TANGGAP PERTUMBUHAN JAMUR MERANG TERHADAP FORMULASI DAN KETEBALAN MEDIA. Effect Paddy Straw Mushroom on Formulation and Medium Thickness

dokumen-dokumen yang mirip
TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae Bull. Ex. Fr.) TERHADAP FORMULASI DAN KETEBALAN MEDIA SKRIPSI

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN

Biologi dan Siklus Hidup Jamur Merang. subkelas homobasidiomycetes, ordo agaricales, dan famili plutaceae.

I. PENDAHULUAN. merupakan sumber protein dan mineral yang baik, dengan kandungan kalium,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perkebunann kelapa sawit berkembang pesat di kawasan Asia Tenggara, Malaysia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein

PEMANFAATAN JERAMI PADI DAN PENAMBAHAN KOTORAN AYAM SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) SKRIPSI

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah merupakan hasil sisa produksi dari pabrik maupun rumah tangga yang sudah tidak dimanfaatkan.

KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR MERANG (Volvariella volvacea L.) PADA MEDIA TANAM DAN KONSENTRASI PUPUK BIOGREEN YANG BERBEDA

UKDW I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merang (Volvariella volvacea) merupakan salah satu spesies jamur

I. PENDAHULUAN. jenis jamur yang dapat serta banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Jamur UKDW

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama diperkotaan. Budidaya jamur di Indonesia masih sangat

PENGARUH KOMBINASI TAKARAN DEDAK DAN LAMA PENGOMPOSAN MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PADA MEDIA TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DENGAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA SKRIPSI. Oleh: HANNA JUNIAR SIREGAR BDP-AGRONOMI

KAJIAN KOMPOSISI MEDIA UTAMA DAN PENAMBAHAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae). SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan penyakit, cacat janin, kematian, bahkan. pemutusan mata rantai kehidupan suatu organisme. Limbah merupakan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

merang terutama selulosa (Subaryanto, 2011). Bersumber dari pernyataan tersebut, sangat mungkin sekali mengganti media tumbuh jamur merang yang

PENGARUH DUA JENIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativa L.) YANG DI TANAM PADA MEDIA GAMBUT DAN TANAH MINERAL

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kayu seperti jamur

SKRIPSI PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake.

PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MELALUI USAHA KOMPOS BOKASHI, BUDIDAYA SAYUR DAN JAMUR MERANG ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. membantu menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat. permukaan yang lebih kasar dibandingkan cabai merah besar, dan memiliki

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAB I PENDAHULUAN. Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh. manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan.

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( )

PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH PERTANIAN JERAMI PADI dan BATANG JAGUNG

Makalah Seminar Hasil. PENGARUH KOMPOS DAUN GAMAL DAN MOLASE SEBAGAI NUTRISI TAMBAHAN DALAM BAGLOG TERHADAP PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus)

PENGARUH PENAMBAHAN PUPUK MAJEMUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KADAR PROTEIN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

OPTIMASI PENGOLAHAN TEPUNG JAMUR MERANG TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN PANGAN FUNGSIONAL PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. Sedangkan pads Bokashi Arang Sekam setelah disimpan selama 4 minggu C/N rationya sebesar 20.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

I. PENDAHULUAN. Sterculiceae dari genus Theobroma, berasal dari Amazone dan daerah-daerah

PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus Jacq.) PADA MEDIA SERBUK GERGAJI DENGAN BEBERAPA DOSIS DAN FREKUENSI PEMBERIAN AIR KELAPA

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA PEMBERIAN HIDROGEL DAN FREKUENSI PENYIRAMAN DENGAN SISTEM VERTIKULTUR SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

PENGARUH MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR UNTUK PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR MERANG SKRIPSI

PENGARUH MACAM AUKSIN PADA PEMBIBITAN BEBERAPA VARIETAS TANAMAN JATI (Tectona grandis, L.)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Terhadap Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair dan Aplikasi Pupuk NPK

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat. Sarjana S-1 Pendidikan Biologi. Disusun Oleh:

PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA BERBAGAI SISTEM PENEBARAN BIBIT DAN KETEBALAN MEDIA

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi.

