PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KOEFISIEN RUNOFF

dokumen-dokumen yang mirip
PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

BAB III METODE PENELITIAN

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

Lampiran 1. Curah Hujan DAS Citarum Hulu Tahun 2003

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Peta Penutupan Lahan tahun 1990

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

Tahun Penelitian 2005

Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Nilai Koefisien Limpasan di DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh

BAB VI. POLA KECENDERUNGAN DAN WATAK DEBIT SUNGAI

Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian Sub DAS Cikapundung

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN PADA SUB DAS SEPAUK KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT

HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan dan analisa data diperoleh beberapa kesimpulan dan saran adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. karena curah hujan yang tinggi, intensitas, atau kerusakan akibat penggunaan lahan yang salah.

Jurnal Rancang Bangun 3(1)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK PADA SUBDAS BEDOG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. R. Muhammad Isa

STUDI PERBANDINGAN ANTARA HIDROGRAF SCS (SOIL CONSERVATION SERVICE) DAN METODE RASIONAL PADA DAS TIKALA

PENERAPAN TEORI RUN UNTUK MENENTUKAN INDEKS KEKERINGAN DI KECAMATAN ENTIKONG

3. METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA PENGGUNAAN LAHAN DI DAS CISADANE HULU: MAMPUKAH MEMPERBAIKI FUNGSI HIDROLOGI DAS? Oleh : Edy Junaidi ABSTRAK

PEMBUATAN PETA TINGKAT KERAWANAN BANJIR SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MENGURANGI TINGKAT KERUGIAN AKIBAT BENCANA BANJIR 1 Oleh : Rahardyan Nugroho Adi 2

KARAKTERISTIK DAERAH PENELITIAN

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

PROYEK AKHIR PERENCANAAN TEKNIK EMBUNG DAWUNG KABUPATEN NGAWI

ANALISIS DEBIT DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BATANGHARI PROPINSI JAMBI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air. dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK SUB DAS KALI PREMULUNG TAHUN 2006 DAN 2014

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN

Perkiraan Koefisien Pengaliran Pada Bagian Hulu DAS Sekayam Berdasarkan Data Debit Aliran

SIDANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KERUSAKAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT 7 DAN LANDSAT

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

Tujuan: Peserta mengetahui metode estimasi Koefisien Aliran (Tahunan) dalam monev kinerja DAS

ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI BONAI KABUPATEN ROKAN HULU MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIDROGRAF SATUAN NAKAYASU. S.H Hasibuan. Abstrak

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

STUDI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA EMBUNG GUWOREJO DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAKU DI KABUPATEN KEDIRI

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR Jl. Madukoro Blok.AA-BB Telp. (024) , , , S E M A R A N

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Interpretasi Citra Landsat Tahun 1990, 2001 dan 2010 Interpretasi citra landsat dilakukan dengan melihat karakteristik

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

KUANTIFIKASI JASA LINGKUNGAN PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA DAS CISADANE HULU. Aji Winara dan Edy Junaidi ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Intervensi manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang makin

Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. secara topografik dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang menampung dan

KAJIAN KERAWANAN BANJIR DAS WAWAR. Sukirno, Chandra Setyawan, Hotmauli Sipayung ABSTRAK

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep)

Tommy Tiny Mananoma, Lambertus Tanudjaja Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

Aspek Perubahan Lahan terhadap Kondisi Tata Air Sub DAS Cisangkuy-DAS Citarum

Pemanfaatan Citra Landsat Untuk Klasifikasi Tutupan Lahan Lanskap Perkotaan Kota Palu

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

MODEL SISTIM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ESTIMASI VOLUME ALIRAN DAN EROSI SEDIMEN DI DAS RIAM KANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Bahan dan Alat

PENDAHULUAN Latar Belakang

NERACA AIR METEOROLOGIS DI KAWASAN HUTAN TANAMAN JATI DI CEPU. Oleh: Agung B. Supangat & Pamungkas B. Putra

TINJAUAN HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI DAS KALI BRANTAS HULU 1

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

KATA PENGANTAR. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi prakiraan musim hujan ini.

ABSTRAK Faris Afif.O,

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

pemakaian air bersih untuk menghitung persentase pemenuhannya.

Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan

Irigasi Dan Bangunan Air. By: Cut Suciatina Silvia

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat

APLIKASI DATA CITRA SATELIT LANDSAT UNTUK PEMANTAUAN DINAMIKA PESISIR MUARA DAS BARITO DAN SEKITARNYA

STUDI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (UKL) EKSPLORASI GEOTHERMAL DI KECAMATAN SEMPOL, KABUPATEN BONDOWOSO DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Transkripsi:

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KOEFISIEN RUNOFF DI DAS KEMONING KABUPATEN SAMPANG Agus Eko Kurniawan (1), Suripin (2), Hartuti Purnaweni (3) (1) Mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan, UNDIP, Semarang, (2) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, UNDIP, Semarang, (3) Magister Ilmu Lingkungan, UNDIP, Semarang, E-mail: paparaddin@yahoo.com ABSTRAK Perubahan penggunaan lahan memiliki dampak terhadap lingkungan fisik, sosial dan ekonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan penggunaan lahan dengan menggunakan citra satelit, SIG dan tabulasi silang, menganalisis perubahan curah hujan di hitung dengan metode arithmatik untuk mendapatkan hujan rata-rata pada tahun 2004, 2009, dan 2013. Menganalisis dinamika debit di DAS Kemoning pada tahun 2004, 2009 dan 2013 dengan metode FJ. Mock. Menganalisis perubahan penggunaan lahan dan pengaruhnya terhadap koefisien runoff di DAS Kemoning. Hasil penelitian menyatakan bahwa dari tahun 2004 sampai tahun 2013 penggunaan lahan hutan, kebun campur, lahan terbuka, mangrove, sawah, semak belukar mengalami penurunan luas. Sedangkan permukiman, ladang / tegalan dan tambak mengalami peningkatan luas lahan. Jumlah curah hujan dan debit aliran mempunyai kecenderungan meningkat dari tahun 2004 ke 2013 begitu juga dengan curah hujan tertingginya. Koefisien runoff cenderung meningkat dari tahun 2004 ke 2013. Kenaikan koefisien runoff menunjukkan kinerja DAS yang semakin memburuk. Perubahan penggunaan lahan sangat berpengaruh terhadap koefisien runoff. Kata kunci : curah hujan, debit, koefisien runoff, penggunaan lahan PENDAHULUAN Ada kecenderungan kejadian banjir di perkotaan Sampang meningkat dari tahun ke tahun. Sedangkan di hulu DAS Kemoning terjadi kekeringan di waktu kemarau. Bencana alam yang silih berganti terjadi di suatu wilayah atau daerah merupakan salah satu dampak negatif kegiatan manusia pada suatu DAS. Kegiatan manusia tersebut telah menyebabkan DAS gagal menjalankan fungsinya sebagai penampung air hujan, penyimpanan dan pendistribusian air tersebut ke saluran-saluran atau sungai (Suripin 2002). Menurut Hadi (2005) penggunaan lahan dari lahan non terbangun menjadi terbangun akan mestimulisasi besarnya aliran air permukaan. Meningkatnya aliran permukaan berpengaruh terhadap besarnya debit puncak pada outlet DAS. Peningkatan debit puncak ini akan berpotensi terjadinya bencana banjir di hilir DAS Kemoning. Perubahan penggunaan lahan adalah bertambahnya suatu penggunaan lahan dari satu sisi penggunaan ke penggunaan lainnya yang diikuti dengan berkurangnya type penggunaan lahan yang lain dari suatu waktu ke waktu berikutnya, atau berubahnya fungsi suatu lahan pada kurun waktu yang berbeda (Wahyunto, Priyono, dan Sunaryo 2001). Menurut Chapin Jr. dan Kaiser Edward (1995) bahwa pola penggunaan lahan dalam berbagai bentuk dan cara akan berdampak terhadap lingkungan. Banjir, kekeringan, erosi, sedimentasi, dan abrasi merupakan beberapa indikasi terjadinya penurunan daya dukung lingkungan di suatu wilayah. Salah satu komponen hidrologi yang terkena dampak perubahan penggunaan lahan di dalam DAS adalah koefisien runoff. Koefiesien runoff (C) merupakan bilangan yang menyatakan perbandingan antara besarnya runoff terhadap jumlah curah hujan. Nilai C yang kecil menunjukkan kondisi DAS masih baik, Tabel 1, sebaliknya nilai C yang besar menunjukkan DASnya sudah rusak (Suripin 2002). Nilai terbesar C sama dengan 1. 1

