BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka Penulis berkesimpulan sebagai berikut: Seksual Terhadap Anak dalam Hukum Pidana Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Aborsi pada Kehamilan akibat perkosaan: Ketentuan perundangundangan dan Fikih Islam

-2- Di dalam Pasal 7 ayat (4) dinyatakan bahwa pemberian Kompensasi bagi Korban tindak pidana terorisme dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Undang-Un

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2018, No terhadap korban tindak pidana pelanggaran hak asasi manusia yang berat, terorisme, perdagangan orang, penyiksaan, kekerasan seksual, da

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

2018, No terhadap korban tindak pidana pelanggaran hak asasi manusia yang berat, terorisme, perdagangan orang, penyiksaan, kekerasan seksual, da

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi

BAB V PENUTUP. dapat dijerat dengan pasal-pasal : (1) Pasal 285 Kitab Undang-undang Hukum

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan penelitian penyusun sebagaimana pembahasan pada bab. sebelumnya, selanjutnya penyusun memaparkan beberapa kesimpulan

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN HUKUM DALAM HUKUM REKAYASA FOTO DENGAN UNSUR PENCEMARAN NAMA BAIK DI FACEBOOK, INSTAGRAM, TWETTER, BBM DAN WHATSAAP

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

MAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV ANALISIS TERHADAP STATUS NASAB DAN KEWAJIBAN NAFKAH ANAK YANG DI LI AN AYAHNNYA MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA INDONESIA

BAB III ANALISIS PERBANDINGAN PENGANIYAAN TERHADAP IBU HAMIL YANG MENGAKIBATKAN KEGUGURAN JANIN ANTARA HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

Institute for Criminal Justice Reform

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR

NOMOR : U-287 TAHUN Bismillahirohmanirohimi. Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, setelah : MENIMBANG :

BAB II. Pengaturan Hukum Terhadap Jurnalis Korban Tindak Penganiayaan. A. Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN REPUBLLIK INDONESIA,

Assalamu alaikum wr. wb.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG

BAB III PERANAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK SABAGAI DASAR HUKUM DALAM PENANGGULANGAN KEKERASAN ANAK

A. Analisis Terhadap Tinjauan Aborsi Menurut PP. Nomor 61 Tahun Menurut ketentuan yang ada dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

crime dalam bentuk phising yang pernah terjadi di Indonesia ini cukup

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Sanksi pemidanaan tindak pidana perzinaan dalam putusan Kasasi dari Pengadilan Tinggi Surabaya dan Pengadilan Negeri Bangkalan

MAKALAH. Kebutuhan Pendampingan Hukum Penyandang Disabilitas

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan diatas dan dari hasil penelitian yang dilakukan, maka

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

BAB IV ANALISIS TENTANG SANKSI PENGGELAPAN PAJAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Restitusi adalah pembayaran ganti kerugian yang d

BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pembahasan penelitian pada bab sebelumnya, diperoleh. kesimpulan penting sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP PIDANA CABUL KEPADA ANAK DI BAWAH UMUR

JAKARTA 14 FEBRUARI 2018

BAB IV. A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Meulaboh dalam Putusan No. 131/Pid.B/2013/PN.MBO tentang Tindak Pidana Pembakaran Lahan.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA MEMBUKA RAHASIA NEGARA SOAL UJIAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. nasional bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Perlindungan Anak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penuntutan terhadap terdakwa tindak pidana narkotika adalah:

Rabu, 24 September 2014

BAB XX KETENTUAN PIDANA

UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN [LN 2009/144, TLN 5063]

- 1 - RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR TAHUN 2014 TENTANG HUKUM JINAYAT BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG

Bagaimana tanggapan Anda dengan UU Kesehatan yang disahkan DPR 14 September lalu?

BAB IV. A. Analisis tentang Ketentuan Aborsi dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

2016, No c. bahwa Presiden telah menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI LAMONGAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

BAB I PENDAHUULUAN. terjadi tindak pidana perkosaan. Jika mempelajari sejarah, sebenarnya jenis tindak

MASUKAN KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN ATAS PERUBAHAN UU NO. 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN.

