PROPOKSUR PROPOXUR. 2. PENGGUNAAN Insektisida untuk mengontrol nyamuk penyebab malaria (12).

dokumen-dokumen yang mirip
TRANSFLUTRIN TRANSFLUTHRIN

SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE

PARASETAMOL ACETAMINOPHEN

MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL

1,4-DIKLOROBENZEN-D4 1,4-DICHLOROBENZENE-D4

AMONIUM OKSALAT MONOHIDRAT AMMONIUM OXALATE MONOHYDRATE

AMONIUM PARA-MOLIBDAT AMMONIUM PARA-MOLYBDATE

N - Heptana. N - heptane

PROPILEN KARBONAT PROPYLENE CARBONATE

1,2-DIBROMO-1,1-DIFLUOROETHANE 1,2-DIBROMO-1,1-DIFLUOROETANA

SODIUM BROMAT SODIUM BROMATE

BENDIOKARB BENDIOCARB

BRUSIN SULFAT BRUCINE SULFATE

SEMEN ALUMINA KIMIA CEMENT, ALUMINA, CHEMICALS

KRISOIDIN ( JINGGA BASA 2 ) CHRYSOIDINE (C.I. BASIC ORANGE 2)

SODIUM HIPOKLORIT SODIUM HYPOCHLORITE

ISOPROPIL MIRISTAT ISOPROPYL MYRISTATE

ALIZARIN ALIZARINE. 1. N a m a. 2. Sifat Fisika Kimia. Golongan senyawa anorganik

ISOOKTANA ISOOCTANE. 2. PENGGUNAAN Digunakan dalam menentukan bilangan oktan bahan bakar, sebagai pelarut. (2)

DIETILTOLUAMIDA N,N-DIETHYLTOLUAMIDE

ASAM TARTARAT TARTARIC ACID

MINYAK JARAK CASTOR OIL

MALATION MALATHION. 3. BAHAYA TERHADAP KESEHATAN 3.1. Organ Sasaran

POLIVINIL ASETAT POLYVINYL ACETATE

1,2-DIBROMO-3-KLOROPROPANA 1,2-DIBROMO-3-CHLOROPROPANE

BUTIL FENIL METIL KARBAMAT BUTHYL PHENYL METHYL CARBAMATE (BPMC)

KARBOWAKS 300 CARBOWAX 300

BROMASIL BROMASIL. 1. N a m a. Golongan Heterocyclic, nitrogen, halogen, aromatic

NATRIUM TIOSULFAT SODIUM THIOSULFATE

BENOMIL BENOMYL. 1. N a m a. 2. Sifat Fisika Kimia. Golongan Karbamat heterosiklik. Sinonim / Nama Dagang

Asam Maleat MALEIC ACID

AMIL ALKOHOL AMYL ALCOHOL

2,4 D-DIMETYLAMINE 2,4-D-DIMETILAMAMONIUM (IUPAC)

ISOAMIL ASETAT ISOAMYL ACETATE

ASAM ANTRANILAT ANTHRANILIC ACID

PIPERONAL PIPERONAL. 1. N a m a Golongan Aldehida, Heterosiklik

PARAKUAT DIKLORIDA PARAQUAT DICHLORIDE

LEMBAR DATA KESELAMATAN

BRODIFAKUM BRODIFACOUM

T-BUTIL ALKOHOL T-BUTYL ALCOHOL

ISONIAZID ISONIAZID (6, 8, 11, 12, 14)

Polietilen Tereftalat (PET)

RHODAMIN B RHODAMINE B

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN

KALSIUM KARBONAT CALCIUM CARBONATE

TOKSIKOLOGI BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Alfi Yasmina. Sola dosis facit venenum

LEMBAR DATA KESELAMATAN

Material Safety Data Sheet MAXFORCE Forte Gel0,05 20X(4X30GR) BOX 4 Nopember 2012