Tabel 1 Klasifikasi Koefisien Runoff (C) Nilai C < 0,25 0,25-0,50 0,51-1,0 Klasifikasi Baik Sedang Buruk Sumber : Lampiran Keputusan Menteri Kehutanan No.52/Kpts-II/2001 Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan penggunaan lahan di DAS Kemoning Kabupaten Sampang secara spasial temporal pada pada tahun 2004 dan 2013 dengan menggunakan data citra satelit dan SIG (Sistem Informasi Geografi). Menganalisis perubahan curah hujan dan dinamika debit di DAS Kemoning pada tahun 2004, 2009 dan 2013. Menganalisis perubahan penggunaan lahan dan pengaruhnya terhadap koefisien runoff di DAS Kemoning. METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di Kabupaten Sampang Provinsi Jawa Timur tepatnya di DAS Kemoning. Daerah Aliran Sungai Kemoning mempunyai batas geografis dengan letak lintang 7 10-7 20 lintang selatan dan letak bujur 113 13 28-113 23 74 bujur timur. Luas DAS adalah 360,28 km 2 yang meliputi 5 kecamatan dan 50 desa dengan elevasi bagian hulu +200m dan bagian hilir +0m dari permukaan air laut dan bermuara di Selat Madura. Data dan Analisis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dianalisis. Peta penggunaan lahan Kabupaten Sampang di DAS Kemoning skala 1:150.000 merupakan hasil interpretasi citra Landsat ETM+ tahun 2004 dan tahun 2013. Data curah hujan harian diperoleh dari Dinas PU Pengairan Kabupaten Sampang pada Stasiun Pengamatan Robatal, Sampang, Omben dan Kedungdung. Data klimatologi dari BMKG stasiun Kalianget Madura. Analisa spasial digunakan untuk menjelaskan karakteristik penggunaan lahan dan perubahannya yang terdapat pada tahun 2004 dan 2013. Analisa spasial dengan citra penginderaan jauh dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan penutupan lahan (Bronsveld et al. 1994). Perubahan luas penggunaan lahan diperoleh dengan membandingkan luas-luas tipe lahan pada kedua data spasial tersebut. Proses interpretasi penggunaan lahan dan analisis spasial terhadap data penggunaan lahan menggunakan perangkat lunak ArcGis 10.1 dan ER Mapper 7.0 sedangkan analisis data atribut menggunakan perangkat lunak Microsoft Office Excel 2007. Perubahan penggunaan lahan dianalisa dengan cara tabulasi silang (crosstab) antara peta penggunaan lahan tahun 2004 dan 2013, sehingga dihasilkan perubahan lahan baik penggunaan dan luasnya. Data curah hujan dari empat stasiun pengamatan hujan di hitung dengan metode arithmatik untuk mendapatkan hujan rata-rata pada tahun 2004, 2009, dan 2013. Perhitungan debit rata-rata bulanan dan aliran permukaaan diperoleh dengan Metode FJ. Mock. HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Penggunaan Lahan Peta Penggunaan Lahan tahun 2004 dan 2013 disajikan pada Gambar 1 dan 2 merupakan hasil dari interpretasi citra. DAS Kemoning pada Gambar 1 dan 2 serta Tabel 2 sesuai dengan standar dari Badan Standarisasi Nasional (2010), memiliki sembilan bentuk penggunaan lahan yaitu hutan, kebun campur, ladang/tegalan, lahan terbuka, tambak, mangrove, permukiman, sawah dan semak belukar. No. Tabel 2 Perubahan Penggunaan Lahan DAS Kemoning tahun 2004-2013 Jenis Penggunaan Lahan Tahun 2004 (Ha) % Luas Tahun 2013 (Ha) % Perubahan 2004-2013 (Ha) 1 Hutan 1.181,04 3,28 1.127,32 3,13-53,72-4,55 2 Kebun campur 2.700,12 7,49 2.614,03 7,26-86,09-3,19 % 2