Harus ada perombakan sistem hukum secara total termasuk pelaksana-pelaksana hukumnya. Sistemnya harus diganti dengan sistem Islam.

BAB IV ANALISIS STUDI KOMPARATIF ANTARA HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEDOFILIA

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN MENURUT UU RI NOMOR 13 TAHUN 2006 DAN FIQH SIYASAH

BAB IV KOMPARASI HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF MENGENAI SANKSI PROSTITUSI ONLINE. A. Persamaan Sanksi Prostitusi Online Menurut Hukum Positif dan

Draft RPP pemberian Kompensasi & Restirusi Korban Pemerintah 2006

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN RESTITUSI BAGI ANAK YANG MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada zaman globalisasi dewasa ini tanpa disadari kita telah membuat nilainilai

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

I. PENDAHULUAN. kebijakan sosial baik oleh lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS TERHADAP BATAS USIA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK DIBAWAH UMUR DALAM KASUS PIDANA PENCURIAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ACARA PIDANA ISLAM TERHADAP EKSEKUSI PUTUSAN PN SIDOARJO NO. 1169/Pid.B/2008/PN.SDA

QANUN ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM JINAYAT BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG

[

ABSTRACT. Keywords : Compensation, Restitution, Rehabilitation, Terrorism.

BAB IV PENUTUP. 1. Hak-hak suami dalam memperlakukan istri yang nusyuz adalah 1)

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA OLEH KORPORASI

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PERLINDUNGAN HUKUM PEKERJA ANAK DALAM HUKUM PIDANA ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002

RUU Perlindungan Korban dan Saksi Draft Sentra HAM UI dan ICW, Juni 2001 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG

BAB II PENGATURAN TENTANG ZINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

Rasulullah saw. memotong tangan pencuri dalam (pencurian) sebanyak seperempat dinar ke atas. (Shahih Muslim No.3189)

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN INISIATIF DPR RI

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM DALAM PASAL 55 KUHP TERHADAP MENYURUH LAKUKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

BAB III TINDAK PIDANA PORNOGRAFI DALAM UNDANG UNDANG NO. 44 TAHUN A. Pengertian Pornografi Menurut Undang-Undang No.

Hadirkan! Kebijakan Perlindungan Korban Kekerasan Seksual. Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil Untuk SDGs Infid November 2017

BAB V PENUTUP. dikeluarkannya Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Bahaya Zina dan Sebab Pengantarnya

Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag. HUKUM PIDANA ISLAM. ~AMzAH AMZAH

Transkripsi:

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang pelah diuraikan sebelumnya, maka Penulis berkesimpulan sebagai berikut: 1. Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana Kekerasan Seksual Terhadap Anak dalam Hukum Pidana Indonesia Perlindungan hukum terhadap korban tindak pidana kekerasan seksual terhadap anak di Indonesia telah diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan, antara lain: a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana b. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban c. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban d. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak e. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

f. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak g. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan h. Putusan Mahkamah Konstitusi No. 46/PUU-VIII/2010 Bentuk perlindungan hukum terhadap korban tindak pidana kekerasan seksual terhadap anak dalam peraturan hukum pidana melihat dari Deklarasi PBB tahun 1985 garis besarnya adalah akses terhadap keadilan dan peradilan yang baik, adanya restitusi, kompensasi, dan pendampingan. telah dijelaskan secara rinci dalam masing-masing peraturan perundang-undangan yang mengaturnya, antara lain: a. memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, Keluarga, dan harta bendanya, serta bebas dari Ancaman yang berkenaan dengan kesaksian yang akan, sedang, atau telah diberikannya; b. ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan dukungan keamanan; c. memberikan keterangan tanpa tekanan; d. mendapat penerjemah; e. bebas dari pertanyaan yang menjerat; f. mendapat informasi mengenai perkembangan kasus; g. mendapat informasi mengenai putusan pengadilan;

