1 GAMBARAN AKTIVITAS OVARIUM SAPI BALI BETINA YANG DIPOTONG PADA RUMAH PEMOTONGAN HEWAN (RPH) KENDARI BERDASARKAN FOLIKEL DOMINAN DAN CORPUS LUTEUM Takdir Saili 1*, Fatmawati 1, Achmad Selamet Aku 1 1 Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo, Kendari *takdir69@yahoo.com ABSTRAK Folikel dominan merupakan folikel yang di dalamnya terdapat oosit yang siap diovulasikan dan setelah ovulasi terjadi terbentuklah corpus luteum pada bekas folikel yang mengalami ovulasi. Kondisi ini hanya terjadi pada hewan betina yang mempunyai siklus reproduksi yang normal. Oleh karena itu keberadaan folikel dominan dan corpus luteum pada ovarium dapat dijadikan petunjuk terhadap tingkat aktivitas ovarium seekor sapi betina. Informasi tentang status reproduksi sapi betina yang dipotong di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Kendari sangat kurang, sehingga dibutuhkan penelitian untuk mengetahui status reproduksi hewan betina tersebut berdasarkan keberadaan folikel dominan dan corpus luteum pada ovariumnya. Pada penelitian ini digunakan 160 buah ovarium dari 80 ekor sapi yang dibagi ke dalam empat level umur, yaitu sapi betina berumur kurang dari 2 tahun, 2 tahun, 3 tahun dan sapi betina berumur 4 tahun. Variabel yang diamati adalah dimensi ovarium serta jumlah folikel dominan dan corpus luteum pada ovarium kiri dan kanan. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Selain itu, juga digunakan uji t untuk mengetahui perbandingan antara aktivitas ovarium kiri dan kanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata berat ovarium kiri adalah 2,56g dan ovarium kanan 2,33g. Jumlah folikel dominan pada ovarium kiri rata-rata 1,46 buah sedangkan ovarium kanan rata-rata 1,13 buah. Ratarata jumlah corpus luteum pada ovarium kiri adalah 0,34 buah dan ovarium kanan 0,15 buah. Hasil uji t menunjukkan bahwa rata-rata jumlah folikel dominan dan corpus luteum ovarium kiri nyata lebih banyak (P<0,05) dibanding dengan ovarium kanan. Persentase folikel dominan dan corpus luteum tertinggi terdapat pada sapi kelompok umur 3 tahun. Kesimpulan dari penelitian ini adalah status reproduksi sapi betina yang dipotong di RPH Kendari kurang baik dan ovarium kiri lebih aktif dibandingkan ovarium kanan. Kata kunci : Ovarium, folikel dominan, corpus luteum PENDAHULUAN Ovarium merupakan organ reproduksi primer pada hewan betina yang dapat menghasilkan sel telur dan hormon. Sel telur berkembang di dalam ovarium sejalan dengan pertumbuhan folikel yang membungkusnya. Folikel berubah dari folikel primordial, primer, sekunder dan akhirnya membentuk folikel dominan dan folikel de Graaf yang siap diovulasikan (Hafez and Hafez, 2000). Setelah ovulasi terjadi, maka pada bagian ovarium tempat terjadinya ovulasi akan terbentuk berturut-turut corpus haemoragicum dan corpus
2 luteum (Toelihere, 1985). Semua kejadian tersebut hanya dapat terjadi pada hewan betina yang mempunyai siklus reproduksi yang normal. Pada hewan betina yang mengalami gangguan folikulogenesis, maka tidak akan terbentuk folikel dominan. Demikian halnya pada hewan betina yang mengalami gangguan ovulasi karena kurangnya suplai hormon Luteinizing Hormone (LH) tidak akan pernah terbentuk corpus luteum pada ovariumnya. Keberadaan folikel dominan dan corpus luteum dapat diamati secara visual, sehingga status reproduksi seekor hewan betina dapat diprediksi secara langsung. Oleh karena itu pada penelitian ini, dilakukan pengamatan status reproduksi ternak betina yang dipotong di rumah pemotongan hewan (RPH) Kendari berdasarkan folikel dominan dan corpus luteum pada ovariumnya. MATERI DAN METODE Penyiapan Ovarium Ovarium sapi Bali diperoleh dari RPH Kendari dan selanjutnya dibawa ke Laboratorium menggunakan medium NaCl fisiologis (0.9%) dalam waktu tidak lebih dari satu jam. Ovarium tersebut masih bersatu dengan alat reproduksi lainnya (Gambar 1.) sehingga harus dipisahkan dengan menggunakan gunting preparat. Selanjutnya ovariumovarium tersebut dikelompokkan menurut umur sapi yang telah ditandai sebelumnya pada saat pengambilan sampel di RPH. Setiap pasang ovarium ditempatkan pada petridish yang berisi medium NaCl fisiologis sebelum dilakukan pengamatan dan pengukuran beberapa variable yang telah ditentukan. Jumlah total ovarium yang digunakan adalah 160 buah yang diperoleh dari 80 ekor sapi dengan empat kelompok umur (kurang dari 2 tahun, 2 tahun, 3 tahun dan 4 tahun). Umur sapi diprediksi berdasarkan pergantian gigi dan informasi dari pemilik ternak.