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS UBI JALAR (Ipomoea batatas L. Lam) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS JERAMI PADI SKRIPSI OLEH:

III. BAHAN DAN METODE. UIN Suska Riau yang terletak di Jl. HR. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru,

ABSTRAK. Peneliti : Imam Mudakir 1 Mahasiswa Terlibat : - : BOPTN Dirlitabmas Kementerian Pendidikaan dan Kebudayaan

ABSTRAK. Kata kunci : ampas padat brem, hidrolisis, H 2 SO 4, gula cair

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

Pengembangan Media Dasar Jerami untuk Pertumbuhan dan. Produktifitas Jamur Merang (Volvariella Volvaceae) dengan

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK

PENGARUH LIMBAH SEKAM PADI DAN DAUN PISANG KERING SEBAGAI MEDIA TAMBAHAN TERHADAP PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari)

I. PENDAHULUAN. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktifitas. banyak populasi jasad mikro (fungi) dalam tanah (Lubis, 2008).

PERTUMBUHAN DAN HASIL KAILAN (brassica alboglabra) PADA BERBAGAI DOSIS KOMPOS SOLID ABSTRAK

Pertumbuhan Jamur Merang (Volvariella volvaceae) pada Berbagai Media Tumbuh

PENGARUH PEMBERIAN SERBUK SABUT KELAPA DAN GYPSUM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA SERBUK KAYU

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN STUMP KARET PADA BERBAGAI KEDALAMAN DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM SKRIPSI OLEH : JENNI SAGITA SINAGA/ AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP KADAR N, P, DAN K TANAH, SERAPAN N, P, DAN K SERTA PERTUMBUHAN PADI DENGAN SISTEM SRI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

KAJIAN PEMBERIAN ZEOLIT DAN ARANG SEKAM PADA TANAH SAWAH TERCEMAR LIMBAH PABRIK TERHADAP Pb TANAH DAN TANAMAN PADI SKRIPSI OLEH :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN NURSERY TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH

BAB I PENDAHULUAN. jamur kuping, jamur tiram, jamur merang, jamur shiitake dan sebagainya.

PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) PADA MEDIA GAMBUT DENGAN PEMBERIAN URINE SAPI

Transkripsi:

Jurnal Dinamika Pertanian Volume XXIX Nomor 3 Desember 2014 (225-230) ISSN 0215-2525 TANGGAP PERTUMBUHAN JAMUR MERANG TERHADAP FORMULASI DAN KETEBALAN MEDIA Effect Paddy Straw Mushroom on Formulation and Medium Thickness Masdelila Siregar dan Emi Sari Ritonga Balai Pengkajian Teknlogi Pertanian Riau Jl. Kaharuddin Nasution No. 346, Km 10. Pekanbaru. Telp. 0761-674206 Email : riau. bptp@yahoo.com. [Diterima Agustus 2014, Disetujui November 2014] ABSTRACT Paddy straw mushroom is high nutritious food matter, so it can be expected to be the best formulations of medium for optimizing growth. The objective of the research was to study the respon of Growth and Production of Paddy straw mushroom (Volvariella volvacea Bull. Ex. Fr.) toward formulations and thickness of mediums. This research was conducted in Plantation Education Institute Green House at Pancing, starting from February to March 2010. The method of this research is completely randomized design factorial with two factors and three replications. The first factor was the formulation of medium (M) consist of five levels. The second factor was the thickness of medium (T) consisting of two levels, 15 cm and 20 cm. The results of research showed that the formulation of medium significantly increase the number of mushroom body and fresh weight, but unsignificantly at start harvest time, length of mushroom body, cap s diameters. Thickness of medium treatment and its interaction with formulation of medium unsignificanly at all parameters. Keywords: Paddy strawmushroom, Formulation of medium, Medium thickness. ABSTRAK Jamur merang merupakan bahan makanan bergizi tinggi, sehingga diharapkan formulasi media yang baik dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan produksinya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh lima taraf formulasi media dan dua taraf ketebalan media terhadap pertumbuhan jamur merang. Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Lembaga Penelitian Perkebunan Pancing, mulai bulan Februari sampai Maret 2010. Metode yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu formulasi media yang terdiri dari 5 formulasi dan perlakuan ketebalan media yang terdiri dari 15 cm dan 20 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan formulasi media berpengaruh nyata meningkatkan jumlah badan buah, tetapi berpengaruh tidak nyata pada panjang badan buah dan diameter tudung. Selanjutnya, perlakuan ketebalan media serta interaksinya dengan formulasi media berpengaruh tidak nyata pada seluruh parameter. Kata Kunci: Jamur merang, Formulasi media, Ketebalan media PENDAHULUAN Kita telah mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidak sebaik tumbuhan lainnya. Hal itu disebabkan karena jamur hanya tumbuh pada waktu tertentu, pada kondisi tertentu yang mendukung dan lama hidupnya yang terbatas. Sebagai contoh, jamur banyak muncul pada musim hujan di kayu-kayu lapuk, serasah maupun tumpukan jerami. Namun, jamur ini segera mati setelah musim kemarau tiba. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia telah mampu membudidayakan jamur dalam medium buatan, misalnya: jamur merang, jamur tiram dan jamur kuping. Sejak tahun 1970 1990, diketahui bahwa jamur merang telah banyak diusahakan secara komersial di Indonesia dan telah umum dijadikan bahan makanan. Bahkan beberapa produk jamur olahan (bentuk kalengan) sudah menjadi andalan ekspor ke beberapa negara Eropa, Amerika, dan Asia. Sedangkan dalam 225