h. mendapat informasi dalam hal terpidana dibebaskan; i. dirahasiakan identitasnya; j. mendapat identitas baru; k. mendapat tempat kediaman sementara; l. mendapat tempat kediaman baru; m. memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan kebutuhan; n. mendapat nasihat hukum; o. memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu Perlindungan berakhir; dan/atau p. mendapat pendampingan. q. bantuan medis; dan r. bantuan rehabilitasi psikososial dan psikologis. s. hak kompensasi dan restitusi (mengajukan melalui LPSK) t. upaya rehabilitasi, baik dalam lembaga maupun di luar lembaga; u. upaya perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media massa dan untuk menghindari labelisasi; v. pemberian jaminan keselamatan bagi saksi korban dan saksi ahli, baik fisik, mental, maupun sosial; dan w. pemberian aksesibilitas untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan perkara.

x. Pemberian sanksi sanksi penjara dan denda, pemberatan2 serta hukuman tambahan berupa kebiri kimia dan pemasangan alat pendeteksi elektronik terhadap pelaku y. Hak aborsi z. Pemberian hak-hak kenapa anak yang lahir dari hasil tindak pidana tersebut. 2. Perliindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana Kekerasan Seksual Terhadap Anak dalam Hukum Pidana Indonesia dan Hukum Islam Setelah Penulis membandingkan penjelasan mengenai perlindungan hukum terhadap korban tindak pidana kekerasan seksual terhadap anak dalam hukum pidana Indonesia dan hukum pidana Islam, Penulis menemukan bahwa hukum Pidana Indonesia dan Hukum Indonesia pada umumnya telah banyak menyerap prinsip-prinsip hukum Islam seperti adanya restitusi dan kompensasi, dipertimbangkannya hak untuk melakukan aborsi dengan ketentuan tertentu. Perlindungan hukum terhadap korban tindak pidana kekerasan seksual terhadap anak juga diatur dalam Hukum Islam, antara lain: a. Sanksi bagi pelaku. Pemberian sanksi kepada pelaku kekerasan seksual sebagai bentuk keadilan bagi korban dan masyarakat. Sanksi juga bisa menjadi sarana edukasi bagi masyarakat mengenai tindak pidana, akibat, dan pertanggungjawabannya. Sanksi bagi pelaku perkosaan

sebagaimana dijelaskan sebelumnya disamakan dengan sanksi pelaku zina. Hukuman bagi pelaku zina muhshan adalah hukuman rajam, yaitu pelaku dikubur sebatas bahu lalu dilempari batu hingga meninggal. Adapun pelaku zina ghairu muhshan sanksinya adalah dicambuk sebanyak seratus kali dan diasingkan selama satu tahun. Tentang pengasingan ini, untuk konteks saat ini bisa berupa hukuman penjara. Dalam pelaksanaan hukuman rajam dan cambuk ini, hendaknya disaksikan oleh orang banyak agar menjadi pelajaran bagi mereka. 1 b. Pembebasan dari hukuman zina. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, tidak terpenuhinya unsur kerelaan atau suka sama suka oleh korban menyebabkan korban tidak dikategorikan sebagai pelaku zina dan diampuni. Dalam QS. Al-An am ayat 145 disebutkan bahwa Barang siapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkan dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 2 c. Permaafan dan pembayaran Diyat (ganti kerugian). Diyat pada dasarnya memiliki pengertian uang tebusan sebagai ganti rugi akibat kasus pembunuhan dan atau penganiayaan 1 M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, AMZAH, jakarta 2016 hlm. 52 2 Kementerian Agama RI, op.cit., hlm. 198

