B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN AZAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA MELALUI MEDIASI BERDASARKAN PERMA NO

EFEKTIFITAS MEDIASI DALAM PERKARA PERDATA BERDASARKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 01 TAHUN 2008 (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Boyolali) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara yang berdas arkan hukum.

Tahap pemanggilan para pihak. 1. Aturan umum

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERALIHAN HAK ATAS TANAH KARENA WARISAN ( STUDI KASUS DI KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI )

Perlawanan terhadap sita eksekutorial (executorial beslag) oleh pihak ketiga di pengadilan negeri (studi kasus di pengadilan negeri Sukoharjo)

Oleh Ariwisdha Nita Sahara NIM : E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. usaha dalam penegakan hukum dalam masyarakat lewat peradilan maupun

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH

BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM

BAB I PENDAHULUAN. putusan ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan untuk selamalamanya,

SKRIPSI PROSES BERPERKARA PERDATA SECARA PRODEO DALAM PRAKTEK (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI PURWODADI )

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

PELAKSANAAN ASAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA

PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilihat atau diketahui saja, melainkan hukum dilaksanakan atau ditaati. Hukum

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG HUKUM ACARA PERDATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan hukum perdata itu dibagi menjadi dua macam yaitu hukum perdata

Hukum Acara Perdata Pertemuan Ke-2

BAB I PENDAHULUAN. kebenaran yang harus ditegakkan oleh setiap warga Negara.

Sekitar Kejurusitaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Ada kalanya kepentingan mereka itu saling bertentangan, hal mana dapat

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGAKUAN TERGUGAT SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA SKRIPSI

EVITAWATI KUSUMANINGTYAS C

GUGAT BALIK (REKONVENSI) SEBAGAI SUATU ACARA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DALAM PERADILAN DI PENGADILAN NEGERI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara yang berdasarkan atas

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

Perkara Tingkat Pertama Cerai Gugat. Langkah-langkah yang harus dilakukan Penggugat (Istri) atau kuasanya :

PERAN DAN KEDUDUKAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. warga negara merupakan badan yang berdiri sendiri (independen) dan. ini dikarenakan seorang hakim mempunyai peran yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pengadilan. Karena dalam hal ini nilai kebersamaan dan kekeluargaan

Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (Suami) atau kuasanya :

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENETAPAN Nomor: 046/Pdt.G/2013/PA.Dum

SALINAN P U T U S A N

bismillahirrahmanirrahim

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

P U T U S A N Nomor 000/Pdt.G/2015/PTA.Btn. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pengadilan Agama sebagai Badan Pelaksana Kekuasaan Kehakiman. memiliki tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai dimana-mana. Sejarah membuktikan bahwa hampir tiap Negara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. pihak lainnya atau memaksa pihak lain itu melaksanakan kewajibannya. dibentuklah norma-norma hukum tertentu yang bertujuan menjaga

MAKALAH : PEMBAHASAN :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

PERSIDANGAN DAN BERITA ACARA PERSIDANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pemeriksaan perkara dalam persidangan dilakukan oleh suatu

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selaku anggota masyarakat, selama masih hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Didalam sistem hukum Negara Republik Indonesia ini, terdapat

BAB I PENDAHULUAN. berlakunya Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN PUTUSAN TERHADAP PERKARA WARISAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. dasar, antara lain bersifat mengatur dan tidak ada unsur paksaan. Namun untuk

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon banding:

Nomo: 38/Pdt.G/2011/PTA.Bdg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH DENGAN MEMAKAI AKTA DI BAWAH TANGAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI BOYOLALI)

SKRIPSI PENGINGKARAN PUTUSAN PERDAMAIAN OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

NOTARIS DAN BADAN HUKUM (STUDY TENTANG TANGGUNG JAWAB NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN BADAN HUKUM)

BAB I PENDAHULUAN. sehingga munculah sengketa antar para pihak yang sering disebut dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ada tata hukum yaitu tata tertib dalam pergaulan hidup

PUTUSAN Nomor 139 /Pdt.G/2010/PTA Mks BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

