ABSTRACT. Keywords: Pulmonary TB, TB examination, family members

dokumen-dokumen yang mirip
Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS (TBC) PADA KELOMPOK USIA PRODUKTIF DI KECAMATAN KARANGANYAR, DEMAK

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

Marieta K. S. Bai, SSiT, M.Kes. Abstract

ANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Cetakan Kedua belas. Rineka Cipta Jakarta

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Nitari Rahmi 1, Irvan Medison 2, Ifdelia Suryadi 3

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

KATA PENGANTAR. Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Pengetahuan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANGKA KESEMBUHAN DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TUBERKULOSIS DI KOTA SEMARANG TAHUN 2014

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO

Unnes Journal of Public Health

ABSTRAK. Sri Ariany P, 2009, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II: J. Teguh Widjaja, dr., Sp.P., FCCP

BAB III METODE PENELITIAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Tingkat Pendidikan, Kontak Serumah, Kejadian Tuberkulosis Paru

Maria Jita Iba Badu¹, Tedy Candra Lesmana², Siti Aspuah³ ABSTRACT

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN TUBERKULOSIS (TB) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TENTANG PENULARAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TANRUTEDONG KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2013.

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

PROFIL TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA KUSTA TENTANG PENYAKIT KUSTA DI PUSKESMAS KEMUNINGSARI KIDUL KABUPATEN JEMBER

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel penelitian, dengan tetap memenuhi kriteria inklusi. Kuesioner ini diuji validitas dan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER : Triswaty Winata, dr., M.Kes.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TUBERKULOSIS DI WILAYAH PUSKESMAS NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

ABSTRAK PREVALENSI TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU ROTINSULU BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2007

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini

Erma Prihastanti, Puji Hastuti Prodi DIII Kebidanan Purwokerto Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

Asti Nurilah Khadar 1, Dewi Hanifah 2

Keyword : pulmonary tuberculosis smear positive, characteristic of patient

HUBUNGAN PERILAKU DAN KONDISI LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU DI KOTA BIMA PROVINSI NTB

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMERIKSAAN KONTAK SERUMAH PADA PENDERITA TB DENGAN PENDEKATAN HEALTH BELIEF MODEL

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bakteri Mycobacterium Tuberculosis atau tubercel bacillus dan dapat

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

HUBUNGAN KINERJA PETUGAS DENGAN CASE DETECTION RATE (CDR) DI PUSKESMAS KOTA MAKASSAR

Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 2010)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINDAKAN IBU DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI DESA SORIK KECAMATAN BATANG ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM TB PARU. Tuberkulosis adalah penyaki tmenular langsung yang disebabkan oleh kuman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat secara global. TB Paru menduduki peringkat ke 2 sebagai

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Suspek TB Paru Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Parungponteng Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2013 ABSTRACT

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh kuman dari kelompok Mycobacterium

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SLAWI TAHUN 2015

Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Andalas Kota Padang

Nurhayati Jumaelah 1, Ns. Yunie Armiyati, M.Kep, Sp.KMB 2, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 3

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT KONTAK, KELEMBABAN, PENCAHAYAAN, DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK DI KABUPATEN SUKOHARJO

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan. kepada orang lain (Adnani & Mahastuti, 2006).

Liva Maita, Na imatu Shalihah : Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pemberian Kolostrum Pada Ibu Nifas Di Ruang Camar I Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO KABUPATEN WONOGIRI PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Perkembagan laju penyakit di Indonesia dewasa ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN KECEMASAN TENTANG PENULARAN PENYAKIT DENGAN PERAN KELUARGA DALAM PERAWATAN PENYAKIT TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL I SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. oleh Myobakterium Tuberk ulosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan

BAB III METODE PENELITIAN

NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru-paru,

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU FACTORS RELATED TO THE PERFORMANCE CADRE IN POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TB PARU DENGAN KEPATUHAN MENJALANI PROGRAM PENGOBATAN PADA PENDERITA TB PARU DI BBKPM SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk, dapat mengakibatkan jumlah