3 Variable dan Cara Pengukurannya Variabel yang diamati pada penelitian ini terdiri atas berat ovarium serta jumlah folikel dominan dan corpus luteum pada ovarium. Berat ovarium diketahui dengan dengan cara menimbang setiap ovarium menggunakan timbangan digital (Gambar 2.). Sedangkan jumlah folikel dominan dan corpus luteum dapat dihitung secara langsung pada permukaan ovarium (Gambar 3.). Analisis Data Data yang dikumpulkan selanjutnya ditabulasi dan dipersentasekan kemudian dianalisis menggunakan analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan perbandingan antara ovarium kiri dan kanan menggunakan uji t (Sudijono, 2008). Gambar 1. Alat reproduksi sapi Bali Gambar 2. Alat untuk menentukan berat ovarium Gambar 3. Ovarium, folikel dominan dan corpus luteum
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Berat Ovarium Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan berat ovarium tertinggi terdapat pada sapi betina yang berumur 3 tahun (Tabel 1). Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat aktivitas ovarium tertinggi tercapai pada umur 3 tahun. Pada periode ini, saluran reproduksi telah berkembang dan siap untuk menjalankan fungsinya masing-masing secara sempurna. Arman dan Dilaga (2002) mengemukaka n bahwa pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas fungsional ovari pada sapi terjadi pada umur 35 dan 38 bulan. Selain itu, hasil penelitian ini juga memperlihatkan bahwa ovarium kiri pada umumnya lebih berat dibandingkan dengan ovarium kanan. Hal ini mungkin merupakan indikasi bahwa aktivitas ovarium kiri lebih tinggi dibandingkan dengan ovarium kanan. Jumlah Folikel Dominan dan Corpus Luteum Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum rataan jumlah folikel dominan dan corpus luteum pada ovarium kiri sapi Bali lebih banyak dibandingkan ovarium kanan untuk semua tingkatan umur sapi percobaan (Tabel 2 dan Tabel 3). Selanjutnya, hasil uji t menunjukkan bahwa kelompok sapi dengan kisaran umur 2, 3 dan 4 tahun mempunyai jumlah folikel dominan ovarium kiri yang nyata lebih banyak (P<0.05) dibandingkan dengan jumlah folikel dominan ovarium kanan. Sedangkan hasil uji t untuk jumlah corpus luteum menunjukkan bahwa hanya sapi dengan kisaran umur 3 tahun, mempunyai jumlah corpus luteum pada ovarium kiri yang nyata lebih banyak (P<0,05) dibandingkan dengan jumlah corpus luteum pada ovarium kanan. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh tingginya aktivitas ovarium sapi pada umur tersebut. Banyaknya jumlah folikel dominan yang terdapat pada ovarium tidak sejalan dengan banyaknya jumlah corpus luteum yang dihasilkan. Hal tersebut kemungkinan disebabkan
oleh adanya folikel dominan yang tidak berhasil diovulasikan sehingga jumlah corpus luteum berkurang. Hal ini sejalan dengan pendapat Cambell (2000) bahwa b anyaknya folikel yang mengalami atresia sebelum berkembang sampai dewasa dan rusaknya dinding folikel dapat menunda terjadinya ovulasi. Tabel 1. Rata-Rata Berat Ovarium Sapi Bali dengan Kisaran Umur <2 4 Tahun No Umur Sapi Jumlah Sapi Rata-Rata Berat Ovarium (gram) (Tahun) (Ekor) Kanan Kiri 1 < 2 20 2,07 ± 0,34 2,30 ± 1,12 2 2 20 2,20 ± 1,15 2,40 ± 1,27 3 3 20 2,59 ± 0,68 2,84 ± 1,04 4 4 20 2,45 ± 2,51 2,72 ± 1,35 Jumlah Rata-rata 80 20 9,31 2,33 10,26 2,56 5 Tabel 2. Rata-Rata Jumlah Folikel Dominan pada Ovarium Sapi Bali dengan Kisaran Umur <2 4 Tahun No Rata-Rata Jumlah Folikel Dominan Umur Sapi Jumlah Sapi (buah) (Tahun) (Ekor) Kanan Kiri 1 < 2 20 1,15 a 1,25 a 2 2 20 1,15 a 1,55 b 3 3 20 1,05 a 1,60 b 4 4 20 1,15 a 1,45 b Jumlah Rata-rata 80 20 4,50 1,13 5,85 1,46 Ket : Huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada taraf 5% Tabel 3. Rata-Rata Jumlah Corpus Luteum pada Ovarium Sapi dengan Kisaran Umur <2 4 Tahun No Umur Sapi Jumlah Rata-Rata Corpus Luteum (Tahun) Sapi (Ekor) Kanan Kiri 1 < 2 20 0,10 a 0,20 a 2 2 20 0,10 a 0,20 a 3 3 20 0,15 a 0,60 b 4 4 20 0,25 a 0,35 a Jumlah Rata-rata 80 20 0,60 0,15 1,35 0,34 Ket : Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5%
6 KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa rataan jumlah corpus luteum sapi Bali betina yang dipotong di RPH Kendari sangat rendah. Hal ini merupakan salah satu indikasi bahwa sapi-sapi tersebut kurang subur. Rataan jumlah folikel dominan dan corpus luteum terbesar pada ovarium kiri yang menandakan bahwa ovarium bagian kiri lebih aktif dibandingkan ovarium kanan. DAFTAR PUSTAKA Armand dan Dilaga. 2002. Aktivitas Ovarium pada Suplementasi Multi-Mineral Mix. Unram. Sapi Brahman-Cros Sesudah Campbell, N.A., J.B. Reece., and L.G. Mitchell. 2000. Biologi. Erlangga. Jakarta. Hafez, E.S.E. and B. Hafez. 2000. Reproduction in Farm Animals. 7 th edition. Baltimore: Lippincott Williams dan Wilkins. Sudijono, A. 2008. Pengantar Statistika Pendidikan. Raja Grafindo. Jakarta. Toelihere, M.R., 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa. Bandung.