Kata kunci : Gangguan, Sistem Proteksi, Relai.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

Analisa Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma

KOORDINASI SETTING RELAI ARUS LEBIH PADA INCOMING 2 KUDUS TERHADAP OUTGOING KUDUS 5 DAN 6 YANG MENGGUNAKAN JARINGAN DOUBLE CIRCUIT DI GI 150 KV KUDUS

ANALISIS KOORDINASI RELE PENGAMAN FEEDER WBO04 SISTEM KELISTRIKAN PT. PLN (PERSERO) RAYON WONOSOBO

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3)

STUDI KOORDINASI PERALATAN PROTEKSI OCR & GFR PADA PENYULANG TIBUBENENG

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

EVALUASI SETTING RELAY PROTEKSI DAN DROP VOLTAGE PADA GARDU INDUK SRONDOL SEMARANG MENGGUNAKAN ETAP 7.5

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari

EVALUASI SETTING RELAY ARUS LEBIH DAN SETTING RELAY GANGGUAN TANAH PADA GARDU INDUK 150KV BAWEN

dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam

BAB IV. PERHITUNGAN GANGGUAN SIMPATETIK PADA PENYULANG 20 kv GARDU INDUK DUKUH ATAS

Kata kunci hubung singkat, recloser, rele arus lebih

KOORDINASI RELAY ARUS LEBIH DAN RECLOSER PADA TRAFO 60 MVA GARDU INDUK PANDEAN LAMPER SEMARANG DENGAN SIMULASI ETAP

SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA ABSTRAK

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN

Studi dan Evaluasi Setting Relai Arus Lebih pada Transformator Daya di Gardu Induk Garuda Sakti Pekanbaru

Studi Analisis Koordinasi Over Current Relay (OCR) dan Ground Fault Relay (GFR) pada Recloser di Saluran Penyulang Penebel

STUDI PENGARUH SETTING RELE PENGAMAN UNTUK MEMINIMALKAN GANGGUAN SYMPATHETIC TRIP PADA PENYULANG BUNISARI - SUWUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH

2.2.6 Daerah Proteksi (Protective Zone) Bagian-bagian Sistem Pengaman Rele a. Jenis-jenis Rele b.

Analisa Penggunaan Recloser Untuk Pengaman Arus Lebih Pada Jaringan Distribusi 20 kv Gardu Induk Garuda Sakti

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB I PENDAHULUAN

Analisa Setting Rele Arus Lebih dan Rele Gangguan Tanah pada Penyulang Topan Gardu Induk Teluk Betung

BAB III METODE PENELITIAN. Universitas Lampung dan PT. PLN (Persero) Cabang Tanjung Karang pada. bulan Maret 2013 sampai dengan selesai.

Setting Relai Gangguan Tanah (Gfr) Outgoing Gh Tanjung Pati Feeder Taram Pt. Pln (Persero) Rayon Lima Puluh Kota

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap kondisi abnormal pada operasi sistem. Fungsi pengaman tenaga listrik antara lain:

Analisa Perhitungan dan Pengaturan Relai Arus Lebih dan Relai Gangguan Tanah pada Kubikel Cakra 20 KV Di PT XYZ

ANALISA PERHITUNGAN SETTING RELE ARUS LEBIH SEBAGAI PROTEKSI PADA PENYULANG DI GARDU INDUK SUNGAI JUARO PALEMBANG

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... PERSYARATAN GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRACT...

Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN :

PERANCANGAN KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH PADA GARDU INDUK DENGAN JARINGAN DISTRIBUSI SPINDLE

STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN

KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DI GARDU INDUK BUKIT SIGUNTANG DENGAN SIMULASI (ETAP 6.00)

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

Koordinasi Rele Pada Jaringan Transmisi 150 kv

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

TUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK

ABSTRAK Kata Kunci :

ANALISA SETTING GROUND FAULT RELAY (GFR) TERHADAP SISTEM PENTANAHAN NETRAL PENYULANG PANDEANLAMPER 06 JTM 20 KV SEMARANG

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH

BAB III PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT

DAFTAR ISI BAB II DASAR TEORI

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

EVALUASI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DI GARDU INDUK GARUDA SAKTI, PANAM-PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

FEEDER PROTECTION. Penyaji : Ir. Yanuar Hakim, MSc.

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH DAN SISTEM PROTEKSINYA

Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Abstrak

ANALISA PENYETELAN RELAI GANGGUAN TANAH (GFR) PADA PENYULANG TRAFO 2 30 MVA 70/20 KV DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK BOOM BARU PALEMBANG

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap)

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Analisis Koordinasi Rele Arus Lebih Pda Incoming dan Penyulang 20 kv Gardu Induk Sengkaling Menggunakan Pola Non Kaskade

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perhitungan Setting Rele OCR dan GFR pada Sistem Interkoneksi Diesel Generator di Perusahaan X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS RESETTING RECLOSER PADA SALURAN WLI 06 TRAFO 30 MVA 150 KV GARDU INDUK WELERI KENDAL DENGAN SIMULASI ETAP

Pengaturan Ulang Rele Arus Lebih Sebagai Pengaman Utama Compressor Pada Feeder 2F PT. Ajinomoto Mojokerto

Analisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya

Dielektrika, [P-ISSN ] [E-ISSN X] 77 Vol. 4, No. 2 : 77-84, Agustus 2017

ANALISA SETTING RELE ARUS LEBIH PADA PENYULANG KURMA DI GARDU INDUK BOOM BARU PT. PLN (PERSERO)

STUDI PENENTUAN KAPASITAS PEMUTUS TENAGA SISI 20 KV PADA GARDU INDUK SEKAYU

SISTEM PROTEKSI RELE ARUS LEBIH PADA TRANSFORMATOR-I 30 MVA TEGANGAN 70/20 KV DI GARDU INDUK SEDUDUK PUTIH PALEMBANG

BAB III METODE PENELITIAN. Laptop/PC yang di dalamnya terinstal software aplikasi ETAP 12.6 (Electric

STUDI SETTINGAN DISTANCE RELAY PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV DI GI PAYAKUMBUH MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB

BAB II LANDASAN TEORI

PEMASANGAN DGR ( DIRECTIONAL GROUND RELE

Analisa Koordinasi Relay Proteksi Dengan Recloser Pada Penyulang Purbalingga 05 Di PT. PLN (Persero) Rayon Purbalingga

14 Teknologi Elektro, Vol. 16, No. 02, Mei - Agustus Z 2eq = Impedansi eqivalen urutan negatif

ANALISIS RESETTING RELE ARUS LEBIH AKIBAT PERUBAHAN TRANSFORMATOR DAYA DAN PENAMBAHAN PENYULANG DI GARDU INDUK SRONDOL SEMARANG

Analisa Koordinasi Rele Pengaman Transformator Pada Sistem Jaringan Kelistrikan di PLTD Buntok

Analisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya

ANALISIS KOORDINASI KERJA PMT

BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI

Politeknik Negeri Sriwijaya

Evaluasi Koordinasi Relay Arus Lebih (OCR) dan Gangguan Tanah (GFR) pada Gardu Induk Garuda Sakti Pekanbaru

TUGAS AKHIR. SETTING KOORDINASI OVER CURRENT RELAY PADA TRAFO 60 MVA 150/20 kv DAN PENYULANG 20 kv

KOORDINASI RELAY PENGAMAN DAN LOAD FLOW ANALYSIS MENGGUNAKAN SIMULASI ETAP 7.0 PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK

2014 ANALISIS KOORDINASI SETTING OVER CURRENT RELAY

Analisis Sympathetic Trip pada Penyulang Ungasan dan Bali Resort, Bali

ANALISA KOORDINASI RECLOSER DAN OCR (OVER CURRENT RELAY) UNTUK GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG 3 DISTRIBUSI 20 KV GI JAJAR

Suatu sistem pengaman terdiri dari alat alat utama yaitu : Pemutus tenaga (CB)

I GEDE AGUS YOGA ARMIKA

UNJUK KERJA SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH GARDU INDUK 150 KV SEI. RAYA PONTIANAK

MENENTUKAN KARAKTERSITIK RELAY ARUS LEBIH DI GARDU INDUK TALANG KELAPA PT. PLN (PERSERO) LAPORAN AKHIR

Analisis Sympathetic Trip pada Penyulang Ungasan dan Bali Resort, Bali

ANALISA SETTING OVER CURRENT RELAY PADA PENYULANG BANTENG DI GARDU INDUK BUKIT SIGUNTANG

Studi Koordinasi Proteksi Sistem Kelistrikan di Project Pakistan Deep Water Container Port

Transkripsi:

ANALISA SISTEM PROTEKSI RELAY ARUS LEBIH DAN GANGGUAN TANAH PADA PENYULANG LIMO Enggou Prastyo Utomo 1), Amien Rahardjo 2) Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia Abstrak Suatu sistem distribusi sangat rentan akan gangguan karena daerahnya yang luas dan dekat dengan konsumen. Pada sistem distribusi, jaringan tegangan menengah memiliki peranan penting dalam pendistribusi tenaga listrik. Dalam kenyataannya gangguan sering terjadi pada jaringan tegangan menengah. Gangguan ini dapat menyebabkan kerusakan pada perlatan listrik sehingga menyebabkab terganggunya kontinyuitas suatu sistem distribusi. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan sistem proteksi yang efektif. Sistem proteksi yang efektif memiliki beberapa syarat yaitu cepat, selektif, sensitif, dan handal sehingga dapat menghilangkan dan mengurangi dampak gangguan yang terjadi. Sistem proteksi distribusi tegangan menegah terdiri dari relai arus lebih dan relai gangguan tanah sebagai proteksi jaringan tegangan menegah. Pada skripsi ini akan dibahas tentang perbandingan setting hasil perhitungan dan setting eksisting yang ada pada penyulang limo di gardu induk Gandul. Dari perbandingan didapat bahwa hasil perhitungan dapat bekerja sedikit lebih cepat dari pada hasil seting lapangan. Kata kunci : Gangguan, Sistem Proteksi, Relai. Abstract A distribution system is highly vulnerable to disruption due to a broad area and close to the consumer. In the distribution systems, medium voltage networks have an important role in electrical power distribution. In fact disturbance common in medium voltage networks in particular short circuit. This disturbance can cause damage to the electrical equipment and causing disruption of continuity of a distribution system. To overcome this needed an effective protection system. Effective protection system has several requirements like fast, selective, sensitive, and reliable so as to eliminate and reduce the impact of disturbance. Protection of medium voltage distribution system consists of overcurrent relay and groundfault relay as protection for medium voltage networks. In this paper will discuss comparison between the results of the calculation and settings that exist in the field setting limo feeder in Gandul main station. The results obtained that the relay setting calculation may work slightly faster than on the results of field settings. Key word : Disturbance, Protection System, Relay I. PENDAHULUAN Distribusi tegangan menengah memiliki peranan penting dalam pendistribusian tenaga listrik. Sistem distribusi tegangan menegah memiliki area yang luas dan dekat konsumen sehingga sangat rentan terjadi gangguan-gangguan yang dapat menyebabkan terganggunya sistem distribusi. Hal ini tentu sangat merugikan, selain dapat menyebabkan kerusakan pada alat, gangguan dapat menyebabkan terganggunya kontinyuitas distribusi tenaga listrik.