PIRIDIN PYRIDINE. 2. Sifat Fisika Kimia (1,4,5,6) Nama Bahan Piridin Deskripsi

ATROPIN SULFAT ATROPINE SULPHATE

LEMBAR DATA KESELAMATAN

11/9/2011 TOKSIKOLOGI. Alfi Yasmina BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Sola dosis facit venenum

METANOL METHYL ALCOHOL

Material Safety Data Sheet. : Gliserin Mentah

SERAT KERAMIK CERAMICS FIBER

LEMBAR DATA KESELAMATAN

ASAM ADIPAT ADIPIC ACID

PENTAERITRITOL PENTAERYTHRITOL

LEMBAR DATA KESELAMATAN

DISODIUM OXALATE. Sinonim / Nama Dagang (1,2,3,8) Ethanedioic acid, disodium salt; Oxalic acids, disodium salt; Disodium Sodium oxalate.

MELAMIN MELAMINE (1, 2, 3, 5, 6, 8)

KALSIUM HIPOKLORIT CALCIUM HYPOCHLORITE

BUTIL BENZIL FTALAT BUTYL BENZYL PHTHALATE

Material Safety Data Sheet. : Resin Pinus Oleo

BENZALKONIUM KLORIDA BENZALKONIUM CHLORIDE

LEMBAR DATA KESELAMATAN

AMONIUM NITRAT AMMONIUM NITRATE

KAPTAN CAPTAN. 1. N a m a. 2. Sifat Fisika Kimia. Golongan Thioftalimida; Sulfenimida

2,3,7,8 TETRAKLORODIBENZO P - DIOKSIN 2,3,7,8 TETRACHLORODIBENZO P DIOXIN

ASAM BORAT BORIC ACID

PT. TRIDOMAIN CHEMICALS Jl. Raya Merak Km. 117 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Banten 42438, INDONESIA Telp. (0254) , Fax.

LEMBAR DATA KESELAMATAN

Material Safety Data Sheet (MSDS) Benzena BAGIAN 1: KIMIA IDENTIFIKASI PRODUK DAN PERUSAHAAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN

Material Safety Data Sheet

PT. TRIDOMAIN CHEMICALS Jl. Raya Merak Km. 117 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Banten 42438, INDONESIA Telp. (0254) , Fax.

SODIUM SULFIT SODIUM SULFITE

: LANNATE 25 WP INSEKTISIDA

MATERIAL SAFETY DATA SHEET ANILINE 99%

KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL

AMMONIUM IODIDA AMMONIUM IODIDE

KARBON DIOKSIDA CARBON DIOXIDE

: LANNATE 40 SP INSEKTISIDA

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

: Prevathon 50 SC Insektisida

KALIUM HIDROKSIDA POTASSIUM HYDROXIDE

Lenkote Alkali Resisting Primer

ASAM SALISILAT SALICYLIC ACID

Lembaran Data Keselamatan Bahan

VIPLAS. Lembar Data Keselamatan. 1. Deskripsi Produk dan Perusahaan : 2. Identifikasi Bahaya : 3. Komposisi / Informasi dari zat zat yang digunakan :

ARTEMISININ ARTEMISININ

TIMBAL ASETAT LEAD ACETAT

Material Safety Data Sheet. : Stearin Sawit RBD Terhidrogenasi

MSDS NaCl (natrium klorida)

2,4,5-TRIKLOROFENOL 2,4,5-TRICHLOROPHENOL

Data Keracunan Rumah Sakit Tahun

PROPILEN GLIKOL PROPYLENE GLYCOL

VINIL ASETAT VINIYL ACETATE

WASPADA TERHADAP BAHAYA PAPARAN BENSIN

Transkripsi:

PROPOKSUR PROPOXUR 1. IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA 1.1. Golongan Karbamat (5,8) 1.2. Sinonim/Nama Dagang (4,5,8) 2-Isopropoxyphenyl methylcarbamate; Phenol, 2-(1-methylethoxy)-, methylcarbamate; 2-(1-Methylethoxy)phenyl methylcarbamate; Arprocarb; Bay 9010; Baygon; Bayer 39007; Bifex; Blattanex; Brifur; Bolfo; Invisi-Gard; Pillargon; Prentox Carbamate; Propogon; Proprotox; Rhoden; Sendran; Suncide; Tendex; Tugen; Unden; Undene. 1.3. Nomor Identifikasi 1.3.1. Nomor CAS : 114-26-1 (4,6) 1.3.2. Nomor EC : 006-016-00-4 (4,6) 1.3.3. Nomor RTECS : FC3150000 (4,6) 1.3.4. Nomor UN : 2757 (4,6) 2. PENGGUNAAN Insektisida untuk mengontrol nyamuk penyebab malaria (12). 3. BAHAYA TERHADAP KESEHATAN 3.1. Organ Sasaran Sistem saraf pusat, hati (8,10), ginjal, saluran cerna, kolinesterase darah (10). 3.2. Rute Paparan 3.2.1. Paparan Jangka Pendek 3.2.1.1. Terhirup 1

Adanya inhibisi kolinesterase dapat menyebabkan keracunan sistemik (13). Pusing, sakit kepala, berkeringat, napas tersengal-sengal, mual, muntah, konstriksi pupil, kram otot, hipersalivasi, tidak sadarkan diri (4). Iritasi saluran napas bagian atas (termasuk laring), batuk, takipnea, bronkokonstriksi, peningkatan sekresi lendir saluran napas (5). 3.2.1.2. Kontak dengan Kulit Adanya inhibisi kolinesterase dapat menyebabkan keracunan sistemik (13). Diaforesis (berkeringat) pada tempat paparan, dermatitis kontak (5). 3.2.1.3. Kontak dengan Mata Konstriksi pupil, pandangan buram (4), iritasi mata (5). 3.2.1.4. Tertelan Adanya inhibisi kolinesterase dapat menyebabkan keracunan sistemik (13). Kram perut, konvulsi, diare, lemah, kedutan otot (4), salivasi, mual, muntah, nyeri perut, pankreatitis (5). 3.2.2. Paparan Jangka panjang 3.2.2.1. Terhirup Depresi level kolinesterase, sakit kepala, mual, muntah (9). Paparan jangka panjang dan berulang dapat menimbulkan gejala serupa dengan paparan jangka pendek (8). 3.2.2.2. Kontak dengan Kulit Paparan jangka panjang dan berulang dapat menimbulkan gejala serupa dengan paparan jangka pendek (8). 3.2.2.3. Kontak dengan Mata Paparan jangka panjang dan berulang dapat menimbulkan gejala serupa dengan paparan jangka pendek (8). 3.2.2.4. Tertelan Paparan jangka panjang dan berulang dapat menimbulkan gejala serupa dengan paparan jangka pendek (7). 2

4. TOKSIKOLOGI 4.1. Toksisitas 4.1.1. Data pada Hewan LD 50 oral-tikus 41 mg/kg; LC 50 inhalasi-tikus (1 jam) 1,440 mg/m 3 ; LD 50 kulit-tikus 800 mg/kg (7) ; LD 50 oral-marmut 40 mg/kg; LD 50 oral-tikus 100 mg/kg; LD 50 oral-mencit 100 mg/kg; LD 50 kulit-kelinci >500 mg/kg (8) ; LD 50 oral-tikus 1795 mg/kg; LC 50 inhalasi-tikus >0,85 mg/l selama 4 jam; LD 50 kulit-kelinci >2000 mg/kg (11) 4.1.2. Data pada Manusia Propoksur dosis tunggal 0,36 mg/kg dapat menyebabkan rasa tidak nyaman di perut, pandangan buram, dan berkeringat dalam waktu singkat; menelan propoksur 1,5 mg/kg dapat menyebabkan pandangan buram dan mual dalam jangka waktu 20 menit, yang diikuti berkeringat, takikardia, hipertensi sistolik, dan muntah berulang hingga sekitar 45 menit, gejala dan asetilkolinesterase eritrosit dapat pulih dalam 2 jam (5). 4.2. Data Karsinogenik IARC: Tidak ada satupun komponen produk yang berada pada tingkat lebih dari atau sama dengan 0,1% yang teridentifikasi diduga (probable), mungkin (possible), atau terkonfirmasi (confirmed) karsinogen pada manusia oleh IARC (7). EPA: Tidak mengklasifikasikan propoksur sebagai karsinogen (9). 4.3. Data Teratogenik Terdapat bukti dalam jumlah terbatas yang menunjukkan bahwa propoksur bersifat teratogenik pada hewan uji (12). 4.4. Data Mutagenik Tidak menyebabkan mutasi pada 6 jenis bakteri uji yang berbeda (8). 5. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KORBAN KERACUNAN 5.1. Terhirup Pindahkan korban ke tempat berudara segar. Berikan pernapasan buatan jika dibutuhkan. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat (7). 3