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI PEMERIKSAAN TB PERTAMA OLEH KELUARGA PASIEN TB PARU (SERUMAH) DI PUSKESMAS REMBANG I KECAMATAN REMBANG TAHUN 2013 Ferly Lestari L. *), Sri Andarini I., Suharyo **) *) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Jl. Nakula I No 5-11 Semarang Email : ferly.tyas28@gmail.com ABSTRACT Background.It is estimated about one-third world population have been infected by Mycobacterium tuberculosis. In Indonesia, TB is the main problem of community health problem. According to the UPT Puskesmas Rembang I Kabupaten Rembang, it has been obtained that in the year of 2012 there are 21 cases of positive BTA. The purpose of this research is to know the factors that relates to the participation the first checking by the family of the TB Paru patiens (living in the same house) in Puskesmas Rembang I Kecamatan Rembang in 2013. Method.The type of research used in this research is observational, the approach used is cross sectional approach. The samples are the family of TB Paru patiens in the operation area of Puskesmas Rembang I Kecamatan Rembang Tahun 2012, there are 45 persons. The analysis used is chi square. Result.There are no relation among the age (p value 0,345), sex (p value 0,626), social economic (p value 0,088), job (p value 0,458) to the participation of first checking by the TB Paru patiens family in the operation area of Puskesmas Rembang I Tahun 2013. There are relation among education (p value 0,014), the distance (p value 0,004), knowledge (p value 0,0001), attitude (p value 0,0001) with the participation of first checking by the TB Paru patiens family in the operation area of Puskesmas Rembang I Tahun 2013. Conclusion.For the region government need to give socialization to the family member of TB Paru patiens and the community about the TBV Paru, give scholarship to the poor community so that they are able to continue the education. And the Puskesmas must give the pro-active service such as Posyandu to give the sputum checking for the member of TB Paru. For family members of patients who have pulmonary TB sputum checked into Puskesmas should immediately see if a family member is sick Tuberculosis. Keywords: Pulmonary TB, TB examination, family members

PENDAHULUAN Tuberkulosis (TB Paru) merupakan penyakit yang sudah sangat lama dikenal oleh manusia. Sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis. Diperkirakan 98% kematian akibat TB di dunia, terjadi pada negaranegara berkembang. 1,2,3 Cakupan CDR berdasarkan sumber data Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang mulai tahun 2009 yaitu 40%, tahun 2010 sebesar 43%, tahun 2011 sebesar 46% dan tahun 2012 sebesar 50%. Sedangkan cakupan CDR untuk Puskesmas Rembang I dari tahun 2009 sebesar 21%, tahun 2010 sebesar 31%, tahun 2011 sebesar 41% dan tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 36%. Jumlah kasus BTA positif di Kabupaten Rembang mempunyai kecenderungan yang terus meningkat dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Untuk Kabupaten Rembang jumlah kasus BTA positif tahun 2009 sebesar 260 kasus, tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 279 kasus, tahun 2011 mengalami kenaikan 299 kasus dan tahun 2012 naik sebesar 357 kasus. Di Puskesmas Rembang I tahun 2012 jumlah BTA positif menduduki urutan ke empat dari 16 Puskesmas dan satu RSUD. Dan termasuk dalam kategori Puskesmas yang mempunyai CDR rendah. 4 Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif. Penjaringan tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan; didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB (CDR). 2 Pemeriksaan BTA yang dilakukan oleh orang kontak serumah (anggota keluarga) bermanfaat untuk pencegahan penularan TB Paru dan peningkatan penemuan kasus baru (CDR). Dalam program nasional penanggulangan tuberculosis, pemeriksaan diagnosis dengan sputum untuk penemuan tersangka TB dilakukan secara pasif (passive casefinding), yaitu penjaringan tersangka dilaksanakan pada penderita yang berobat ke unit pelayanan kesehatan dengan penyuluhan secara aktif oleh petugas kesehatan dan masyarakat. Semua yang kontak dengan penderita TB Paru BTA positif dan memiliki gejala yang sama harus segera diperiksa sputumnya. 2 Dengan adanya rasa tahu,sadar dan kemauan keluarga pasien untuk memeriksakan kesehatannya apabila hasil positif maka dengan sendirinya angka CDR bisa naik. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Pemeriksaan Pertama oleh keluarga pasien TB Paru (serumah) di Puskesmas