Dalam sistem distribusi jaringan tegangan menengah, Sistem proteksi merupakan hal yang sangat penting untuk menjaga kehandalan distribusi tenaga listrik. Dibutuhkan sistem proteksi yang memenuhi syarat yaitu andal, sensitif, selektif, dan cepat. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kerusakan peralatan-peralatan akibat gangguan dan gangguan dapat diisolasi dari sistem tenaga listrik. Dengan diisolasinya bagian yang terganggu dari sistem tenaga listrik maka tidak akan mengganggu bagian sistem tenaga listrik lainnya. Pada gardu induk gandul terdiri dari beberapa trafo tenaga yang memasok tenaga listrik pada beberapa penyulang untuk wilayah jakarta dan sekitarnya. Penyulang limo merupakan salah satu penyulang dari gardu induk gandul. Dibutuhkan setting relay penyulang yang tepat pada relay tersebut agar dapat bekerja dan berkoordinasi dengan baik dengan relay Incoming. Pada sistem proteksi penyulang digunakan relay proteksi arus lebih dan gangguan tanah. Dalam perencanaan dan penyetingannya dibutuhkan perhitungan gangguan hubung singkat. Hal ini dibutuhkan untuk menentukan spesifikasi peralatan listrik dan setting relay yang digunakan. Dalam skripsi ini membahas mengenai analisa setting relay arus lebih dan gangguan tanah pada penyulang distribusi Limo yang berada pada gardu induk gandul. II. Dasar Teori Proteksi tenaga listrik merupakan sistem pengamanan peralatan-peralatan pada sistem tenaga listrik dengan tujuan untuk menghindari atau mengurangi kerusakan yang timbul akibat dari gangguan dan melokalisir daerah gangguan. Selain itu, proteksi juga berfungsi untuk mengamankan manusia dari bahaya yang di timbulkan gangguan. Pada sistem proteksi dapat terjadi kegagalan. Kegagalan sistem proteksi dapat menyebabkan kerusakan fatal dan pemadaman listrik yang luas. Ada beberapa penyebab terjadinya kegagalan pada sistem proteksi. Berikut ini merupakan penyebab kegagalan sistem proteksi : Kerusakan pada peralatan proteksi seperti baterai, pemutus tenaga, dan relay Trafo instrumen jenuh Kesalahan seting sistem proteksi Kesalahan pada pengkawatan relai Dalam sistem proteksi tegangan menegah terdiri dari beberapa komponen yaitu : 1. Pemutus Tenaga merupakan pemutus rangkaian listrik yang dapat bekerja saat adanya gangguan atau keadaan normal. Pemutus tenaga dapat memutuskan rangkaian saat terjadi gangguan sehingga

gangguan dapat dipisahkan. Pemutus tenaga bekerjasama dengan relay untuk memutuskan arus gangguan dalam sistem proteksi. Gambar 1 : Pemutus Tenaga 2. Transformator Instrument Merupakan trafo yang digunakan sebagai alat ukur, relai proteksi, atau rangkain kontrol. Trafo instrumen terbagi menjadi 2 jenis yaitu : Trafo Arus Merupakan peralatan listrik yang dapat mentransformasikan arus yang besar menjadi kecil untuk digunakan sebagai pengukuran atau proteksi. Gambar 2 : Trafo Arus Trafo Tegangan Merupakan peralatan listrik yang dapat mentransformasikan tegangan yang besar menjadi kecil untuk digunakan sebagai pengukuran atau proteksi. Gambar 3 : Trafo Tegangan 3. Baterai merupakan peralatan listrik yang dapat menyimpan dan menghasilkan energi listrik. Baterai berfungsi untuk memberi suplai kepada relai dan rangkaian control proteksi. Gambar 4 : Baterai

