh dari nilai akhir Sejarah siswa pada pembelajaran kooperatif. Siklus pertama persentase prestasi belajar siswa belum dapat dikatakan berhasil, dapat dilihat nilai rata-rata siswa pada siklus pertama adalah 6,00 dengan skor tertinggi 70 dan skor terendah 40. Jumlah siswa yang mendapat

nilai lebih dari sama dengan 65 sebanyak 8 orang siswa atau 36,36% siswa telah tuntas dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan indikator keberhasilan, maka pembelajaran pada siklus I belum berhasil karena banyaknya siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 65 belum mencapai 75% (syarat minimal dikatakan berhasil). Siswa yang kemampuannya tinggi masih mendominasi dalam pembelajaran sehingga beberapa siswa belum aktif dalam proses pembelajaran. Kondisi ini menuntut guru untuk berperan langsung dalam kegiatan pembelajaran siklus kedua untuk terus memberikan motivasi dan perhatian kepada siswa bahwa siswa bukan hanya bertanggung jawab untuk keberhasilan dirinya tetapi juga bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya. Siklus kedua prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari pada siklus I, nilai rata-rata siswa pada siklus kedua adalah 46,09 dengan skor tertinggi 75 dan skor terendah 60. Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari sama dengan 65 sebanyak 12 orang siswa atau 54,54% siswa telah tuntas dalam kegiatan pembelajaran, sebagian siswa sudah berani dan mampu mengemukakan pendapatnya meskipun belum tepat. Terlihat juga motivasi siswa dalam pembelajaran semakin meningkat, karena mereka mulai memahami tujuan pembelajaran dengan pendekatan kooperatif tipe Group Investigation. Siklus ketiga prestasi belajar siswa semakin meningkat dari siklus sebelumnya, dapat dilihat nilai rata-rata siswa pada siklus ketiga adalah 69,09 dengan skor tertinggi 80 dan skor terendah 60. Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari sama dengan 65 sebanyak 17 orang siswa atau 72,27% siswa telah tuntas dalam kegiatan pembelajaran. Siswa sudah terbiasa dan siap dengan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa prestasi belajar siswa kelas XI IPS.4 di SMA Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2013/2014 mengalami peningkatan yang cukup signifikan setelah menggunakan metode Group Investigation bila dibandingkan prestasi belajar siswa sebelum menggunakan metode Group Investigation. Akan tetapi perlu diingat bahwa prestasi belajar merupakan sesuatu yang kompleks sehingga faktor-faktor yang mempengaruhinya juga sangat kompleks, mulai dari diri sendiri sampai pada keluarga, sekolah, masyarakat. Kesemuanya saling mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa. Karena itu, kerjasama dan pengertian antara siswa,

sekolah, orang tua maupun masyarakat sangat mendukung prestasi belajar anak secara keseluruhan. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation pada proses pembelajaran mata pelajaran Sejarah dalam penelitian ini dipilih guru dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa. Pada penelitian tindakan kelas ini diusahakan prestasi belajar siswa terus meningkat dari siklus ke siklus. Metode Group Investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau enquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group. Selanjutnya langkah-langkah penerapan metode Group Investigation yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah dengan mengadopsi metode Group Investigation yang dikemukakan oleh Trianto, terdiri dari : 1) seleksi topik, 2) merencanakan kerjasama, 3) implementasi 4) analisis dan sintesis, dan 5) penyajian hasil akhir. Dimana dalam penerapannya dilaksanakan dalam tiga siklus. Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melalui proses saling beragumentasi. Model pembelajaran Group Investigation ini membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa serta mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Dengan pembelajaran ini minat serta motivasi belajar siswa meningkat dan hasil pembelajarannya diharapkan lebih meningkat dan bermakna bagi siswa. Pelaksanaan metode Group Investigation pada siklus pertama masih terlihat relatif kurang, hal ini terlihat dari tiap langkah dalam menggunakan metode Group Investigation tersebut, dimana dalam seleksi topik materi siswa kurang diajak aktif dalam menentukan topik yang akan dibahas, guru sudah cukup memberi pengarahan tentang kerjasama kelompok dalam mendiskusikan topik yang dibahas, implementasi dari kegiatan pembelajaran pun masih kurang

karena aktivitas/interaksi antar siswa masih rendah, dan analisis dari topik yang dibahas masih kurang tepat serta penyajian hasil akhir pun masih kurang menarik. Dalam proses pembelajaran pada siklus pertama ini guru juga masih kurang dalam memotivasi siswa, guru belum memaksimalkan perannya untuk mengawasi dan membimbing siswa dalam kegiatan diskusi kelompok. Guru juga belum efektif dalam menggunakan waktu, sehingga terdapat beberapa langkah pembelajaran yang terlewatkan. Pelaksanaan metode Group Investigation pada siklus kedua berusaha memperbaiki kekurangan yang terjadi pada siklus pertama, dimana pada siklus kedua pelaksanaan metode Group Investigation ini cenderung mengalami peningkatan dibandingkan denga siklus pertama, hal ini terlihat dari tiap langkah dalam menggunakan metode Group Investigation tersebut, yakni dalam seleksi topik materi yang akan dibahas, iswa sudah diajak dalam menentukan topik yang akan dibahas akan tetapi masih terlalu meluas dan kurang mengena pada kehidupan siswa, sehingga topik yang dibahas sebaiknya lebih diarahkan pada kehidupan nyata siswa, dalam hal merencanakan kerjasama guru telah memberi pengarahan tentang kerjasama kelompok dalam mendiskusikan topik yang dibahas akan tetapi pembagian kelompok hendaknya lebih heterogen dari segi kemampuan akademik siswa, kemudian implementasi dari metode ini guru belum memaksimalkan perannya untuk mengawasi dan membimbing siswa dalam kegiatan diskusi kelompok. Dalam hal analisis dan sintesis, siswa sudah cukup mampu menangkap dan menganalisis dari topik yang dibahas, akan tetapi guru perlu lebih aktif mengarahkan, selanjutnya dalam penyajian hasil akhir siswa masih terlihat malu dan canggung, sehingga guru perlu memberi motivasi dan memberikan kesimpulan. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.