5.2. Kontak dengan Kulit Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci kulit, kuku, dan rambut menggunakan sabun dan air yang banyak sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal, sekurangnya selama 15-20 menit. Bila perlu segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat (7). 5.3. Kontak dengan Mata Segera cuci mata dengan air yang banyak, sekurangnya selama 15-20 menit dengan sesekali membuka kelopak mata bagian atas dan bawah sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat (7). 5.4. Tertelan Jangan lakukan induksi muntah (11). Jangan berikan apapun melalui mulut pada korban yang tidak sadarkan diri. Cuci mulut menggunakan air. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat (7). 6. PENATALAKSANAAN PADA KORBAN KERACUNAN 6.1. Resusitasi dan Stabilisasi (3) a. Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan jalan napas untuk menjamin pertukaran udara. b. Penatalaksanaan fungsi pernapasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernapasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida. c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah. 6.2. Dekontaminasi 6.2.1. Dekontaminasi Mata (3) - Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya. - Secara perlahan, bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci dengan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% diguyur perlahan selama 15-20 menit atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata. 4

- Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya. - Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit. - Jangan biarkan pasien menggosok matanya. - Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat dan konsul ke dokter mata. 6.2.2. Dekontaminasi Kulit (termasuk rambut dan kuku) (3) - Bawa segera pasien ke pancuran terdekat. - Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang dingin atau hangat serta sabun minimal 10 menit. - Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau kertas secara lembut. Jangan digosok. - Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup. - Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan menggunakan sarung tangan, masker hidung, dan apron. Hatihati untuk tidak menghirupnya. - Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut. 6.2.3. Dekontaminasi Gastrointestinal (5) - Aspirasi nasogastrik Direkomendasikan jika jumlah cairan bahan yang tertelan bersifat toksik secara sistemik dan volumenya memadai untuk diaspirasi. Namun karena prosedur ini dapat meningkatkan risiko muntah dan terjadinya aspirasi paru, maka jalan napas pasien harus dipastikan tetap terjaga. Perlu dipastikan juga penempatan NGT yang akurat. - Pemberian arang aktif dosis tunggal (secara oral) Dosis untuk dewasa 50-100 gram; untuk anak-anak 1-2 gram/kg - Whole bowel irrigation Prosedur ini tidak boleh dilakukan jika pasien mengalami kejang otot dan statis yang dapat terjadi pada kasus yang mengharuskan penggunaan atropin dosis tinggi. 5