3 Ladang / tegalan 29.118,76 80,82 29.150,37 80,91 31,61 0,11 4 Lahan terbuka 43,61 0,12 20,54 0,06-23,07-52,91 5 Mangrove 90,55 0,25 72,35 0,20-18,20-20,10 6 Permukiman 2.301,61 6,39 2.440,91 6,78 139,30 6,05 7 Sawah 80,01 0,22 60,03 0,17-19,99-24,98 8 Semak belukar 11,22 0,03 8,52 0,02-2,70-24,08 9 Tambak 501,13 1,39 534,00 1,48 32,87 6,56 Total 36.028,06 100,00 36.028,06 100,00 Gambar 1 Peta Penggunaan Lahan DAS Kemoning Kabupaten Sampang Tahun 2004 Sumber : Analisis Data Citra (2014) Gambar 2 Peta Penggunaan Lahan DAS Kemoning Kabupaten Sampang Tahun 2013 Sumber : Analisis Data Citra (2014) Tabel 2 dan Gambar 3 menunjukkan bahwa secara keseluruhan terjadi perubahan lahan yang diindikasikan dengan menurunnya luas hutan sebesar -4,55%, mangrove sebesar -20,10% serta penurunan luas sawah -24,98%. Selain itu juga terjadi penurunan pada kebun campur -3,19%, 3

Luas (Ha) lahan terbuka -52,91% dan semak belukar - 25,08%. Peningkatan luas permukiman sebanyak 6,05% dari 2.301,61 Ha menjadi 2440,91. Peningkatan juga terjadi pada tambak 6,56% dan ladang/tegalan 0,11%. Luas hutan pada tahun 2004 hanya 3,28% dari total DAS dan pada tahun 2013 menurun jadi 3,13%, masih jauh dari kondisi ideal sesuai amanat UU No. 41 tahun 1999 bahwa minimal luas hutan dalam satu DAS adalah 30% dari total keseluruhan DAS. 30.000,00 28.000,00 26.000,00 24.000,00 22.000,00 20.000,00 18.000,00 16.000,00 14.000,00 12.000,00 10.000,00 8.000,00 6.000,00 4.000,00 2.000,00 - Tahun 2004 (Ha) Tahun 2013 (Ha) Jenis Penggunaan Lahan Gambar 3 Grafik Penggunaan Lahan Tahun 2004 dan 2013 Sumber : Analisis Data Citra (2014) Pada Tabel 3 dapat dilihat luas hutan berkurang sebanyak -4,55 % akibat adanya konversi lahan menjadi ladang/tegalan dan permukiman. Luas hutan pada tahun 2004 sebesar 1.181,04 Ha turun menjadi 1.127,32 Ha pada tahun 2013 akibat berubah penggunaannya menjadi ladang/tegalan 31,61 Ha dan Permukiman 22,12 Ha. Padahal menurut Asdak (2010) keberadaan hutan dapat dipandang sebagai kegiatan pendukung dari usaha lain dalam menurunkan terjadinya banjir, peran hutan dalam menurunkan aliran permukaan melalui peran perlindungannya terhadap permukaan tanah dari tenaga kinetis air hujan (proses terjadinya erosi). Selain itu de la Cretaz dan Barten (2007) menyatakan bahwa perubahan penggunaan lahan dari lahan terbuka (hutan, kebun atau tegalan) menjadi lahan untuk permukiman menyebabkan infiltrasi air permukaan berkurang, meningkatkan aliran permukaan dan pengisian kembali air tanah menjadi berkurang. Tabel 3 Tabulasi Silang Penggunaan Lahan DAS Kemoning Tahun 2004-2013 Jenis Penggunaan Lahan Hutan Kebun Campuran Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2013 Ladang/ Tegalan Lahan Terbuk a Mangrove Pemukiman Sawah Semak belukar Tambak Jumlah (Ha) Th 2004 Hutan 1127,32 31,61 22,12 1181,04 Kebun campur Ladang / tegalan Lahan terbuka 2614,03 71,43 14,67 2700,12 29118,76 29118,76 20,536 23,08 43,61 4