Dinamika Pertanian Desember 2014 bentuk kalengan diekspor ke Singapura, Hongkong, Malaysia dan Jepang (Pasaribu dkk., 2002). Kebutuhan jamur merang di pasaran luar negeri yang semakin meningkat, menyebabkan budidaya jamur merang mempunyai prospek yang cukup baik, seperti singapura yang membutuhkan 100 ton jamur merang setiap bulan dan Malaysia membutuhkan jamur sekitar 15 ton tiap minggunya (Agus dkk., 2002). Jamur memiliki kandungan nutrisi yang lengkap. Sebagai bahan makanan mengandung Vitamin B 1, B 2, D dan niacin. Jamur juga mengandung unsur mineral yang diperlukan oleh tubuh seperti kalium, calsium, natrium, dan magnesium. Kandungan serat yang dimiliki jamur juga tinggi, yaitu sebesar 7,4-27,6 persen. Menurut penelitian FAO, jamur segar mengandung protein nabati lebih besar dibandingkan dengan sayuran lainnya (Tim Redaksi Agromedia, 2002). Jamur merang umumnya tumbuh pada media yang merupakan limbah sumber selulosa, seperti: merang, limbah penggilingan padi, limbah pabrik kertas, ampas batang aren, ampas sagu, sisa kapas, kulit buah pala, limbah kelapa sawit dan sebagainya (Sinaga, 2006). Salah satu limbah pabrik kelapa sawit yang jumlahnya sangat melimpah adalah TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit). Dimana, setiap pengolahan 1 ton TBS akan menghasilkan TKKS sebanyak 22-23 persen atau sebanyak 220-230 kg. Selanjutnya pada tahun 2004, jumlah limbah TKKS seluruh Indonesia diperkirakan mencapai 18,2 juta ton. Namun, limbah ini belum dimanfaatkan secara baik oleh sebagian besar pabrik kelapa sawit (PKS) di Indonesia, sehingga bermanfaat sebagai media tanam bagi tanaman jamur. Selanjutnya, jika dilihat dari kandungan zat yang terdapat dalam TKKS yaitu selulosa sebanyak 45,80 persen dan hemiselulosa sebanyak 26 persen serta kandungan unsur hara N sekitar 0,4 persen, unsur P 2O 5 sekitar 0,029-0,05 persen, unsur K 2O sekitar 0,15-0,2 persen (Quimio dalam Sinaga, 2006). Umumnya jamur akan tumbuh dengan baik pada keadaan udara yang lembab. Hal ini erat hubungannya dengan kebutuhan jamur akan air, baik dalam bentuk air maupun uap air yaitu sekitar 90 persen. Selanjutnya, untuk perkembangan jamur merang memerlukan sumber nutrien atau makanan dalam bentuk unsurunsur, seperti: karbohidrat, nitrogen, fosfor, belerang, kalium, kapur (Ca), karbon serta beberapa unsur lainya seperti mineral. Mineral ini dapat ditambahkan ke dalam media dalam bentuk larutan garam atau senyawa-senyawa lainnya, seperti: pupuk kandang, dedak, CaCO 3, SP36, Urea. Suharjo (2007) mengemukakan bahwa ada beberapa bahan yang harus ditambahkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan menunjang pertumbuhan jamur, yaitu arang sekam yang berfungsi menstabilkan suhu tempat tumbuhnya jamur dan kangkung yang berfungsi meningkatkan suhu dalam media. Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur yang banyak dikonsumsi di Indonesia, selain jamur tiram. Jamur merang mengabsorpsi karbohidrat dan mineral dari rumput-rumputan yang melapuk. Rumput-rumputan terutama jerami mengandung banyak zat gula dan mineral (N, P, K dan sebagainya). Selama proses fermentasi, bahan organik karbohidrat dan mineral dapat diambil dalam jumlah besar. Begitu terjadi pelapukan jerami, dengan cepat kandungan senyawa organiknya segera akan tersedia dan dapat digunakan jamur untuk pertumbuhannya (Sinaga, 2006). Pupuk kandang terdiri dari dua komponen asli yaitu padat dan cair dengan perbandingan 3:1 dengan kandungan unsur hara yang terdapat di dalamnya, antara lain: unsur N sebanyak 0,5 persen, unsur P 2O 5 sebanyak 0,25 persen dan unsur K 2O sebanyak 0,5 persen. Selanjutnya, pada pupuk kandang kotoran ayam, kadar unsur hara yang terkandung antara lain, yaitu H 2O sebanyak 55 persen, unsur N sebanyak 1 persen, unsur P 2O 5 sebanyak 0,8 persen, dan unsur K 2O sebanyak 0,4 persen (Hakim dkk, 1986). Dedak sebagai campuran media tanam berfungsi sebagai nutrisi dan sumber karbohidrat, karbon, dan nitrogen. Karbon digunakan sebagai sumber energi utama, sedangkan nitrogen berfungsi untuk membangun miselium dan membangun enzim-enzim yang disimpan dalam tubuhnya. Sukara (1981) mengemukakan bahwa dedak mengandung senyawa organik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur merang seperti Nitogen 3,5 persen, Phospor 2,7 persen, Kalium 0,8 persen, Magnesium 1 persen, lignin 19 persen, dan selulosa 29 persen. Selanjutnya, dedak yang disarankan adalah yang masih baru dan tidak berbau apek atau tengik. 226