Rembang I Kecamatan Rembang Tahun 2013. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian yang melakukan analisis terhadap korelasi antara variabel bebas atau resiko (umur, jenis kelamin, pendidikan, sosial ekonomi, pekerjaan, jarak rumah ke Puskesmas, pengetahuan, sikap) dan variabel terikat atau akibat (partisipasi pemeriksaan TB). Sampel penelitian adalah 45 orang anggota BTA positif, kuesioner. Metode yang digunakan untuk analisis data menggunakan uji Chi square untuk menganilisis ada tidaknya hubungan yang bermakna di antara variabel umur, jenis kelamin, pendidikan, sosial ekonomi, pekerjaan, jarak rumah ke Puskesmas, pengetahuan, dan sikap yang diuji dengan tingkat kepercayaan 95 %. HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Rembang I dengan menggunakan 45 sampel yang diambil dari data pasien TB Paru BTA positif di Puskesmas Rembang I dari bulan Januari sampai dengan Desember 2012. instrument penelitian menggunakan Tabel 1. Karakteristik Karakteristik Jumlah Persentase Umur Dewasa muda (15-30 tahun) Dewasa sedang (31-45 tahun) Dewasa tua (46-60 tahun) Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan Tidak sekolah Pendidikan dasar Pendidikan menengah Pendidikan tinggi Sosial ekonomi Di bawah UMR Rembang th 2013 (Rp 896.000,00) Di atas UMR Rembang th 2013 (Rp 896.000,00) Pekerjaan Tidak bekerja Bekerja Jarak rumah ke Puskesmas Dekat Jauh 11 22 12 27 18 2 11 30 2 27 18 22 23 35 10 24,4 48,9 26,7 60,0 40,0 4,4 24,4 66,8 4,4 60,0 40,0 51,1 48,9 77,8 22,2

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa umur responden paling banyak yaitu dewasa sedang sebanyak 22 orang (48,9%), responden paling banyak yaitu dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 27 orang (60%), responden paling banyak yaitu pendidikan menengah sebanyak 30 orang (66,8%), responden paling banyak yaitu dengan sosial ekonomi dibawah UMR Rembang sebanyak 27 orang (60%), dan responden paling banyak yaitu jarak rumah dekat dengan Puskesmas yaitu sebanyak 35 orang (77,8%). Tabel 2. Distribusi Pengetahuan Pengetahuan Jumlah Persentase Pengetahuan baik Pengetahuan kurang 28 17 62,2 37,8 Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa responden paling banyak yaitu responden dengan pengetahuan baik sebesar 28 orang (62,2%). Tabel 3. Distribusi sikap Sikap Jumlah Persentase Sikap baik Sikap cukup Sikap kurang 9 26 10 20,0 57,8 22,2 Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa responden paling banyak yaitu responden yang mempunyai sikap cukup sebesar 26 orang (57,8%). Tabel 4. Distribusi partisipasi Partisipasi Frekuensi Persentase (%) Partisipasi baik 23 51,1 Partisipasi kurang 22 48,9 Total 45 100,0 Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa responden paling banyak yaitu responden yang mempunyai partisipasi baik yaitu sebesar 23 orang (51,1%).