TENTANG DUDUK PERKARANYA

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang wajar dan tidak bisa dihindari. Di dalam hubungan itu selalu

P E N E T A P A N BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Penetapan Ahli Waris yang diajukan oleh :

FINAL BUKU JURNAL KEUANGAN PERKARA PERDATA TINGKAT PERTAMA. Nomor Perkara : Pemohon : JUMLAH KETERANGAN NOMOR TANGGAL URAIAN

BAB IV. Agama yang telah disajikan pada bab sebelumnya. Berdasarkan hasil. 1. Menurut Hukum Islam, Pengertian Itsbat Nikah ini berasal dari bahasa

PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP TANAH BERIKUT BANGUNAN YANG DIJAMINKAN DI BANK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2014/PTA.Btn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

KLINIS HUKUM BIDANG PERDATA (ACARA PERDATA ) BAGIAN I MUHAMMAD NUH, SH. Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara BAB I PENDAHULUAN

TATA CARA PEMANGGILAN Oleh : Dr. Hj. Djazimah Muqoddas, SH.,M.Hum

P U T U S A N. NOMOR 253/Pdt/2015/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor 0095/Pdt.P/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor:343/Pdt.G/2011/PA.Dum BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Tengker, cet. I, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2001), hal (Jakarta: Djambatan, 2002), hal. 37.

P U T U S A N Nomor <No Prk>/Pdt.G/2017/PTA.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

TERGUGAT DUA KALI DIPANGGIL SIDANG TIDAK HADIR APAKAH PERLU DIPANGGIL LAGI

Nomor : 0318/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA L A W A N

SURAT TUNTUTAN (REQUISITOIR) DALAM PROSES PERKARA PIDANA

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Pengadilan Negeri Tanjung Balai Karimun

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia

Makalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN

TATA CARA PEMERIKSAAN ADMINISTRASI PERSIDANGAN

BAB I PENDAHULUAN. perceraian, tetapi bukan berarti Agama Islam menyukai terjadinya perceraian dari

P U T U S A N Nomor 0560/Pdt.G/2012/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

SISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

Prosedur berperkara pada Pengadilan Agama Sungai Penuh, adalah sebagai berikut:

R I N G K A S A N. setiap perkara perdata yang diajukan kepadanya dan Hakim berkewajiban membantu

BAB IV. memutuskan dan mengadili perkara Nomor: 207/Pdt. G/2011/PA. Kdr. tentang

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

Transkripsi:

B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk menjamin ditaatinya hukum perdata materiil melalui prosedur hukum, diperlukan adanya suatu peraturan hukum yang mengatur tentang cara- cara bagaimana menjamin pelaksanaan hukum perdata materiil tersebut yaitu apa yang disebut hukum perdata formil, atau hukum acara perdata. Dengan perkataan lain hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang menentukan bagaimana caranya menjamin pelaksanaan hukum perdata materiil. Lebih konkrit lagi dapatlah dikatakan bahwat hukum acara perdata mengatur tentang bagaimana caranya mengajukan tuntutan hak memeriksa serta memutusnya dan pelaksanaan dari pada putusannya. Tuntutan hak dalam hal ini tidak lain adalah tindakan yang bertujuan untuk memperoleh perlindungan hukum yang diberikan oleh pengadilan untuk mencegah tindakan menghakimi sendiri. Tindakan menghakimi sendiri merupakan tindakan untuk melaksanakan hak menurut kehendak sendiri yang bersifat sewenang- wenang, tanpa persetujuan dari pihak lain yang berkepentingan sehingga akan menimbulkan kerugian. Oleh karena itu tindakan menghakimi sendiri ini tidak dibenarkan dalam hal kita hendak memperjuangkan atau melaksanakan hak kita. Hukum acara perdata meliputi tiga tahap tindakan yaitu tahap pendahuluan, tahap penentuan, dan tahap pelaksanaan. Tahap pendahuluan merupakan persiapan menuju kepada penentuan atau pelaksanaan. Dalam tahap penentuan diadakan pemeriksaan peristiwa dan pembuktian sekaligus sampai kepada putusannya. Sedang dalam tahap pelaksanaan diadakan pelaksanaan dari pada putusan. Dalam tahap pendahuluan pemeriksaan perkara perdata terdiri dari tindakan- tindakan yaitu pendaftaran perkara untuk dilakukan pencatatan