4. Relay Merupakan peralatan listrik yang berfungsi mengamankan peralatan listrik jika terjadi gangguan. Relay bekerjasama dengan pemutus tenaga dan trafo instrument serta baterai untuk mengamankan sistem ketika terjadi gangguan. Gambar 5 : Relai Pada sistem proteksi penyulang digunakan relay arus lebih dan gangguan tanah untuk mengatasi gangguan hubung singkat. Berikut ini penjelasannya: Relay arus lebih Relay arus lebih ialah suatu relay yang bekerjanya berdasarkan adanya kenaikan arus yang melebihi suatu nilai setting tertentu dan dalam waktu tertentu. Relay akan bekerja apabila arus pada sistem melebihi arus dari settingnya dalam jangka waktu tertentu. Relay akan memerintah pemutus tenaga untuk trip. Relay gangguan tanah Relay gangguan ke tanah (Ground Fault Relay/GFR) merupakan alat yang berfungsi untuk mengamankan sistem dari arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan ke tanah. Berbeda dengan arus lebih, relay gangguan tanah mendeteksi arus dari penjumlahan vektor pada masing-masing fasa (I0). Gambar 6 : pengawatan relai arus lebih dan gangguan tanah Berikut ini merupakan beberapa karakteristik dari relay : Relai arus lebih seketika (moment/ instantaneous) Relai arus lebih seketika merupakan jenis relay arus lebih yang bekerja saat arus mencapai batas pick-up dengan waktu kerja sangat singkat (20-100ms). Relay ini jarang berdiri sendiri biasanya dikombinasikan dengan relay lainnya.

Relay arus lebih waktu tertentu (definite time) Relay arus lebih tertentu merupakan jenis relay arus lebih dimana jangka waktu relay mulai pick-up kerja relay dapat diatur dan tidak tergantung dari besarnya arus pada saat gangguan. Relay arus lebih berbanding terbalik (inverse) merupakan jenis relai arus lebih dimana waktu kerja relay mulai pick-up sampai dengan selesainya kerja, relay tergantung dari besarnya arus. Relay ini mempunyai sifat terbalik untuk nilai arus dan waktu kerjanya. Dimana semakin besar arus gangguannya maka relay akan semakin cepat bekerja. Relay arus lebih berbanding terbalik dibedakan menjadi 4 yaitu standar inverse, very inverse, extremely inverse dan long time inverse. Berikut ini merupakan rumus dari setting relay inverse :!!"# = Dimana : Tms T I f I set α dan!!!!!"#!! 1 (4) = Time Multiple Setting = Waktu Kerja = Arus gangguan = Arus setting = Konstanta jenis karakteristik relai inverse Tabel 1 Faktor α dan β setting relay invers Nama Kurva α! Standar Inverse 0,02 0,14 Very Inverse 1 13,2 Extremely 2 80 Inverse Long Inverse 1 120 Ganguan hubung singkat dapat menyebabkan sistem tak seimbang. Menurut teori Forteuscue, Dalam system tak seimbang yang terdiri dari n buah fasor yang saling berhubungan dapat diuraikan menjadi n buah sistem dengan fasor yang seimbang, hal ini dikatakan sebagai komponen seimbang (symmetrical component). Tiga fasor yang seimbang terdiri dari beberapa komponen-komponen sebagai berikut : komponen positif, komponen negatif dan kompnen nol.

Berikut ini merupakan rumus dari beberapa macam hubung singkat : Gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah 3!!!!!! =!! +!! +!! + 3!! (2) Gangguan hubung singkat 2 fasa Gangguan hubung singkat 3 fasa!!!!!!!"! = 3!!!! +!! +!! (3) Dimana : E a Z 0 Z 1 Z 2 Z f!!!!!"#" = = tegangan fasa [V] = impedansi urutan nol [ohm] = impedansi urutan positif [ohm] = impedansi urutan negatif [ohm] = impedansi gangguan [ohm]!!!! +!! (4) Untuk menghitung arus gangguan dibutuhkan nilai ekivalen impedansi urutan positif, negatif,dan nol dari titik gangguan ke sumber. Untuk itu dibutuhkan persamaan impedansi ekivalen. Berikut ini persamaannya : Impedansi urutan positif dan urutan negatif (Z1eq=Z2eq)!1!" =!2!" =!!" +!!! +!!! (5) Impedansi urutan nol!!!" =!!! + 3!" +!!! (6) Dimana : Z1eq = impedansi ekivalen jaringan urutan positif [ohm] Z2eq = impedansi ekivalen jaringan urutan negatif [ohm] Z sc Z T1 Z 1j = impedansi sumber (20kV) [ohm] = impedansi positif trafo [ohm] = impedansi positif jaringan [ohm] III. Metode Penelitian Metodologi penelitian dilakukan dalam penyusunan skripsi ini, diantara lain dengan cara : Studi literatur, Pengambilan data, perhitungan arus gangguan dan seting relay, simulasi dan analisa data. Analisa membandingkan setting relay arus lebih dan gangguan tanah hasil perhitungan dengan data eksisting serta melihat waktu kerja relay.