Tabel 5. Distribusi karakteristik, pengetahuan, sikap sebagai faktor partisipasi pemeriksaan TB Partisipasi Variabel Baik % Kurang % Umur Dewasa muda (15-30 tahun) Dewasa sedang (31-45 tahun) Dewasa tua (46-60 tahun) Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan Tidak sekolah Pendidikan dasar Pendidikan menengah Pendidikan tinggi Sosial ekonomi Di bawah UMR Rembang th 2013 (Rp 896.000,00) Di atas UMR Rembang th 2013 (Rp 896.000,00) Pekerjaan Tidak bekerja Bekerja Jarak rumah ke Puskesmas Dekat Jauh Pengetahuan Baik Kurang Sikap Baik Cukup Kurang 4 11 8 13 10 0 2 19 2 11 12 13 10 22 1 20 3 9 13 1 36,36 50,0 66,67 48,15 55,56 0 18,18 63,33 100,0 40,74 66,67 56,52 45,45 62,86 10,0 71,43 17,65 100,0 50,0 10,0 7 11 4 14 8 2 9 11 0 16 6 10 12 13 9 8 14 0 13 9 63,64 50,0 33,33 51,85 44,44 100,0 81,82 36,67 0 59,26 33,33 43,48 54,55 37,14 90,0 28,57 82,35 0 50,0 90,0 Tabel 6. Hasil Uji Chi Square antara Karakteristik, Pengetahuan, Sikap keluarga pasien TB Paru dengan Variabel Bebas Variabel Terikat p value Keterangan Umur Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan Pekerjaan Sosial Ekonomi Jarak Pengetahuan Sikap 0,345 0,626 0,014 0,088 0,458 0,004 0,0001 0,0001 Tidak ada hubungan Tidak ada hubungan Ada hubungan Tidak ada hubungan Tidak ada hubungan Ada hubungan Ada hubungan Ada hubungan

Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa tidak ada hubungan antara umur, jenis kelamin, pekerjaan, sosial ekonomi dengan partisipasi pemeriksaan TB oleh keluarga pasien TB Paru. Ada hubungan antara tingkat pendidikan, jarak, pengetahuan, sikap dengan partisipasi pemeriksaan TB oleh. PEMBAHASAN Partisipasi anggota keluarga pasien yang baik sebesar 23 orang (51,1%) dan partisipasi kurang sebanyak 22 orang (48,9%). Dari 23 orang tersebut yang memeriksakan dahak hanya sewaktu (S) sebanyak 6 orang dan yang memeriksakan dahak sewaktu, pagi, sewaktu (SPS) sebanyak 17 orang. Pemeriksaan anggota keluarga pasien TB dari 23 orang, semuanya memeriksakan diri ke Puskesmas karena sebagian besar jarak rumah responden dekat dengan Puskesmas (35 orang). Waktu pemeriksaan yang dilakukan oleh anggota sebagian besar 1-2 minggu setelah dinyatakan ada anggota yang positif sakit TB yaitu sebanyak 8 orang, 3-4 minggu sebanyak 5 orang dan > 4 minggu sebanyak 10 orang. Hasil pemeriksaan dari anggota keluarga pasien TB Paru sebanyak 23 orang menunjukkan hasil pemeriksaan negatif. Keluarga pasien TB Paru yang tidak memeriksakan dahak ke Puskesmas yaitu sebanyak 22 orang (48,9%) kemungkinan diantaranya ada yang sudah tertular dari anggota keluarga yang sakit TB Paru. Sedangkan anggota keluarga TB Paru yang hanya memeriksakan dahak ke Puskesmas hanya dahak sewaktu yaitu sebanyak 6 orang belum lengkap dalam partisipasi pemeriksaan dahaknya, karena kemungkinan untuk dahak yang pagi dan sewaktu bisa saja hasilnya positif. Dari 22 orang yang yang tidak memeriksakan dahak SPS ke Puskesmas dan ada 6 orang yang hanya memeriksakan dahak sewaktu sehingga untuk penemuan kasus baru (CDR) dari anggota keluarga pasien TB Paru BTA positif sangat rendah. Hubungan antara umur dengan partisipasi baik paling banyak berumur dewasa tua (46-60 tahun) sebesar 66,67%. Dari hasil yang diperoleh tidak sama dengan teori yang menyatakan bahwa semakin dewasa seseorang atau bertambahnya umur, seseorang akan memiliki vitalitas optimum, perkembangan intelektual yang matang pada taraf operasional dan penalaran yang tinggi sehingga memberikan corak dalam perilaku individu. 5