Tanggap Pertumbuhan Jamur Merang Terhadap Formulasi dan Ketebalan Medi Jika dilihat dari media tanam yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan jamur merang, maka dalam penelitian ini menggunakan berbagai macam campuran media: seperti TKKS, jerami, kardus, pupuk kandang, pupuk organik, kapur, urea, SP36, tepung beras ketan, kangkung, arang sekam serta dedak. Sehingga, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh lima taraf formulasi media dan dua taraf ketebalan media terhadap pertumbuhan jamur merang. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Medan yang berada di ketinggian tempat ± 25 m di atas permukaan laut. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Februari 2010 hingga bulan Maret 2010. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit jamur merang F3 sebagai komoditi yang diamati, tandan kosong kelapa sawit (TKKS), jerami, kardus, dan kertas sebagai bahan media tumbuh jamur, alkohol 70 persen untuk sterilisasi, dedak (D), kapur (K), kotoran ayam (KA) yang sudah kering, pupuk SP36 (P), Urea (U), tepung beras ketan (TBK), KNG (kangkung), S (arang sekam) dan pupuk organik (PO) sebagai bahan campuran media. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kotak kardus sebagai tempat pertumbuhan jamur merang, drum pensteril, handsprayer sebagai alat untuk menyiram media, meteran, alat tulis, kalkulator, timbangan dan peralatan lain yang mendukung dalam peneliti. Penelitian dilakukan dengan memakai rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor perlakuan, yaitu: 1. Faktor formulasi/komposisi media yang terdiri dari 5 jenis perlakuan yaitu: M1 = TKKS 25 kg + D 6 kg + K 4,5 kg + U 0.03 kg + KA 1,5 kg M2 = TKKS 25 kg + D 6 kg + K 4,5 kg + U 0.03 kg + KA1,5 kg + P 0,03 kg M3 = TKKS 25 kg + D 6 kg + K 4,5 kg + U 0.03 kg + KA1, 5 Kg + P 0,03 kg + TBK 0,15 kg M4 = TKKS 25 kg + Jerami 5 kg + D 6 kg + K 4,5 kg + U 0,03 kg+ P 0,03 kg TBK 0.15 kg + KNG 3 kg + 1,5 kg S M5 = TKKS 25 kg + Kardus 5 kg + D6 kg + K 4,5 kg + U 0,03 kg+ KA1,5 kg + P 0,03 kg + TBK 0.15 kg + KNG 3 kg + 1,5 kg S 2. Faktor ketebalan media dengan 2 taraf yaitu: T1 = 15 cm T2 = 20 cm Sehingga diperoleh 10 kombinasi yaitu: M1 M2T1 M3T1 M4T1 M5T1 M1T2 M2T2 M3T2 M4T2 M5T2 Jumlah ulangan : 3 Jumlah kombinasi : 10 Jarak antar ulangan : 50 cm Jumlah seluruh kotak : 30 Keterangan: Ukuran kotak = 30 x 21cm Tinggi kotak = 25 cm Analisis statististika yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis sidik ragam (ANOVA) sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan taraf 5%. Model linier persamaan analisis sidik ragamnya adalah sebagai berikut (Gomez dan Gomez, 1995): Yijk = μ + i + j + ( )ij + ijk...(1) Keterangan: Yijk = Nilai parameter dari faktor M dari taraf ke- i dan faktor T pada taraf ke-j dengan ulangan k yang diamati µ = Nilai tengah i = Parameter formulasi media pada taraf ke-i ( )ij = Respon interaksi faktor M pada taraf ke-i dan faktor T pada taraf ke-j ijk = Pengaruh galat dari faktor M pada taraf ke-i dan faktor T pada taraf ke-j dalam ulangan ke-k Data hasil penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda rataan berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) dengan taraf 5% (Bangun, 1998). HASIL DAN PEMBAHASAN Umur Mulai Panen Berdasarkan analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan formulasi media dan ketebalan media serta interaksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap umur mulai panen. Data rataan umur mulai panen pada perlakuan formulasi media dan ketebalan media disajikan 227