IV. Perhitungan dan Analisa Perhitungan arus gangguan Dalam perhitungan arus gangguan hubung singkat dilakukan dibeberapa titik. Gambar 7 : Perhitungan Gangguan pada Penyulang Limo Data hubung singkat pada arus hubung singkat adalah 36,9694 ka. Dengan rumus MVAsc dapat cari daya hubung singkatnya :!"#!" = 3!!!"!"#!" = 3 150 36,9694!"#!" = 9602,49!"# Daya hubung singkat pada GI gandul sebesar 9602,49 MVA. Maka impedansi Xs pada sisi 20 kv ialah :!"#!"#!" =!"#!"!" =!"!!"!!" =!"!!"#!"!!" = 20! = 0,041!h! 9602 Besarnya reaktansi trafo 3 pada gardu induk gandul adalah 12,42%. Untuk mendapatkan nilai reaktansi urutan positif, negatif, dan nol dari trafo. Kita harus menghitung reaktansi 100% trafo. Dengan rumus :!!!"#" 100% =!"!!"#!"#$%!!!"#" 100% = 20! = 6,67!h! 60 Nilai reaktansi urutan positif dan negatif trafo tenaga ialah :!!! =!!! = 12,42% 6,67 = 0,83!h! Untuk reaktansi urutan nol, nilainya Xt0 karena trafo 3 pada gardu induk gandul memiliki konfigurasi Ynyn sehingga nilainya menjadi :!!! =!!! = 0,83!h!

Menghitung impedansi penyulang limo, dibutuhkan data kabel SKTM yang digunakan dan panjang jaringan penyulang. Penyulang limo menggunakan kabel XLPE 240 mm 2 sebagai penghantar dan panjang penyulang sebesar 13,136 Km. Berikut ini contoh perhitungan impedansinya saat 100%: Impedansi urutan positif dan negatif!1 =!2 =!"#$"#%!"#$%!"#$%&'(! Ω!"!1 =!2 = 13,136 (0,125 +!0,097) Ω!"!1 =!2 = 1,642 +!1,2741 Ω Impedansi urutan nol!0 =!"#$"#%!"#$%!"#$%&'(! Ω!"!0 = 13,136 (0,275 + 0,29) Ω!"!0 = 3,612 +!3,809 Ω Dari beberapa titik maka didapat sebagai berikut : Tabel 2 Impedansi Penyulang Limo panjang Z1=Z2 Z0 kabel R r (%) Jx Jx 1% 0,01642 0,01274192 0,036124 0,038094 10% 0,1642 0,1274192 0,36124 0,380944 20% 0,3284 0,2548384 0,72248 0,761888 30% 0,4926 0,3822576 1,08372 1,142832 40% 0,6568 0,5096768 1,44496 1,523776 50% 0,821 0,637096 1,8062 1,90472 60% 0,9852 0,7645152 2,16744 2,285664 70% 1,1494 0,8919344 2,52868 2,666608 80% 1,3136 1,0193536 2,88992 3,047552 90% 1,4778 1,1467728 3,25116 3,428496 100% 1,642 1,274192 3,6124 3,80944 Ada beberapa macam hubung singkat yang mungkin terjadi. Pada perhitungannya digunakan hambatan hubung singkat sama dengan nol. Berikut ini merupakan perhitungannya pada gangguan hubung singkat :

Gangguan hubung singkat 3 fasa Berikut ini merupakan rumus gangguan 3 fasa :!!!! =!!"#" =!!"#"!! +!!!!"!!" = (%!!! +!! )!! +!!!" +!!! + %!!! Contoh perhitungan : Gangguan hubung singkat 3 fasa pada 100% panjang kabel.!!" = (1,642 + 0)! + 0,04 + 0,83 + 1,274!!!" = 2,7!h! Sehingga gangguan hubung singkatnya :!!!! =! 20000!"#" 3 = = 4,27!"!!" 2,7 Berikut ini tabel perhitungan gangguan 3 fasa : Tabel 3 Arus Gangguan 3 Fasa pada Panjang Penyulang (%) Panjang Jaringan hubung singkat (%Kabel) Gangguan Hubung Singkat 2 fasa Berikut ini merupakan rumus gangguan 2 fasa :!!!! =!!"#"!!"#" 2!! +!! =!!"#"!!"#"!!"!!" = (2!!! +!! )! + (2!!!" + 2!!! + 2!!! )! Besar Arus Gangguan 3 fasa (ka) 0% 13.083676 10% 11.4269653 20% 9.856880039 30% 8.582958836 40% 7.558299112 50% 6.729382712 60% 6.051332701 70% 5.489667903 80% 5.0185867 90% 4.618847457 100% 4.276009519

Contoh perhitungan: Gangguan hubung singkat 2 fasa pada 100% panjang kabel!!" = 2 1,642 + 0! + 2 0,04 + 2 0,83 + 2 1,2!!!" = 5,4 Ω Maka arus hubung singkatnya ialah :!!!! =!!"#"!!"#"!!"!!!! = 20000 = 3,703!" 5,4 Berikut ini tabel perhitungan gangguan 2 fasa : Tabel 4 Arus Gangguan 2 Fasa pada Panjang Penyulang (%) Panjang Jaringan Hubung Singkat (%Kabel) Arus Gangguan 2 Fasa (ka) 0% 11.33079579 10% 9.896042236 20% 8.536308516 30% 7.433060392 40% 6.545679041 50% 5.82781638 60% 5.240607846 70% 4.754191862 80% 4.346223573 90% 4.000039234 100% 3.70313287 Gangguan Hubung Singkat 1 Fasa ke Tanah Rumus perhitungan Arus ganguan 1 fasa tanah adalah:!!!!!!"#"! =!!"#"!! +!! +!! +!! =!!"#"!!" Z!" = (3R! + 3R! + 2R!" + R!" )! + (2X!"# + 2X!" + X!" + 2X!" + X!" )! Contoh perhitungan : Gangguan hubung singkat 1fasa-tanah pada 100% panjang kabel :