Hubungan antara umur dengan partisipasi pemeriksaan TB tidak bermakna (p value = 0,345). Hubungan antara jenis kelamin dengan partisipasi baik paling banyak berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 55,56%. Dari hasil yang diperoleh sama dengan teori yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. 6 Hubungan antara jenis kelamin dengan patisipasi pemeriksaan TB tidak bermakna (p value = 0,626). Hubungan antara pendidikan dengan partisipasi baik paling banyak pendidikan tinggi sebesar 100%. Dari hasil yang diperoleh sama dengan teori yang menyatakan bahwa pendidikan dapat memberikan tambahan pengetahuan yang pada akhirnya akan merubah perilaku seseorang yang berhubungan dengan sikap dan keterampilan yang diperolehnya dari pendidikan yang didapatkannya. 7 Hubungan antara pendidikan dengan partisipasi pemeriksaan TB bermakna (p value = 0,014). Hubungan antara sosial ekonomi dengan partisipasi pemeriksaan TB partama partisipasi baik paling banyak sosial ekonomi di atas UMR Rembang ( 896.000) sebesar 66,67%. Dari hasil yang diperoleh tidak sama dengan teori yang menyatakan bahwa pendapatan (sosial ekonomi) berhubungan dengan perilaku seseorang untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Pendapatan keluarga berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk membiayai pelayanan kesehatan. 8 Hubungan antara sosial ekonomi dengan partisipasi pemeriksaan TB tidak bermakna (p value = 0,088). Hubungan antara pekerjaan dengan partisipasi baik paling banyak adalah responden yang tidak bekerja sebesar 56,52%. Dari hasil yang diperoleh sama dengan teori yang menyatakan bahwa

pekerjaan seseorang berpengaruh terhadap sikap dan praktik untuk melakukan suatu tindakan, karena orang yang bekerja akan lebih banyak berinteraksi dengan dunia luar baik itu teman ataupun lingkungan sehingga orang tersebut memiliki sikap karena pengetahuan dan pengalaman yang diterima dari orang lain yang mempengaruhi dirinya, sedangkan mereka yang tidak bekerja kurang mendapatkan pengalaman dari orang lain. 8 Hubungan antara pekerjaan dengan partisipasi pemeriksaan TB tidak bermakna (p value = 0,458). Hubungan antara jarak dengan partisipasi baik paling banyak adalah responden yang jarak rumahnya dekat dengan Puskesmas sebesar 62,86%. Dari hasil yang diperoleh sama dengan teori yang menyatakan bahwa keterjangkauan sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor yang mendorong orang menggunakan pelayanan kesehatan. 9 Hubungan antara jarak rumah ke Puskesmas dengan partisipasi pemeriksaan TB bermakna (p value = 0,004). Hubungan antara pengetahuan dengan partisipasi baik paling banyak adalah berpengetahuan baik sebesar 71,43%. Dari hasil yang diperoleh sama dengan teori yang menyatakan bahwa pengetahuan sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, pengetahuan yang baik akan mendorong praktik secara baik pula dan sebaliknya jika pengetahuan yang kurang akan menyebabkan kurangnya praktik. 10 Hubungan antara pengetahuan dengan partisipasi pemeriksaan TB bermakna (p value = 0,0001). Hubungan antara sikap dengan partisipasi baik paling banyak adalah responden yang mempunyai sikap baik sebesar 100,0%. Dari hasil yang diperoleh sama dengan teori yang menyatakan bahwa Salah satu yang mendasari terbentuknya perilaku manusia adalah adanya sikap dan umumnya orang akan menilai perilaku seseorang dari sikap yang ditunjukkan walaupun perbuatan itu belum terjadi. Dalam bertindak setidaknya seseorang dipengaruhi oleh kemampuan/ pengetahuan, keyakinan/ kepercayaan