2 dalam daftar perkara, yang diatur dalam pasal 121 HIR (Herziene Indonesisch Reglement) dilakukan oleh panitera Pengadilan Negeri. Pendaftaran perkara tersebut diikuti pembayaran persekot biaya perkara, sebab ada azas yang menyebutkan berperkara harus dengan biaya, kecuali beracara secara prodeo atau berperkara tanpa biaya sebagaimana diatur di dalam pasal 237 HIR. Setelah dilaksanakan pembayaran persekot biaya kepada yang bersangkutan diberikan kwitansi yang memuat perincian biaya. Selanjutnya setelah perkara didaftar, perkara tersebut oleh panitera diserahkan kepada Ketua Pengadilan Negeri untuk didistribusikan kepada hakim- hakim yang akan memeriksa perkara tersebut. Kemudian hakim yang ditunjuk membuat surat penetapan untuk menentukan hari sidang, dan memerintahkan agar para pihak dipanggil untuk menghadap sidang pada hari yang telah ditentukan. Pemanggilan terhadap para pihak dilakukan oleh jurusita atau jurusita pengganti dengan menggunakan surat panggilan sidang (relaas). Surat panggilan harus disampaikan kepada para pihak yang bersangkutan ditempat tinggalnya atau tempat diamnya. Orang yang dipanggil harus membubuhkan tanda tangan atau cap jempol sebagai bukti bahwa surat panggilan telah betulbetul disampaikan kepada pihak yang berkepentingan. Apabila pihak yang dipanggil tidak dapat diketemukan dirumahnya, maka surat panggilan itu diserahkan kepada kepala desa yang bersangkutan untuk diteruskan (pasal 390 ayat 1 HIR ). Kalau pihak yang dipanggil sudah meninggal dunia, maka surat panggilan itu disampaikan kepada ahli warisnya, jika ahli warisnya tidak diketahui tempat tinggalnya, maka surat panggilan disampaikan kepada kepala desa ditempat tinggal terakhir orang yang meninggal tersebut. Apabila pihak yang dipanggil tersebut ternyata juga tidak diketahui alamat tempat tinggalnya, surat panggilan diserahkan kepada Bupati selanjutnya surat panggilan tersebut ditempatkan pada papan pengumuman di Pengadilan Negeri. Panggilan kepada para pihak harus dilaksanakan tidak kurang dari tiga hari kerja sebelum sidang (pasal 122 HIR) ( Tresna R. 1998:19 ).

3 Apabila telah dilakukan panggilan terhadap para pihak dan ternyata tidak hadir, maka pasal 126 HIR memberikan kemungkinan untuk sekali lagi memanggil para pihak sebelum perkaranya diputus oleh hakim. Ketentuan ini adalah layak dan bijaksana, sebab di dalam suatu perkara perdata kepentingan para pihak harus sama- sama diperhatikan. Untuk memperhatikan kepentingan para pihak itu, para pihak harus dipanggil secara patut. Dalam pelaksanaan panggilan sidang terhadap para pihak sering kita jumpai kejadian- kejadian seperti misalnya panggilan tidak sampai kepada pihak yang bersangkutan, sehingga pihak yang bersangkutan tidak dapat hadir di muka persidangan akibatnya akan menimbulkan kerugian bagi pihak tersebut. Kejadian lain yang dapat menghambat jalannya pemanggilan para pihak adalah apabila terjadi kekeliruan dalam pemanggilan, petugas melakukan panggilan tidak sesuai dengan ketentuan Undang- Undang, dan masih banyak lagi hal- hal lain yang dapat menghambat jalannya pemanggilan para pihak dalam pemeriksaan perkara perdata di Pengadilan. Pendek kata kehadiran para pihak dalam proses pemeriksaan perkara perdata di muka pengadilan adalah sangat penting artinya bagi kedua belah pihak yang berperkara dimuka sidang pengadilan, maupun bagi pihak ketiga yang ikut terganggu haknya. Dari gambaran tersebut di atas, maka penulis perlu untuk mengetahui lebih dalam lagi bagaimana prosedur dan keadaan yang sebenarnya, serta bagaimana tanggung jawab para petugas dalam melaksanakan tugasnya, juga untuk mengetanui permasalahan yang dapat menghambat jalannya pemanggilan para pihak dalam proses pemeriksaan perkara perdata di Pengadilan Negeri Karanganyar. Berdasar pemikiran tersebut, dalam penulisan hukum ini penulis memilih judul : Studi Tentang Masalah Panggilan Sidang Terhadap Para Pihak Dalam Proses Pemeriksaan Perkara Perdata Di Pengadilan Negeri Karanganyar