Dinamika Pertanian Desember 2014 Tabel 1. Umur Mulai Panen Pada Perlakuan Formulasi Media dan Ketebalan Media (hari) Formulasi media Ketebalan Media (T) Rataan (M) T1 T2 (hari) M1 15,33 15,33 15,33 M2 14,67 15,00 14,83 M3 10,00 13,67 11,83 M4 16,33 18,00 17,17 M5 14,33 15,67 15,00 Rataan 14,13 15,53 pada Tabel 1. Data Tabel 1 dapat dilihat bahwa umur mulai panen tersingkat pada perlakuan formulasi media terdapat pada perlakuan M3, yaitu 11,83 hari dan yang terlama pada perlakuan M4 yaitu 17,17 hari. Selanjutnya, umur panen tersingkat tanaman cabe rawit terdapat pada ketebalan media pada perlakuan T1 yaitu selama 14,13 hari dan yang terlama pada perlakuan T2 yaitu selama 15,53 hari. Panjang Badan Buah Berdasarkan analisis sidik ragam yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa perlakuan formulasi media dan ketebalan media serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap panjang badan buah. Data rataan panjang badan buah tanaman cabe rawit pada perlakuan formulasi media dan ketebalan media disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 dapat dilihat bahwa, panjang badan buah cabe rawit tertinggi terdapat pada perlakuan formulasi media terdapat pada perlakuan M4 yaitu sebesar 5,08 cm dan yang terendah terdapat pada perlakuan M5 yaitu sebesar 4,38 cm. Selanjutnya dapat dilihat bahwa perlakuan ketebalan media pada T1 menghasilkan panjang badan buah tertinggi yaitu sebesar 4,94 cm dan terendah pada T2 sebesar 4,38 cm. Diameter Tudung Berdasarkan analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan formulasi media dan ketebalan media serta interaksi keduanya Tabel 2. Panjang Badan Buah Pada Perlakuan Formulasi Media dan Ketebalan Media (cm) Formulasi Media Ketebalan Media (T) Rataan (M) T1 T2 (cm) M1 4,90 4,52 4,71 M2 4,64 4,14 4,39 M3 5,07 4,37 4,72 M4 5,66 4,49 5,08 M5 4,40 4,36 4,38 Rataan 4,94 4,38 Tabel 3. Diameter Tudung Pada Perlakuan Formulasi Media dan Ketebalan Media (cm) Formulasi Media Ketebalan Media (T) Rataan (M) T1 T2 (cm) M1 2,59 2,77 2,68 M2 2,83 2,87 2,85 M3 3,63 3,18 3,40 M4 2,96 2,70 2,83 M5 2,87 2,80 2,84 Rataan 2,98 2,86 228