yang mendapatkan permaafan dari keluarga korban dan wajib dibayarkan oleh pelaku kepada keluarga korban. 3 d. Pemberian mahar misil. Sebenarnya ini masih termasuk dalam alternatif diyat, Imam Syafi i dan Imam Hambali menyatakan, bahwa barangsiapa yang memerkosa seorang wanita, maka ia harus membayar mahar misil. Lalu mengenai besaran mahar yang harus diberikan, dengan melihat ulama Syafi iyah yang berpendapat bahwa sunah penetapan mahar atau maskawin yang diberikan kepada istri adalah sebesar 500 dirham maka maskawin tersebut seharga Rp 223.125.000,00. Nilai tersebut dapat dijadikan patokan minimal, mengingat tidak ada batasan paling tinggi dalam penetapan maskawin. e. Hak melakukan aborsi. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 4 Tahun 2005 tentang Aborsi telah lebih dulu menjelaskan tentang pengecualian ini. Salah satunya merujuk pada QS. Al-An am ayat 151. Dalam Ketentuan Hukum ditetapkan bahwa aborsi dibolehkan karena ada uzur, baik bersifat darurat maupun hajat.. Itu pun dengan syarat harus dilakukan sebelum janin berusia 40 (empat pulu) hari, serta hanya dilaksanakan di fasilitas kesehatan yang telah ditunjuk 3 M. Nurul Irfan, op.cit. hlm. 41

oleh pemerintah. Untuk kehamilan yang terjadi akibat zina, aborsi hukumnya tetap haram. 4 f. Status hukum anak hasil kekerasan seksual. Dengan berdasar QS. Al-An am ayat 164 maka dalam hukum Islam si anak yang lahir akibat kekerasan seksual atau perkosaan adalah fitri atau bersih dari dosa sebagaimana anak lainnya, tidak menanggung dosa pelaku. Dari hadist-hadist yang umum dipakai imam-imam besar, serta Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Kedudukan Anak Hasil Zina dan Perlakuan Terhadapnya, anak hasil perkosaan hanya dinasabkan kepada ibunya. Serta pemerintah berwenang menjatuhkan ta zir kepada lelaki pezina yang mengakibatkan lahirnya anak untuk mencukupi kebutuhan hidup anak tersebut, dan memberikan harta setelah ia meninggal melalui wasiat wajibah. Ta zir tersebut bertujuan untuk melindungi anak, bukan dalam rangka menasabkan anak tersebut kepada lelaki yang mengakibatkan kelahirannya. 5 Penulis juga menyimpulkan bahwa perkembangan perlindungan hukum terhadap korban tindak pidana kekerasan seksual terhadap anak di 4 Fatwa Majelis Ulama Indonesia nomor 4 Tahun 2005 Tentang Aborsi 5 Fatwa Majelis Ulama Indonesia nomor 11 Tahun 2012 Tentang Kedudukan Anak Hasil Zina dan Perlakuan Terhadapnya.

Indonesia sangat erat kaitannya dengan dimasukkannya nilai-nilai dalam Hukum Islam tersebut. B. Saran Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan yang telah diuraikan sebelumnya, maka Penulis memiliki saran sebagai berikut: 1. Ada beberapa aspek dan nilai dalam hukum Islam yang dapat diadopsi ke dalam hukum Pidana Indonesia tentang aturan mengenai perlindungan korban tindak pidana kekerasan seksual terhadap anak. 2. Selain perlindungan terhadap korban tindak pidana kekerasan seksual yang sifatnya represif dan restoratif, nilai-nilai akidah dan akhlak dalam hukum Islam yang sifatnya universal dapat diimplementasikan sebagai langkah-langkah preventif untuk melindungi perempuan dan anak, serta dapat dijadikan sebagai materi pendidikan hukum yang sifatnya preventif untuk mencegah terjadinya tindak pidana kekerasan seksual terhadap anak sejak dini. 3. Hukum hendaknya memprioritaskan keadilan dibandingkan penegakkan hukum itu sendiri. Sehinnga hukum menjadi alat pencari keadilan yang dinamis dan tidak kaku, karena ukuran keadilan yang paling dasar adalah kepuasan dari semua pihak baik pelaku, korban, maupun masyarakat