4 B. Rumusan Masalah Bertitik tolak dari uraian latar belakang masalah tersebut, permasalahan yang hendak dijawab melalui penelitian ini dapat dirumuskan secara sistematik sebagai berikut. 1. Bagaimanakah prosedur panggilan terhadap para pihak dalam proses pemeriksaan perkara perdata di Pengadilan Negeri Karanganyar? 2. Masalah- masalah apa yang timbul dalam proses panggilan terhadap para pihak serta bagaimana cara- cara pemecahannya? 3. Bagaimanakah tanggung jawab petugas apabila terjadi permasalahan dalam proses panggilan terhadap para pihak? C. Tujuan Penelitian Setiap kegiatan yang dilakukan manusia pasti mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Demikian pula dalam suatu penelitian tentu mempunyai suatu tujuan tertentu yaitu untuk memperoleh data dan informasi yang jelas, pasti dan rasional guna menjawab masalah- masalah yang timbul dalam suatu penelitian. Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Untuk mengetahui prosedur pemanggilan terhadap para pihak dalam proses pemeriksaan perkara perdata di pengadilan. 2. Untuk mengetahui masalah- masalah yang timbul dalam proses panggilan terhadap para pihak serta untuk mengetahui pemecahan terhadap masalah tersebut. 3. Untuk mengetahui tanggung jawab petugas dalam melaksanakan tugasnya kalau terjadi permasalahan dalam pemanggilan terhadap para pihak. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat hasil penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan perbandingan penelitian khususnya penelitian di bidang Hukum Acara Perdata

5 2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini merupakan bahan pengetahuan sehingga masyarakat memahami berbagai hal tentang pemanggilan sidang dalam perkara perdata E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Dalam penyusunan penulisan hukum ini penulis menggunakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya (Soerjono Soekanto. 2004:10). Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan data seteliti mungkin tentang prosedur pemanggilan terhadap para pihak dalam proses pemeriksaan perkara perdata di pengadilan, masalah yang timbul dalam proses panggilan terhadap para pihak serta pemecahan masalah tersebut, dan tanggung jawab petugas dalam melaksanakan tugasnya kalau terjadi permasalahan dalam pemanggilan terhadap para pihak. 2. Lokasi Penelitian Dalam melakukan penelitian ini penulis memilih lokasi penelitian di Pengadilan Negeri Karanganyar. Adapun yang menjadi pertimbangan penulis memilih lokasi penelitian ini adalah : a. Dari pra riset yang dilakukan, diketahui adanya sejumlah permasalahan yang muncul dalam melakukan pemanggilan sidang kepada para pihak yang berperkara. b. Selain alasan tersebut karena lokasi penelitian dan tempat tinggal penulis berada dalam satu wilayah, sehingga mempermudah dalam pengumpulan data, sehingga data yang dikumpulkan menjadi sangat lengkap dan valid. Kelengkapan dan validitas data akan menjamin kualitas hasil penelitian yang dilakukan. 3. Jenis Data Dalam membahas dan menganalisa permasalahan yang timbul maka digunakan 2 (dua) jenis data, yaitu :