Tanggap Pertumbuhan Jamur Merang Terhadap Formulasi dan Ketebalan Medi berpengaruh tidak nyata terhadap diameter tudung. Data rataan diameter tudung pada perlakuan formulasi media dan ketebalan media dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan formulasi media yanng diberikan pada tanaman cabe menghasilkan bahwa diameter tudung tertinggi terdapat pada perlakuan M3 yaitu 3,40 cm dan yang terendah pada perlakuan M1 yaitu 2,68 cm. Selanjutnya, jika dilihat dari perlakuan ketebalan media pada T1 menghasilkan diameter tudung tertinggi yaitu 2,98 cm dan terendah pada perlakuan T2 yaitu 2,86 cm. Suharjo, E., 2007. Budidaya Jamur Merang Dengan Media Kardus. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta. Tim Redaksi Agromedia. 2002. Budidaya Jamur Konsumsi. Agromedia Pustaka, Jakarta. KESIMPULAN 1. Formulasi media berpengaruh nyata terhadap jumlah badan buah, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tubuh buah dan diameter tudung. 2. Ketebalan media berpengaruh tidak nyata terhadap semua peubah amatan. 3. Interaksi formulasi media dan ketebalan media berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh peubah amatan. 4. Formulasi media tumbuh jamur merang terbaik adalah M5 yaitu campuran tandan kosong kelapa sawit, kardus, dedak, kapur, urea, kotoran ayam, fosfat, tepung beras ketan, kangkung dan arang sekam. DAFTAR PUSTAKA Agus. GTK, A, Dianawati. E. S. Irawan, dan K. Miharja. 2002. Pertumbuhan Padi Jerami Mashroom (Volvariella volvaceae) pada Berbagai Media Pertumbuhan. Bangun, M. K. 1998. Perancangan Percobaan. Fakultas Pertanian USU, Medan. Gomez. K. A dan A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. UI- Press, Jakarta. Hakim, N., M. N, Yusuf A. M. Lubis, G. N, Sutopo, M. S, M. Rusdi, M. D, Go, Amin, H. H. Bailey, 1986. Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung, Lampung. Pasaribu. T, R. P. Djumhawan, and R. A. Eisrin. 2002. Aneka Jamur Unggulan Yang Menembus Pasar. PT. Graindo, Jakarta. Sinaga. M. S. 2006. Jamur Merang dan Budidaya. Penebar Swadaya, Jakarta. Sukara, E. 1981. Cara Menanam Jamur Merang. Penerbit Bhratara Karya Aksara, Jakarta. 229

Dinamika Pertanian Desember 2014 230