Mangrove 72,35 18,20 90,56 Permukiman 2301,61 2301,61 Sawah 19,99 60,03 80,012 Semak belukar 2,70 8,52 11,22 Tambak 501,13 501,13 Jumlah Luas Tahun 2013 1127,32 2614,03 29150,37 20,536 72,35 2440,90 60,03 8,52 534,00 36028,06 Permukiman juga bertambah luasannya akibat konversi dari hutan 22,12 Ha, kebun campur 71,43 Ha, lahan terbuka 23,08, sawah 19,99 Ha, dan semak belukar 2,70 Ha sehingga luas permukiman pada tahun 2004 sebesar 2.301,61 Ha naik menjadi 2.440,90 Ha. Peningkatan luas permukiman diakibatkan adanya kebutuhan yang tinggi terhadap lahan tempat tinggal. Hal tersebut terjadi akibat dari bertambahnya jumlah penduduk di Kabupaten Sampang pada tahun 2004 hingga tahun 2013 dari 794.914 jiwa menjadi 886.217 jiwa. dan Debit Aliran Sungai DAS Kemoning memiliki empat stasiun pengamatan hujan yaitu; Robatal, Sampang, Omben, dan Kedungdung. Data yang diambil adalah data curah hujan pada tahun 2004, 2009 Bulan dan 2013. Menggunakan metode arithmatik, data jumlah hujan tiap bulan dari masing-masing stasiun dijumlahkan kemudian dibagi jumlah stasiun, maka didapatkan curah hujan rata-rata untuk tahun 2004, 2009 dan 2013. Data curah hujan disajikan pada Tabel 4. Jumlah curah hujan mempunyai kecenderungan meningkat dari tahun 2004 ke 2013 begitu juga dengan curah hujan tertingginya. Pada Februari 2004 curah hujan tertinggi sebesar 152,0mm, Maret 2009 sebesar 201,0mm dan April 2013 sebesar 259,25 mm. Meningkatnya curah hujan jadi pemicu meningkatnya runoff dan debit aliran sungai apalagi kondisi penggunaan lahan menunjukkan tutupan hutan hanya berkisar 3% dari luasan DAS Kemoning dari seharusnya kondisi ideal 30%. Tabel 4 dan Debit DAS Kemoning 2004-2013 Tahun 2004 Tahun 2009 Tahun 2013 Debit (m 3 /dtk) Debit (m 3 /dtk) Debit (m 3 /dtk) Januari 145,25 6,68 154,50 14,01 176,00 14,87 Februari 152,00 7,11 174,75 8,08 176,50 9,09 Maret 139,50 4,97 201,00 9,15 226,75 11,50 April 70,75 2,11 102,25 2,66 259,25 15,85 Mei 30,50 1,22 114,75 1,54 251,75 14,92 Juni 8,00 0,76 15,50 0,96 224,00 13,97 Juli - 0,44 4,75 0,56 103,00 4,41 Agustus - 0,26-0,33 6,50 2,65 September - 0,16-0,21-1,64 Oktober 6,50 0,10 6,75 0,12 51,75 0,95 Nopember 36,25 0,06 75,75 0,07 145,25 0,59 Desember 133,75 0,03 180,75 3,12 152,00 3,53 Jumlah 722,50 1.030,75 1.772,75 Rata2 60,21 1,99 85,90 3,40 147,73 7,83 5