Cairan irigasi yang direkomendasikan adalah larutan elektrolit iso-osmotik polietilen glikol dengan laju seperti yang tertera di bawah hingga efluen rektal bersih: Remaja/ dewasa: 1500 2000 ml/jam oral atau NGT; Anak usia 9 bulan 6 tahun: 20 ml/kg/jam oral atau NGT; Anak usia 6 12 tahun: 20 ml/kg/jam oral atau NGT 6.3. Antidotum Catatan untuk dokter: Produk propoksur mengandung inhibitor kolinesterase. Jika timbul gejala inhibisi kolinesterase, maka gunakan atropin sulfat sebagai antidotum (13). Pralidoksim juga dapat digunakan sebagai antidotum (13). a. Atropin Pemberian atropin tepat waktu dalam dosis yang memadai merupakan hal yang esensial (5). Dosis untuk dewasa : 1 5 mg IV lebih dari 1 menit; Dosis untuk anak : 0,01 0,05 mg/kg IV lebih dari 1 menit. Dosis harus digandakan dan diulang setiap 5 menit (misal 1 mg, 2 mg, 4 mg, 8 mg, dst.) hingga pasien menunjukkan tanda-tanda atropinisasi antara lain kulit menjadi merah dan kering, pupil berdilatasi, takikardi, dan mulut kering. Terapi atropin harus dihentikan secara perlahan untuk mencegah tanda atau gejala muncul kembali, seperti edema pulmoner (5). b. Oximes Penggunaan oximes hanya direkomendasikan pada pasien keracunan karbamat yang tidak memberikan respons terhadap atropin, serta jika timbul gejala yang mengancam jiwa, termasuk lemah otot berat. Penggunaan oximes juga direkomendasikan untuk kasus keracunan campuran karbamat-organofosfat yang serius, atau jika bahan antikolinesterase tidak diketahui (5) c. Pralidoksim Pralidoksim tersedia dalam berbagai macam bentuk, seperti garam klorida, iodida, metilsulfat, dan mesilat (metansulfonat) (5). 6

Dosis awal untuk dewasa 1 2 gram IV normal, infus lebih dari 15-30 menit dalam 250 larutan garam; Dosis awal untuk anak 20 50 mg/kg IV, infus lebih dari 15-30 menit sebagai larutan garam normal 5%, maksimum 1 gram Pengulangan: 1-2 jam kemudian, dan setiap 6-12 jam setelahnya jika terindikasi secara klinis, terutama jika kelemahan otot atau diafragmatik dan koma tidak teratasi (5). 7. SIFAT FISIKA KIMIA 7.1. Nama Bahan Propoksur 7.2. Deskripsi (4,5,7,8,9) Berbentuk serbuk kristal tidak berwarna hingga putih, memiliki aroma yang lemah; Rumus molekul C 11 H 15 NO 3 ; Berat molekul 209,2; Titik lebur 90 o C; Berat jenis (air = 1) 1,18; Sedikit larut dalam air, dengan kelarutan dalam air 2000 mg/l @ 20 o C; Larut dalam kebanyakan pelarut polar, seperti aseton, metanol, sikloheksanon, kloroform, dan toluen; 7.3. Tingkat Bahaya, Frasa Risiko dan Frasa Keamanan 7.3.1. Peringkat NFPA (Skala 0-4) (13) Kesehatan 2 = Tingkat keparahan sedang Kebakaran 1 = Tingkat kebakaran rendah Reaktivitas 1 = Tingkat reaktivitas rendah 7.3.2. Klasifikasi EC (Frasa Risiko dan Frasa Kemanan) (4,7) T = Beracun N = Berbahaya terhadap lingkungan R25 = Beracun jika tertelan R50/53 = Sangat beracun bagi organisme perairan, dapat menyebabkan efek yang merugikan jangka panjang di lingkungan perairan S1/2 = Jaga agar tetap terkunci dan jauhkan dari jangkauan anak-anak 7