6 a. Data Primer Data primer adalah sejumlah keterangan atau fakta yang secara langsung diperoleh melalui penelitian lapangan. Data primer dalam penulisan hukum ini berupa hasil wawancara secara langsung dengan Bapak Djenjem Winarto, Kepala Sub Bagian Perdata Pengadilan Negeri Karanganyar. b. DataSekunder Data sekunder adalah sejumlah keterangan atau fakta yang digunakan oleh seseorang dan secara tidak langsung diperoleh melalui bahan-bahan dokumen. Data sekunder dalam penulisan hukum ini diperoleh dari berkas perkara Nomor 39/Pdt.G/1989 / PN. Kra. 4. Sumber data Sumber data primer adalah Kepala Sub Bagian Perdata Pengadi;an Negeri Karanganyar. Sedangkan sumber data sekundernya berupa berkas perkara Nomor 39/Pdt.G/1989 / PN. Kra. 5. Teknik Pengumpulan Data a. Tehnik Wawancara Wawanara adalah suatu kegiatan dimana seseorang yang dengan tujuan tertentu melakukan percakapan atau tatap muka guna memperoleh baik lisan maupun tulisan atas sejumlah keterangan dan data yang diperlukan. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan penulis. Wawancara dilakukan dengan Bapak Djenjem Winarto, Kepala Sub Bagian Perdata Pengadilan Negeri Karanganyar. b. Studi Kepustakaan Studi kepastakaan yaitu mengumpulkan data dengan cara mempelajari buku- buku majalah, dokumen, serta sumber lain yang ada hubungannya dengan obyek penelitian. Dalam hal ini berupa berkas perkara Nomor 39/Pdt.G/1989 / PN. Kra. Termasuk di dalamnya surat panggilan sidang atau relaas.

7 6. Analisis Data. Metode analisa yang penulis pergunakan dalam penyusunan penulisan hukum ini adalah metode analisa data yang bersifat kualitatif, karena data yang penulis dapatkan adalah berupa kalimat- kalimat yang dikumpulkan melalui, wawancara, tidak bersifat klasifikatoris, karena datanya tidak diklasifikasikan ke dalam suatu tingkatan- tingkatan atau kategori- kategori tertentu. Metode analisa kualitatif menurut Soerjono Soekanto adalah suatu tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis yaitu apa yang dinyatakan oleh responder secara tertulis atau lisan dan juga perilakunya yang nyata yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh ( Soerjono Soekanto. 2004 : 31 ). Adapun model analisa yang dipakai adalah model analisis interaksi (interactive model of analysis), karena analisis dilakukan secara interaktif dari komponen : pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan simpulan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar di bawah ini. Pengumpulan data Reduksi Data Penyajian data Penarikan kesimpulan Gambar : Interactive Model of Analysis

8 F. Sistematika Penulisan Hukum Sistematika dari penulisan hukum yang penulis susun ini adalah sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan. Bab ini merupakan pendahuluan yang isinya menjelaskan apa yang terkandung di dalam penulisan hukum ini dan sekaligus menghantarkan para pembaca untuk menelaah lebih jauh apa yang tertulis dalam penulisan hukum ini. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan hukum. Bab II : Tinjauan Pustaka. Dalam Bab II ini, penulis membahas tentang proses pemeriksaan perkara perdata pada tahap pendahuluan yang meliputi tindakan-tindakan, pencatatan perkara dalam daftar perkara, penetapan persekot biaya perkara, penetapan majelis hakim dan penatapan hari sidang. Dalam bab ini juga akan penulis kemukakan tentang kewenangan badan pengadilan yang meliputi kewenangan mutlak dan kewenangan relatif. Bab III : Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini merupakan hasil dari penelitian yang peneliti laksanakan di Pengadilan Negeri Karanganyar, yang memuat : panggilan sidang terhadap para pihak dalam proses pemeriksaan perkara perdata, masalah- masalah yang timbul beserta pemecahannya serta tanggung jawab petugas panggilan apabila terjadi permasalahan. Bab V : Penutup Bab ini merupakan bab yang terakhir dari penulisan hukum yang penulis susun, yang berisi simpulan saran- saran.