yang melahirkan niat dan sikap serta komponen-komponen diluar dirinya seperti lingkungan. 8 Hubungan antara sikap dengan partisipasi pemeriksaan TB bermakna (p value = 0,0001). KETERBATASAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan penelitian dengan desain deskriptif analitik yang bersifat Cross Sectional yaitu penelitian yang melakukan analisa terhadap korelasi antara variabel bebas atau resiko dan variabel terikat atau akibat, akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. 11 Dalam penelitian ini dilakukan identifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi pemeriksaan pertama oleh (serumah) di Puskesmas Rembang I Kecamatan Rembang Tahun 2013. Keterbatasan penelitian : 1. Variabel bebas dan terikat diukur dan dilaksanakan pada waktu yang bersamaan dan diobservasi sekali saja sehingga sulit menentukan perubahan yang mungkin terjadi pada objek penelitian baik variabel bebas maupun variabel terikat. 2. Penelitian ini dibatasi untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi pemeriksaan pertama oleh (serumah) dan hasil penelitian ini hanya berlaku bagi populasi di daerah penelitian. 3. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu wawancara dengan menggunakan kuesioner, sehingga tidak dapat mengkaji lebih dalam masalah penelitian. 4. Terbatasnya waktu untuk wawancara dengan responden dapat mempengaruhi jawaban responden karena responden terburu-buru untuk melakukan aktivitas lainnya. Maka sebaiknya ada kesesuaian waktu dan ketepatan waktu antara responden dan peneliti. 5. Terbatasnya jumlah referensi yang didapatkan oleh peneliti sehingga hasil pembahasan belum cukup lengkap, sehingga perlu menambah jumlah kepustakaan untuk menyempurnakan hasil pembahasan. 6. Kuesioner penelitian belum diuji validitas dan reliabilitas sehingga belum diketahui pertanyaan yang valid dan reliabel. SIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Keluarga pasien TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Rembang I sebagian besar berumur dewasa sedang sebanyak 22 orang (48,9%). Responden sebagian besar berjenis kelamin laki-laki sebanyak 27 orang (60%). Sebagian besar responden berpendidikan menengah yaitu sebanyak 30 orang (66,7%). Sosial

ekonomi responden sebagian besar dibawah UMR Rembang (< 896.000) sebanyak 27 orang (60%). Sebagian besar responden tidak bekerja sebanyak 23 orang (51,1%). Jarak rumah responden ke Puskesmas sebagian besar dengan dekat dengan Puskesmas yaitu sebanyak 35 orang (77,8%). 2. Keluarga pasien TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Rembang I sebagian besar berpengetahuan baik sebesar 28 orang (62,2%). 3. Keluarga pasien TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Rembang I sebagian besar mempunyai sikap cukup sebanyak 26 orang (57,8%). 4. Tidak ada hubungan antara umur (p value 0,345), jenis kelamin (p value 0,626), sosial ekonomi (p value 0,088), pekerjaan (p value 0,458) dengan partisipasi pemeriksaan TB pertama oleh di Wilayah kerja Puskesmas Rembang I Tahun 2013. 5. Ada hubungan antara pendidikan (p value 0,014), jarak (p value 0,004), pengetahuan (p value 0,0001), sikap (p value 0,0001) dengan partisipasi pemeriksaan TB pertama oleh oleh di Wilayah kerja Puskesmas Rembang I Tahun 2013. SARAN 1. Bagi Pemda hendaknya memberikan beasiswa kepada masyarakat yang kurang mampu seperti keluarga pasien TB Paru sehingga dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, mempermudah transportasi untuk desa yang sulit dijangkau agar masyarakat mudah menjangkau layanan kesehatan terutama Puskesmas serta memberikan subsidi transpor pada keluarga pasien TB Paru. 2. Puskesmas Rembang I dengan mengadakan layanan jemput bola seperti di Posyandu untuk layanan pemeriksaan dahak bagi anggota pasien TB Paru, penyuluhan terhadap masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan (penularan penyakit TBC, pemeriksaan untuk mengetahui penyakit TB Paru, lama pengobatan panyakit TB Paru, imunisasi yang diberikan sejak bayi agar tidak tertular TB Paru dan bahaya TB Paru yang bisa mengakibatkan kematian), sedangkan untuk peningkatan sikap tentang pemisahan peralatan makanan dengan peralatan makanan anggota keluarga yang menderita TB paru responden, menyediakan wadah khusus untuk ludah anggota keluarga yang menderita TB Paru, serta memberikan desinfektan pada wadah air ludah anggota keluarga yang sakit TB Paru.