Z_eq = ((3(12) + 3(0) + 2(1,642) + 3,61)^2 + (2(0,04) + 2(0,83) + 0,83 + 2(1,27) + 3.81)^2 )!!" = 43,8 Ω Maka arus gangguan 1 fasa tanah menjadi :!!!!!!"#"! =!!"#"!!"!!!!!!"#"! =!""""!!",! = 0,79!" Berikut ini tabel perhitungan gangguan 1 fasa-tanah : Tabel 5 Arus Gangguan 1 Fasa ke Tanah pada Panjang Penyulang (%) Panjang Jaringan Hubung Singkat (%Kabel) Arus Gangguan 1 Fasa (ka) 0% 0.957865924 10% 0.940585792 20% 0.921894749 30% 0.90373379 40% 0.886094959 50% 0.868968706 60% 0.85234422 70% 0.836209732 80% 0.820552752 90% 0.805360283 100% 0.790618999 Berikut ini merupakan grafik hasil dari dari perhitungan gangguan hubung singkat terhadap jarak gangguan: Gambar 8 : Grafik Arus gangguan hasil Perhitungan

Analisa Dari grafik dapat dilihat bahwa besar arus gangguan hubung singkat dipengaruhi oleh jarak titik gangguan. Hal ini dapat dilihat besar arus gangguan akan semakin kecil ketika titik gangguan semakin jauh dari pada sumber. Hal ini terjadi karena impedansi yang semakin meningkat jika semakin jauh titik gangguan. Pada perhitungan arus gangguan hubung singkat ini didapat arus gangguan hubung singkat 3 fasa ke tanah yang paling besar yaitu sebesar 13,083 ka dan arus gangguan 1 fasa yang paling kecil yaitu sebesar 957 A. Setting relai arus lebih penyulang Untuk setting relai arus lebih pada penyulang digunakan relai karakteristrik inverse dan moment. Untuk menggunakan relai standar inverse kita harus menentukan arus maksimum/beban maksimum pada penyulang. Arus beban maksimum penyulang limo ialah 230A.!"#$ = 230!!!"# = 230 1,2 = 276! Pada perhitungan digunakan arus gangguan hubung singkat arus 3 fasa yang terdekat. Waktu kerja relai pada penyulang ditetapkan 0,3 s. hal ini untuk mencegah kesalahan proteksi akibat inrush current. Berikut ini rumus dan perhitungan setting TMS :!"# =! ((!!!!"#!"#$%" )!,!" 1) 0,14!"# = 0,3 ((13083 276)!,!" 1) 0,14!"# = 0,17 Menurut dari dari sumber kesepakatan setting relai moment pada penyulang, arus setting ialah :!"#$$%&' = 2!!!"#$%!"#$%$!"#$$%&' = 2 1732 = 3464! Maka setting arus sekunder : 1!"#$!"##$%&!"#$%&"' =!"#$%!"!"#$$%&' 1!"#$!"##$%&!"#$%&"' = 3464 = 30,5! 600 5 Dengan waktu kerja sebesar 0,1 detik.!! = 0,1!"#$%

Setting relai arus lebih Incoming Untuk setting relai arus lebih pada Incoming digunakan relai dengan karakteristrik inverse. Untuk menggunakan relai standar inverse kita harus menentukan arus maksimum/beban maksimum pada penyulang. Arus maksimum pada Incoming ditentukan oleh daya trafo tenaga untuk mengamankan trafo. Berikut ini rumus dan perhitungannya :!! =!!"#$% 3!!!!!! = 60000 20 3!! = 1732! Untuk perhitungan arus setting relai inverse :!!"# = 1,2!!!!"# = 1,2 1732 = 2078 2000! Untuk setting TMS pada Incoming digunakan nilai arus gangguan maksimum 3 fasa dan waktu setting 0,9 detik sesuai ketentuan kesepakatan.!" =!!"#$%&'#( +!!" +! = 0,3 + 0,3 + 0,3 = 0,9!"#$% (!!"#$%& ) (!"# =!!!!"#!"#$%" 0,14!,!"!,!" 1 0,9 13083 2000 1!"# = = 0,24 0,14 Setting moment arus lebih ditentukan 4xI n dan waktunya sebesar 0,7 detik. Waktu dalam settingan ini melihat pada Perhitungan sebagai berikut :!!"# = 4!! = 4 1732 = 6928!!" =!!"!#$%!"#$%&'#( +!!"!#$%!" +! = 0,1 + 0,3 + 0,3 = 0,7!"#$% Relai gangguan tanah penyulang Setting relai gangguan tanah tidak jauh beda seperti arus lebih. Setting relai gangguan tanah menggunakan karakteristik inverse dan moment. Untuk menentukan setting karakteristik inverse, kita harus menentukan nilai setting arus gangguan tanah. Berikut ini perhitungannya :!"#$"!"##$%& = 10%!!!!"#$"!"##$%& = 10% 790 = 79! Untuk setting relai digunakan nilai arus dari trafo arus sekunder. Berikut ini perhitungannya :