S37 S45 S60 S61 = Kenakan sarung tangan yang cocok = Jika terjadi kecelakaan atau jika anda merasa tidak sehat, jika memungkinkan segera menghubungi dokter (perlihatkan label kemasan) = Bahan ini dan wadahnya harus dibuang sebagai limbah berbahaya = Hindari pembuangan ke lingkungan. Rujuk pada lembar data keamanan/instruksi khusus 7.3.3. Klasifikasi GHS (7) Tanda = Berbahaya H301 = Beracun bila tertelan H410 = Sangat beracun pada kehidupan perairan dengan efek jangka panjang P273 = Hindarkan pelepasan ke lingkungan P301 + P310 = Bila tertelan: Segera hubungi Sentra Informasi Keracunan atau dokter P501 = Buang isi/ wadah ke tempat pembuangan limbah yang telah disetujui 8. STABILISASI DAN REAKTIVITAS 8.1. Reaktivitas Senyawa ini secara kimiawi bersifat stabil (11,13). 8.2. Kondisi yang Harus Dihindari Semua sumber api: panas, percikan, nyala terbuka (11). Terpapar suhu di atas 100 o C secara terus-menerus (13). 8.3. Bahan Tak Tercampurkan Bahan pengoksidasi kuat (7,10,11,13), alkali (10,11,13) 8.4. Dekomposisi Menghasilkan uap metil isosianat yang sangat toksik jika dipanaskan hingga terdekomposisi (10,13). Kemungkinan produk hasil dekomposisi termal lain adalah karbon monoksida, karbon dioksida, nitrogen dioksida, nitrogen oksida, dan metilamin (11,13). 8

8.5. Polimerisasi Tidak akan terpolimerisasi (13). 9. BATAS PAPARAN DAN ALAT PELINDUNG DIRI 9.1. Ventilasi Sediakan sistem ventilasi penghisap udara setempat. Sediakan ventilasi yang memadai di tempat penyimpanan atau ruangan tertutup (12). 9.2. Perlindungan Mata Kacamata pengaman dengan pelindung bagian sisi wajah atau kenakan penutup seluruh wajah jika ada kemungkinan terpercik bahan kimia (11). Sediakan kran pencuci mata darurat serta semprotan air deras dekat dengan tempat kerja (11). 9.3. Pakaian Kenakan pakaian pelindung yang tahan bahan kimia (12). Perlindungan tubuh disesuaikan dengan aktivitas serta kemungkinan terjadinya paparan, misalnya pelindung kepala, apron, sepatu boot, pakaian yang tahan bahan kimia (11). 9.4. Sarung Tangan Sarung tangan yang tahan bahan kimia (11). 9.5. Respirator Kenakan pelindung pernapasan jika ventilasi tidak memadai. Kenakan respirator partikel/ uap organik yang direkomendasikan NIOSH (atau yang setara) 10. DAFTAR PUSTAKA 1. Tanen, D.A. Organophosphorus and Carbamate Insectisides in Poisoning & Drug Overdose Fifth Ed. Olson, K.R., et al. (Eds.). McGraw- Hill Companies, Inc./Lange Medical Books. New York. 2007. 2. Henry, J. and H. Wiseman. Management of Poisoning: A handbook for health care workers. International Programme on Chemical Safety. World Health Organization in collaboration with United Nations Environment Programme and International Labour Organization. Geneva. 1997. 9

3. Sentra Informasi Keracunan (SIKer) dan tim. Pedoman Penatalaksanaan Keracunan untuk Rumah Sakit. 2001 4. http://www.inchem.org/documents/icsc/icsc/eics0191.htm (diunduh Juli 2013) 5. http://www.toxinz.com/spec/2369878# (diunduh Juli 2013) 6. http://www.cdc.gov/niosh/ipcsneng/neng0191.html (diunduh Juli 2013) 7. http://www.guidechem.com/msds/114-26-1.html (diunduh Juli 2013) 8. http://extoxnet.orst.edu/pips/propoxur.htm (diunduh Juli 2013) 9. http://www.epa.gov/ttnatw01/hlthef/propoxur.html (diunduh Juli 2013) 10. http://www.cdc.gov/niosh/npg/npgd0531.html (diunduh Juli 2013) 11. http://www.plunketts.net/docs/msds/propoxur-m-2.pdf (diunduh Juli 2013) 12. http://nj.gov/health/eoh/rtkweb/documents/fs/1604.pdf (diunduh Juli 2013) 13. www.generalpest-ohio.com (diunduh Juli 2013) 10