3. Bagi Keluarga Pasien TB Paru agar menyempatkan waktu untuk datang dan mendengarkan sosialisasi/ penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan sehingga dapat meningkatan sikap dan pengetahuan untuk pencegahan penularan dari anggota keluarga yang sakit TB Paru, selain itu saling memberikan motivasi kepada anggota keluarga misalkan dengan mengantar keluarga yang akan memeriksakan dahak ke Puskesmas, untuk anggota yang belum memeriksakan dahak ke Puskesmas hendaknya segera memeriksakan diri. Untuk yang belum lengkap pemeriksaan dahaknya (hanya sewaktu) seharusnya melakukan pemeriksaan dahak secara lengkap (SPS), serta peningkatan sikap yaitu dengan memisahkan peralatan makanan dengan peralatan makanan anggota keluarga yang menderita TB paru responden, menyediakan wadah khusus untuk ludah anggota keluarga yang menderita TB Paru, serta memberikan desinfektan pada wadah air ludah anggota keluarga yang sakit TB Paru. DAFTAR PUSTAKA 1. Depkes IDAI. Diagnosis dan Tatalaksana Tuberkulosis Anak. Depkes. Jakarta. 2008 2. Depkes RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Edisi 2 Cetakan Kedua. Depkes RI. Jakarta. 2008 3. http://hmsukarno.blogspot.com/2012_0 9_01_archive.html diakses tanggal 12 Januari 2013 4. Dinkes Kabupaten Rembang. Profil Kesehatan Kabupaten Rembang Tahun 2009-2012. Dinkes Kabupaten Rembang. Rembang. 2011 5. Notoadmojo, S, Sarwono. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan. Badan Penerbit Kesehatan Masyarakat FKM- UI. Jakarta. 1997 6. http://nurfadila384.wordpress.com/201 2/10/12/perilaku-dalam-promosikesehatan/ diakses tanggal 11 April 2013 7. Lunandi A G. Pendidikan Orang Dewasa. Edisi ke-6. Gramedia. Jakarta 8. Azwar, Saifudin. Sikap Manusia Teori dan Pengukuran. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 1995 9. Azwar, Azrul. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara. Jakarta. 1996 10. Sarwono, Salito. Pengantar Pendidikan dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta.1994 Soekidjo, N. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta.2005

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Ferly Lestari Liriantyas Tempat/ Tanggal lahir : Rembang, 28 Juli 1991 Jenis Kelamin Agama Alamat : Perempuan : Islam : Dk. Kedungdoro RT 04/ RW V Kelurahan Leteh, Rembang, Kode Pos. 59217 Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1997 2003 : SD Negeri Leteh 3 Rembang 2. Tahun 2003 2006 : SMP Negeri 2 Rembang 3. Tahun 2006 2009 : SMA Negeri 2 Rembang 4. Tahun 2009 : Diterima di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro Semarang