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Debit (m 3 /dtk) Debit aliran pada DAS Kemoning disajikan pada Tabel 4 dan Gambar 4. Data debit yang digunakan adalah data debit rata-rata bulanan tahun 2004, 2009 dan 2013. Dari analisis debit aliran ditunjukkan tahun 2004 debit tertinggi sebesar 7,11 m 3 /dtk pada bulan Februari dan debit terendah sebesar 0,03 m 3 /dtk pada bulan Desember. Tahun 2009 debit tertinggi sebesar 14,01 m 3 /dtk pada bulan Januari dan debit terendah sebesar 0,07 m 3 /dtk pada bulan Nopember. Tahun 2013 debit tertinggi sebesar 15,85 m 3 /dtk pada bulan April dan debit terendah sebesar 0,59 m 3 /dtk pada bulan Nopember. Peningkatan debit aliran pada tahun 2004 ke 2013 memperlihatkan adanya peningkatan debit bulanan rata-rata maksimum dan rata-rata minimum. Hal ini terjadi karena penurunan kapasitas infiltrasi tanah akibat perubahan penggunaan lahan berupa bertambahnya permukiman, dan ladang/tegalan 18,00 16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 Tahun 2004 Tahun 2009 Tahun 2013 Gambar 4 Debit air tahun 2004, 2009 dan 2013 Koefisien Aliran Permukaan (C) Angka koefisien runoff merupakan salah satu indikator untuk menentukan apakah suatu DAS telah mengalami gangguan fisik (Asdak 2010). Pada Tabel 5 ditunjukkan runoff terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan, pada tahun 2004 jumlah runoff 173,60mm dan tahun 2013 sejumlah 684,36mm. Koefisien runoff di DAS Kemoning dari tahun 2004 ke 2013 mengalami kenaikan hal ini menunjukkan kinerja DAS semakin memburuk dari tahun ke tahun. Kondisi terburuk koefisien runoff terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 0,39 yang berarti sebesar 39% dari curah hujan menjadi runoff. Pergerakan runoff secara umum mengikuti pergerakan curah hujan. Pada saat curah hujan meningkat, runoff juga meningkat. Runoff juga meningkat terutama saat hujan berlangsung pada bulan-bulan hujan, Desember-April. Pada tahun 2013 musim hujan lebih panjang dari musim kemarau, Desember- Juni curah hujan tinggi sehingga sepanjang tahun 2013 kejadian banjir dan genangan sering terjadi di hilir DAS Kemoning Bulan Tabel 5 hujan dan runoff tahun 2004, 2009 dan 2013 Tahun 2004 Tahun 2009 Tahun 2013 RunOff RunOff RunOff Januari 145,25 49,68 154,50 104,15 176,00 110,54 Februari 152,00 49,47 174,75 54,27 176,50 61,03 Maret 139,50 36,92 201,00 68,02 226,75 85,48 6

April 70,75 15,16 102,25 19,11 259,25 114,00 Mei 30,50 9,10 114,75 11,47 251,75 110,91 Juni 8,00 5,46 15,50 6,88 224,00 100,52 Juli 0,00 3,27 4,75 4,13 103,00 32,81 Agustus 0,00 1,96 0,00 2,48 6,50 19,68 September 0,00 1,18 0,00 1,49 0,00 11,81 Oktober 6,50 0,71 6,75 0,89 51,75 7,09 Nopember 36,25 0,42 75,75 0,54 145,25 4,25 Desember 133,75 0,25 180,75 23,16 152,00 26,24 Total 722,50 173,60 1030,75 296,59 1772,75 684,36 Koefisien RunOff (C) 0,24 0,29 0,39 Klasifikasi Baik Sedang Sedang Kecenderungan perubahan penggunaan lahan pada DAS Kemoning yaitu penurunan luas hutan, peningkatan luas permukiman dan ladang/tegalan diperkirakan menjadi penyebab peningkatan runoff. Menurut (Asdak 2010) semakin besar perubahan tataguna lahan, misalnya perubahan dari hutan menjadi ladang pertanian, semakin besar pula perubahan yang terjadi pada air larian. Runoff yang terjadi dalam jumlah besar akan memicu terjadinya banjir dan erosi, sehingga bisa merusak DAS. Untuk menganalisis pengaruh penggunaan lahan terhadap runoff maka dilakukan analisis koefisien runoff pada musim penghujan saja pada tahun 2004, 2009 dan 2013. Analisis ini menunjukkan bahwa pada musim penghujan pada tahun 2004 pada Tabel 6, koefisien runoff adalah sebesar 0,24, di tahun 2009 sebesar 0,33, kemudian pada tahun 2013 koefisien runoff sebesar 0,40. Tabel 6 Koefisien Runoff pada musim penghujan tahun 2004, 2009, 2013 Bulan Tahun 2004 Tahun 2009 Tahun 2013 Runoff Runoff Runoff Desember 133,75 0,25 180,75 23,16 152,00 26,24 Januari 145,25 49,68 154,50 104,15 176,00 110,54 Februari 152,00 49,47 174,75 54,27 176,50 61,03 Maret 139,50 36,92 201,00 68,02 226,75 85,48 April 70,75 15,16 102,25 19,11 259,25 114,00 Total 641,25 151,49 813,25 268,72 990,50 397,30 Koefisien RunOff (C) 0,24 0,33 0,40 Tabel 6 memperlihatkan koefisien runoff di DAS Kemoning terus mengalami peningkatan yang berarti kinerja DAS semakin buruk. Total runoff yang mengalir pada musim penghujan Desember-April 2004 adalah 151,49 mm, pada musim penghujan Desember-April 2009 adalah 268,72 mm, sedangkan pada musim penghujan Desember-April 2013 total runoff adalah 397,30 mm. Ini merupakan indikator telah terjadi kerusakan lingkungan pada fungsi hidrologis DAS, yaitu berupa penurunan ketersediaan air tanah karena banyaknya air hujan yang terbuang, dan hanya sebagian yang terinfiltrasi ke tanah. 7