!"#$!"##$%&!"#$%&"' =!!"#!"#$%&"' = 79 600 5 = 0,65! 1!"#$%!"!"#$$%&' Untuk setting TMS pada outgoing digunakan nilai arus gangguan maksimum 1 fasa dan waktu setting 0,3 detik sebagai delay :!"# =! ((!!!!!"#!"#$%" )!,!" 1 0,14!"# = 0,3 ((957 79)!,!" 1 0,14!"# = 0,11 Untuk setting karakteristik moment disetting dengan jarak gangguan minimum 50% gangguan maksimum dan waktu 0,1.Gangguan maksimum dititik 50 % ialah 868 A. Relai gangguan tanah Incoming Setting relai gangguan tanah pada Incoming terdiri dari 2 karakteristik yaitu inverse saja. Untuk setting inverse, arus setting ditentukan dari kesepakatan setting. Berikut perhitungannya :!"#$"!"##$%& = 0,2!!!"#$"!"##$%& = 0,2 1732 = 346! Untuk menentukan nilai TMS digunakan arus gangguan maksimum satu fasa dan waktu setting sebesar 0,9 s. Berikut ini perhitungan setting tms:!" (!"# =!"# =!!!!!"#!"#$%" 0,14 0,9 957 346 0,14!,!"!,!" 1 1) = 0,13 Untuk setting moment pada penyulang di blok. Waktu kerja relay Untuk mengetahui selektifitas kerja relai, kita dapat menganalisa melalui waktu kerja relai. Pada skripsi ini dilakukan beberapa skenario gangguan berdasarkan letak gangguan dan jenis gangguan yaitu gangguan 1 fasa tanah,2 fasa dan 3 fasa pada jarak yang telah ditentukan yaitu 13,136 km, 9 km, 6 km, 3 km, dan 0 km yang disimulasikan dengan ETAP. Berikut ini merupakan hasil dari pada simulasi :

Letak Arus Gangguan Gangguan (Km) 3 Fasa (ka) Tabel 6 Hasil Simulasi Gangguan 3 Fasa Waktu kerja Eksisting Waktu kerja resetting Incoming Penyulang Incoming Penyulang 0 14,924 853 100 700 100 3 10,633 1040 100 700 100 6 8,017 1243 100 700 100 9 6,372 1493 100 1433 100 13,136 4,938 1919 100 1842 100 Dari data diatas dapat dilihat waktu kerja setting lebih cepat dari pada kerja waktu eksisting. Pada dasarnya kedua setting diatas sudah baik karena dapat berkoordinasi dengan baik. Berikut ini jika dilihat dari grafik waktu : Gambar 9: Waktu kerja relai gangguan 3 fasa Jika dilihat setting relai berdasarkan perhitungan lebih cepat bekerja dari pada relai setting eksisting pada sisi incoming. Pada setting perhitungan didapat waktu yang lebih cepat dari pada setting eksisting. Pada sisi incoming perhitungan diberi relai karakteristik moment sehingga waktu kerja lebih cepat. Pada relai incoming ditambahkan karakteristik moment dengan waktu kerja 0,7 detik. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kerusakan yang mungkin terjadi pada trafo tenaga saat terjadi hubung singkat. Untuk setting penyulang bekerja pada 0,1 detik baik setting eksisting maupun setting perhitungan karena gangguan yang ada pada simulasi lebih besar dari setting moment sehingga waktu kerja relai 0,1 detik. Dilihat dari perbedaan waktu antara incoming dan penyulang sudah baik sekitar 0,6 detik.

Berikut ini merupakan hasil simulasi dari gangguan 2 fasa : Letak Arus Gangguan Gangguan (Km) 2 Fasa (ka) Tabel 7 Hasil Simulasi Gangguan 2 Fasa Waktu kerja Eksisting Waktu kerja resetting Incoming Penyulang Incoming Penyulang 0 12,92 920 100 700 100 3 9,209 1129 100 700 100 6 6,943 1389 100 700 100 9 5,518 1707 100 1639 100 13,136 4,28 2285 100 2194 100 Dari data diatas dapat dilihat waktu kerja setting lebih cepat dari pada kerja waktu eksisting. Pada dasarnya kedua setting diatas sudah baik karena dapat berkoordinasi dengan baik. Dapat terlihat pada incoming dipasang relai karakteristik moment dimana waktu kerja relai 0,7 detik. Hal ini untuk memberikan perlindungan pada trafo tenaga jika mengalami hubung singkat pada jaringan. Berikut ini jika dilihat dari grafik waktu : Gambar 10 Waktu kerja relai gangguan 2 fasa Terlihat bahwa relai pada sisi penyulang bekerja pada waktu 0,1 detik. Hal ini terjadi karena besar gangguan yang terjadi pada penyulang diatas 4 ka. Sedangkan setting moment pada setting perhitungan dan eksisting dibawah 4 ka. Jika dilihat dari waktu kerja relai incoming dapat dilihat waktu kerja relai incoming hasil perhitungan lebih cepat. Walaupun tidak terlalu besar perbedaannya. Dilihat dari perbedaan waktu antara incoming dan penyulang sudah baik sekitar 0,6 detik. Berikut ini merupakan hasil simulasi dari gangguan 1 fasa ke tanah :

