I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan bagian dari ekosistem alam sebagai assosiasi flora fauna yang didominasi oleh tumbuhan berkayu yang menempati areal yang sangat luas sehingga menciptakan iklim mikro dan kondisi ekologi yang berbeda dengan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang di kuasai pepohonan dan mempunyai kondisi ekologi yang khas yang berbeda dengan iklim dan ekologi di luarnya dan secara terintegrasi mempunyai fungsi ekonomi, ekologi dan sosial (SAF, 1971). Hutan dengan produktivitasnya memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia. Manfaat hutan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu manfaat langsung/nyata (tangible) dan manfaat tidak langsung/tidak nyata (intangible). Sifat-sifat intagible terdiri atas hasil yang berkaitan dengan sistem alami misalnya jasa lingkungan dan wisata alam. Sedangkan sifat-sifat tangible berupa hasil hutan kayu dan non kayu. Hutan tropis dikenal dengan hutan yang mempunyai produktivitas yang tinggi, pada hutan tropis vegetasi tumbuh dengan baik karena tidak mempunyai kendala yang nyata dalam pertumbuhannya, (Whittaker et al,1975). Hutan mengabsorpsi CO2 selama proses fotosintesis dan menyimpannya sebagai materi organik dalam tubuh tanaman. Banyaknya materi organik tersebut per unit luas dan per unit waktu merupakan pokok dari produktivitas hutan (Heriansyah et al, 2003). 1
Pokok produktivitas hutan terwujud dalam bentuk volume dan biomassa hutan. Stok volume semua pohon pada tinggi dan diameter tertentu merupakan parameter untuk menentukan kemampuan hutan dalam memproduksi kayu sementara biomassa hutan menyediakan penaksiran gudang karbon dalam tumbuhan hutan karena sekitar 50 % adalah karbon. Karena itu biomassa menunjukkan potensial karbon yang dapat dilepas ke atmosfer ketika hutan ditebang atau dibakar (Atiek, 2003 dalam Widyasari, 2010), selain itu biomassa hutan juga menyediakan informasi penting dalam menduga besarnya potensi penyerapan CO2 dari atmosfer (Heriansyah et al., 2003). Simpanan karbon hutan dan perubahannnya baik karbon yang hilang (emission) akibat deforestasi dan degradasi hutan, atau terjadinya akumulasi penambahan karbon (sequestration) dari pertumbuhan, regenerasi hutan alam maupun dari kegiatan aforestasi dan deforestasi perlu diukur dan dipantau karena berkaitan dengan perubahan stok karbon di atmosfer (Krisnawati, 2012) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Dampelas Tinombo merupakan satu unit pengelolaan hutan yang dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK. 792/MENHUT-II/2009 tanggal 7 Desember 2009. KPH tersebut terletak di Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah dengan luas kawasan 100.912 (seratus ribu sembilan ratus dua belas) ha, terdiri dari Hutan Lindung (HL) Ha, Hutan produksi terbatas (HPT), dan hutan produksi tetap (HP). Kawasan tersebut merupakan kawasan hutan tropis dengan keadaan fisiografi yang didominasi wilayah pegunungan, terdiri dari hutan primer dan hutan sekunder yang memiliki 2
penyebaran yang luas dengan struktur dan komposisi yang beragam (Dephut, 2009), sehingga dapat berfungsi sebagai penyedia kayu dan juga penyimpan karbon. Informasi volume dan simpanan karbon hutan di kawasan hutan KPHP Dampelas Tinombo dapat diperoleh secara teristerial, namun hal tersebut tidak efisien mengingat KPHP tersebut meliputi wilayah yang luas serta memiliki kondisi fisiografi yang tidak mudah untuk dijangkau. 1.2 Rumusan Masalah Informasi sumberdaya hutan seperti volume dan simpanan karbon pada suatu kawasan hutan dapat diperoleh dengan cara konvensional, akan tetapi cara ini membutuhkan waktu lama, biaya besar dan belum mampu mengimbangi permintaan informasi yang cepat apabila dalam skala intensitas yang lebih tinggi. Seiring dengan perkembangannya, teknologi penginderaan jauh cukup memadai untuk memantau kondisi terkini tentang sumberdaya alam karena adanya pengulangan dalam perekaman data, multispectral, dan multitemporal, serta pengelolaan data yang lebih cepat apabila dipadukan dengan SIG (Sistem Informasi Geografi) (Lu et al, 2004). Dalam bidang kehutanan penggunaan teknologi penginderaan jauh telah banyak diaplikasikan dalam kegiatan pemetaan tutupan lahan, evaluasi perubahan tutupan dan penggunanan lahan. Selain itu, penggunaan peubah-peubah fisik yang dapat ditaksir melalui data citra satelit seperti kerapatan tutupan tajuk dan diameter tajuk dapat digunakan untuk menduga keadaan hutan di lapangan seperti 3
