BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kucing termasuk hewan pemakan daging (karnivora) yang cukup mempunyai arti penting dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya sebagai hewan kesayangan (hewan peliharaan), sebagai pemangsa tikus dan juga dapat dijadikan sebagai salah satu kegiatan komersial yang cukup menguntungkan, sehingga jika kucing terserang oleh penyakit seperti ektoparasit maka dapat menurunkan nilai jualnnya.beberapa masyarakat pada saat ini menganggap bahwa memelihara kucing merupakan salah satu hobi yang sangat digemari (Darmojono, 1997). Seperti hewan kesayangan lainnya, kucing juga sangat rentan terhadap berbagai penyakit termasuk yang disebabkan oleh ektoparasit seperti pinjal, caplak maupun tungau yang merupakan parasit utama yang sering ditemukan pada perawatan kucing sehari-hari (Schneck dan Caravan, 1996). Dengan bertambahnya populasi kucing pada saat ini maka penyakit ektoparasit akan semakin banyak ditemukan, oleh karena itu dibutuhkan obat-obatan untuk mengatasinya. Sediaan obat anti ektoparasit yang telah banyak tersedia di pasaran dan sering dipakai oleh para pemelihara hewan kesayangan, seperti dengan nama dagang ivermectin, ivomac, amitras dan lain-lain. Namun obat tersebut masih sulit terjangkau bagi masyarakat di pedesaan dan harganya relatif mahal karena jarang tersedia dalam kemasan kecil, 1
2 sehingga salah satu usaha alternatif pada bidang kedokteran hewan sebagai antiektoparasit khususnya pada kucing dengan menggunakan bahan alami seperti ekstrak akar tuba sangat diperlukan. Ekstrak akar tuba mengandung zatyang disebut rotenon/tubotoxin, selain itu juga terdapat zat-zat lain seperti deguelin, elliptone, sumatrol dan toxicarol. Namun zat yang paling banyak ditemukan pada bagian akar tuba dan telah banyak dimanfaatkan dalam kehidupan manusia ialah rotenon, tetapi kandungan lainnya belum pernah digunakan karena kandungannya dalam akar tuba sangat rendah (Yoon, 2006).Senyawa ini banyak digunakan di bidang pertanian sebagai insektisida yang aman digunakan oleh petani untuk membasmi hama pada tanaman dan sayuran (Prijono dan Triwidodo, 1993). Sebagai insektisida alami juga telah digunakan untukmembasmi hama pada biji kacang hijau ( Callobruchus analis) (Kardinan, 2000). Di bidang perikanan, akar tuba selain berfungsi sebagai bahan peracun ikan baik di kolam maupun di perairan bebas, juga digunakan untuk pemberantasan ikan liar di tambak dalam usaha intensifikasi budidaya ikan dan udang (Hanafi, 1979). Selain itu ektstrak akar tubatelah digunakan untuk membunuh kutu kepala pada manusia (Peniculus himanus) (Sosromarsono, 1990), serta disebutkan bahwa ekstrak akar tuba dapatmembunuh kutu pada anjing maupun kucing(heyne, 1987).Manfaat lainnya ialah sebagai bioinsektisida dalam pengendalian nyamuk (Kardinan, 2009). Bahan aktif dari ekstrak akar tuba seperti rotenon mempunyai beberapa sifat yaitu sangat beracun terhadap ikan dan serangga karena toksisitasnya lebih tinggi
3 melalui insang atau trakea tetapi pada mamalia sulit melalui kulit atau saluran pencernaan, bekerja sebagai racun perut dan kontak, serta residu tidak persisten. Kematian pada manusia dan mamalia yang disebabkan oleh rotenon jarang terjadi karena efek sampingnya ringan dan menyebabkan muntah. Pada mamalia efek lokal akut yang dapat ditimbulkan berupa konjungtivitis, dermatitisyang terlihat dari perubahan warna kulit menjadi kemerahan, gatal-gatal maupun terjadinya odema/lepuh dan lesi. Bila tertelan dan terhirup dalam jumlah yang besar dapat mengakibatkan terjadinya penekanan pada saluran pernapasan, muntahdan terjadi iritasi pada paru-paru. Dari hasil uji in vitro yang telah dilakukan bahwa ekstrak akar tuba dengan konsentrasi 1%, 2% dan 3%dapat dimanfaatkan sebagai antiektoparasit khususnya untuk membunuh kutu pada kucing,namun pada dosis yang tinggi kemungkinan adanya efek yang dapat ditimbulkan pada kulit seperti terjadinya dermatitis/iritasimaka sebelum digunakan secara langsung pada tubuh kucing(in vivo) melalui spraying, dippingmaupun tetes, terlebih dahulu harus diketahui apakah ekstrak akar tuba aman atau tidak pada kulit kucing. Oleh karena itu melalui penelitian ini, peneliti ingin melakukan uji toksisitasekstrak akar tubasecara topikalpada kucing lokal dengan menggunakan konsentasi 1%, 2% dan 3%. 1.2 Rumusan Masalah
4 Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan yaitu apakah ekstrak akar tuba aman bagi kulit kucing lokal pada konsentrasi 1%, 2% dan 3% secara topikal? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekstrak akar tubaaman bagi kulit kucing lokalpada konsentrasi 1%, 2% dan 3% secara topikal. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu memberikan informasi mengenai ekstrak akar tuba yang dapat dimanfaatkan sebagai antiektoparasit pada kucing lokal, serta memberikan informasi tentang ekstrak akar tuba aman atau tidak bagi kulit kucing lokal pada konsentrasi 1%, 2% dan 3% secara topikal. 1.5 Kerangka Konsep Ekstrak akar tuba (Derris elliptica) mengandung zat yang disebut rotenon/tobotoxin. Senyawa ini telah banyak digunakan di bidang pertanian sebagai insektisida untuk membasmi hama pada tanaman dan sayuran, seperti hama pada biji kacang hijau (Callobruchus analis). Di bidang perikanan, akar tuba berfungsi sebagai bahan peracun ikan baik di kolam maupun di perairan bebas, di bidang kehutanan dapat digunakan sebagai pembasmi rayap pada kayu, sedangkan di bidang kesehatan dapat digunakan untuk membunuh larva nyamuk aides maupun culex.ekstrak akar tuba dimanfaatkan pada bidang kedokteran hewan sebagai anti ektoparasit untuk
5 membunuh kutu pada anjing maupun kucing secara in vitro. Selain itu telah digunakan untuk membunuh kutu kepala pada manusia (Peniculus himanus). Untuk mengetahui apakah ekstrak akar tuba aman bagi kulit kucing lokal sebagai antiektoparasit yang diberikan secara langsung (in vivo) melalui spraying, dipping maupun tetes pada kulit, maka melalui penelitian ini akan dilakukan uji toksisitas ekstrak akar tuba pada kucing lokaldengan menggunakan konsentrasi 1%, 2% dan 3% secara topikal. 1.5 Hipotesis Penelitian Hipotesis : Ekstrak akar tuba aman bagi kulit kucing lokalpada konsentrasi 1%, 2% dan 3% secara topikal.