Tabel 8 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah Letak Arus Waktu kerja Eksisting Waktu kerja resetting Gangguan (Km) Gangguan 1 Fasa Incoming Penyulang Incoming Penyulang (ka) 0 1,068 847 130 799 100 3 1,025 879 130 829 100 6 0,984 912 130 861 100 9 0,946 948 130 896 100 13,136 0,896 1001 130 947 100 Jika dilihat dari waktu kerja penyulang, waktu kerja relai sama. Hal ini terjadi karena arus gangguan satu fasa tanah pada simulasi terlalu besar sehinga relai moment gangguan tanah bekerja. Berikut ini merupakan grafik dari waktu kerja relai : Gambar 11 Waktu kerja relai gangguan 1 fasa ke tanah Dapat dilihat waktu kerja relai hampir sama, dapat dilihat waktu kerja relai pada penyulang berbeda 30 ms. hal ini karena ada perbedaan dalam setting moment pada penyulang. Namun pada incoming terlihat bahwa relai setting hasil perhitungan lebih cepat bekerja. Walaupun hanya terjadi sedikit perbedaan waktu kerja. Terdapat perbedaan waktu antara incoming dan penyulang sekitar 0,7 detik (paling rendah). Hal ini cukup baik dimana seting dirancang sekitar 0,6 detik. Berdasarkan hasil dari simulasi gangguan hubung singkat didapat arus gangguan : Jarak Gangguan (km) Tabel 9 Arus Gangguan hasil dari Simulasi Arus Gangguan 3 Fasa (ka) Arus Gangguan 2 Fasa (ka) Arus Gangguan 1 Fasa (ka) 0 14,924 12.92 1.068 3 10.633 9.209 1.025

6 8.017 6.943 0.984 9 6.372 5.518 0.946 13,136 4.938 4.28 0.896 Berikut ini merupakan grafik dari arus gangguan : Gambar 12 Arus Gangguan hasil Dari Simulasi Dari hasil simulasi didapat hasil yang hampir sama seperti hasil perhitungan. Namun ada sedikit perbedaan dimana hasil dari simulasi sedikit lebih tinggi dibandingkan hasil simulasi. Pada gangguan 3 fasa pada ujung penyulang arus gangguannya sebesar 4,938 ka sedangkan hasil perhitungan hanya 4,27 ka. Pada gangguan 2 fasa pada ujung penyulang arus gangguan hasil simulasi sebesar 4,28 ka dan hasil perhitungan 3,7 ka. Pada gangguan 1fasa ke tanah hasil simulasi didapat ialah 0,896 ka sedangkan hasil perhitungan didapat 0,79 ka. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya perhitungan toleransi pada simulasi. Terdapat perbedaan perhitungan pada simulasi ETAP. Ada beberapa setting toleransi pada trafo dan kabel sehingga arus gangguannya berbeda sedikit terhadap perhitungan. Namun secara keseluruhan besar arus gangguan hampir sama hanya terjadi sedikit perbedaan besar arus gangguan. V. KESIMPULAN Besar arus gangguan juga dipengaruhi oleh jarak titik gangguan hubung singkat, semakin jauh jarak gangguan maka akan semakin kecil arus gangguan hubung singkat. Pada perhitungan arus gangguan yang terbesar ialah arus gangguan 3 fasa sebesar 13,083 ka dan arus gangguan terkecil ialah arus gangguan 1 fasa ke tanah sebesar 0,957 ka.

Dalam setting pada perhitungan didapat : Sisi Incoming 20 kv (OCR) I set primer(si) = 2000 A TMS = 0,24 I set primer(definite) = 6928 A T d = 0,7 s Sisi Incoming 20 kv (GFR) I set primer(si) = 346 A TMS = 0,13 I set primer(definite) = blok T d = blok Sisi Penyulang 20 kv (OCR) I set primer(si) = 276 A TMS = 0,17 I set primer(moment) = 3464 A T d = 0,1 s Sisi Penyulang 20 kv (GFR) I set primer(si) = 79 A TMS = 0,11 I set primer(moment) = 868 A T d = 0,1 s Dari hasil simulasi data eksisting memiliki nilai yang sudah baik karena relai dapat berkoordinasi dengan baik antara relai Incoming dan penyulang. Dimana relai penyulang bekerja terlebih dahulu lalu diikuti oleh relai Incoming dengan waktu tunda tertentu. VI. KEPUSTAKAAN [1] I. J. Nagrath, D. P. Kothari, Modern Power System Analysis, Tata McGraw-Hill, New Delhi, 1980 [2] John Norchote, Green Robert Wilson, Control and Automation of Electrical Power Distribution Systems,CRC Press, Taylor & Francis Group, Newyork, 2007. [3] Luce M. Faulkenberry, Walter Coffer, Electrical Power Distribution and Trasmission, Prentice-Hall, Engelwood Cliff, New Jersey 1996. [4] Kesepakatan Bersama Pengelolaan Sistem Proteksi Trafo-Penyulang 20 kv Tahun 2012, PT PLN Persero. [5] Ir. Djiteng Marsudi, Pembangkitan Energi Listrik, Erlangga, Jakarta, 2005. [6] Badrudin, Modul pentanahan, Pusat Pengembangan Bahan Ajar UMB [7] Sarimun, Wahyudi, Proteksi Sistem Distribusi Tenaga Listrik,Garamond, 2012