Peningkatan koefisien runoff pada musim penghujan diiringi dengan peningkatan debit di bagian hulu DAS Kemoning. Hal tersebut memicu terjadinya banjir di bagian hilir DAS Kemoning. Runoff yang terjadi pada musim penghujan secara otomatis akan menurunkan cadangan air tanah sehingga mengakibatkan ketersediaan air pada musim kemarau menjadi turun. Implikasinya terhadap lingkungan hidup adalah apabila musim penghujan sering terjadi banjir dan pada musim kemarau terjadi kekeringan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Telah terjadi perubahan penggunaan lahan, dari tahun 2004 ke 2013 hutan mengalami penurunan 4,55%, kebun campur turun 3,19%, lahan terbuka turun 52,91%, mangrove turun 20,10%, sawah turun 24,98%, dan semak belukar mengalami penurunan luas 24,08%. Sedangkan permukiman meningkat 6,05%, ladang/tegalan meningkat 0,11% dan tambak mengalami peningkatan luas lahan 6,56%. Penurunan luasan lahan hutan berpengaruh terhadap penurunan kapasitas infiltrasi tanah sehingga meningkatkan runoff. 2. Jumlah curah hujan mempunyai kecenderungan meningkat dari tahun 2004 ke 2013 begitu juga dengan curah hujan tertingginya. hujan yang tinggi dengan kapasitas infiltrasi tanah yang rendah mengakibatkan peningkatan debit. 3. Perubahan penggunaan lahan sangat berpengaruh terhadap koefisien runoff. Koefisien runoff di DAS Kemoning tahun 2004-2013 secara klasifikasi dinyatakan sedang tetapi cenderung memburuk. Berdasarkan perhitungan didapatkan koefisien runoff di tahun 2004 sebesar 0,24, tahun 2009 sebesar 0,29 dan tahun 2013 sebesar 0,39. Kenaikan koefisien runoff menunjukkan kinerja DAS yang semakin memburuk. Meningkatnya koefisien runoff pada musim penghujan diiringi dengan peningkatan debit di bagian hulu DAS Kemoning dapat memicu terjadinya banjir. UCAPAN Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala PUSBINDIKLATREN BAPPENAS atas pemberian beasiswa program magister dan Bupati Sampang atas ijin melanjutkan studi bagi penulis. REFERENSI Asdak, Chay. 2010. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Edisi Keli. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Badan Standarisasi Nasional. 2010. Standar Nasional Indonesia Klasifikasi Penutup Lahan SNI 7645:2010. Jakarta: BSN. Bronsveld, K., B. Chutirattanapan, Pattanakanok B., Suwanwerakamtorn R., and Trakooldit P. 1994. The Use of Local Knowledge in Land Use/Land Cover Mapping from Sattelite Images. ITC Journal 94-4: pp.349 358. Chapin Jr., F. Stuart, and J. Kaiser, Edward. 1995. Urban and Land Use Planning: Fourth Edition. Chicago: University of Illinois Press. Hadi, Sudharto Prawoto. 2005. Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. De la Cretaz, A.L., and P.K. Barten. 2007. Land Use Effects on Streamflow and Water Quality in the Northeastern United States. Florida- USA: CRC Press. Suripin, Suripin. 2002. Pelestarian Sumberdaya Tanah Dan Air. Yogyakarta: Penerbit Andi. Wahyunto, M.Z. Abidin, A. Priyono, and Sunaryo. 2001. Studi Perubahan Penggunaan Lahan Di Sub DAS Citarik, Jawa Barat Dan DAS Kaligarang, Jawa Tengah. In Prosiding Seminar Nasional Multifungsi Lahan Sawah, Bogor: Balai Penelitian Tanah. 8