volume dan biomassa hutan (Lu, 2006). Data panginderaan mampu menjelaskan karakteristik hutan sekitar 50-80% (Jahangir, 2011). Teknologi penginderaan jauh sangat efektif untuk mengestimasi biomassa pada wilayah yang luas (Rosenqvist, 2003). Biomassa dapat diestimasi dengan pendekatan penginderaan jauh, melalui pembuatan model (Sutaryo, 2007). Walaupun demikian, untuk memperoleh informasi volume dan biomassa hutan tidak dapat dilakukan dengan interpretasi secara langsung pada citra hasil pengenderaan jauh, tetapi membutuhkan interpretasi lebih lanjut dengan tetap melakukan pengukuran sampel di lapangan. Berdasarkan uraian di atas maka diperlukan teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk menduga volume dan simpanan karbon hutan di Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Dampelas Tinombo, mengingat KPHP Dampelas Tinombo meliputi wilayah yang luas dan memiliki kondisi fisiografi yang tidak mudah untuk dijangkau. Dengan demikian permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana model penduga volume dan simpanan karbon hutan menggunakan citra landsat 8 di KPHP Dampelas Tinombo. 2. Bagaimana sebaran volume dan simpanan karbon hutan di berbagai kelas tutupan hutan di KPHP Dampelas Tinombo. 3. Berapa jumlah volume dan simpanan karbon hutan di KPHP Dampelas Tinombo. 4
1.3 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah : 1. Menyusun model penduga volume dan simpanan karbon hutan menggunakan citra landsat 8 di KPHP Dampelas Tinombo, 2. Mengetahui sebaran volume dan simpanan karbon hutan di berbagai tingkat kerpatan hutan di KPHP Dampelas Tinombo. 3. Menduga jumlah volume dan simpanan karbon hutan di KPHP Dampelas Tinombo berdasarkan model terbaik. 1.4 Manfaat Manfaat penelitian ini adalah : 1. Untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam hal inventarisasi hutan 2. Sebagai salah satu masukan untuk pengelolaan hutan di KPHP Dampelas Tinombo, terutama dalam pemanfaatan sumberdaya hutan. 3. Sebagai referensi untuk penelitian berikutnya. 1.5 Batasan Operasional 1. Allometrik adalah suatu fungsi atau persamaan matematika yang digunakan untuk menghitung jumlah karbon yang terdapat KPHP Model Dampelas Tinombo 2. Biomassa yaitu total berat / massa atau volume vegetasi dalam area KPHP Model Dampelas Tinombo 5
3. Karbon adalah unsur kimia dengan simbol C dan nomor atom 6 yang terdapat di kawasan KPHP Model Dampelas Tinombo 4. Penginderaan jauh merupakan cara memperoleh informasi tentang obyek, daerah atau gejala dengan cara menganalisis data yang diperoleh menggunakan alat tanpa kontak langsung dengan obyek daerah atau gejala yang sedang dikaji. 5. Klasifikasi terbimbing (supervised classification) adalah klasifikasi nilai piksel didasarkan atas daerah contoh yang diketahui jenis objeknya dan nilai spectralnya. 6. Indeks vegetasi adalah operasi matematis pada citra yang digunakan sebagai alat untuk mendeskripsikan keadaan vegetasi hutan di KPH Dampelas Tinombo. 7. Regresi adalah persamaan matematis yang digunakan untuk menjelaskan tentang hubungan simpanan karbon dengan nilai piksel dan volume hutan dengan nilai piksel. 8. Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem informasi yang didukung computer yang dapat membuat masukan, manipulasi, menganalisa dan menayangkan distribusi karbon dan volume hutan KPH Dampelas Tinombo 9. Volume adalah total volume vegetasi berkayu yang terdapat di KPHP Dampelas Tinombo 6